Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 197508 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Saori Salma Adelia
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai transaksi harian berdasarkan pelayanan resep maupun non resep, serta tingkat penolakan di Apotek Kimia Farma Summarecon Bekasi. Metode yang digunakan adalah analisis data transaksi harian selama periode tertentu dengan memperhatikan jenis pelayanan yang diberikan, baik resep maupun non resep, serta mencatat jumlah penolakan yang terjadi. Hasil analisis menunjukkan bahwa persentase yang dihasilkan dari nilai transaksi pada pelayanan tanpa resep lebih tinggi dibanding dengan resep dan nilai rata-rata basket size yaitu 2,1 perharinya yang menunjukan, minimal pembelian sebanyak 2 item pada seluruh transaksi perhariannya. Selain itu, tingkat penolakan juga memengaruhi kinerja apotek dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. Penelitian ini memberikan wawasan yang berguna bagi manajemen Apotek Kimia Farma Summarecon Bekasi dalam meningkatkan efisiensi pelayanan dan mengoptimalkan pendapatan melalui pemahaman yang lebih baik terhadap pola transaksi dan faktor-faktor yang memengaruhinya.

This research aims to analyze the daily transaction value based on prescription and non-prescription services, as well as the rejection rate at Kimia Farma Summarecon Bekasi Pharmacy. The method used is analysis of daily transaction data over a certain period by paying attention to the type of service provided, both prescription and non-prescription, as well as recording the number of refusals that occur. The results of the analysis show that the resulting percentage of transaction value for non-prescription services is higher than with prescriptions and the average basket size value is 2.1 per day, which shows that there is a minimum purchase of 2 items in all daily transactions. Apart from that, the rejection rate also affects the pharmacy's performance in providing services to customers. This research provides useful insights for the management of Kimia Farma Summarecon Bekasi Pharmacy in improving service efficiency and optimizing revenue through a better understanding of transaction patterns and the factors that influence them.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rifanny Adelia Dewinasjah
"Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, dimana mutu atau kualitasnya perlu dijaga agar dapat meningkatkan kepuasan pasien. Pelayanan kefarmasian di apotek terdiri dari dua kegiatan, baik kegiatan manajerial ataupun pelayanan farmasi klinik. Apoteker yang bekerja di suatu apotek perlu melakukan evaluasi secara berkala terhadap dua aspek tersebut agar mutu pelayanan di apotek tersebut terjaga. Penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini adalah terkait evaluasi mutu pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma Summarecon Bekasi berdasarkan indikator jumlah penolakan barang atau obat, waktu tunggu pelayanan resep obat, dan analisa resep. Observasi dan pengumpulan data dilakukan selama 28
hari. Terdapat penolakan barang atau obat sebanyak 45 kali dengan tingkat persentase paling banyak yaitu obat keras dan paling sedikit adalah barang HV lainnya.
Berdasarkan waktu tunggu pelayanan untuk obat resep racik dan non racik di Apotek Kimia Farma Summarecon Bekasi sudah baik dan sesuai dengan standar yang berlaku. Petugas Apotek Kimia Farma Summarecon Bekasi pun dinilai sudah melakukan pengkajian resep dengan tepat dan cermat untuk mencegah terjadinya medication error. Evaluasi mutu pelayanan kefarmasian di Summarecon Bekasi berdasarkan ketiga indikator tersebut sudah dilaksanakan dengan baik, namun sebaiknya evaluasi untuk
selanjutnya dilakukan atas dua faktor yaitu persepsi pasien dan layaan sesungguhnya yang diharapkan oleh pasien.

Pharmaceutical services are an integral part of health services, where quality needs to be maintained in order to increase patient satisfaction. Pharmaceutical services in pharmacies consist of two activities, either managerial activities or clinical pharmacy services. Pharmacists who work in a pharmacy need to periodically evaluate these two aspects so that the quality of service at the pharmacy is maintained. The research carried out in this final assignment is related to evaluating the quality of pharmaceutical services at Kimia Farma Summarecon Bekasi Pharmacy based on indicators of the number of refusals of goods or medicines, waiting time for prescription drug services, and prescription analysis. Observations and data collection were carried out for 28 days. There were 45 rejections of goods or medicines with the highest percentage being hard drugs and the least being other HV goods. Based on the waiting time, the service for compounded and non-mixed prescription medicines at Kimia Farma Summarecon Bekasi Pharmacy is good and in accordance with applicable standards. Kimia Farma Summarecon Bekasi Pharmacy staff were also assessed as having reviewed prescriptions appropriately and carefully to prevent medication errors. Evaluation of the quality of pharmaceutical services at Summarecon Bekasi based on these three indicators has been carried out well, but further evaluation should be carried out on two factors, namely the perception of the actual service received by the patient and the actual service expected by the patient."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Angelia Yohana Ulina
"Apotek memegang peran penting dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam perkembangan ilmu kefarmasian, apotek bukan hanya sebagai tempat pengambilan obat, melainkan juga penyedia pelayanan farmasi yang komprehensif. Apotek Kimia Farma, sebagai jaringan apotek milik pemerintah terbesar di Indonesia, berkomitmen untuk meningkatkan akses ke layanan apotek berkualitas. Penelitian ini menyoroti evaluasi waktu tunggu pelayanan resep obat di Apotek Kimia Farma Kebon Bawang. Waktu tunggu diukur sebagai selang waktu antara penyerahan resep dan pengambilan obat, menjadi indikator utama kualitas pelayanan. Berdasarkan regulasi, waktu tunggu pelayanan resep harus berada dalam kisaran 15-30 menit. Evaluasi mencakup pelayanan resep obat non-racikan dan obat racikan, masing-masing memiliki standar waktu tunggu tersendiri. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan observasional, termasuk pengamatan langsung dan pengukuran waktu menggunakan stopwatch. Faktor-faktor yang memengaruhi waktu tunggu dievaluasi secara menyeluruh. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata waktu tunggu pelayanan resep obat racikan dan obat non-racikan di Apotek Kimia Farma Kebon Bawang adalah 18 menit 32 detik dan 6 menit 22 detik. Waktu tunggu ini sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh regulasi mencerminkan efisiensi pelayanan dan pengalaman positif bagi pasien. Penelitian ini menegaskan pentingnya pelayanan farmasi yang cepat dalam memenuhi harapan pasien, mematuhi standar regulasi, dan berkontribusi pada hasil kesehatan yang lebih baik serta kepuasan pasien.

Pharmacies play a crucial role in public healthcare services. With the advancement of pharmaceutical science, pharmacies have transformed from mere medication dispensers into comprehensive pharmaceutical service providers. Kimia Farma Pharmacy, as the largest government-owned pharmacy chain in Indonesia, is committed to enhancing access to quality pharmacy services. This study focuses on the evaluation of waiting times for prescription medication services at Kimia Farma Pharmacy, Kebon Bawang. Waiting time is measured as the duration between prescription submission and medication dispensing, serving as a key indicator of service quality. According to the Ministry of Health Regulation No. 73 of 2016, the required waiting time for prescription services should fall within the range of 15-30 minutes. The evaluation encompasses both non-compounded and compounded prescription services, each with its unique waiting time standard. The research adopts a descriptive and observational methodology, involving direct observations and stopwatch measurements to calculate waiting times. Various factors influencing waiting times are comprehensively assessed. The findings reveal that the average waiting time for compounded and non-compounded prescription medication services at Kimia Farma Pharmacy, Kebon Bawang, is 18 minutes and 32 seconds and 6 minutes and 22 seconds, respectively. These waiting times align with the standards established by the Ministry of Health, reflecting service efficiency and a positive patient experience. This study underscores the importance of prompt pharmaceutical services in meeting patient expectations, adhering to regulatory standards, and contributing to improved health outcomes and patient satisfaction."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diana
"Standar pelayanan kefarmasian merupakan tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Pengaturan standar pelayanan kefarmasian di apotek bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian, dan melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien. Mengingat pentingnya pelayanan kefarmasian yang harus diberikan oleh tenaga farmasi di apotek, maka tugas khusus ini dilakukan yang untuk mengamati pelaksanaan kegiatan pelayanan kefarmasian oleh petugas apotek di Aotek Kimia Farma 382 dan Pusat Pelayanan Obat RS Bhayangkara Brimob Depok kepada pasien. Data dalam tugas khusus ini dikumpulkan secara deskriptif berupa standar operasional prosedur (SOP) sistem penerimaan resep umum dan kredit. Dari hasil analisis mengenai sistem pelayanan kefarmasian pada Apotek Kimia Farma 382 dan Pusat Pelayanan Obat RS Bhayangkara Depok telah melakukan kegiatan pelayanan kefarmasian sesuai dengan Permenkes no. 73 Tahun 2016 tentang Sandar Pelayanan Kefarmasian dengan baik. Sistem pelayanan kefarmasian yang dilakukan yaitu pengkajian resep, dispensing, pelayanan informasi obat, dan pelayanan kefarmasian di rumah.

Pharmaceutical service standards are benchmarks used as guidelines for pharmaceutical personnel in administering pharmaceutical services. Setting pharmaceutical service standards in pharmacies aims to improve the quality of pharmaceutical services, guarantee legal certainty for pharmaceutical staff, and protect patients and the public from irrational drug use in the framework of patient safety. Given the importance of pharmaceutical services that must be provided by pharmacists in pharmacies, this special task was carried out to observe the implementation of pharmaceutical service activities by pharmacists at Kimia Farma 382 Pharmacy and Drug Service Center at Bhayangkara Brimob Hospital, Depok, to patients. Data in this special assignment were collected descriptively in the form of standard operational procedures (SOP) for general prescription and credit acceptance systems. From the results of an analysis of the pharmaceutical service system at the Kimia Farma 382 Pharmacy and the Drug Service Center at the Bhayangkara Hospital, Depok, pharmaceutical service activities have been carried out in accordance with Permenkes no. 73 Tahun 2016 about Good Pharmaceutical Service Standards. The pharmaceutical service system that is carried out is prescription review, dispensing, drug information services, and home pharmacy services."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Melati Lestari Negari
"Apotek merupakan salah satu sarana kegiatan pelayanan kefarmasian yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan farmasi klinik di apotek mencakup pengkajian resep, dispensing, Pelayanan Informasi Obat (PIO), konseling, pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care), Pemantauan Terapi Obat (PTO), dan Monitoring Efek Samping Obat (MESO). Program Rujuk Balik (PRB) merupakan pelayanan kefarmasian yang diberikan oleh apotek Kimia Farma 007 Djuanda, dimana pemberian obat-obatan kepada pasien penyakit kronis dengan kondisi stabil. Diabetes Melitus merupakan gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah melebihi normal, menjadi salah satu jenis penyakit kronik yang dilayani pada PRB. Tujuan dari observasi ini adalah untuk mengetahui kesesuaian pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma 007 Djuanda Bogor dengan standar pelayanan kefarmasian di Apotek, serta melakukan pengkajian resep pasien diabetes melitus Apotek Kimia Farma 007 Djuanda. Pengkajian resep dilakukan berdasarkan kelengkapan pada aspek administratif, farmasetik dan klinis, kemudian ditentukan apakah pemberian resep tersebut telah memenuhi persyaratan aspek atau belum. Berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan bahwa pelayanan kefarmasian yang diterapkan di Apotek Kimia Farma 007 Djuanda meliputi pengkajian resep, dispensing obat, PIO, konseling, pelayanan apotek digital sebagai pelayanan home pharmacy care, PTO, dan MESO serta hasil pengkajian resep terdapat belum memenuhi kelengkapan pada aspek administrasi dan aspek klinis berupa data diri pasien, alergi pasien, cara pemberian obat, duplikasi obat, dan interaksi obat.

Pharmacy is one of the pharmaceutical service activities that aim to improve the quality of life of patients. Clinical pharmacy services at pharmacies include prescription review, dispensing, Drug Information Services (PIO), counseling, home pharmacy care, Drug Therapy Monitoring (PTO), and Monitoring Drug Side Effects (MESO). The Reverse Referral Program (PRB) is a pharmaceutical service provided by Kimia Farma 007 Djuanda pharmacy, which provides medicines to patients with chronic diseases with stable conditions. Diabetes Mellitus is a metabolic disorder characterized by an increase in blood glucose levels beyond normal, being one type of chronic disease served in PRB. The purpose of this observation is to determine the suitability of pharmaceutical services at the Kimia Farma 007 Djuanda Pharmacy in Bogor with the pharmaceutical service standards at the Pharmacy, and to assess the prescriptions of patients with diabetes mellitus at the Kimia Farma 007 Djuanda Pharmacy. Prescription review is carried out based on completeness in administrative, pharmaceutical and clinical aspects, then it is determined whether the prescription has fulfilled the required aspects or not. Based on the results of observations, it can be concluded that the pharmaceutical services applied at the Kimia Farma 007 Djuanda Pharmacy include prescription review, drug dispensing, PIO, counseling, digital pharmacy services as home pharmacy care services, PTO, and MESO and the results of the prescription review do not yet complete of the administration and clinical aspects in the form of patient personal data, patient allergies, how to administer drugs, drug duplication, and drug interactions.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Permata Sari
"Program Rujuk Balik (PRB) adalah suatu program yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan untuk menjamin kebutuhan obat peserta BPJS yang memiliki penyakit kronis dengan kondisi stabil dengan diberikannya surat rujukan dari dokter spesialis. Pasien PRB merupakan pasien – pasien dengan penyakit kronis yang umumnya mendapatkan terapi obat yang cukup banyak. Hal ini seringkali berpotensi terhadap ketidakpatuhan minum obat. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu pemantauan / monitoring terhadap penggunaan obat pasien oleh apoteker yang bertugas di apotek. Kegiatan monitoring ini dilakukan sebagai follow up kepada pasien agar terwujudnya keberhasilan terapi. Telefarmasi merupakan pelayanan kefarmasian yang diberikan kepada pasien dengan memanfaatkan teknologi informasi, sehinga pasien tidak langsung berinteraksi dengan apoteker (Direktorat Pelayanan Kefarmasian, 2021). Seluruh pasien yang berhasil dihubungi menyatakan telah patuh mengkonsumsi obat yang sudah diberikan. Akan tetapi untuk obat yang belum diberikan, pasien tidak mengkonsumsi obat tersebut. Satu dari sepuluh pasien yang berhasil dihubungi menyatakan telah membeli obat di tempat lain dan melanjutkan konsumsi obat tersebut.

The Referral Back Program (PRB) is a program conducted by BPJS Kesehatan (Indonesia's national health insurance) to ensure the medication needs of BPJS participants with stable chronic conditions by providing a referral letter from a specialist doctor. PRB patients are individuals with chronic illnesses who typically require a significant amount of medication therapy. This often poses a risk of non-compliance with medication regimens. Therefore, it is necessary to monitor the medication use of patients by pharmacists working in pharmacies. This monitoring activity serves as a follow-up to patients to ensure the success of their therapy. Tele-pharmacy is a pharmaceutical service provided to patients utilizing information technology, allowing patients to interact indirectly with pharmacists (Directorate of Pharmaceutical Services, 2021). All contacted patients stated that they were compliant with the prescribed medication. However, for medications not yet provided, patients did not consume those medications. One out of ten contacted patients reported purchasing the medication from another source and continuing its use."
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Familia Maya Sari
"Pelayanan kefarmasian pada awalnya hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented) kemudian berkembang menjadi pelayanan komprehensif meliputi pelayanan obat dan pelayanan kepada pasien (patient oriented) yang bertujuan kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Era digital seperti sekarang ini, menjadikan media sosial sebagai trend dalam komunikasi pemasaran. Media sosial adalah sebuah media online, yang penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi video, blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual.Promosi melalui media sosial memiliki pengaruh yang positif dan juga signifikan pada keputusan pembelian konsumen. PT. Kimia Farma merupakan salah satu perusahaan yang menggunakan media sebagai metode untuk meningkatkan eksistensi sekaligus membantu memudahkan pelanggan dalam pelaksanaan kegiatan yang biasanya dilakukan di apotek. Metode yang digunakan ialah dengan membuat aplikasi Kimia Farma Mobile. Aplikasi ini tergolong baru keberadaan nya, maka dari itu saya tertarik untuk mengetahui respon pelanggan terutama yang ada di Apotek Kimia Farma KS Tubun terhadap eksistensi aplikasi Kimia Farma Mobile.

Pharmaceutical services initially only focused on drug management (drug oriented) then developed into comprehensive services including drug services and patient services (patient oriented) which aimed at pharmaceutical services (pharmaceutical care). In today's digital era, social media has become a trend in marketing communications. Social media is an online media, where users can easily participate, share and create content including videos, blogs, social networks, wikis, forums and virtual worlds. Promotion through social media has a positive and significant influence on consumer purchasing decisions. PT. Kimia Farma is one of the companies that uses media as a method to increase its existence as well as help make it easier for customers to carry out activities that are usually carried out in pharmacies. The method used is to create a Kimia Farma Mobile application. This application is relatively new in existence, therefore I am interested in knowing the response of customers, especially those at Kimia Farma KS Tubun Pharmacy, to the existence of the Kimia Farma Mobile application.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Mulzimatus Syarifah
"Apotek merupakan salah satu sarana atau fasilitas pelayanan kesehatan. Pelayanan kefarmasian di apotek merupakan suatu layanan yang dilakukan secara langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Setiap kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan farmasi di apotek perlu dilakukan dokumetasi yang baik. Hal ini berguna untuk evaluasi kegiatan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan. Dalam pelaksanaan evaluasi tersebut, terdapat beberapa indikator evaluasi mutu pelayanan yang dapat digunakan salah satunya ialah lama waktu tunggu pelayanan resep. Evaluasi waktu tunggu pelayanan obat tersebut dilakukan di KFA THI pada periode Januari 2023 sesuai dengan standar yang berlaku. Waktu tunggu pelayanan yang dilakukan KFA THI telah memenuhi standar Kemenkes RI dalam pelayanan kefarmasian di apotek. Namun tidak memenuhi standar yang ditetapkan KFA, yaitu untuk resep racikan maksimal 30 menit dan resep nonracikan maksimal 15 menit.

Pharmacy is one of the facilities or facilities of health services. Pharmaceutical services in pharmacies are services that are carried out directly and responsibly to patients related to pharmaceutical preparations with the intention of improving the quality of life of patients. Every activity carried out in pharmacy services in pharmacies needs to be done good documentation. This is useful for evaluating activities in an effort to improve service quality. In the implementation of the evaluation, there are several indicators of service quality evaluation that can be used, one of which is the length of waiting time for prescription services. The evaluation of the waiting time for drug services will be carried out at KFA THI in the January 2023 period in accordance with applicable standards. The waiting time for services carried out by KFA THI has met the standards of the Indonesian Ministry of Health in pharmaceutical services at pharmacies. However, it does not meet the standards set by the KFA, namely for concoction recipes for a maximum of 30 minutes and non-concocted recipes for a maximum of 15 minutes."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Isti Nurul Afifah
"Apoteker memiliki peran penting di industri farmasi, rumah sakit, pemerintahan, distributor farmasi dan apotek. Sebelum memasuki dunia kerja dan menjalani praktik profesi, apoteker diharuskan untuk dapat memenuhi standar kompetensi apoteker Indonesia yang terdiri dari sepuluh standar kompetensi. Standar kompetensi tersebut merupakan kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh seorang apoteker saat lulus dan masuk ke tempat praktik kerja profesi. Selain ilmu yang cukup, seorang calon apoteker juga diharapkan memiliki bekal berupa pengalaman dalam menjalankan praktik profesi apoteker, maka dari itu dilaksanakanlah Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma Tugu, PT. Enseval Putera Megatrading, dan PT. Takeda Indonesia pada periode Februari-Agustus 2020. Setelah PKPA dilaksanakan, diharapkan calon apoteker dapat memperluas wawasan dan pemahaman terkait praktik profesi apoteker di Apotek, PBF, dan Industri.

 


Pharmacists have an important role in the pharmaceutical industry, hospitals, government, pharmaceutical distributors and apotek. Before entering the real of work and undergoing professional practice, pharmacists are required to have the competency standards of Indonesian pharmacists which consist of ten competency standards. This competency standard is the ability that is expected to have by a pharmacist when graduates and enters a professional work practice. Besides sufficient knowledge, a pharmacist candidate is also expected to have experience in practicing the pharmacist profession, therefore the Pharmacist Professional Work Practice (PKPA) is carried out at Apotek Kimia Farma Tugu, PT. Enseval Putera Megatrading, and PT. Takeda Indonesia during the period of July-August 2020. After PKPA, it is hoped that pharmacists candidates will get a knowledge of the pharmacists professional practice in apotek, PBF, and industry."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Sari
"Peningkatan pengetahuan dan pemahaman peran apoteker dalam Apotek dan Industri Farmasi perlu dilakukan dengan melaksanakan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 254 Pos Pengumben dan PT Takeda Indonesia. Metode yang digunakan dalam pembuatan tugas khusus di Apotek Kimia Farma No. 254 Pos pengumben adalah studi literatur mengenai obat penyakit dermatitis, mencari ketersediaan resep yang tersedia di apotek, pengkajian resep, sedangkan metode pembuatan tugas khusus di PT Takeda Indonesia adalah studi literatur sistem produksi ramping dan perhitungan cycle time dan takt time. Pada pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 254 Pos Pengumben, penulis melakukan analisis resep penyakit dermatitis berdasarkan resep yang didapatkan. Berdasarkan hasil analisis resep penyakit dermatitis, terapi yang diterima pasien rasional, aman, dan efektif. Pada pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker di PT Takeda Indonesia, penulis menhitung cycle time dan takt time. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, didapatkan bahwa nilai cycle time lebih besar dari takt time, yang artinya perlu dilakukan perbaikan untuk mengurangi cycle time dengan cara menghilangkan kemacetan proses dan pemborosan berupa penungguan dan pergerakan berlebihan, sehingga perlu dilakukan upaya peningkatan efektivitas dan efisiensi pada proses pengemasan sekunder yaitu dengan cara penambahan konveyor melingkar, pembesaran sudut antara konveyor atas dan perosotan.

 

Increasing knowledge and understanding of the role of pharmacists in the Pharmacy and Pharmaceutical Industry could be done by implementing the Professional Pharmacist Work Practices (Internship) at Apotek Kimia Farma No. 254 Pos Pengumben and PT Takeda Indonesia. The method that used to make this study at Kimia Farma No. 254 Pos pengumben was literature study on dermatitis drugs, looking for the availability of prescriptions available in pharmacy, reviewing prescriptions, while the method that used to make this study at PT Takeda Indonesia was literature study on lean production systems and calculation of cycle time and tact time. Based on the analysis of dermatitis prescriptions in Apotek Kimia Farma No. 254 Pos Pengumben, therapy received by patient was rational, safe, and effective. In the implementation of the Pharmacist Professional Work Practice at PT Takeda Indonesia, the authors calculated cycle time and tact time. Based on the results of these calculations, it is found that the value of the cycle time is greater than the Takt time, which means that improvements need to be made to reduce cycle time by eliminating bottlenecks and waste in the form of waiting and excessive movement, so it is necessary to make efforts to increase the effectiveness and efficiency of the secondary packaging process by adding a circular conveyor, enlarging the angle between the top conveyor and the slide."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>