Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159388 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Inayah Kusumowardani
2010
T37825
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Parameshwary
"ABSTRAK
Burnout merupakan suatu sindrom psikologis yang ditandai dengan adanya kelelahan fisik, depersonalisasi dan penurunan hasrat pencapaian diri yang muncul pada orang-orang yang bekelja untuk melayani orang lain. Caregiver keluarga pasien stroke adalah seluruh orang-orang yang memiliki hubungan darah terutama yang seeara psikologis terikat dengan diri penderita stroke seperti pasangan, anak, keluarga, saudara dan melakukan fimgsi perawatan dan pelayanan terhadap pasien stroke secara intens. Subyek dalam penelitian ini memiliki karakteristik: pasangan (istri), anak dan keluarga dekat pasien stroke yang dalam kesehariannya merawat pasien, telah melakukan fimgsi perawatan minimal satu tahun serta tinggal serumah dengan penderita stroke. Berdasarkan uji validitas, korelasi skor item total pada MBI bergerak antara 0.320 sampai dengan 0. 71 L Uji reliabilitas yang dilakukan dengan menggunakan Alpha Cronbach memberikan hasil koefisien reliabilitas sebesar 0.846. Hasil pengbitungan statistik menjelaskan bahwa sebanyak 21 orang (65.6%) dari 32 responden mengalami burnout dalam taraf rendah, dimana 1 4 responden (66.7%) diantaranya beljenis kelarnin wanita, berusia 20 sampai dengan 29 tahun dan 50 sampai dengan 59 tahun (33.4%), berperan sebagai anak dari pasien stroke (57.1%), bekerja sebagai karyawan swasta (52.4%) ,memiliki latar belakang SMA (42.9%), telah berperan sebagai caregiver selama 1 sampai dengan 3 tahun dan 7 sampai dengan 10 tahun (38.1%) dan melakukan perawatan dengan kondisi pasien saat ini tergolong ringan (61.9"/o)."
2007
T32837
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Rosdiana
"Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering terjadi pada pasien hemodialisis, prevalensinya lebih tinggi dibanding pada populasi umum. Berbagai faktor yang diduga berhubungan dengan terjadinya insomnia pada pasien hemodialisis adalah demografi, gaya hidup, psikologis, biologis, dan faktor dialisis. Tujuan penelitian potong lintang ini untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan kejadian insomnia pada pasien yang menjalani hemodialisis. Sebanyak 106 responden yang berasal dari RSUD Kota Tasikmalaya dan Garut dilibatkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa insomnia dialami oleh 58 (54,7%) responden, dengan rerata usia 47,66±13,36 tahun. Tidak ditemukan hubungan antara insomnia dengan faktor demografi, gaya hidup, faktor biologis, shift HD dan Kt/V hemodialisis. Insomnia berhubungan dengan kecemasan (p= 0,007; OR= 3,3), dan lama waktu menjalani hemodialisis (p= 0,040; OR= 2,48). Kecemasan dan lama waktu menjalani hemodialisis merupakan faktor independen yang berhubungan dengan kejadian insomnia. Perlu dilakukan penelitian lanjutan, yaitu menguji variabel lain seperti keluhan fisik akibat kondisi uremia yang sering dialami pasien hemodialisis.

Insomnia is a sleep disorder that frequently occurs in hemodialysis patients. The prevalence was higher than in the general population. Several factors were thought having significant relationship with the occurrence of insomnia in hemodialysis patients, namely demographic, lifestyle, psychological, biological and dialysis factors. The purpose of this study was to identify factors associated with insomnia in Chronic Kidney Diseases patients undergoing hemodialysis. This study used cross-sectional study design, with a total sample of 106 respondents who visited hemodialysis unit at Tasikmalaya and Garut City Hosptal. The result showed that 58 respondents (54.7%) experienced insomnia, with an average age of 47.66 ± 13.36 years. There were no significant relationships between insomnia with demographic, lifestyle, biological factors, shift HD and Kt/V hemodialysis. Insomnia had significant relationships with psychological factors (anxiety) (p = 0.007, OR= 3.3), and the length of time undergoing hemodialysis (p= 0.040, OR= 2.48). This study concluded that anxiety and duration hemodialysis became independent factors associated with the occurrence of insomnia. Further study need to investigate other variables that experienced by hemodialysis patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
610 JKI 17:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tsania Alicia Rafli
"Merawat anggota keluarga yang memiliki penyakit kanker dapat menjadi sebuah tantangan bagi seorang family caregiver. Tidak jarang family caregiver merasakan caregiver burden atau beban perawatan selama proses perawatan berlangsung. Caregiver self-efficacy atau kepercayaan diri caregiver terhadap kemampuannya dalam melakukan tugas perawatan dengan baik dipercaya dapat menjadi salah satu faktor protektif bagi family caregiver dari caregiver burden. Dengan begitu, penelitian korelasional ini bertujuan untuk menguji hubungan antara caregiver self-efficacy dan caregiver burden pada family caregiver pasien kanker. Penelitian ini melibatkan 86 family caregiver pasien kanker di Indonesia yang diperoleh dari convenience sampling dengan menyebarkan tautan kuesioner kepada teman, keluarga terdekat, dan beberapa komunitas kanker di Indonesia melalui media sosial. Hasil penelitian dengan menggunakan alat ukur Caregiver Inventory dan Zarit Burden Interview menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara caregiver self-efficacy dan caregiver burden pada family caregiver pasien kanker. Dengan arti, apabila family caregiver pasien kanker memiliki tingkat caregiver self-efficacy yang tinggi maka tingkat caregiver burden akan menurun dan sebaliknya. Peneliti menduga partisipan memiliki tingkat caregiver self-efficacy yang tinggi diakibatkan oleh beberapa faktor dan karakteristik partisipan, salah satunya adalah memiliki perasaan mampu untuk dapat menyelesaikan tugas perawatan dengan baik sehingga memiliki kemampuan untuk menghadapi situasi yang sulit dan mengalami caregiver burden yang lebih rendah. Temuan ini dapat menjadi landasan penelitian selanjutnya mengenai pentingnya caregiver self-efficacy pada family caregiver pasien kanker untuk mencegah dan menghadapi caregiver burden.

Caring for a family member who has cancer can be a challenge for a family caregiver. It is not uncommon for the family caregiver to feel caregiver burden or burden of care during the treatment process. Caregiver self-efficacy or caregiver’s confidence in their ability to perform caring tasks well can be one of the protective factors for family caregiver from caregiver burden. Thus, this correlational study aimed to examine the relationship between caregiver self-efficacy and caregiver burden among family caregiver of cancer patient. This study involved 86 family caregivers of cancer patients in Indonesia obtained from convenience sampling by distributing questionnaires to friends, closest family, and several cancer communities in Indonesia through social media. The results of the study used the Caregiver Inventory and Zarit Burden Interview measuring instruments showed that there was a significant negative relationship between caregiver self-efficacy and caregiver burden among family caregiver of cancer patient. In other words, if the family caregiver of cancer patient has a high level of caregiver self-efficacy, the caregiver's burden will decrease and vice versa. Researchers suspected that participants have a high level of caregiver self-efficacy due to several factors and participant characteristics, one of which is having a feeling of being able to complete care tasks well so that they have the ability to be able to deal with difficult situations and experience a lower caregiver burden. This finding can be the basis for further research regarding the importance of caregiver self-efficacy for family caregiver of cancer patient to prevent and deal with caregiver burden."
Depok: Fakultas Psikologi Univeraitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Doa secara umum dapat diartikan sebagai permohonan (harapan, pujian, permintaan) kepada Tuhan, baik dengan membaca atau mengucapkan, disertai dengan perilaku kebaikan. Dzikir mempakan peringkat doa yang paling tinggi, meliputi segala bacaan yang diucapkan secara lisan azaupun dalam hati, dilakukan dengan sholat atau perilaku kehaikan lainnya. Gagal ginjal kronik (GGK)
mempakan penyakit renal tahap akhlr yang tidak dapat sembuh, terapi hemodialisis yang dijalani hanya untuk memperlahankan kelangsungan hidup.
Pasien yang menjalani dialisis jangka panjang akan menimbulkan respon kecemasan alas kondisi sakimya yang tidak bisa diramalkau dan berefek pada gaya hidup. Penelitian ini bertujuan unmk mengidentifikasi ltubungan antara frekuensi dzikir dan doa dengan tingkat kecemasan pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif. Data dianalisa dari jawaban kuesioner yang berisi data demografi pasien yang diorganisir dengan menggunakan tally. lnstrumen yang terdiri dari 17 pernyataan untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan dan 10 pertanyaan untuk mengetahui frekuensi dzikir dan doa Hasil perhitungan dikelompokkan untuk meuilai tingkatannya berdasarkan skala penilaian yang sudah ditetapkan kemudian dianalisa dengan mengggunakan metoda statistik the pearson product moment correlation coeffision yang dilanjutkan dengan uji “t”. Penelitian diiaksanakan di ruang llemodialisa ntmah sakit angkatan laut dr.
Mintohardjo Jakarta Pusat dengan jumlah responden 30 pasien GGK yang menjalani hemodialisis, dipilih secara purposive sample.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hekuensi dzikir dan doa sangat baik 73,3%, baik 23,33%, cukup 3,33%, dan untuk yang kurang serta sangat kurang 0%. Hasil data dari tingkat kecemasan lingan 90%, sedang 10%, dan yang berat hingga panik serta tidak cemas 0%. Hasil uji statistik “r” adalah -0,24 dan uji “t” -1,308 yang berarti bahwa terdapat hubungan negatif linear sangat lemah yang tidak bermakna antara frekuensi dzikir dan doa dengan tingkat kecemasan pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis. Oleh karena itu, penelitian ini perlu ditindaklanjuti lebih dalam tentang pengaruh frekuensi dzikir dan doa terhadap tingkat kecemasan pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis supaya pasien dapat terpenuhi kebutuhan dasar spiritualnya."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5199
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Albert Willy Claussen
"ABSTRAK
Proses penyembuhan dari penderita stroke yang tidak dapat dipastikan dalam hitungan waktu yang jelas, membuat penderita maupun anggota keluarga yang merawat (caregiver keluarga berada pada kondisi psikologis yang menyulitkan Interaksi keseharian yang terjadi antara caregiver keluarga dan penderita stroke memungkinkan timbulnya persepsi ketidakseimbangan peran dengan dua aspeknya yaitu underbenefit dan underinvestment sehingga akan mengganggu fungsi perawatan dari caregiver keluarga yang mengarala pada sindroma burnout.
Penelitian ini dilakukan atas dasar studi korelasional, dengan sampel populasi yang diperoleh dengan menggunakan metode purposive sampling, kemudian data yag didapatkari diolah dengan menggunakan ruetode uji korelasi Spearman. Kekuatan hubungan antar variabel yang ingin diteliti tersebut kemudian dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara persepsi underbenefit dan underinvestment dengan burnout pada caregiver keluarga dari penderita stroke.
Setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan uji korelasi Spearman, didapatkan hasil hipotesis diterima di taraf signifikansi 5% bahwa aspek persepsi underbenefit dalam berkorelasi signifikan dengan dua aspek burnout yaitu aspek kelelahan emosional dengan nilai korelasi 0:489 dan berkorelasi signifikan pula dengan aspek depersonalisasi dengan adanya nilai korelasi 0.696. Sedangkan aspek persepsi underinveriment dalam variabel persepsi ketidakseimbangan peran tidak berkorelasi secara signifikan dengan ketiga aspek burnout.
Penelitian ini juga menggambarkan taraf burnout yang dialami oleh caregiver keluarga yang dapat dikategorikan sebagai berikut, sebanyak 37.6% atau 21 oang dari 56 subyek mengalami kelelahan emosional (EE) yang tinggi Selanjutnya pada aspek depersonalisasi (DP) sebanyak 21 orang atau 37.6% subyek penelitian berada taraf tinggi. Sementara itu untuk Penurunan Hasrat Pencapaian Diri (PA) ternyata seluruh responden yang berjumlah 56 orang atau 100% masuk dalari kategori rendah."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T38347
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triana Darmayanti
"Gagal ginjal merupakan masalah kesehatan anak yang menjadi makin penting oleh karena angka kejadiannya yang cenderung meningkat. Dengan meningkatnya penyediaan sarana dan fasilitas kesehatan dan kemudahan mendapatkan obat-obatan, anak penderita penyakit ginjal akan lolos dari krisis masa akutnya, namun pada sebagian dari mereka kelainan ginjal yang mendasarinya terus berlanjut. Ditambah lagi dengan pemantauan Ianjutan yang tidak akuat, anak penderita penyakit ginjal dapat jatuh dalam keadaan gagal ginjal kronik (GGK).
Pada penelitian di tujuh rumah sakit pendidikan dokter spesialis anak di Indonesia didapatkan GGK pada 2% dari 2889 anak yang dirawat dengan penyakit ginjal (tahun 1984-1988). Di RS Cipto Mangukusumo Jakarta antara tahun 1991-1995 didapatkan angka kejadian GGK sebesar 4,9% dari 688 kasus penyakit ginjal rawat inap dan 2,6% dan 865 kasus rawat jalan, dan meningkat menjadi 58 (13,3%) dari 435 anak yang dirawat dengan penyakit ginjal antara tahun 1996-2000.
Keterlibatan sistem kardiovaskular merupakan hal yang sering ditemukan pada anak dengan penyakit GGK dan gagal ginjal terminal (GGT), dan merupakan penyebab penting morbiditas dan mortalitas. Dari seluruh pasien anak yang meninggal setelah menjalani terapi pengganti ginjal di Eropa tahun 1987 hingga 1990, gangguan kardiovaskular menjadi penyebab kematian pada 51% pasien dialisis dan 37% pasien transplantasi. Angka kematian akibat kelainan kardiovaskular pada anak dengan dialisis 30 kali lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"ABSTRAK
Pelaksanaan perencanaan pulang pada pasien gagal jantung atau Congestive Heart Failure (CHF) belum optimal di Indonesia sementara perencanaan pulang pada pasien gagal jantung penting dilakukan secara optimal. CHF merupakan salah satu dari penyakit kardiovaskuler yang penting bagi kita diketahui penatalaksanaannya yang optimal karena perkembangan CHF progresif dengan angka mortalitas dan mordibitas tinggi. Perencanaan pulang yang dilakukan dengan optimal dapat meningkatkan kapasitas fungsional, penguatan psikologi pasien dan tidak adanya rawat inap berulang dalam 30 hari setelah pemberian perencanaan pulang. Studi kasus ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses perencanaan pulang yang optimal pada Ny H yang dirawat selama 4 hari. Pemberian perencanaan pulang optimal yang dilakukan pada Ny H menghasilkan perbaikan hemodinamik, pasien menjadi lebih tenang dan kooperatif. Rekomendasi penulisan ini adalah agar perawat melakukan perencanaan pulang pada pasien CHF untuk mengoptimalkan perawatan pasien CHF selama dirawat.

ABSTRACT
The implementation of Discharge Planning for heart failure patients or Congestive Heart Failure (CHF) is not optimal in Indonesia while Discharge Planning for patients with heart failure is important to do optimally. CHF is one of cardiovascular diseases which is important for us to know its optimal management because of the progressive development of CHF with high mortality and mortality. Optimal Discharge Planning can improve functional capacity, strengthen patient psychology and avoid repeated hospitalizations within 30 days after giving Discharge Planning. This case study aims to describe the optimal Discharge Planning process for Ms. H who was treated for 4 days. Provision of optimal return planning carried out in Ny H results in improved hemodynamics, patients become more calm and cooperative. The recommendation of this paper is for nurses to do discharge planning for CHF patients to optimize the care of CHF patients during treatment.
"
2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Neli Suharti
"Pola hidup masyarakat perkotaan yang semakin komplek berdampak pada penurunan derajat kesehatan masyarakat. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perilaku, keturunan dan pelayanan kesehatan. Salah satu dampaknya adalah meningkatnya penyakit hipertensi dan diabetes melitus yang merupakan penyebab utama terjadinya Gagal Ginjal Kronis (GGK). GGK terjadi penurunan fungsi ginjal dan penimbunan sisa metabolisme protein yang disebut toksin uremik. GGK salah satunya menyebabkan gangguan integritas kulit seperti kulit kering (xerosis) yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. Peran perawat sangat diperlukan dalam upaya promotif untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan preventif untuk menghindari suatu kejadian sebelum terjadi komplikasi lebih lanjut. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk melakukan analisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada pasien gagal ginjal kronik dengan intervensi pemberian coconut oil terhadap xerosis. Kegagalan ginjal dapat menyebabkan perubahan pada kelenjar keringat dan kelenjar minyak yang menyebabkan kulit menjadi kering. Kulit kering akan menyebabkan infeksi, apabila terluka akan membuat proses penyembuhannya lebih lambat dan menjadi penyebab gatal-gatal. Pemberian coconut oil dapat dijadikan suatu pilihan dalam mengatasi xerosis.

The complexity of urban people's lifestyle affects on decreasing health status of people. That condition is influenced by environment, behavior, genetic, and health service factor. One of the effects is high prevalence of hypertension and diabetes mellitus which can cause chronic kidney disease (CKD). CKD occurs is kidney function decrease and waste metabolism accumulation of protein named uremic toxin. CKD can cause impaired skin integrity such as dry skin (xerosis) that affects quality of life. The role of nurses is necessary in promotion to increase people health status and preventive to avoid further complication. This study aims to analyze clinical practice of urban health nursing by application of coconut oil in CKD patient with xerosis. Decreased kidney function causes change in sweat and oil glands that leads skin dryness. Skin dryness can cause itchy skin and infection when injured by affecting healing process. The application of coconut oil can be one option to overcome xerosis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Mawarsari Sugianto
"Prevalensi penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) di masyarakat perkotaan mengalami peningkatan. Peningkatan kasus penyakit ini disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat seperti pola makan yang tidak sehat, dan merokok yang dapat memicu penyakit kronis seperti diabetes mellitus (DM) dan hipertensi. DM dan hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya GGK. Penatalaksanaan pasien GGK meliputi terapi konservatif, dialisis, dan transplantasi ginjal. Dialisis menjadi pilihan terbanyak sebagai penatalaksanaan pada gagal ginjal stadium akhir, untuk menyelamatkan hidup pasien. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien yang disarankan hemodialisis mengalami rasa cemas dan depresi, hal inilah yang seringkali memicu ketidakpatuhan terhadap kegiatan hemodialisis dan program pengobatan. Pemberian dukungan pada pasien GGK pre-dialisis dapat digunakan sebagai intervensi untuk meningkatkan kepatuhan terhadap regimen pengobatan. Praktikan merekomendasikan pentingnya dibuat standar prosedur operasional dalam pemberian dukungan pre-hemodialisis.

The prevalence of Chronic Kidney Disease (CKD) in urban communities has been increasing. The increase of this disease is caused by an unhealthy lifestyle such as unhealthy diet, and smoking which can lead to chronic diseases such as diabetes mellitus (DM) and hypertension. DM and hypertension are major causes of CKD. Treatment CKD includes conservative therapy, dialysis, and kidney transplantation. Dialysis becomes the most considered as the management of the end stage renal failure, to save lifes. Research shows that the majority of hemodialysis patients are advised to experience anxiety and depression, it is this which often trigger non-compliance with hemodialysis and treatment program activities. Providing support can be used as an intervention to improve patient’s adherence to treatment regimens. It is recommended operating procedures should developed in providing of pre-hemodialysis support.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>