Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tanjung, Judin Purba
Abstrak :
ABSTRAK
Perkembangan industri sekarang ini cukup pesat, dan jumlah tenaga pekerja tiap tahun mengalami peningkatan yang terus menerus. Diantara pekerja ini terdapat pekerja yang merokok. Jumlah produksi rokok juga tiap tahun mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Telah diketahui pengaruh buruk dan merugikan dari rokok terhadap kesehatan, Kanker paru, penyakit jantung, penyakit pembuluh darah, pengaruh pada wanita hamil, produktivitas kerja, absenteisme pekerja.

Program promosi kesehatan kerja merupakan suatu program yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan pekerja yang terdiri dari 10 program yaitu : 1. Program berolah raga teratur 2. Program Pengendalian Tekanan Darah 3. Program Pengendalian Lemak Darah/Anemi/Gizi 4. Program Penghentian Merokok (Smoking Cessation) 5. Program Berat Badan Ideal 6. Program Pengendalian Stress 7. Program cukup tidur 8. Program Melindungi Diri dari bahaya terhadap keselamatan & Kesehatan kerja 9. Program Menghindari Alkohol/Narkotika 10. Program Pemeriksaan Kesehatan Pekerja berkala untuk mengidentifikasi penyakit/gejala awal penyakit dan memperbaiki kesehatan. Pada program kesehatan pekerja ini faktor dorongan keluarga dan organisasi tempat kerja di ikut sertakan.

Kesimpulan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara program berhenti merokok yang dilaksanakan terhadap pekerja perokok di Rumah Sakit Sint. Carolus Jakarta dapat memberikan penurunan yang bermakna jumlah rokok yang dihisap setelah satu bulan intervensi ada kecenderungan jumlah rokok yang dihisap mengalami kenaikan. Saran perlunya pelaksanaan program berhenti merokok yang terus menerus untuk mencapai hasil yang lebih memuaskan. Pada akhirnya masih diperlukan penelitian lain guna memperoleh gambaran pengaruh program berhenti merokok terhadap pekerja perokok yang lebih jelas.
Abstract
Presently, the development of Industry is sharply increased and the number of workers keep on increasing every year. Among them there were smoking workers. Cigarettes production are also increasing sharply. It is aware that the bad impacts if smoking for our health are lung cancer, heart disease, blood vessels disease, the impact on pregnant woman, work productivity, and the absence form work.

Work health promotion program is a program focuses to improve the workers health which are consisting of ten program such as : 1. Regular exercise program 2. Blood pressure controlling program 3. Fatty acid Controlling Program/anemia/nutrition 4. Smoking cessation program 5. Ideal body weight program 6. Stress controlling program 7. Sufficient sleep program 8. Self protection program from danger to work safety and health 9. Alcoholic/narcotic stood back program 10. Periodicaly health controlling program to indentiticate the desease/early signal of desease and health improvement. In this work health program, family suprot factor and work invironmental were involved.

The conclusion of this study result that there is a linking between smoking cessation program which was performing to smoking workers at Sint. Carolus Hospital, Jakarta It will be able togive a significant decreasion to the number of cigarettes which wew smoked. After a month intervension there was inclined to the number of cigarettes that smoked were increasing. Recommendation the need of smoking cessation program continually is to reach the goal more satisfy. Finally, it is still needed another study to obtain the description of smoking cessation program to smoking workers which is clearer.
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Andriani Zahra
Abstrak :
Latar Belakang: Merokok telah menjadi ancaman serius bagi kesehatan selama empat abad terakhir, menyebabkan lebih dari 8 juta kematian dini setiap tahun. Di Indonesia, 28,96% penduduk usia 15 tahun ke atas adalah perokok. Meskipun banyak yang menyadari dampak buruknya, praktik ini masih tinggi. Penelitian di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut (RSKGM) FKG UI mengeksplorasi hubungan antara pengetahuan pasien tentang dampak merokok terhadap kesehatan mulut dengan sikap mereka terhadap berhenti merokok. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan pasien tentang dampak merokok terhadap kesehatan mulut dengan sikap pasien terhadap upaya berhenti merokok. Metode: Studi analitik potong lintang menggunakan kuesioner pada pasien RSKGM FKG UI. Data dianalisis menggunakan perangkat lunak statistik SPSS. Hasil: Sebanyak 75 pasien RSKGM FKG UI berpartisipasi. Responden (>50%) merokok setiap hari, dengan dominasi responden laki-laki dan kelompok usia remaja akhir. Responden (60%) menyatakan menggunakan rokok filter. Responden (42,7%) menggunakan rokok konvensional kurang dari 12 batang/hari. Jenis kelamin, frekuensi merokok, dan tipe rokok yang diugnakan berhubungan dengan pengetahuan pasien terhadap efek merokok. Berhenti merokok dalam jangka waktu tertentu dan frekuensi merokok berhubungan dengan sikap pasien terhadap berhenti merokok. Terdapat korelasi positif yang lemah antara pengetahuan pasien tentang dampak merokok dan sikap mereka untuk berhenti merokok, yang berarti bahwa semakin baik pengetahuan pasien tentang dampak merokok, semakin besar pengaruhnya terhadap sikap pasien untuk berhenti merokok. Kesimpulan: Sebagian besar responden penelitian sudah menyadari dampak berbahaya dari merokok. Mayoritas responden penelitian berkeinginan untuk berhenti merokok namun tidak ingin berpartisipasi dalam program berhenti merokok. ......Background: Smoking poses a significant health threat, causing over 8 million premature deaths annually globally. In Indonesia, where 28.96% of the population aged 15 and above are smokers, the prevalence remains high despite widespread awareness of its detrimental effects. Research at the Dental Hospital of Faculty of Dentistry Universitas Indonesia (FDUIDH) investigated the correlation between patient knowledge regarding smoking's impact on oral health and their willingness to quit. Aim: To know the association between patients’ knowledge on the effects of smoking on oral health with their attitude towards its cessation. Methods: Cross-sectional analytical study using questionnaires on FDUIDH patients. Data were analysed using SPSS statistical software. Results: A total of 75 FDUIDH patients participated. Respondents (>50%) smoke every day, with a predominance of male respondents and the late teens age group. Respondents (60%) stated that they used filter cigarettes. Respondents (42.7%) used conventional cigarettes less than 12 cigarettes/day. Gender, frequency of smoking, and the types of cigarettes are related to patients' knowledge of the effects of smoking. Stopped smoking within a certain period and frequency of smoking are related to patients' attitudes towards smoking cessation. There is a weak positive correlation between patients' knowledge about the effects of smoking and their attitude of smoking cessation, implying that the better the patient's knowledge of the effects of smoking, the greater the influence it has on the patient's attitude towards quitting. Conclusion: Most research participants are already aware of the harmful effects of smoking. The majority of research respondents desire to quit smoking but do not want to participate in a smoking cessation programme.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kolanda Maria Septauli
Abstrak :
Latar belakang: Sebagian besar penderita TB paru memiliki kebiasaan merokok. Merokok dapat meningkatkan risiko infeksi TB paru, juga mempengaruhi manifestasi klinis, keberhasilan pengobatan, dan mortalitas pada penderita TB paru. Selain itu, diketahui bahwa sebagian besar penderita TB paru akan berhenti merokok saat terdiagnosis TB paru, tetapi akan kembali merokok seiring berjalannya waktu jika keluhan sudah mulai berkurang. Program berhenti merokok untuk penderita TB paru seharusnya mendampingi pengobatan TB paru. Program berhenti merokok yang biasa dilaksanakan di Indonesia adalah dengan pendekatan 4T (Tanya,Telaah,Tolong nasehati, dan Tindak lanjut). Metode penelitian: Uji acak terkontrol pada 43 penderita TB paru berjenis kelamin laki- laki yang merokok. Kelompok perlakuan diberikan pendekatan 4T berupa edukasi, konseling, dan motivasi selama 3 bulan dengan 5 kali pertemuan. Kelompok kontrol hanya diberikan self-help leaflet untuk berhenti merokok saat rekrutmen. Pada awal penelitian, data dasar kedua kelompok dikumpulkan, yakni identitas, status merokok, skala ketergantungan nikotin (fargerstrom), CO ekshalasi, dan Arus Puncak Ekspirasi (APE) dasar. Selanjutnya akan dilakukan follow-up pada bulan ke-1, 2 dan 3 setelah berhenti merokok, dengan pemeriksaan catatan harian berhenti merokok, pengukuran CO ekshalasi, Arus Puncak Ekspirasi (APE), skala motivasi, dan skala Minnesota Withdrawal Scale (MNWS). Hasil: Persentase subjek yang masih berhenti merokok atau Continuous Abstinence Rate (CAR) bulan I, II, dan III lebih baik pada kelompok perlakuan dibandingkan pada kelompok kontrol. Pada kelompok perlakuan, persentase berhenti merokok hingga 1 bulan (CAR I) sebesar 66,7%, hingga 2 bulan (CAR II) sebesar 57,1%, dan hingga 3 bulan (CAR III) sebesar 52,4%. Sedangkan pada kelompok kontrol, persentase berhenti merokok hingga 1 bulan (CAR I) sebesar 54,5%, hingga 2 bulan (CAR II) sebesar 45,5%, dan hingga 3 bulan (CAR III) sebesar 45,5%. Jumlah relapse pada akhir penelitian lebih banyak pada kelompok kontrol yaitu 18,2% dibandingkan 14,3% pada kelompok perlakuan. Subjek yang tetap merokok hingga akhir penelitian lebih banyak pada kelompok kontrol yaitu 18,2% dibandingkan 9,5% pada kelompok perlakuan. Gejala withdrawal yang paling banyak ditemukan adalah peningkatan nafsu makan (44,1%), mengidam rokok (6,9%), gelisah (2,3%), sulit tidur (2,3%) dan tidak sabar (2,3%). Pada akhir penelitian, tidak ada perbedaan terkait skala withdrawal pada kedua kelompok (p=0.788). Skala motivasi untuk berhenti merokok pada CAR II lebih baik pada kelompok perlakuan. (p=0,043). Kesimpulan: Pendekatan 4T yang efektif penting untuk mempertahankan abstinence hingga bulan 1, 2, dan 3 setelah subjek memutuskan berhenti merokok (CAR I, II, III). Sebaiknya program berhenti merokok diberikan bersama dengan pengobatan TB untuk membantu penderita TB berhenti merokok dan mengurangi angka relapse merokok. ......Background: Smoking increases the risk of lung tuberculosis (TB) infection and influences its clinical manifestation, treatment success rate, and mortality. Most of smoking TB patients cease to smoke when they are firstly diagnosed, but clinical symptoms improvement could suggest them to continue smoking. Smoking cessation program in TB patients were applied in Indonesia, dubbed as the 4T approach (Tanya (Ask), Telaah (Asses), Tolong nasehati (Advise and Advice), and Tindak lanjut (Arrange)) Method: We performed a randomized controlled trial in 43 male and smoking TB patients. Trial group received 4T approach consisting of education, counseling, and motivation to stop smoking for three months consisted in five session of meetings. Control group received a self-help leaflet for smoking cessation. Smoking status, Fagerström nicotine dependence scale, exhaled CO level, and peak expiratory flow rate were collected. Subjects were observed at month 1, 2 and, 3 after quit smoking. Motivation scale and Minnesota Withdrawal Scale (MNWS) were also reported during the follow-ups. Results: Smoking cessation level during month I, II, and III (Continuous Abstinence Rate I, II and III) were higher in trial group than in control group. In trial group, the percentage of smoking cessation until 4 weeks (CAR I) was 66.7%, until 8 weeks (CAR II) was 57.1%, and until 12 weeks (CAR III) was 52.4%. In control group, the percentage of smoking cessation until 4 weeks (CAR I) was 54.5%, until 8 weeks (CAR II) was 45.5%, and until 12 weeks (CAR III) was 45.5%. The number of smoking relapses after the end of the research was higher in control group than trial group that was 18.2% compared to the trial group 14.3%. The number of still smoking also higher in control group that was 18.2% compared to trial group 9.5%. Withdrawal symptoms were increase of appetite (44.1%), cigarette cravings (6.9%), agitation (2.3%), insomnia (2.3%) and irritability (2.3%). At the end of the trial, there were no differences of withdrawal scale between groups (p=0.788). Motivation scale to stop smoking of CAR II in trial group was better than control group (p=0.043). Conclusion: The 4T approach is effective to maintain the abstinence rate in lung TB patients until month 1, 2, and 3 (CAR I, II, and III) after quit smoking. It is advisable to employ smoking cessation program during TB treatment to help TB patients quit smoking and reduce the rate of smoking relapse.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita
Abstrak :
ABSTRAK
Proporsi perokok di Indonesia meningkat setiap tahunnya dengan usia perokok pemula yang semakin muda. Merokok memberikan dampak kerugian ekonomi pada perokok dan juga orang yang terpapar asap rokok. Penelitian dari beberapa negara membuktikan berhenti merokok dapat menurunkan utilisasi pelayanan kesehatan dan pengeluaran kesehatan dibanding tidak berhenti merokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor risiko berstatus mantan perokok dengan utilisasi pelayanan kesehatan pada peserta JKN tahun 2016. Desain studi adalah potong lintang dengan pendekatan kuantitatif. Menggunakan data sekunder Susenas dan Podes dengan sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebanyak 75.352 individu. Analisis regresi logistik multinomial multivariabel dilakukan dengan proses analisis faktor risiko. Dari analisis diketahui laki-laki berstatus mantan perokok meningkatkan utilisasi rajal saja, ranap saja, dan rajal dan ranap sebesar 1,3 kali (b= 3%; p=0,017), 2,6 kali (b=94%; p=0,000), dan 1,7 kali (b=55%; p=0,000) lebih besar dibanding laki-laki bukan perokok, setelah dikontrol dengan status perkawinan, proporsi ART mantan perokok, dan persepsi keparahan. Dapat disimpulkan adanya riwayat merokok pada laki-laki berhubungan dengan peningkatan utilisasi pelayanan kesehatan dibanding bukan perokok, terlebih yang tidak berhenti merokok. Peningkatan utilisasi pelayanan kesehatan akan berdampak pada peningkatan pengeluaran kesehatan. Upaya promosi tidak merokok dan kampanye berhenti merokok harus terus ditingkatkan.
ABSTRACT
The proportion of smokers in Indonesia continues to increase annually and with younger age of new-smokers. Smoking causes substantial economic losses for smokers as well as secondhand smokers. A plenitude of research from many countries proves that quitting smoking can reduce healthcare utilization and spending compared to those that do not quit smoking. This study aims to determine the relationship of risk factors of former smokers with healthcare utilization among JKN members in 2016. This is a cross- sectional study with a quantitative approach using Susenas and Podes data with samples meeting the inclusion and exclusion criteria of 75,352 individuals. Multivariable multinomial logistic regression analysis was performed through the risk factor analysis process. The analysis revealed that male ex-smokers increase the utilization of outpatient only, inpatient only, and outpatient and inpatient by 1.3 times (b=23%; p= 0.017), 2.6 times (b=94%; p=0.000), and 1.7 (b=55%; p=0.000) than male nonsmokers, after controlling for marital status, proportion of former smokers among household members, and perception of severity. It can be concluded that a smoking history among men is associated with the increase in healthcare utilization, more than for non-smokers and more so for those who do not quit smoking. Increased healthcare utilization will result in increased health spending. Efforts for non-smoking and smoking cessation campaigns should be prioritized and improved.
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T50320
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Dian Harlivasari
Abstrak :
Latar belakang: Penggunaan tembakau menimbulkan ketergantungan nikotin sehingga proses berhenti merokok menjadi sulit dan membutuhkan bantuan khusus. Keterbatasan terapi berhenti merokok di Indonesia mendorong lahirnya terapi farmakologi alternatif. Hasil penelitian preklinik menunjukkan terdapat peluang efektivitas N-acetylcistein (NAC) terhadap berhenti merokok. Metode: Penelitian ini menggunakan uji acak plasebo terkontrol pada perokok yang dilakukan selama Januari-Desember 2018. Sebanyak 90 perokok mendapatkan perlakuan yang dibedakan menjadi dua kelompok yaitu NAC 2x1200 mg dan plasebo selama 4 minggu. Pengamatan dilakukan pada minggu ke 1,2,3 dan 4. Pada akhir perlakuan dilakukan penilaian abstinence rate (AR), nilai withdrawal dan craving. Hasil: Nilai AR pada kelompok NAC sebesar 37,7% sementara kelompok plasebo 6,7%. Pada variabel demografi yang bermakna terhadap abstinence adalah skor Fagestorm, motivasi dan nilai CO ekshalasi dasar dan percobaan berhenti merokok sebelumnya. Pada variabel akhir penelitian yaitu nilai CO ekshalasi akhir, jumlah rokok akhir, nilai withdrawal akhir dan nilai craving akhir bermakna secara statistik ( nilai p <0,001) Kesimpulan: Abstinence rate pada kelompok NAC lebih superior dibandingkan kelompok plasebo. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dengan durasi pemberian lebih panjang dan pengamatan terhadap continues abstinance rate (CAR). ......Background: Tobacco cigarette smoking often resulted in nicotine dependence which caused difficulties in smoking cessation program which in turn requiring smokers to seek professional help. However, pharmacotherapy for smoking cessation was limited in Indonesia. Preclinical studies suggested n-acetylcysteine (NAC) might able to reduce withdrawal and craving symptoms for substance dependence particularly nicotine addiction among smokers. Methods : This placebo controlled clinical trial was conducted between January to December 2018. This study randomly grouped 90 cigarette smokers into NAC-treated (NAC 1200 mg bid) and placebo group whose four weeks of treatment was observed. The study objective was to compare abstinence rate (AR), withdrawal, and craving symptoms using scoring system at the end of the study. Results : The AR in NAC-treated group was 37.7% and in placebo group was 6.7%. Fagerstrom score of nicotine dependence, motivation, and base exhaled CO concentration were related to abstinence. Decrease of daily cigarette consumption and exhaled CO concentration, and changes in withdrawal and craving score, were observed among the smokers by the end of the study. Conclusion : This preliminary study suggested feasibility and efficacy of NAC for smoking cessation. Follow-up study of NAC on AR should be carried out.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kumboyono
Abstrak :
Tingginya prevalensi remaja-awal yang mencoba merokok, mengindikasikan perlunya pengembangan upaya perlindungan terhadap remaja oleh seluruh elemen masyarakat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh Model KeKAR dalam menanggulangi perilaku merokok pada siswa sekolah menengah pertama (SMP) di Kota Malang.Penelitian merupakan riset operasional dengan tiga tahap penelitian yaitu: fenomenologi, pengembangan model, daneksperimen semu. Fenomenologi melibatkan 25 informan (perawat, guru, remaja dan orang tua). Pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dengan panduan pertanyaan semi-terstruktur. Hasil wawancara ditranskripsi dan dianalisis secara manual menggunakan metode Colaizzi. Pengembangan Model KeKAR diawali dengan studi literatur Teori Pencapaian Tujuan, Karakteristik Risiko, Model Ketangguhan Protektif, Komunitas sebagai Mitra, Model Intervensi Roda, dan Pengalaman Merokok pada Perokok Pemula. Selanjutnya dilakukan validasi model melalui survei terhadap 248 responden. Data dianalisis menggunakan Structural Equation Modelling. Model KeKAR yang telah tervalidasi, kemudian dikembangkan menjadi buku Model dan Modul KeKAR untuk dinilai kelayakannya oleh pakar kesehatan komunitas. Implementasi Model KeKAR diberikan kepada masing-masing 60 partisipan di kelompok Model KeKAR dan kelompok kontrol. Intervensi diberikan selama tiga bulan, diawali dengan pelatihan kepada perawat, guru pembina kesehatan sekolah, orang tua, teman sebaya serta siswa. Kemudian dilanjutkan dengan pendampingan implementasi Model KeKAR. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney. Permasalahan utama penanggulangan perilaku merokok pada remaja-awal ialah kontinuitas respons komunitas sekolah yang bervariasi mulai dari asertif hingga reaktif. Model KeKAR merupakan model intevensi yang layak untuk memberdayakan komunitas sekolah dalam membentuk ketangguhan diri remaja guna menolak inisiasi merokok. Implementasi Model KeKAR meningkatkan secara bermakna skor perilaku anti-rokok pada remaja-awal berupa ketiadaan intensi merokok; konsumsi rokok; penerimaan ajakan merokok; dan keinginan merokok pada masa yang akan datang. Model KeKAR berkontribusi positif dalam upaya penanggulangan perilaku merokok pada siswa SMP di Kota Malang.
High prevalence of smoking among early-teenagers indicates the need for efforts of all elements of society to protect teenagers from smoking. This study aimed to determine the effect of the Anti-Smoking Community Resilience Model (ASCRM) for controlling smoking behaviour among middle school students in Malang. The study was employed action research design consisted of three phases: phenomenology, model development, and quasi-experiments. The first phase was the phenomenological study which involved 25 informants (7 students; 7 fathers of students; 7 teachers; 4 nurses). Data were collected using in-depth interviews and analysed manually using Colaizzis method. The development of the ASCRM Model as the second phase began through a literature review based on goal attainment theory, risk characteristics, the model of protective resilience, community-as-partner model, intervention wheel model, and smoking experience of novice smokers, which then continued by a survey of 248 respondents conducted to validate the model. The data were analysed using Structural Equation Modelling. The validated ASCRM Model was developed into ASCRM Module and assessed for fitness by community health experts. In the third phase, The ASCRM Model had designed to the quasi-experimental involved 60 students as the treatment group and 60 students as a control group. Data were analysed using the Mann-Whitney U test. The main problem of regard controlling smoking behaviour in early-teenagers is the continuity of school community responses that vary from assertive until reactive. The ASCRM model is a fit intervention model to empower the school community for developing teenager self-resilience to refuse smoking initiation. Implementation of ASCRM Model significantly increased student score of smoke-free behaviour included the absence of smoking intention; cigarette consumption; acceptance of smoking; and the urge to smoke in the future. The ASCRM model positively contributed to the control of smoking behaviour among middle school students in Malang.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prasojo
Abstrak :
Penelitian ini mencari perbedaan rata-rata motivasi berhenti merokok pada mahasiswa UI di antara kelompok responden berdasarkan akses terhadap rokok yang paling sering digunakan. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan teknik menggunakan kuesioner. Nilai rata-rata motivasi berhenti merokok dari dalam diri responden (n=96) adalah 4,43 dari skor maksimal 7. Nilai rata-rata motivasi berhenti merokok dari luar diri responden adalah 3,31 dari skor maksimal 7. Lima puluh delapan dari 96 responden (60,4%) menyatakan membeli di warung sebagai akses terhadap rokok yang paling sering digunakan. Analisis Anova menunjukkan tidak terdapat perbedaan rata-rata motivasi berhenti merokok dari diri sendiri yang bermakna di antara kelompok responden berdasarkan akses tersering membeli di warung, membeli di swalayan, dan mendapat dari keluarga dan kerabat (CI= 95%, P= 0,88), maupun antara motivasi berhenti merokok dari luar diri di antara kelompok responden berdasarkan akses tersering membeli di warung, membeli swalayan, dan mendapat dari keluarga dan kerabat (CI= 95%, P= 0,28). Hasil ini menunjukkan bahwa faktor yang lebih berpengaruh kepada motivasi berhenti merokok seseorang adalah faktor dari dalam diri sendiri dibandingkan dari luar diri. Sebaiknya dilakukan penelitian mengenai faktor dari dalam diri untuk meneliti motivasi berhenti merokok karena didapatkan bahwa faktor dari dalam diri lebih berperan dalam hal ini. ......This study aims to seek out the means difference in smoking cessation motivation among Universitas Indonesia students among respondent based on their access to cigarette. The method of this research is cross-sectional with questionnaire as the data-gathering means. The means of smoking cessation motivation because of internal factors of the respondents (n=96) is 4.43 out of 7. The means of smoking cessation motivation because of external factors of the respondents is 3.31 out of 7. Fifty eight respondents out of 96 respondents (60.4%) stated that buying cigarette in stalls is the most frequently used access to cigarette. Anova analysis shows that there is no significant difference in smoking cessation motivation from internal factors means between groups that use buying cigarette in stalls, buying from self-service shop, or receiving cigarette from family and fellows (P= 0.878). Anova analysis also shows shows that there is no significant difference in smoking cessation motivation from external factors means between groups that use buying cigarette in stalls, buying from self-service shop, or receiving cigarette from family and fellows (P = 0.28). This results indicates that smoking cessation motivation is more affected by internal factors than external factors. It is better to make a research for internal factors that affect smoking cessation motivation in the future because internal factors are more govern to smoking cessation motivation.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library