Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 204098 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mia Astridivia
"ABSTRAK
Pasien gagal ginjal kronis rentan mengalami stress dan ansietas karena hospitalisasi dan perubahan kehidupan selanjutnya. Kondisi tersebut berkontribusi terhadap peningkatan tekanan darah. Target tekanan darah bagi pasien dengan gagal ginjal kronis adalah <130/80 mmHg untuk mencegah morbiditas terhadap penyakit kardiovaskular. Penelitian sebelumnya telah menunjukan bahwa penggunaan teknik relaksasi otot progresif dan nafas dalam dapat menurunkan tekanan darah secara efektif. Studi kasus ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh pemberian kombinasi relaksasi otot progresif dan napas dalam pada pasien gagal ginjal kronis untuk mengontrol tekanan darah melalui penurunan tingkat stres dan ansietas. Hasil analisis pada kasus kelolaan di ruang rawat penyakit dalam Dr RSUPN Cipto Mangunkusumo menunjukan bahwa tekanan darah sistolik menurun 4-6 mmHg, namun tekanan diastolik tidak menurun. Skor DASS 21 menunjukan tingkat stres dan ansietas menurun setelah 7 hari implementasi relaksasi. Sosialisasi mengenai penggunaan teknik relaksasi otot progresif dan nafas dalam sebagai terapi tambahan selain medikasi dan mengatasi ansietas dan stress diperlukan untuk membantu pasien gagal ginjal kronis untuk menurunkan tekanan darah.

ABSTRACT
Patients with chronic kidney failure are susceptible to stress and anxiety due to hospitalization and subsequent life changes. This condition contribute in increasing blood pressure. The blood pressure target for patients with chronic renal failure is <130/80 mmHg to prevent morbidity against cardiovascular disease. Previous research has demonstrated the use of progressive muscle relaxation and deep breathing techniques are effective to reduce blood pressure. The purpose of this case study was to identify the effect of combination of progressive muscle and deep breathing relaxation in patients with chronic kidney failure to control blood pressure by reducing stress and anxiety levels. The results of case study of a patient in Internal Medicine Ward of RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo showed that systolic blood pressure decreased 4-6 mmHg, but the diastolic pressure did not decrease. Beside that, DASS 21 score shows that stress and anxiety levels decreased after 7 days of relaxation. Socialization on the use of relaxation and deep breathing techniques as adjuvant therapy of medication and to decrease stress and anxiety that related with increased blood pressure, were needed to control blood pressure of CKD patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Evalina Romauli
"Gagal Ginjal Kronik pada anak saat ini berkembang pesat kasusnya terutama daerah perkotaan. Klien dengan GGK stadium akhir memerlukan terapi pengganti ginjal salah satunya hemodialisis. Komplikasi umum dari GGK adalah kelebihan volume cairan yang berkembang menjadi edema perifer atau anasarka, edema paru, dan hipertensi. Oleh karena terapi hemodialisis perlu disertai pembatasan cairan dan rendah garam. Pembatasan cairan dan garam ini bertujuan mencegah komplikasi akibat penambahan beban ginjal.
Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan menganalisis efektivitas intervensi pemantauan ketat pembatasan cairan dan garam untuk mengurangi gejala serta mencegah komplikasi pada pasien gagal ginjal kronik. Metodologi yang digunakan adalah metode studi kasus.
Hasil analisis menunjukkan pemantauan pembatasan cairan dan garam yang ketat terbukti menurunkan tanda dan gejala kelebihan volume cairan diantara dua waktu dialysis ditandai berkurangnya edema dan tidak muncul komplikasi Rekomendasi dari analisis ini adalah penting untuk perawat memonitoring dan mengedukasi anak dan keluarga dengan GGK untuk melakukan restriksi cairan dan diet rendah garam untuk menghindari masalah kelebihan volume cairan diantara waktu dialisis.

CKD in children now is a major health problem especially in urban city because of the increase of morbidity.. Children with CKD in end stage or End Stage Renal Disease ERSD needs renal replacement therapy RRT to help maintenance kidney function, and one of the RRT therapy is hemodyalisis. Moreover, although HD helping so much, the risk of complications still high, like lung oedem, anasarka or peripheral oedem,and hypertension. Dietary and fluid restrictions in CKD purposely needed to reduce the risk of complications.
This Final Scientific Work of Ners aims to analyze the interventions of the effectiveness fluid restriction and dietary as thight as much to reduce the risk fluid excess volume complication of CKD in children. The methodology used is the case study method and the existing research analisis.
The results showed that daily fluid restriction and diet monitoring is effective to reduce the risk of fluid excess inter dialisis time in children. It rsquo s important for nurses to monitor and educate patient about restriction to prevent fluid excess of CKD in children.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Iman Muhamad Firmansyah
"Masalah utama yang muncul pada klien gagal ginjal kronis yaitu kelebihan volume cairan akibat ketidakpatuhan terhadap pembatasan cairan. Ketidakpatuhan pada klien disebabkan oleh kurangnya kesadaran dan motivasi diri klien dalam melakukan pembatasan asupan minum. Intervensi keperawatan yang dilakukan berfokus pada kegiatan untuk meningkatkan kesadaran diri dan motivasi dalam pembatasan asupan cairan serta monitoring status cairan dalam rangka meningkatkan status kesehatan klien. Cognitive Behavioural Therapy CBT merupakan salah satu intervensi yang dapat diberikan untuk meningkatkan kesadaran klien tentang pentingnya program pembatasan asupan cairan. Namun, metode ini masih jarang dilakukan di lahan praktik. Intervensi CBT dalam studi kasus ini dilakukan dalam waktu satu minggu dengan melibatkan keluarga sebagai social support untuk mengontrol perilaku. Setelah dilakukan intervensi CBT, kesadaran diri dan motivasi klien meningkat ditunjukkan dengan klien berhasil melakukan pembatasan asupan cairan. Namun, secara klinis belum menunjukkan perbaikan dalam masalah kelebihan volume cairannya. Maka dari itu perlu dikaji lebih lanjut terkait faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan kondisi kelebihan cairan pada pasien gagal ginjal kronis.

The main problems that appears on clients of chronic renal failure are excess fluid volume due to noncompliance to fluid restriction. Noncompliance in the client due to lack of awareness and self motivation of the client in the limitation of fluid intake. Nursing interventions focused on activities to improve self awareness and motivation fluid restriction as well as monitoring fluid status in order to improve client rsquo s health status. Cognitive Behavioral Therapy CBT is one of the intervention that can be given to increase client awareness about the importance of fluid restriction program. However, this method is still rarely done in practice areas. Intervention CBT in this case study was done within one week by involving the family as a social support to control client rsquo s behavior. After administration of CBT,self awareness and client motivation increased this is indicated by client succeeded to restrict his fluid intake. However, client haven rsquo t shown an improvement of excess fluid volume problem clinically. Therefore it is necessary to do a further study related to other factors that can cause an excess fluid volume in chronic kidney disease patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saila Hadayna
"Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang menyumbang kenaikan angka morbiditas, mortalitas, beban biaya kesehatan, dan masalah kesehatan lainnya. Menurut Riskesdas 2018, prevalensi PGK di Indonesia mencapai 0,38% dan mengalami peningkatan 0,2% dibandingkan tahun 2013. PGK juga merupakan penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia berdasarkan data Global Burden of Disease tahun 2019. Meningkatnya insiden penyakit ginjal kronis turut mempengaruhi peningkatan jumlah pasien yang menjalani hemodialisis sebagai terapi pengganti fungsi ginjal untuk bertahan hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan hidup pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RS Krakatau Medika tahun 2019-2021. Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien PGK yang menjalani hemodialisis di RS Krakatau Medika Tahun 2019-2021. Data pasien yang diambil meliputi usia, jenis kelamin, riwayat keluarga PGK, komorbid hipertensi, komorbid diabetes melitus, dan komorbid kardiovaskular. Analisis data menggunakan analisis survival dengan metode Kaplan-Meier dan Regresi Cox. Dari studi ini diketahui sebanyak 216 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan 84 pasien telah meninggal dan 132 pasien adalah sensor. Probabilitas ketahanan hidup satu, dua, dan tiga tahun pasien PGK yang menjalani hemodialisis sebesar 58%, 43%, dan 36%. Terdapat perbedaan yang signifikan pada ketahanan hidup pasien berdasarkan usia, komorbid hipertensi, dan komorbid diabetes melitus (log rank test, p<0,05). Hasil analisis regresi cox menunjukkan usia (HR=2,28, 95% CI 1,444—3,588, p<0,001) dan komorbid hipertensi (HR=0,40, 95% CI 0,245—0,668 p<0,001) mempengaruhi ketahanan hidup pasien. Usia dan komorbid hipertensi merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap ketahanan hidup pasien. Pasien PGK yang menjalani hemodialisis pada usia ≥ 55 tahun dan tidak terdapat komorbid hipertensi memiliki ketahanan hidup yang lebih rendah dibandingkan pasien dengan usia <55 tahun dan terdapat komorbid hipertensi. Diharapkan dapat meningkatkan peran keluarga dan petugas kesehatan dalam memberikan dukungan moril serta pengawasan pada pasien selama menjalani manajemen perawatan hemodialisis khususnya pada pasien berusia tua, memiliki komorbid hipertensi, dan komorbid diabetes melitus

Chronic kidney disease (CKD) is a global public health issue that contributes to rising morbidity, mortality, health costs, and other health issues. According to Riskedas 2018, the prevalence of CKD in Indonesia was 0.38% and increase by 0.2% compared to 2013. CKD is also the third leading cause of death in Indonesia based on Global Burden of Disease data 2019. The rising insidences of chronic kidney disease also affects the increasing number of patients undergoing hemodialysis as a replacement therapy for kidney function to survive. This study aims to identify the factors that affect the survival of patients with chronic kidney disease undergoing hemodialysis at Krakatau Medika Hospital in 2019-2021. The design of this study was a retrospective cohort using secondary data from the medical records of CKD patients undergoing hemodialysis at Krakatau Medika Hospital in 2019–2021. Age, gender, family history of CKD, comorbidities for hypertension, diabetes mellitus, and cardiovascular were among patient data collected. Data analysis used survival analysis with the Kaplan-Meier method and Cox regression. From this study, there were 216 samples met the inclusion and exclusion criteria with 84 patients had died and 132 patients were censored. The probability of one, two, and three-year survival of CKD patients undergoing hemodialysis were 58%, 43%, and 36%, respectively. There were significant differences in patient survival based on age, comorbid hypertension, and comorbid diabetes mellitus (log-rank test, p<0.05). The results of the Cox regression analysis showed that age (HR = 2.28, 95% CI: 1.444–3.588, p<0.001) and comorbid hypertension (HR = 0.40, 95% CI: 0.245–0.668, p<0.001) affected patient survival. The most significant factors affecting patient survival are age and comorbid hypertension. Patients with CKD undergoing hemodialysis at the age of ≥ 55 years old and no comorbid hypertension have lower survival rates than patients with age < 55 years old and comorbid hypertension. It is expected to increase the role of family and health workers in providing emotional support and monitoring of patients during hemodialysis care management especially in patients who are elderly, have comorbid hypertension, and comorbid diabetes melitus."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Ariani Effendy
"Anemia defisiensi besi merupakan salah satu komplikasi penyakit ginjal kronis (PGK) yang sering dijumpai terutama pada pasien yang menjalani hemodialisis rutin. Inflamasi merupakan kondisi yang selalu ada pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis, dengan salah satu markernya yaitu C-reactive protein (CRP). Marker besi yang rutin digunakan seperti feritin dan saturasi transferin dipengaruhi oleh inflamasi sehingga status besi pada pasien PGK menjadi sulit dinilai. Marker lain seperti persentase eritrosit hipokrom (%Hypo-He), reticulocyte haemoglobin content (Ret-He), soluble transferrin receptor (sTfR), indeks sTfR, dan persentase eritrosit mikrositik (%MicroR) dapat digunakan untuk menilai status besi, namun belum rutin digunakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh inflamasi terhadap %Hypo-He, Ret-He, sTfR, indeks sTfR, dan %MicroR pada pasien PGK dengan hemodialisis rutin dalam menentukan status besi. Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang melibatkan 123 pasien hemodialisis rutin berusia lebih dari 18 tahun di Unit Hemodialisis RS Cipto Mangunkusumo yang berlangsung pada bulan Agustus sampai September 2018. Setiap subjek diperiksakan parameter %Hypo-He, Ret-He, dan %MicroR menggunakan alat automated hematology analyzer Sysmex XN 3000, sedangkan sTfR, indeks sTfR, dan CRP diperiksa menggunakan alat Cobas c311. Didapatkan median CRP sebesar 3,99 (0,2- 129,97) mg/L dengan proporsi pasien PGK dengan hemodialisis rutin yang mengalami inflamasi sebanyak 45,5%. Pada penelitian ini tidak didapatkan perbedaan %Hypo-He, Ret-He, sTfR, indeks sTfR, dan %MicroR pada pasien yang menjalani hemodialisis rutin yang mengalami inflamasi dan noninflamasi sehingga marker-marker tersebut dapat digunakan untuk menentukan status besi pada pasien PGK dengan hemodialisis rutin.

Iron deficiency anemia is one of the complications seen in chronic kidney disease especially in routine hemodialysis patients. Inflammation, marked by C-reactive protein (CRP), is often found in chronic kidney disease (CKD) patients with hemodialysis. Routine iron markers, such as ferritin and transferrin saturation, are influenced by inflammation. Hence the iron status in CKD patients is difficult to interpret. Other markers like hypochromic erythrocytes percentage (%Hypo-He), reticulocyte haemoglobin content (Ret-He), soluble transferrin receptor (sTfR), sTfR index, and microcytic erythrocytes percentage (%MicroR) can be used to evaluate iron status, but these markers are not commonly used. This study aims to evaluate the influence of inflammation in %Hypo-He, Ret-He, sTfR, sTfR index, and %MicroR in routine hemodialysis patients to determine the iron status. This study was a cross sectional study comprised of 123 routine hemodialysis patients, aged over 18 years old, in Hemodialysis Unit Cipto Mangunkusumo Hospital during August to September 2018. Blood samples from all subjects were evaluated using automated hematology analyzer Sysmex XN 3000 for %Hypo-He, Ret-He, and %MicroR, and Cobas c311 for sTfR, sTfR index, and CRP. Median CRP in all patients was 3,99 (0,2-129,97) mg/L with inflammation occurred in 45,5% patients. There were no differences found in %Hypo-He, Ret-He, sTfR, sTfR index, and %MicroR in routine hemodialysis patients with inflammation and noninflammation so these markers could be used to evaluate iron status in hemodialysis patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Meiliani
"ABSTRAK
Penyakit gagal ginjal terminal mengharuskan pasien menjalani hemodialisis dengan sejumlah penyesuaian gaya hidup seperti diet dan pembatasan asupan cairan yang memunculkan berbagai pikiran dan perasaan negatif. Kebanyakan pasien berusaha menghindari ataupun denial dengan perilaku melanggar diet yang mengarahkan berbagai komplikasi medis. Untuk meningkatkan kepatuhan diet, diusulkan teknik intervensi Acceptance and Commitment Therapy (ACT). Kekuatan dari intervensi ini adalah tujuannya yang membuat individu menyadari segala pengalaman negatif tanpa berusaha menghindari/menghilangkan. Hal ini membuat individu lebih menyadari hal yang penting untuk mengarahkan pada hidup yang bermakna dan penggunaan strategi yang efektif dalam masalah diet. Desain penelitian yang digunakan adalah single subject design dengan purposive sampling pada tiga pasien gagal ginjal. Pada pelaksanaannya, satu partisipan yang dapat menyelesaikan sesi. Hasilnya menunjukkan peningkatan partisipan dalam menyadari pengalaman negatif dari diet dan tampak usaha mengatur asupan minum. Walaupun demikian, pengukuran kuantitatif tidak menunjukkan perubahan signifikan pada perilaku kepatuhan diet dan asupan cairan.

ABSTRACT
End-Stage Renal Disease (ESRD) patients have to follow hemodialysis with some life changes as dietary and fluid restriction that emerges some negative thoughts and emotions. Patients used to solve this problems by avoid or denial in non-adherence behaviors. These behaviors cause some health problem and make problem getting worse. To overcome this problem, it is used Acceptance and Commitment therapy. Strength of this intervention is accepts and aware all of experience (thoughts, emotions, memories, bodily sensations) without avoid it. So, patient can aware values that compass to do meaningful life and choose better strategies for dietary and fluid restriction problems. This study used single subject design and purposive sampling with 3 ESRD patients. Only one participant that completing the sessions and reported increased awareness to dietary negative experiences without avoidance it. He also showed efforts to controlled fluid consumptions. Nevertheless, quantitative measurement showed no significant changes in dietary and fluid adherence behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T36863
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Christina Natalin
"Gagal ginjal kronik pada anak merupakan salah satu penyakit yang khas pada masyarakat perkotaan. Salah satu komplikasi yang terjadi pada gagal gagal ginjal kronik adalah edema yaitu kondisi kelebihan cairan di dalam tubuh. Karya ilmiah ini bertujuan memberikan gambaran asuhan keperawatan melalui pendekatan KKMP pada pasien anak dengan gagal ginjal kronik yang mendapat tindakan hemodialisa dengan gejala edema anasarka dan edema paru. Intervensi yang diberikan adalah manajemen pembatasan cairan, intervensi ini diterapkan selama 7 hari. Hasil evaluasi didapatkan, kelebihan volume cairan teratasi ditandai dengan edema sudah tidak ada dan keadaan umum pasien baik. Intervensi ini dilakukan sejalan dengan intervensi kolaborasi dengan dokter, ahli gizi, farmasi dan bagian hemodialisa. Oleh karena itu intervensi manajemen pembatasan cairan perlu diterapkan secara disiplin di pelayanan keperawatan sebagai intervensi mandiri.

Chronic Kidney Disease in children is one of the speciality problem in urban community. One of the most serious complication this disease is oedema which means excess fluid volume in the body. The purpose of this case study to describe about nursing care with urban health nursing practice approach in child with anasarka and lung oedema caused by CKD during hemodylisis therapy. The intervension given was fluid restiction management in 7 days of care. The result was excess fluid volume could be resolved with there was no oedema and general physically was good. These interventions are conducted in line with collaborative interventions with doctorss, nutritionists, pharmacists and hemodialysis departments. So that, this intervention has to be applied consistenly in nursing care as independent intevension for nurse.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Nurwidhiyasari
"Berbagai macam penyakit kulit yang terjadi pada pasien dengan PGK salah satunya adalah dermatitis. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisa kasus perawatan kulit pada pasien PGK. Case study ini dilakukan pada pasien PGK dengan hemodialisa yang mengalami komplikasi gangguan kulit dermatitis. Hasil case study ini menunjukkan bahwa perawatan kulit dengan pemberian emolien yaitu Vaselin Album yang harus diberikan 30 menit sebelum pemberian kortikosteroid topikal yaitu Mometasone furoate 0,1% dapat mengurangi gangguan integritas kulit pasien yang dibuktikkan dengan penurunan skor Scoring Atopic Dermatitis (SCORED) dari 31,1 ke 19,2. Hasil karya ilmiah ini menunjukkan bahwa perawatan kulit dengan menggunakan emolien yaitu Vaselin Album yang diberikan 30 menit sebelum pemberian kortikosteroid topikal yaitu Mometasone furoate 0,1% dapat efektif mengurangi gangguan integritas pada kulit pasien. Rekomendasi dari penulisan ini bahwa intervensi tersebut dapat terbukti efektif guna mengurangi kondisi inflamasi kulit pada pasien PGK. Dibuktikan dengan berkurangnya tanda dan gejala dermatitis pada pasien. Perawatan Kulit, Dermatitis, Scoring Atopic Dermatitis (SCORED)

 



Various types of skin diseases occur in patients with CKD, one of which is dermatitis. This scientific work aims to analyze cases of skin care in CKD patients. This case study was carried out on CKD patients with hemodialysis who experienced complications of dermatitis skin disorders. The results of this study show that skin care with emollient administration, Vaseline Album which must be given 30 minutes before topical corticosteroid administration, namely Mometasone furoate 0.1% can reduce the disturbance of patients skin integrity as evidenced by a decrease in Scoring Atopic Dermatitis score (SCORED) of 31,1 to 19,2. The results of this scientific work show that skin care using emollients, namely Vaseline Album, which was given 30 minutes before topical corticosteroid administration, namely Mometasone furoate 0.1%, can effectively reduce integrity disorders in the patient's skin. The recommendation of this paper is that these interventions can be proven effective in reducing skin inflammatory conditions in CKD patients. It is proven by the reduced signs and symptoms of dermatitis in patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Megasari Yanuar Wisudawati
"Pembatasan cairan merupakan masalah yang belum optimal dilakukan oleh pasien penyakit ginjal kronik. Rasa haus sering muncul pada pasien yang harus melakukan pembatasan cairan. Studi kasus ini mendeskripsikan proses berkumur dengan mouthwash mint pada pasien penyakit ginjal kronik untuk mengurangi rasa haus akibat pembatasan cairan. Hasil yang didapatkan setelah penggunaan mouthwash mint pada pasien bahwa skala haus pasien berkurang dari skala 5 menjadi skala 3. Hasil karya ilmiah ini menunjukkan bahwa mouthwash mint pada pasien penyakit ginjal kronik penting dilakukan sebagai manajemen rasa haus. Karya ilmiah ini merekomendasikan perawat untuk mengajarkan takaran yang tepat dalam penggunaan mouthwash mint non alcohol kepada pasien penyakit ginjal kronik untuk mengurangi rasa haus.

Fluid restriction is a problem that has not been optimally performed by patients with chronic kidney disease. Thirst distress usually appears in patient with fluid restriction. This case study describes the process of gargling with mint mouthwash in chronic kidney disease patients to reduce thirst due to fluid restriction. The evaluation of using mint mouthwash in patients showed that the patient's thirst scale reduced from 5 to 3. The results of this study showed that mint mouthwash in patients with chronic kidney disease is important as thirst management. This paper recommend nurses to educate chronic kidney disease patients for using right dose in the use of non alcoholic mint mouthwash to reduce thirst.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Ginanjar
"Background: chronic kidney disease (CKD) increases the severity and risk of mortality in acute coronary syndrome (ACS) patients. The role of β2-M as a filtration and inflammation marker and FGF23 as a CKD-MBD process marker might be significant in the pathophysiology in ACS with CKD patients. This study aims to determine the association of β2-M and FGF23 with major adverse cardiac event (MACE) in ACS patients with CKD. Methods: we used cross sectional and retrospective cohort analysis for MACE. We collected ACS patients with CKD consecutively from January until October 2018 at Dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital. Data were analyzed using logistic regression and Cox's Proportional Hazard Regression. Results: a total of 117 patients were selected according to the study criteria. In bivariate analysis, β2-M, FGF23, and stage of CKD had significant association with MACE (p = 0.014, p = 0.026, p = 0.014, respectively). In multivariate analysis, β2-M - but not FGF 23- was significantly associated with MACE (adjusted HR 2.16; CI95% 1.15-4.05; p = 0.017). Conclusion: β2-M was significantly associated with MACE, while FGF23 was not so. This finding supports the role of inflammation in cardiovascular outcomes in ACS with CKD patient through acute on chronic effect."
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2021
610 UI-IJIM 53:1 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>