Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 229779 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Brilliant Putri Kusuma Astuti
"MPASI merupakan sumber nutrisi utama bagi balita, khususnya bayi yang berusia 6-24 bulan. Pemberian MPASI yang tepat memiliki peran krusial dalam mempertahankan status nutrisi anak. Namun, masih banyak ibu yang belum mengetahui tentang tata cara pemberian MPASI yang tepat. Pengetahuan ibu mengenai pemberian MPASI dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah faktor sosiodemografi. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini akan dianalisis hubungan antara faktor sosiodemografi dengan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu tentang MPASI.
Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan data primer yang diperoleh melalui kuesioner dan data sekunder dari penelitian utama berjudul ?Longitudinal study on the effect of multiple micro-nutrient supplementation on haemoglobin level of 8 to 22 month old Indonesian children.?
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 86 subjek (64,7%) memiliki tingkat pengetahuan tentang MPASI yang baik, 71 subjek (53,4%) memiliki sikap pemberian MPASI yang positif, dan 68 subjek (51,1%) memiliki perilaku pemberian MPASI yang kurang baik. Karakteristik ibu berdasarkan sebaran sosiodemografi adalah sebagai berikut: 58 subjek (43,6%) berusia di atas 30 tahun; 81 subjek (60,9%) memiliki tingkat pendidikan menengah; 117 subjek (88%) tidak bekerja/Ibu Rumah Tangga (IRT); 88 subjek (66,2%) memiliki status ekonomi di atas garis kemiskinan; dan 99 subjek (73,4%) memiliki bentuk keluarga inti.
Dari uji hipotesis Chi-square, diperoleh bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang MPASI (p=0,02). Namun, tidak ditemukan hubungan yang bermakna secara statistika antara faktor sosiodemografi lainnya dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu tentang MPASI.

Complementary feeding is the main nutrients supply for kids, especially in children aged 6 to 24 months. Correct provision of complementary feeding has crucial role in maintaining child nutritional status. However, there are lots of mothers with inadequate knowledge about complementary feeding. Mother's knowledge regarding complementary feeding is affected by various factors, such as sosiodemographic factors. Therefore, this study was determined to analyze the association between sociodemographic factors and the level of mother's knowledge, attitude, and behaviour regarding complementary feeding.
This study is a cross-sectional study, using primary data from questionnaire and secondary data from a primary research entitled ?Longitudinal study on the effect of multiple micro-nutrient supplementation on haemoglobin level of 8 to 22 month old Indonesian children.?
This study shows that 86 subjects (64,7%) had good knowledge about complementary feeding, 71 subjects (53,4%) had positive attitude regarding complementary feeding, and 68 subjects (51,1%) had mediocre behaviour regarding complementary feeding. Characteristics of subjects by sociodemographic factors were as follows: 58 subjects (43,6%) aged above 30 years old; 81 subjects (60,9%) had intermediate level of education; 117 subjects (88%) were housewifes; 88 subjects (66,2%) had economical status below poverty line; dan 99 subjetcs (73,4%) were classified as nuclear family.
Through Chi-Square test: there was significant association between mother's education and the knowlegde about complementary feeding (p=0,02). On the other hand, there were no significant association between any other sociodemographic factors and the level of mother's knowledge, attitude, and behaviour regarding complementary feeding.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifka Silmia
"ABSTRAK
Stunting adalah permasalahan gizi yang ada di Indonesia yang masih terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Hal tersebut mendorong pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya menekan angka stunting. Beberapa dampak stunting adalah meningkatkan kematian anak, perkembangan kognitif motorik dan bahasa pada anak yang menurun dan perawakan pendek saat dewasa. Pemberian makan baduta yang tepat menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status gizi baduta. Penting bagi ibu untuk melakukan pemberian makan baduta yang sesuai ajaran WHO/DEPKES. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku ibu dalam pemberian makan pada baduta stunting usia 6-24 bulan dan faktor yang berperan terhadap perilaku ibu dalam pemberian makan baduta stunting meliputi faktor predisposisi, penguat dan pemungkin. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus dengan teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam secara daring dan telaah dokumen. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kampung melayu dari bulan Maret-Juli 2020. Sampel dipilih secara purposive sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Informan penelitian terdiri dari lima ibu yang memiliki baduta stunting usia 6-24 bulan, lima informan dari keluarga dan tiga informan kunci (Kepala Puskesmas Kelurahan Kampung Melayu, Staf puskesmas bagian gizi dan kader posyandu). Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum ada ibu baduta yang melakukan pemberian makan kepada baduta secara menyeluruh sesuai WHO. Pengetahuan, dan tradisi (Faktor predisposisi) berperan terhadap perilaku ibu dalam pemberian makan baduta stunting. Selanjutnya faktor penguat yang berperan adalah dukungan keluarga dan kader posyandu, sedangkan sebagai pendorong yang berperan adalah daya beli keluarga.

ABSTRACT
Stunting is a nutritional problem that exists in Indonesia which still occurs in all parts of Indonesia. This has prompted the Indonesian government to make various efforts to reduce the stunting rate. Some of the effects of stunting are increasing child mortality, decreased cognitive motor and language development in children and short stature as adults. The proper feeding of baduta is one of the factors that can affect the nutritional status of the baduta. It is important for mothers to do baduta feeding according to the teachings of WHO / DEPKES. This study aims to determine the description of maternal behavior in feeding stunting at 6-24 months of age and the factors that play a role in maternal behavior in feeding stunting baduta include predisposing, reinforcing and enabling factors. This research is a qualitative research with a case study approach with data collection techniques carried out through in-depth online interviews and document review. The research was conducted in the working area of the Kampung Malay Community Health Center from March to July 2020. The sample was selected purposively according to inclusion and exclusion criteria. The research informants consisted of five mothers with stunting 6-24 months of age, five informants from their families and three key informants (the head of the Kampung Melayu sub-district Puskesmas, the staff of the health center for nutrition and the posyandu cadres). The results showed that there were no baduta mothers who had given whole feeding to baduta according to WHO. Knowledge and tradition (predisposing factors) play a role in maternal behavior in feeding stunting baduta. Furthermore, the reinforcing factor that plays a role is the support of the family and posyandu cadres, while the driving force that plays a role is the purchasing power of the family."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Tasya Ayuputri
"Makanan Pedamping Air Susu Ibu (MP-ASI) merupakan hal penting untuk diberikan pada bayi usia 6 bulan demi tercapainya tumbuh -kembang yang optimal. Pemberian MP-ASI yang tidak tepat waktu sesuai dengan usia bayi menjadi ixmpath al bahwa Ibu telah gagal memberikan ASI eksklusif. Hal tersebut dapat dipengaruhi karena kurangnya informasi yang Ibu dapatkan mengenai risiko dari pemberian MP-ASI dini. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI (MPASI) dini dengan ketepatan waktu dalam pemberian MP-ASI di Desa Karangraharja, Cikarang Utara. Metode yang digunakan ialah cross sectional dengan ixmpath consecutive sampling. Penelitian ini melibatkan 107 responden Ibu sebagai sampel. Kuesioner yang digunakan mengukur tingkat pengetahuan tentang MP-ASI dini dan ketepatan waktu dalam pemberian MP-ASI. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas Ibu memiliki pengetahuan yang baik mengenai MP-ASI dini (60,7%) dan memberikan MP-ASI tepat waktu pada (71%). Hasil uji chi square didapatkan adanya hubungan tingkat pengetahuan Ibu tentang MP-ASI dini dengan ketepatan waktu dalam pemberian MP-ASI di Desa Karangraharja (pValue <0,05). Hasil penelitian ini merekomendasikan untuk tetap meningkatkan pelayanan keperawatan dan kesehatan di berbagai wilayah.

Complementary foods are important things to be given to babies aged 6 months in order to achieve optimal growth and development. The provision of complementary foods that is not timely according to the baby’s age is an indicator that the mother has failed to give exclusive breastfeeding. This can be influenced due to the lack of information that mothers get about the risks of giving early complementary foods. The aim of this study was to determine the relation between the mother’s level of knowledge about complementary feeding and the timeliness of giving complementary foods in Karangraharja Village, North Cikarang. The method used is cross sectional with consecutive sampling technique. This study involved 107 mothers as samples. The questionnaire used to measure the level of knowledge about early complementary feeding and timeliness in giving complementary foods. The results showed that the majority of mothers had good knowledge of early complementary foods with a percentage of 60.7% and gave complementary foods on time to their babies with a percentage of 71%. The conclusion obtained that there is relation between the mother’s level of knowledge about early CF with timeliness in giving complementary feeding in Karangraharja Village (pValue <0,05). The results of this study recommend to continue to improve nursing and health services in various regions"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ambar Listiya Ningrum
"Perilaku sulit makan pada anak dapat mengurangi asupan nutrisi anak usia prasekolah. Salah satu faktor penyebab perilaku sulit makan pada anak adalah pola asuh orang tua yang salah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh ibu dengan perilaku sulit makan pada anak usia prasekolah di RW 03, Kelurahan Pajang, Tangerang dengan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah 92 ibu yang mempunyai anak usia prasekolah. Teknik sampling yang dilakukan adalah cluster sampling. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 46% anak usia prasekolah mengalami perilaku sulit makan dan 75% ibu menerapkan pola asuh demokratis. Namun tidak ada hubungan antara pola asuh ibu dengan perilaku sulit makan pada anak usia prasekolah (p vaIue=0.423; α= 0.05).

Picky-eating behavior at children could decrease nutrition intake at preschool-age children. Incorrect parenting is one of the factor that could influence that behavior. The goal of this descriptive-correlative study was to investigate the effect of mother-parenting on picky-eating behavior at preschool-age. This study used cross-sectional design and examined 92 mothers who had children at preschool-age. Sampling method for this study was cluster sampling. There are 46% of preschool-age children experienced picky-eating behavior and 79% mothers applied democracy-parenting. These result suggest that no relation between mother-parenting and picky-eating behavior at preschool children (p value=0.1423, α= 0.05).
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5869
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Izzca Alsya Candra
"Usia baduta merupakan masa di mana terjadi pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan serta emosional anak yang perlu diperhatikan dengan baik. Namun, pada masa ini sering terjadi masalah perilaku makan seperti perilaku picky eater. Salah satu faktor yang memengaruhi perilaku tersebut adalah praktik pemberian makanan pendamping ASI (MPASI). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran praktik pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) pada bayi usia 6-23 bulan sebagai determinan perilaku picky eater. Metode penelitian yang digunakan adalah longitudinal, dengan pengambilan data secara daring dan luring di DKI Jakarta. Sampel pada penelitian ini adalah orang tua yang memiliki bayi usia 6-23 bulan yang sesuai dengan kriteria inklusi. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling, dengan jumlah total keseluruhan sampel 103 responden. Peneliti menyebarkan kuesioner yang mencakup karakteristik bayi, karakteristik orang tua, dan praktik pemberian makanan pendamping ASI (MPASI). Hasil penelitian secara umum menunjukkan sebagian besar responden menerapkan praktik pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) di tingkat baik (45,6%). Akan tetapi, masih terdapat responden yang praktik pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) dalam kategori buruk (1,9%). Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam promosi dan edukasi untuk meningkatkan praktik pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) pada usia 6-23 bulan sekaligus upaya preventif untuk perilaku picky eater.

The age of under two years is a period where physical growth and development of intelligence and emotions of children that need to be considered carefully. However, during this period, eating behavior problems often occur such as picky eater behavior. One of the factors that influences this behavior is complementary feeding practices. This study aims to identify the description of complementary feeding  practices in infants aged 6-23 months as a determinant of picky eater behavior. The research method used is longitudinal, with online and offline data collection in DKI Jakarta. The sample in this study were parents who have infants aged 6-23 months who meet the inclusion criteria. The sampling technique used was cluster random sampling, with a total sample size of 103 respondents. The study was conducted by distributing questionnaires covering infant characteristics, parental characteristics, and complementary feeding practices. The results of the study generally showed that most respondents implemented the practice of providing complementary foods at a good level (45.6%). However, there were still respondents whose practices of providing complementary foods were in the poor category (1.9%). This study is expected to be the basis for promotion and education to improve the complementary feeding practices at the age of 6-23 months as well as preventive efforts for picky eater behavior. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Putri Mumpuni Saraswati
"Picky eater merupakan salah satu permasalahan perilaku makan yang umum dijumpai pada anak, terkait tahap pertambahan usianya. Jika dihadapi dengan sikap yang tepat, maka fase picky eater akan terlewati dan anak dapat memperbaiki perilaku makannya di kemudian hari. Sebaliknya, jika tidak dihadapi dengan tepat, maka anak dapat membawa perilaku picky eater hingga dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku picky eater dan faktor yang melatar belakanginya di PAUD Kasih Ananda, Bekasi.
Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif, yang sebelumnya didahului dengan sebuah skrining sederhana dengan menggunakan kuesioner. Penelitian berlangsung pada bulan April-Mei 2012. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam kepada lima orang informan yang merupakan ibu dari siswa yang mengalami picky eater berdasarkan hasil skrining. Wawancara dilakukan dengan bantuan alat perekam, kemudian dibuat transkrip secara verbatim. Selain dengan wawancara mendalam, peneliti juga melakukan observasi partisipatif di tempat penelitian. Hasil penelitian tersebut dibuat menjadi matriks yang kemudian akan dikelompokkan berdasarkan kategorinya. Selanjutnya, data yang didapat diuji terhadap teori yang ada dan kemudian dicari alternatif penjelasan bagi data.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku picky eater yang umum ditemui pada anak di PAUD Kasih ananda adalah memilih jenis makanan dan sulit dikenalkan pada makanan baru (neofobia). Berdasarkan kerangka konsep yang ada, terbukti bahwa faktor yang melatar belakangi picky eater yaitu variasi makan yang terbatas, perilaku makan anggota keluarga lain, ASI eksklusif, pengetahuan orangtua, cara ibu menghadapi picky eater. Interaksi antara orangtua dan anak yang terjalin sudah baik, namun belum cukup berperan dalam membentuk kebiasaan makan yang baik pada anak.

Picky eater is one of feeding problem that most commonly found in children. In fact, this problem normally happens as a normal phase of feeding behavior at children, seeing their age. The aim of this study is to describe the picky eating behavior happen in pre-school aged children in PAUD Kasih Ananda, Bekasi and factor that lies behind.
This study was done qualitatively, preceded with a screening using a picky eater questionnaire. The research lasted for two months, April-Mei 2012. Data collected by deeply interviewing five informants who are mother of child that have picky problem based on the screening done before. A recorder used to record the interview and the data transcribed verbatim. In addition to the interview, this study was also done with the participatory observation on the research field. The transcription was made into a matrix that grouped by the category. The data, then, described based on the theory prevailed.
This research results picky eating behavior that largely found is limited number of food acceptance. They become so choosy about what they want and don't want to eat. The other problem is that they fear of the new food they newly know (neophobic). Based on the conceptual framework used, it?s proven that factors cause picky eater are limited food variety, eating behavior of other family member, exclusive breastfeeding, parent's knowledge, and mother?s attitude in facing picky eater. Parents and child interaction has gone well, yet not enough to form a good eating behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Yulia Damayanti
"Status gizi balita merupakan salah satu indikator kesehatan yang ideal dalam suatu negara. Hubungan gizi dengan kesehatan sangat erat. Pemerintah Indonesia telah berupaya dalam pemantauan status gizi balita untuk mengatasi permasalahan status gizi pada balita. Pola pemberian makan yang tidak sehat pada balita dapat menggangu status gizi balita sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Pola Pemberian Makan dengan Status Gizi Balita Usia 6-59 Bulan Di Wilayah Puskesmas Cilangkap Kota Depok. Desain penelitian ini adalah cross sectional melibatkan 106 ibu dan balita di wilayah kerja Puskesmas Cilangkap Depok. Instrumen yang digunakan adalah ceklist pola pemberian makan balita yang terdapat pada Buku KIA, tabel z-score standar antopometri PMK no. 2 Tahun 2020 untuk mengukur status gizi balita. Uji statistik bivariat dalam penelitian ini adalah chi- square. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan signifikan pada pola pemberian makan dengan status gizi balita di Puskesmas Cilangkap Depok (p=0,000). Berdasarkan hasil penelitian tersebut pola pemberian makan pada balita perlu diperhatikan para orang tua agar status gizi balita tetap dalam keadaan normal sehingga pertumbuhan dan perkembangan balita dapat optimal.

The nutritional status of toddlers is one of the ideal health indicators in a country. The relationship between nutrition and health is very close. The Indonesian government has made efforts to monitor the nutritional status of toddlers to overcome the problem of nutritional status in toddlers. Unhealthy feeding patterns in toddlers can interfere with the nutritional status of toddlers so that they affect their growth and development. The purpose of this study is to determine the relationship between Feeding Patterns and the Nutritional Status of Toddlers Aged 6-59 Months in the Cilangkap Health Center Area, Depok City. The design of this study is cross sectional involving 106 mothers and toddlers in the work area of the Cilangkap Depok Health Center. The instrument used is a checklist of feeding patterns of toddlers contained in the KIA Book, the standard z-score table of PMK antopometry no. 2 of 2020 to measure the nutritional status of toddlers. The bivariate statistical test in this study is chi-square. The results of this study showed that there was a significant relationship between feeding patterns and the nutritional status of toddlers at the Cilangkap Depok Health Center (p=0.000). Based on the results of the study, feeding patterns in toddlers need to be considered by parents so that the nutritional status of toddlers remains in a normal state so that the growth and development of toddlers can be optimal. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astuti
"Latar belakang: Indonesia adalah negara yang rawan terjadi bencana alam. Bencana-bencana tersebut menempatkan anak usia dini pada posisi rentan. Salah satu kebutuhan anak usia 6-24 bulan yang sulit terpenuhi pada situasi bencana adalah MPASI. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemberian MPASI pada situasi bencana di Indonesia. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan datanya menggunakan observasi, FGD (6 partisipan), dan wawancara mendalam (11 partisipan). Partisipan yang terlibat merupakan aktivis kemanusiaan, tenaga kesehatan, warga setempat yang terlibat pada pengolahan MPASI dan pengasuh utama anak. Latar belakang kejadian bencana adalah erupsi Merapi 2021 dan longsor Sumedang 2021. Analisis data yang digunakan adalah analisis tematik, data diambil dari kalimat bermakna partisipan lalu dibentuk koding, diberikan kategori hingga subtema, dan dibentuk tema. Hasil: Terdapat lima tema yang dihasilkan yaitu 1) Donasi MPASI rumahan berdasarkan kearifan lokal, 2) MPASI yang tidak adekuat, 3) Sumber daya terbatas untuk pengelolaan MPASI, 4) Kondisi bersih versus kondisi kotor, dan 5) Asa MPASI yang Terjaga di Tengah Situasi Bencana. Kesimpulan: Penelitian ini menemukan beberapa program yang menyediakan MPASI rumahan berdasarkan kearifan lokal meskipun demikian makanan yang disediakan belum sepenuhnya adekuat memenuhi nutrisi anak usia 6-24 bulan. Makanan dan minuman pabrikan masif diberikan oleh para donatur. Meskipun demikian, praktik responsive feeding dan pemberian ASI masih berjalan seperti biasa.

Background: Indonesia regularly faces many natural disasters. As one of vulnerable groups, young children aged 6-24 months had the challenges to get the complementary foods properly during the disaster situation. The aim of this study was to analyze the practice of complementary feeding in Indonesian disaster situations. Methods: This research was a case study qualitative research. The data was collected using observation, FGD (6 participants), and in-depth interviews (11 participants). The participants were humanitarian activists/health workers/the residents who were involved in the process of making complementary foods and the primary caregivers of children aged 6-24 months. The background of the disaster is the Merapi eruption in 2021 and the Sumedang landslide in 2021. The data analysis used is thematic analysis that data is taken from meaningful sentences of the participants and then the coding is formed, given categories to sub-themes, and formed themes. Results: There were five themes resulting from data analysis. The themes were 1) The donation of home-based complementary foods based on local wisdom, 2) Inadequate complementary feeding, 3) Limited resources for complementary foods management, 4) The clean conditions versus the dirty ones, and 5) A glimpse of hope of complementary feeding practices. Conclusion: This research shows that several programs provide home-based complementary foods based on local wisdom, although the food provided is not fully adequate to meet the nutrition of children aged 6-24 months. Massive manufactured food and beverages were provided by the NGOs. Nevertheless, the practice of responsive feeding and breastfeeding are continued.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reihan Zulkarnaen
"Indikator Konsumsi Telur, Ikan, atau Daging (TID) adalah salah satu indikator Pemberian Makanan Bayi dan Anak (Infants and Young Child Feeding) WHO dan UNICEF sebagai salah satu cara untuk mencegah dan menanggulangi permasalahan gizi anak, seperti stunting Indikator tersebut mulai digunakan sejak 2021. Penelitian ini dijalankan untuk mengetahui persentase ketercapaian indikator TID dan faktor-faktor yang memengaruhi konsumsi TID pada anak usia 6-23 bulan. Studi ini menganalisis data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Studi menggunakan desain potong lintang (cross-sectional) dengan analisis univariat dan bivariat. Pada SDKI, informasi konsumsi diperoleh  melalui frekuensi makan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase anak usia 6-23 bulan yang memenuhi konsumsi TID sebesar 71,7%. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara usia anak 6-11 bulan (Prevalence Ratio (PR) = 3,34; 95% CI: 2,96-3,75), akses ibu terhadap internet (PR = 1,19; 95%CI: 1,06-1,34), kepemilikan buku KIA (PR = 0,74; 95% CI: 0,59-0,95), ibu berpendidikan rendah (PR = 1,65; 95% CI: 1,29-2,13) dan menengah (PR =  1,36; 95%CI: 1,09-1,70), ayah berpendidikan rendah (PR = 1,65; 95% CI: 1,27-2,13) dan menengah (PR = 1,28; 95% CI: 1,01-1,619), status bekerja ibu (PR = 1,32; 95%CI: 1,16-1,45), rumah tangga paling miskin (PR=1,86; 95%CI: 1,40-2,47), rumah tangga miskin (PR = 1,74; 95%CI: 1,32-2,31), rumah tangga menengah (PR = 1,67; 95%CI: 1,26-2,22), rumah tangga kaya (PR = 1,39; 95%CI: 1,05-1,83), dan tidak memiliki kulkas (PR = 1,28; 95% CI: 1,14-1,44) terhadap ketidaktercapaian konsumsi TID. Informasi mengenai faktor-faktor yang memengaruhi konsumsi TID ini dapat menjadi dasar informasi terkini mengenai indikator konsumsi TID.

Egg and/or Flesh Food Consumption is one of WHO and UNICEF's Infants and Young Child Feeding indicators as a way to prevent and overcome child nutrition problems, such as stunting. The indicator was recently used, since 2021. This research was carried out to determine the coverage of EFF and factors that influence EFF consumption in children aged 6-23 months. The 2017 IDHS secondary data was utilized in this research. The study used a cross-sectional design with univariate and bivariate analysis. The research results showed that the percentage of children aged 6-23 months who met EFF consumption was 71.7%. There is a statistically significant relationship between child aged 6-11 months (PR = 3.34; 95% CI: 2.96-3.75), mother's access to the internet (PR = 1.19; 95% CI: 1, 06-1.34), ownership of KIA book (PR = 0.74; 95% CI: 0.59-0.95), mother with low (PR = 1.65; 95% CI: 1.29-2, 13) and middle (PR = 1.36; 95%CI: 1.09-1.70) education, low (PR = 1.65; 95%CI: 1.27-2.13) and middle (PR = 1.28; 95% CI: 1.01-1.619) education, mother's working status (PR = 1.32; 95% CI: 1.16-1.45), poorest household (PR = 1.86; 95%CI: 1.40-2.47), poor households (PR = 1.74; 95%CI: 1.32-2.31), middle class households (PR = 1.67; 95%CI: 1.26-2.22), rich households (PR = 1.39; 95%CI: 1.05-1.83), and not having refrigerator (PR = 1.28; 95%CI: 1.14- 1.44) towards non-achievement of EFF consumption. Information regarding factors that influence EFF consumption can be the basis for current information regarding EFF consumption indicators."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indinesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risna Merysa
"Prevalensi stunting di Indonesia khususnya di daerah Aceh masih tinggi dan kondisi ini masih berada di atas ambang yang ditetapkan WHO sebesar 20%. Salah satu faktor yang memengaruhi kejadian stunting yaitu pemberian makan pada anak yang meliputi pemberian ASI dan MPASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman ibu terhadap pemberian makan pada anak dengan kondisi stunting. Penelitian ini yaitu penelitian kualititatif dengan pendekatan fenomenologi. Partisipan yang terlibat di dalam penelitian ini yaitu 10 ibu yang memiliki anak dengan kondisi stunting berusia 2-3 tahun. Analisis tematik merupakan metode analisis data yang dilakukan di dalam penelitian ini. Berdasarkan data analisis yang dilakukan diperoleh 6 tema yaitu: 1) Ibu memberikan ASI tapi tidak eksklusif, 2) Pemberian MPASI tidak adekuat, 3) Ibu kurang mendapat informasi tentang pemberian makan pada anak, dan 4) Ibu memperoleh dukungan dari suami dan keluarga selama pemberian makan pada anak. Pemberian edukasi tentang pemberian makan pada anak harus dioptimalkan untuk mengurangi angka kejadian stunting pada anak di Indonesia khususnya di Aceh.

The prevalence of stunting in Indonesia, especially in Aceh, is still high and this condition is still above the threshold set by the WHO of 20%. One of the factors that influence the incidence of stunting is the feeding practice including breastfeeding and complementary feeding. This study aimed to explore the experience of mothers in feeding practice for children with stunting conditions. This research was aqualitative research with a phenomenological approach. The participants involved in this study were 10 mothers who had children with stunting conditions for 2-3 years. Thematic analysis was a method of data analysis carried out in this study. Based on the data analysis, 6 themes were obtained, namely: 1) Children are not exclusively breastfed, 2) Inadequate complementary feeding practice, 3) Mothers have lack information about child-feeding practices, and 4) Mothers get the supports from husband and family during the feeding process to their children. Providing education about child feeding should be optimized to reduce the incidence of stunting in children in Indonesia, especially in Aceh."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>