Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200215 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lubis, Fathinah Adzrra
"Gangguan fungsional yang muncul pada penyintas stroke membuat beban caregiver (caregiver burden) menjadi berat. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa kesiapan merawat memiliki hubungan positif dengan tingkat beban caregiver, namun penjelasan mengenai mekanisme hubungan ini masih terbatas. Salah satu faktor yang berpotensi menjembatani hubungan tersebut adalah sense of coherence (SOC), yaitu orientasi individu mengenai kehidupan yang koheren. Kesiapan merawat yang baik berpotensi membantu caregiver membentuk pandangan masa depan yang lebih koheren sehingga pengalaman merawat terasa lebih positif. Penelitian ini menguji peran sense of coherence (SOC) sebagai variabel mediator dalam hubungan kedua variabel tersebut untuk memahami mekanisme psikologis yang dialami caregiver. Penelitian diujikan kepada 121 caregiver penyintas stroke (15 laki-laki, 106 perempuan; rentang usia 18–65 tahun) dengan mayoritas durasi menjadi caregiver selama 1–3 tahun. Alat ukur yang digunakan mencakup Preparedness for Caregiving Scale Indonesian Version (M = 26,45; SD = 8,33), Sense of Coherence (M = 37,59; SD = 10,49), dan Zarit Burden Interview (M = 57,13; SD = 22,67). Hasil analisis menemukan bahwa SOC berperan dalam memediasi penuh hubungan kedua variabel. Temuan ini menegaskan peran penting SOC dalam menjembatani kesiapan merawat terhadap pengalaman merawat yang lebih adaptif. Penelitian ini berkontribusi untuk memperdalam pemahaman mengenai hubungan antara kesiapan merawat dan beban caregiver pada caregiver penyintas stroke.

Functional impairments experienced by stroke survivors can lead to a heavy caregiving burden. Previous studies have found that preparedness for caregiving is positively associated with caregiver burden, however, explanations regarding the underlying mechanism remain limited. One potential factor that may mediate this relationship is sense of coherence (SOC), which refers to an individual's orientation toward life as coherent. Greater caregiving preparedness may enable caregivers to perceive their role as coherent, leading to a more positive caregiving experience. This study examines the mediating role of SOC in the relationship between caregiving preparedness and caregiver burden to better understand the underlying psychological mechanisms. The study involved 121 caregivers of stroke survivors (15 males, 106 females; aged 18–65 years), with the majority having served as caregivers for 1–3 years. Measurement tools included the Preparedness for Caregiving Scale Indonesian Version (M = 26.45; SD = 8.33), Sense of Coherence Scale (M = 37.59; SD = 10.49), and Zarit Burden Interview (M = 57.13; SD = 22.67). The mediation analysis showed that SOC fully mediated the relationship between caregiving preparedness and caregiver burden. These findings highlight the important role of SOC in bridging caregiving preparedness and a more adaptive caregiving experience. This study contributes to a deeper understanding of the relationship between caregiving preparedness and burden among caregivers of stroke survivors."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tesalonika Sih Mardi Bekti
"Stroke adalah penyakit dengan tingkat disabilitas dan mortalitas yang tinggi. Pasien stroke mengalami berbagai gejala yang mengakibatkan disabilitas sehingga pasien tidak mampu beraktivitas dan memenuhi kebutuhannya seorang diri. Kondisi ini membuat pasien sangat bergantung pada family caregiver dalam beraktivitas dan memenuhi kebutuhan sehari-hari, perawatan stroke yang kompleks dan membutuhkan waktu yang lama dapat menyebabkan family caregiver mengalami beban caregiver. Dalam hal ini, kesiapan merawat dapat menjadi bekal bagi individu dalam mencegah beban caregiver karena persepsi bahwa individu siap untuk merawat dapat memfasilitasi individu dalam melakukan tugasnya sebagai caregiver dan menghadapi tantangan yang dialami ketika merawat pasien stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kesiapan merawat pada beban caregiver pasien stroke. Penelitian ini melibatkan 67 family caregiver pasien stroke dengan rentang usia 18-65 tahun. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indonesian Preparedness for Caregiving (I-PCS) dan Zarit Burden Interview (ZBI-22). Analisis statistik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kesiapan merawat berperan secara negatif dan signifikan pada beban caregiver pasien stroke (p<0,05, R²=0,21). Hasil penelitian mengimplikasikan bahwa caregiver perlu memiliki kesiapan merawat untuk meminimalisasi beban caregiver. Hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi pihak tenaga kesehatan, psikolog serta pihak terkait lainnya untuk menyelenggarakan sebuah program pelatihan dan kolaborasi untuk membantu caregiver dalam mempersiapkan dirinya baik secara praktis maupun emosional untuk mencegah beban caregiver.

Stroke is a disease with a high rate of disability and death. Stroke patients experience various symptoms that cause disability so that patients become unable to carry out activities and meet their own needs. This condition makes the patients very dependent on family caregivers to carry out activities and meet daily needs. Stroke treatment is complex and time-consuming, these conditions can lead caregivers to experience a heavy burden on caregivers. In this case, the preparedness to provide care is one of the things that can prevent caregiver burden because the perception that someone is ready to care can make it easier for that person to carry out their duties and challenges as a caregiver when taking care of stroke patients. This study aims to examine the role of preparedness to caregiving in caregiver burden on caregivers of stroke patients. This study involved 67 family caregivers of stroke patients with an age range from 18-65 years old. The instruments used in this study were Indonesian Preparedness to Caregiving (I-PCS) and Zarit Burden Interview (ZBI-22). Statistical analysis in this study shows that preparedness to caregiving has a negative and significant role on caregiver burden on stroke patients (p < 0.05, R² = 0.21). The research findings indicate that caregivers need to be prepared to provide care in order to reduce the burden on caregivers. This can be a consideration for health workers, psychologists and other related parties to organize training and collaboration programs to help caregivers prepare practically and emotionally to prevent caregiver burden."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fidelya Amrina
"Saat ini, prevalensi orang dengan demensia (ODD) di Indonesia terus meningkat dan diperkirakan mencapai 4 juta jiwa pada tahun 2050 (Alzheimer’s Indonesia, 2020). Risiko mengalami demensia lebih besar pada kelompok lanjut usia (lansia). Kondisi tersebut menegaskan kebutuhan akan peran caregiver keluarga, karena lansia dengan demensia memerlukan bantuan dalam aktivitas sehari-hari. Di sisi lain, peran tersebut kerap disertai tantangan yang membebani caregiver. Keberadaan sumber daya yang dipersepsikan sebagai dukungan sosial diduga dapat membangun keyakinan caregiver terhadap kemampuannya dalam menghadapi kesulitan selama merawat sehingga meringankan beban yang dirasakannya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran efikasi diri caregiver sebagai mediator pada hubungan persepsi dukungan sosial dan beban pengasuhan pada caregiver keluarga lansia dengan demensia. Partisipan berjumlah 95 caregiver (16 laki-laki, 79 perempuan; rata-rata usia 40,79 tahun (SD = 12,26) dan rata-rata telah merawat selama 39.79 bulan (SD = 32.97). Alat ukur yang digunakan yaitu Zarit Burden Interview (ZBI), Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), dan Caregiver Inventory (CGI). Analisis dilakukan menggunakan program Macro PROCESS Hayes SPSS Model 4 simple mediation dan bootstrapping 5000 sampel. Hasil menunjukkan bahwa efikasi diri caregiver memediasi penuh hubungan persepsi dukungan sosial dan beban pengasuhan. Temuan ini menegaskan bahwa persepsi dukungan sosial berperan penting dalam meringankan beban selama pengasuhan, melalui peningkatan efikasi diri. Sebagai implikasi dari temuan, peneliti menekankan pentingnya intervensi untuk mempererat hubungan sosial dan mendorong peningkatan keyakinan diri caregiver.

The prevalence of people with dementia (PwD) in Indonesia continues to rise and is predicted to reach 4 million by 2050 (Alzheimer’s Indonesia, 2020). Dementia is more prevalent among older adults, highlighting the need for family caregivers, as elderly with dementia require assistance in daily activities. However, caregiving often comes with challenges that place a burden on caregivers. Resources that are perceived as social support may enhance caregivers’ confidence in managing caregiving responsibilities, which in turn may alleviate their burden. This study aims to examine the mediating role of caregiver self-efficacy in the relationship between perceived social support and caregiver burden among family caregivers of elderly with dementia. A total of 95 caregivers participated in the study (16 males, 79 females; age (M = 40.79, SD = 12.26 years old; caregiving duration (M = 39.79 SD = 32.97 months). The instruments used were the Zarit Burden Interview (ZBI), Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), and Caregiver Inventory (CGI). Data were analyzed using Hayes’ PROCESS Macro SPSS Model 4 with 5,000 bootstrap samples. Results showed that caregiver self-efficacy fully mediated the relationship between perceived social support and caregiver burden. The finding highlights the importance of perceived social support in alleviating caregiver burden by enhancing caregiver self-efficacy. This study highlights the importance of interventions that strengthen social relationships and enhance caregivers’ self-efficacy."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tsamara Nabila Hanun
"Pasien stroke yang menjalani rehabilitasi membutuhkan family caregiver untuk mengurusnya. Berbagai perubahan yang terjadi dan banyaknya tanggung jawab dalam merawat pasien stroke dapat mengakibatkan beban pada family caregiver. Di tengah kesulitan ini, mereka dapat menemukan kekuatannya dengan penghayatan dalam merawat (positive aspects of caregiving), yaitu dengan mempersepsikan pengalaman merawat sebagai hal yang rewarding. Penelitian ini bertujuan menguji peranan penghayatan caregiver dalam merawat pasien stroke terhadap beban family caregiver. Penelitian ini melibatkan 58 orang family caregiver pasien stroke (perempuan = 48) dengan usia 18-68 tahun (M = 29,15, SD = 13,03). Instrumen penelitian yang digunakan adalah Positive Aspects of Caregiving Scale (PACS) untuk mengukur penghayatan dalam merawat dan Zarit Burden Interview (ZBI-22) untuk mengukur beban caregiver. Hasil analisis statistik regresi linear sederhana menunjukkan bahwa terdapat peran negatif yang signifikan dari penghayatan caregiver dalam merawat pasien stroke terhadap beban family caregiver dengan F = 6,262, p = 0,015, R2 = 0,101. Semakin tinggi penghayatan yang dimiliki caregiver dalam merawat pasien stroke, maka semakin besar peranannya terhadap rendahnya tingkat beban pada family caregiver. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti lain untuk mendalami peranan penghayatan caregiver dalam merawat pasien stroke dalam menghadapi beban family caregiver.

Stroke patients during their rehabilitation process needed family caregivers to take care of them. The various changes that occurred and the responsibilities in caring for stroke patients may lead to family caregivers’ burden. Amidst these difficulties, they might have found strength through positive aspects of caregiving by perceiving the experience of caring for family as a rewarding activity. This study aimed to examine the role of positive aspects of caregiving for stroke patients on family caregivers’ burden. This research involved 58 family caregivers of stroke patients (female = 48) aged 18-68 years (M = 29,15, SD = 13,03). The research instruments used were the Positive Aspects of Caregiving Scale (PACS) to measure positive aspects of caregiving and the Zarit Burden Interview (ZBI-22) to measure caregiver burden. The results of a simple linear regression analysis indicated a significant negative role of positive aspects of caregiving for stroke patients on family caregiver’s burden (F = 6,262, p = 0,015, R2 = 0,101). The greater positive aspects of caregiving for stroke patients that one possesses, the greater its role in reducing the level of family caregivers’ burden. The findings of this study were anticipated to serve as a guidance for other researchers in exploring the role of positive aspects of caregiving for stroke patients in facing family caregivers’ burden."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cempaka Ayu Diana
"Pada saat seorang suami menderita suatu penyakit, maka istrinyalah yang akan berperan sebagai primary caregiver (Magai, 1996). Sebagai spouse caregiver, seorang istri lebih berisiko untuk mengalami caregiver strain, dimana strain yang dapat ia rasakan adalah akibat dari permasalahan fisik, emosional, kognitif atau sosial yang dialami oleh suaminya. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara caregiver strain dan kepuasan pernikahan pada istri yang berperan sebagai spouse caregiver dari penderita stroke. Caregiver strain merupakan persepsi atau perasaan kesulitan atas tugas dan tanggung jawab dalam memenuhi peran sebagai caregiver (Oncology Nursing Society, 2008; Factor & Weiner, 2008). Kepuasan pernikahan didefinisikan sebagai sikap sejauh mana seseorang menilai hubungan pernikahannya menyenangkan (Roach, Frazier & Bowden, 1981). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah The Modified Caregiver Strain Index (MCSI) yang dikembangkan oleh Robinson pada tahun 1983 dan telah dimodifikasi oleh Thornton & Travis pada tahun 2003 serta Marital Satisfaction Scale yang dikembangkan oleh Roach, Frazier & Bowden pada tahun 1981. Partisipan yang dilibatkan dalam penelitian ini berjumlah 30 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara caregiver strain dan kepuasan pernikahan pada istri sebagai spouse caregiver dari penderita stroke

When a husband suffering from an illness, then his wife will serve as the primary caregiver (Magai, 1996). As spouse caregiver, a wife is more at risk for experiencing caregiver strain, where she can feel the strain as the result of physical, emotional, cognitive or social development problem experienced by her husband. This study is a correlational study aimed to determine the relationship between caregiver strain and marital satisfaction among wives as spouse caregiver of stroke patients. Caregiver strain is a perception or a feeling of difficulty on the task and responsibility in fulfilling the role as caregiver (Oncology Nursing Society, 2008; Factor & Weiner, 2008). Marital satisfaction is defined as attitude of greater or lesser favorability toward one’s own marital relationship (Roach, Frazier & Bowden, 1981). Instrument which used in this study are The Modified Caregiver Strain Index (MCSI) developed by Robinson in 1983 and has been modified by Thornton & Travis in 2003 and Marital Satisfaction Scale developed by Roach, Frazier & Bowden in 1981. Participants who were included in this study is 30 people. The results showed that there is no significant relationship between caregiver strain and marital satisfaction among wives as spouse caregiver of stroke patients.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Nurlelasari
"Latar belakang: family caregiver (FC) anak dengan kanker mengalami berbagai tekanan psikologis. Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara beban perawatan dan kesiapan merawat terhadap kecemasan dan depresi family caregiver anak dengan kanker. Metode: kami merekrut subjek penelitian dari ruang rawat inap dan rawat jalan di PKN RSK Dharmais, Jakarta dari bulan Maret hingga April 2023. Depresi, kecemasan dan faktor yang mempengaruhi tekanan psikologis FC anak dengan kanker diidentifikasi dengan instrumen Patient Health Questionnaire, (PHQ-9), Generalized Anxiety Disorder-7 (GAD-7), Zarit Burden Interview, (ZBI) dan Preparedness for Caregiving Scale (PCS). Hasil: 127 FC menyelesaikan pengisian kuesioner penelitian, dimana mayoritas mengalami beban perawatan kategori ringan, tidak siap memberikan perawatan, tingkat depresi dan kecemasan kategori ringan. Tingkat depresi FC cenderung dipengaruhi secara signifikan oleh beban perawatan (0,001); kesiapan merawat (0,036). Sedangkan kecemasan dipengaruhi secara signifikan oleh usia FC (18-45 tahun) (p=0,004), kategori kanker (p=0,018) dan beban perawatan (0,000). Kesimpulan: semakin berat beban perawatan dan ketidak siap FC dalam memberikan perawatan maka tingkat depresi dan kecemasan FC akan meningkat. Saran: diperlukannya merancang dan menargetkan intervensi psikososial untuk mengurangi beban perawatan, meningkatkan kesiapan merawat, menurunkan tingkat depresi dan kecemasan FC, sehingga dapat meningkatkan QOL pada populasi ini.

Background: the family caregiver (FC) of children with cancer experiences various psychological pressures. Purpose: This study aims to identify the relationship between care burden and readiness to care for the anxiety and depression of family caregivers of children with cancer. Methods: we recruited research subjects from inpatient and outpatient wards at PKN RSK Dharmais, Jakarta from March to April 2023. Depression, anxiety and factors that affect the psychological pressure of FC children with cancer were identified by means of the Patient Health Questionnaire, (PHQ-9), Generalized Anxiety Disorder-7 (GAD-7), Zarit Burden Interview, (ZBI) and Preparedness for Caregiving Scale, (PCS). Results: 127 FC completed the research questionnaire, the majority experienced the burden of mild category care, not ready to provide care, mild category levels of depression and anxiety. FC depression level tends to be significantly influenced by the burden of care (0.001); readiness to care (0.036). Meanwhile, anxiety was significantly influenced by FC age (18-45 years) (p=0.004), cancer category (p=0.018) and care burden (0.000). Conclusion: the heavier the burden of care and the unprepared FC in providing care, the higher the level of depression and anxiety. Suggestion: It is necessary to design and target psychosocial interventions to reduce the burden of care, increase readiness to care, reduce of depression and anxiety of FC, so as to increase QOL in this population."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tsania Alicia Rafli
"Merawat anggota keluarga yang memiliki penyakit kanker dapat menjadi sebuah tantangan bagi seorang family caregiver. Tidak jarang family caregiver merasakan caregiver burden atau beban perawatan selama proses perawatan berlangsung. Caregiver self-efficacy atau kepercayaan diri caregiver terhadap kemampuannya dalam melakukan tugas perawatan dengan baik dipercaya dapat menjadi salah satu faktor protektif bagi family caregiver dari caregiver burden. Dengan begitu, penelitian korelasional ini bertujuan untuk menguji hubungan antara caregiver self-efficacy dan caregiver burden pada family caregiver pasien kanker. Penelitian ini melibatkan 86 family caregiver pasien kanker di Indonesia yang diperoleh dari convenience sampling dengan menyebarkan tautan kuesioner kepada teman, keluarga terdekat, dan beberapa komunitas kanker di Indonesia melalui media sosial. Hasil penelitian dengan menggunakan alat ukur Caregiver Inventory dan Zarit Burden Interview menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara caregiver self-efficacy dan caregiver burden pada family caregiver pasien kanker. Dengan arti, apabila family caregiver pasien kanker memiliki tingkat caregiver self-efficacy yang tinggi maka tingkat caregiver burden akan menurun dan sebaliknya. Peneliti menduga partisipan memiliki tingkat caregiver self-efficacy yang tinggi diakibatkan oleh beberapa faktor dan karakteristik partisipan, salah satunya adalah memiliki perasaan mampu untuk dapat menyelesaikan tugas perawatan dengan baik sehingga memiliki kemampuan untuk menghadapi situasi yang sulit dan mengalami caregiver burden yang lebih rendah. Temuan ini dapat menjadi landasan penelitian selanjutnya mengenai pentingnya caregiver self-efficacy pada family caregiver pasien kanker untuk mencegah dan menghadapi caregiver burden.

Caring for a family member who has cancer can be a challenge for a family caregiver. It is not uncommon for the family caregiver to feel caregiver burden or burden of care during the treatment process. Caregiver self-efficacy or caregiver’s confidence in their ability to perform caring tasks well can be one of the protective factors for family caregiver from caregiver burden. Thus, this correlational study aimed to examine the relationship between caregiver self-efficacy and caregiver burden among family caregiver of cancer patient. This study involved 86 family caregivers of cancer patients in Indonesia obtained from convenience sampling by distributing questionnaires to friends, closest family, and several cancer communities in Indonesia through social media. The results of the study used the Caregiver Inventory and Zarit Burden Interview measuring instruments showed that there was a significant negative relationship between caregiver self-efficacy and caregiver burden among family caregiver of cancer patient. In other words, if the family caregiver of cancer patient has a high level of caregiver self-efficacy, the caregiver's burden will decrease and vice versa. Researchers suspected that participants have a high level of caregiver self-efficacy due to several factors and participant characteristics, one of which is having a feeling of being able to complete care tasks well so that they have the ability to be able to deal with difficult situations and experience a lower caregiver burden. This finding can be the basis for further research regarding the importance of caregiver self-efficacy for family caregiver of cancer patient to prevent and deal with caregiver burden."
Depok: Fakultas Psikologi Univeraitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Yasmin Maharani
"Stroke merupakan penyebab disabilitas tertinggi yang disebabkan oleh penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah ke otak. Oleh karena itu, pasien stroke membutuhkan adanya bantuan dari family caregiver untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Banyaknya bantuan dan tuntutan yang harus dipenuhi oleh family caregiver rentan membuat family caregiver merasa terbebani. Melihat permasalahan tersebut, salah satu faktor protektif yang ditemukan mampu membantu family caregiver memaksimalkan potensi yang dimiliki untuk bangkit dari situasi sulit dan mengurangi beban yang dirasakan adalah resiliensi keluarga. Penelitian ini dilakukan untuk menguji besar peranan resiliensi keluarga pada beban caregiver pada family caregiver pasien stroke. Penelitian dilakukan terhadap 58 family caregiver pasien stroke dengan rentang usia 18–62 tahun. Pengukuran variabel dilakukan menggunakan alat ukur Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) dan Zarit Burden Interview (ZBI-22). Hasil analisis regresi linear sederhana menunjukkan bahwa terdapat peranan negatif dan signifikan dari resiliensi keluarga terhadap beban caregiver pada family caregiver pasien stroke (F=10,646, p<0,05, R2=0,16). Hasil tersebut menyimpulkan tingginya resiliensi keluarga dapat berperan terhadap rendahnya beban caregiver. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya untuk menggali lebih dalam mengenai peran resiliensi keluarga dalam menanggulangi beban caregiver.

Stroke is the leading cause of disability and it occurs when blood vessels in the brain are blocked or burst. Due to the resulting disabilities, stroke patients require assistance from family caregivers to perform daily activities. The high demand and support needed from family caregivers make them vulnerable to feeling burdened. Considering this issue, one protective factor that has been found to help family caregivers maximize their potential and reduce the perceived burden is family resilience. This study aimed to examine the significant role of family resilience on caregiver burden among family caregivers of stroke patients. The research involved 58 family caregivers of stroke patients aged between 18 and 62 years. The variables were measured using the Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) and Zarit Burden Interview (ZBI-22). The results of a simple linear regression analysis indicate a significant negative role of family resilience on caregiver burden among family caregivers of stroke patients (F=10,646, p<0,05, R2=0,16). These findings concluded that high family resilience can contribute to a reduced caregiver burden.  It is hoped that the findings of this research will serve as a reference for further studies to explore the role of family resilience in alleviating caregiver burden."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ani Priastami
"Merawat anggota keluarga yang menderita penyakit kanker merupakan pengalaman traumatis bagi family caregiver sehingga tak jarang mereka merasakan beban. Strategi koping dipercaya dapat menjadi salah satu faktor protektif bagi family caregiver dalam mencegah terjadinya beban caregiver. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara strategi koping dan beban caregiver pada family caregiver pasien kanker. Peneliti menggunakan alat ukur Ways of Coping Questionnaire dalam mengukur strategi koping dan Zarit Burden Interview dalam mengukur beban caregiver. Penelitian ini menggunakan analisis pearson correlation pada 90 partisipan dan didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara beban caregiver dan total skor problem-focused coping maupun emotion-focused coping yang digunakan oleh family caregiver pasien kanker. Walaupun demikian, peneliti menemukan adanya hubungan positif yang signifikan antara escape avoidance dengan beban caregiver. Artinya, ketika strategi escape avoidance digunakan lebih sering, maka family caregiver akan mengalami beban merawat yang lebih besar. Temuan ini dapat menjadi landasan penelitian lebih lanjut mengenai pentingnya strategi koping terhadap pengalaman family caregiver di seluruh fase spesifik penyakit kanker untuk menentukan titik waktu kritis dalam mencegah beban caregiver.

Caring for family members who suffer from cancer was a traumatic experience for family caregivers so that they often feel the burden. Coping strategies were believed to be one of the protective factors for family caregivers from caregiver burden. This study aimed to determine the relationship between caregiver burden and coping strategies used by family caregivers in cancer patient. Coping strategies were assessed using the Ways of Coping Questionnaire and caregiver burden was assessed using Zarit Interview Scale. This study used the Pearson correlation analysis on 90 participant. The results showed that there was no significant relationship between caregiver burden and the total score of problem-focused coping and emotion-focused coping used by family caregivers of cancer patients. However, this research found a significant positive relationship between one type of emotion-focused coping, namely the escape avoidance strategy with the caregiver burden. This shows when the escape avoidance strategy used more often, the family caregiver will experience a greater caregiver burden. This finding can be the basis for further research on the importance of coping strategies used by family caregivers at specific stages along the cancer illness trajectory to determine critical time points in preventing caregiver burden."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siska Esthi Andarini
"ABSTRAK
Istri sebagai penyedia perawatan bagi suaminya yang terkena stroke bertanggung jawab atas tugas perawatan yang kompleks dan tuntutan lain yang terkait, seperti pengaturan keuangan dan rumah. Tuntutan akan tugas tersebut dapat berpengaruh terhadap kesehatan mereka, baik fisik maupun mental. Sejalan dengan peningkatan akan tugas dan tuntutan, mereka merasa kewalahan, dan pada akhirnya mereka mungkin mengalami caregiver strain. Caregiver yang dapat bertahan dalam situasi buruk tersebut, bangkit kembali, dan melanjutkan hidup tanpa gangguan yang berarti mengindikasikan adanya resiliensi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara caregiver strain dan resiliensi pada istri penderita stroke. Partisipan penelitian ini merupakan 30 istri dari penderita stroke yang telah berperan sebagai spouse caregiver selama minimal 3 bulan. Strain diukur dengan menggunakan The Modified Caregiver Index (Robinson, 1983; Thornton & Travis, 2003) dan resiliensi diukur dengan menggunakan The Resilience Scale (Wagnild & Young, 1993). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa korelasi antara caregiver strain dan resiliensi tidak signifikan.

ABSTRACT
Wives providing care for their husband who suffered from stroke are responsible for complex caregiving task and other demands such as financial and housing management. The demand of these tasks may affect their own health, both physically and mentally as well. As the tasks and demands increase, they feel overwhelmed, and in the end they may suffers caregiver strain. In this condition, caregiver surviving in the adversity, bounce back, and continue life without experiencing any disruption from this event indicate the presence of resilience. The purpose of the research is to identify the correlation between caregiver strain and resilience in the context of caregiving of the stroke patients. The participants are 30 wives of the stroke patients who have taken role as spouse caregivers for at least 3 months. Level of strain is identified by The Modified Caregiver Strain Index (Robinson, 1983; Thornton & Travis, 2003) and The Resilience Scale (Wagnild & Young, 1993) is used to identify the level of resilience. The result indicates that the correlation of caregiver strain and resilience is not significant."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>