Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R.A. Yentri Marchelino
Abstrak :
Penelitian yang mengungkap hubungan antara kecerdasan emosi dan kematangan karir sangat jarang ditemukan dalam literatur. Selain itu, perbedaan kelompok berdasarkan jenis kelamin dan program pendidikan pada kedua variabel ini masih menunjukkan hasil yang inkongruen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengisi kesenjangan dalam literatur tersebut. Peneliti mengharapkan akan ada hubungan yang bermakna antara kecerdasan emosi dan kematangan karir. Diharapkan juga bahwa jenis kelamin sena program pendidikan akan mernpunyai efek utama terhadap kedua variabel dependen tersebut. Tiga puluh satu orang siswa akselerasi (M = 15.03/SD = 0.60) dan tujuh puluh satu siswa reguler (M = 16.23/SD = 0.59) dari dua sekolah menengah atas di Jakarta berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini mengungkap hubungan yang positif dan bermakna antara kematangan karir dan kecerdasan emosi (r = 0.657,p < 0.01). Ditemukan bahwa skor kematangan karir laki-laki lebih tinggi secara signifikan (F= 9.11, p < 0.01) daripada perempuan dan kematangan karir siswa akselerasi lebih tinggi secara signifikan dari siswa reguler (F = 15.52,p < 0.01). Sedangkan pada kecerdasan emosi, tidak ada perbedaan bermakna yang ditemukan. Motivasi menjadi pembahasan penting dalarn diskusi, juga berkembangan karir perempuan, tenitama pada kelompok siswa berbakat. ......The relationship between emotional intelligence and career maturity has not been much revealed. Furthermore, mean differences due to gender and educational program still showed incongruency in the results. The aim of this study was to fill that literature gap. It was expected that emotional intelligence and career maturity would have a significant relationship. The main effects caused by gender and educational program on career maturity and emotional intelligence was hypothesized too. Thirty one students in accelerated program (14 = 15.03/SD — 0.60) and seventy one students in regular program (NI ---- 16.23/SD = 0.59) from two high schools in Jakarta participated in this study. This study revealed the significant and positive correlation between career maturity and emotional intelligence (r 0.657, p < 0.01). It was found that career maturity of male students was significantly higher than female (F 9.11, p < 0.01) and career maturity of accelerated students was significant)/ higher than regular ones (F = 15.52, p < 0.01). No significant group differences found in emotional intelligence. Motivation came out as one of topics in discussion, and the career development of female students, especially those who are gifted.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
T33912
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Oktavianto S.K.
Abstrak :
ABSTRAK
Sebagian besar waktu dalam kehidupan manusia dilewatkan dalam sebuah keluarga. Keluarga, bag! kebanyakan orang merupakan lingkungan yang pertama yang ditemui dalam hidupnya sekaligus merupakan yang terdekat dan terpenting. Sejak dari bayi hingga menjadi dewasa mereka berada dalam keluarga. Membangun sebuah keluarga bermula dari upacara perkawinan. Perkawinan merupakan aspek dasar terbentuknya keluarga.

Menjalani sebuah perkawinan bukan merupakan suatu hal yang mudah. Dibutuhkan penyesuaian pada suami-istri dalam sebuah perkawinan yang berlangsung secara terus menerus. Penyesuaian perkawinan berhasil apabila kriteria-kriterianya dapat terpenuhi. Adapun kriteria-kriteria penyesuaian perkawinan menurut Burgess&Locke (dalam Miller, 1985) adalah adanya kesesuaian pendapat antara suami dan istri, adanya minat dan kegiatan bersama, adanya ungkapan kasih sayang dan rasa saling percaya, memiliki sedikit keluhan dan tidak memiliki perasaan sepi, sedih, marah, dan semacamnya. Semakin banyak kriteria-kriteria yang terpenuhi semakin berhasil penyesuaian perkawinan itu. Situasi terburuk dalam sebuah perkawinan adalah gagalnya perkawinan. Hal ini ditandai dengan perceraian.

Munculnya perceraian biasanya diawali dengan tidak adanya kesesuaian antara suami dan istri dalam hal-hal yang bagi masing-masing sulit untuk dapat diterima. Perceraian merupakan puncak buruknya penyesuaian perkawinan (Hurlock, 1980). Menurut Duvall& Miller (1985) perceraian seringkali didahului oleh pertengkaran-pertengkaran yang bersifat destruktif antara suami-istri. Hal ini oleh Goleman (1995) dihubungkan dengan kecettidsan emosi. Kecerdasan emosi dapat meningkatkan kemungkinan pada pasangan suami-istri untuk dapat

Rasa terima kasih yang begitu besar ingin penulis sampaikan kepada Dra. Adriana Soekandar dan Dra. Kristi Poerwandari atas saran dan kritik yang tak ternilai harganya sejak awal hingga akhir pembuatan skripsi.

Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada para responden yang sudah bersedia meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi. Untuk Metty, Marcellajntan, dan Paula penulis secara khusus ingin menyampaikan rasa terima kasih atas saran-saran yang diberikan ketika penulis menghadapi kesulitan-kesulitan. Kepada Stefan, Tya, Lia, Susan dan Marcel, terima kasih atas dorongan semangat dan bantuan kalian.

Buat Anton dan Dandy, thank's for your help pall Untuk Bobby, John, dan Daniel, thank's atas dorongan semangatnya.

At this moment I would like to express my gratitude to Prof. Jack Mayer, Prof. Salovey, and Mr. Steve Hein. I just wanna tell you that I really appreciate your help and your time. Your advise and suggestion made me able to finish my thesis (skripsi), finally.

Tak lupa penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada para staf pengajar, karyawan Tata Usaha, dan karyawan perpustakaan, serta seluruh rekan-rekan di Fakultas Psikologi Ul yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
1992
S2124
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Goleman, Daniel
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002
152.4 GOL k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Marisa Permatasari
Abstrak :
Tujuan penelitian adalah menganalisa adanya pengaruh Keterampilan TI dan Kecerdasan Emosi terhadap Daya Saing PNS dalam Implementasi Sistem e-Procurement pada proses Pengadaan Barang/Jasa di Departemen PU. Metodologi penelitian secara kuantitatif dengan metode survey. Responden penelitian adalah PNS yang bekerja di Dirjen Cipta Karya, Departemen PU, dengan sampel sebanyak 80 orang terpilih secara acak. Hasil penelitian yang di dapat adalah, bahwa ada pengaruh positif dari Keterampilan TI sebesar 39.7 %, Kecerdasan Emosi sebesar 31.8 % dan secara bersama ? sama adalah sebesar 54.5 % terhadap Daya Saing PNS. ......The purpose of this research is to analyze the affection of IT Skills and Emotional Intelligence towards the Government Civil Workers Competitiveness in the Implementation of e-Procurement System of Goods/Services Procurement Process at the Department of Public Works. The research methodology conducted a quantitative research with a survey method. The respondents are the workers at the Directorate General of Cipta Karya, Department of Public Works with total sample of 80 people, selective randomly. The research outcome discovered that there is a positive affection for 39.7% of IT Skills, 31.8% of Emotional Intelligence and 54.5% of both towards the Government Civil Workers? Competitiveness.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27580
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yanthi Haryati
Abstrak :
Pelanggaran disiplin sekolah menjadi masalah yang kerapkali dilakukan oleh remaja. Bentuk peianggaran disiplin sekolah yang dilakukan dapat berupa: agresi fisik, contohnya pemukulan, perkelahian, dan perusakan; kesibukan berteman saat guru mengajar, mencari perhatian, seperti mengedarkan tulisan, atau gambar-gambar dengan maksud mengalihkan perhatian dari pel^aran; menentang wibawa guru, misalnya tidak mau menurut, memberontak, memprotes dengan kasar, dan mencari perselisihan dengan mengkritik, menertawakan dan mencemooh, merokok, datang terlambat, membolos, kabur dari kelas, mencuri, menipu, berpakaian tidak sesuai dengan ketentuan, memeras, minum minuman keras dan menggunakan obat-obat terlarang (Kooi dan Schutx dalam Sukadji 2000). Bahkan masalah yang berhubungan dengan sekolah menjadi salah satu masalah besar dalam rentang masa remaja selain obat-obatan terlarang, kehamilan remaja, dan delinkuensi. Banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya peianggaran disiplin sekolah, salah satunya adalah sejauh mana kesesuaian perilakunya dengan keterampilan-keterampilan kecerdasan emosi menurut Goleman. Begitu juga menurut Gunarsa & Gunarsa (2003) dan Sarwono (2003) yang menyatakan bahwa faktor pribadi merupakan salah satu dari penyebab terjadinya permasalahan remaja. Penelitian dilakukan melalui pendekatan kuantitatif terhadap 100 orang siswa SXM yang berada di wilayah Depok, Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signitikan antara kecerdasan emosi dan peianggaran disiplin sekolah. Arah hubungannya negatif, artinya semakin tinggi kecerdasan emosi semakin rendah peianggaran disiplin sekolah. Beberapa ranah dalam kecerdasan emosi yang berhubungan dengan peianggaran disiplin sekolah adalah kemampuan mengenali emosi diri, mengelola emosi dan kemampuan mengenali emosi orang lain. Sedangkan unluk ranah kemampuan memotivasi diri dan membina hubungan dengan orang lain tidak ada hubungan dengan peianggaran disiplin sekolah. Saran yang diberikan adalah perlu adanya peningkatan keterampilan kecerdasan emosi pada siswa sehingga dengan demikian remaja dapat terbantu dalam mencapai tugas-tug£is perkembangannya dan turut membantu terciptanya kegiatan belajar yang baik. Perlu diperhatikan pula hal-hal lain yang menjadi faktor penyebab terjadinya pelanggaran disiplin sekolah misal faktor keluarga, faktor pengaruh peer-group, faktor sosial ekonomi dan faktor lingkungan, sehingga para remaja sebagai harapan bangsa dapat mencapai identitas diri yang positif dan mereka akan tiba di masa dewasa yang dapat memberi kontribusi yang mulia untuk kesejahteraan bangsanya.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S2878
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brahmanditha Ardian Mahatma
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kecerdasan emosi dan self-efficacy dengan prestasi akademik. Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi dan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain (Goleman, 1999). Self-efficacy merupakan keyakinan yang dimiliki seseorang mengenai kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan dalam mencapai suatu tujuan tertentu (Bandura, 1997). Menurut KBBI, prestasi akademik adalah hasil pencapaian seseorang yang diperoleh dari kegiatan belajar mengajar di sekolah atau perguruan tinggi yang biasanya ditunjukan dengan nilai angka atau simbol. Kecerdasan emosi diukur menggunakan Emotional Intelligence Inventory (EII) dan self-efficacy diukur menggunakan College Academic Self-Efficacy Scale (CASES). Penelitian ini dilakukan pada 178 mahasiswa Universitas Indonesia angkatan 2012, 2013, 2014, dan 2015. Data penelitian diolah menggunakan teknik statistik Pearson Correlation & Multiple Correlation. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosi dan prestasi akademik, self-efficacy dengan prestasi akademik, maupun kecerdasan emosi dan self-efficacy secara bersama-sama mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan prestasi akademik. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan kepada seluruh sivitas akademik terutama psikologi pendidikan, untuk mempertimbangkan aspek kecerdasan emosi dan self-efficacy demi pencapaian prestasi akademik mahasiswa yang lebih baik. ......This study aimed to examine the relationship between emotional intelligence and self-efficacy with academic achievement. Emotional intelligence is the ability to recognize our own feelings and the feelings of others, motivating and managing emotions well in ourselves and in relationships with others (Goleman, 1999). Self-efficacy is the belief that one has the ability to organize and carry out actions in achieving a particular goal (Bandura, 1997). According KBBI, academic achievement is the achievement of an individual derived from teaching and learning activities in schools or colleges that usually indicated by the value of numbers or symbols. Emotional intelligence was measured using the Emotional Intelligence Inventory (EII) and self-efficacy was measured using the College Academic Self-Efficacy Scale (CASES). This study was conducted on 178 students of the University of Indonesia class of 2012, 2013, 2014, and 2015. Data were analyzed using statistical techniques Pearson Correlation and Multiple Correlation. The results showed that there is a positive and significant relationship between emotional intelligence and academic achievement, self-efficacy with academic achievement, as well as emotional intelligence and self-efficacy together have a positive and significant relationship with achievement. The results of this study can be input to all academic faculty primarily educational psychology, to consider aspects of emotional intelligence and self-efficacy for the sake of academic achievement of students better.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63256
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Eka Putri
Abstrak :
Counterproductive work behavior (CWB) merupakan perilaku secara sengaja untuk membahayakan organisasi dan orang lain di dalamnya yang dapat meningkatkan kerugian organisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kecerdasan emosi memediasi hubungan antara trait mindfulness dengan CWB. Responden penelitian ini terdiri dari 134 pria dan 176 wanita (N = 310) yang bekerja penuh waktu. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mindfulness Attention Awareness Scale (MAAS), Wong and Law Emotional Intelligence Scale (WLEIS), dan CWB-Checklist (CWB-C). Berdasarkan hasil analisis, terdapat indirect effect (ab = -.046, p < .01) dan direct effect (c = -.225, p < .01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan emosi memediasi secara parsial hubungan antara trait mindfulness dengan CWB. ......Counterproductive work behavior (CWB) is behavior intends to harm organization and other people inside it that increased organizational loss. The purpose of this study is to find out whether emotional intelligence mediates the relationship between trait mindfulness and CWB. Respondents of this study consist of 134 men and 176 women (N = 310) who work full-time. Instruments used in this study are Mindfulness Attention Awareness Scale (MAAS), Wong and Law Emotional Intelligence Scale (WLEIS), dan CWB-Checklist (CWB-C). Based on the result of analysis, there is significant indirect effect (ab = -.046, p < .01) and direct effect (c = -.225, p < .01). It has shown that emotional intelligence partially mediates the relationship between trait mindfulness and CWB.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Iffata Fauziya
Abstrak :
ABSTRAK
Paska terjadinya bencana, penyintas mengalami beberapa fase bencana yang dapat mengarah pada masalah psikologis akibat peristiwa traumatik. Kemampuan resiliensi yang dihasilkan berdasarkan kecerdasan emosi penyintas diperlukan dalam fase pemulihan bencana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik dan kecerdasan emosi dengan resiliensi pada penyintas banjir. Penelitian deskriptif analitik ini dilakukan di Desa Cemara Kulon dengan stratified random sampling pada 122 penyintas bencana banjir Indramayu dengan menggunakan instrumen Schutte Self-Report Emotional Intelligence Test dan Connor-Davidson Resilience Scale. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan antara pendidikan (p= 0,033) dan kecerdasan emosi (p= 0,000) dengan resiliensi. Penyintas dengan ke-cerdasan emosi tinggi memiliki peluang lebih besar untuk beresiliensi dengan baik. Oleh karena itu asuhan keperawatan jiwa dengan mengacu pada kecerdasan emosi penyintas diharapkan dapat membuat penyintas dalam kondisi yang resilien di fase pemulihan bencana. Kesegeraan asuhan keperawatan jiwa dan edukasi kesehatan jiwa paska bencana juga diharapkan dapat menurunkan angka kejadian dampak psikologis paska bencana.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
610 JKI 20:3 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Amirah Fatin
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya efek mediasi kepribadian proaktif dalam pengaruh kecerdasan emosi terhadap efikasi diri keputusan karier siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Siswa SMK diketahui mengalami kesulitan dalam membuat keputusan karier di akhir masa studinya, padahal mereka telah menentukan kejuruan mereka sejak memasuki SMK. Salah satu penyebabnya adalah siswa kurang memiliki efikasi diri keputusan karier. Untuk menanggulangi hal tersebut, efikasi diri keputusan karier siswa perlu ditingkatkan melalui faktor lain yang memengaruhinya, seperti kecerdasan emosi. Kepribadian proaktif dipilih sebagai variabel mediator. Studi kuantitatif ini dilakukan terhadap 833 orang siswa SMK kelas 12 di sembilan sekolah wilayah Depok dan Jakarta Selatan, dengan menggunakan metode non-probability sampling jenis accidental sampling. Alat ukur yang digunakan yaitu Career Decision Self-Efficacy Scale-Short Form (CDSES-SF), Trait Emotional Intelligence Questionnaire-Short Form (TEIQue-SF), serta Proactive Personality Scale (PPS), dengan masing-masing alat ukur memiliki reliabilitas > 0,7. Analisis mediasi dilakukan menggunakan PROCESS oleh Hayes, dengan hasil kepribadian proaktif mampu memediasi pengaruh kecerdasan emosi terhadap efikasi diri keputusan karier secara partial (ab = 0,10, c' = 0,12, p<0,01). Hasil studi ini dapat digunakan pada program intervensi untuk meningkatkan efikasi diri keputusan karier siswa, dengan memperhatikan faktor kecerdasan emosi dan kepribadian proaktif pada siswa.
ABSTRACT
This study was conducted to examine proactive personality as mediator in the influence of emotional intelligence on vocational high school student's career decision self efficacy. Vocational high school students are known to have difficulty in making career decisions because they have lack on career decision self-efficacy. To overcome this, students career decision self-efficacy needs to be improved through other factors, such as emotional intelligence. Proactive personality chosen as a mediator variable. This quantitative study was conducted on 833 vocational high school students from Depok and Jakarta Selatan, and were recruited using non-probability sampling method with the type of accidental sampling. The measuring instruments are Career Decision Self-Efficacy Scale-Short Form (CDSES-SF), Trait Emotional Intelligence Questionnaire-Short Form (TEIQue-SF), and Proactive Personality Scale (PPS), with a reliability of > 0.7. Mediation analysis was used as the data analysis technique, using PROCESS by Hayes. The results showed that proactive personality was partially mediate the effect of emotional intelligence on career decision self efficacy (ab = 0.10, c' = 0.12, p <0.01). The results of this study can be used in intervention programs to improve students career decision self-efficacy, taking into account emotional intelligence and proactive personality factors in students.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>