Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 39 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nahrisa Fauzia
Abstrak :
Perundungan masih menjadi suatu potret negatif pendidikan Indonesia. Perundungan memberikan dampak negatif bagi korban yang dapat mengganggu aktivitasnya sebagai siswa di sekolah maupun ketika berada di rumah. Pada masa remaja, teman sebaya merupakan lingkungan terdekat yang mampu memberikan dukungan sosial bagi siswa korban perundungan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai perundungan yang terjadi di SMPN X serta menjelaskan bagaimana bentuk dukungan sosial yang diberikan oleh teman sebaya terhadap remaja korban perundungan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain deskriptif melalui studi literatur dan teknik wawancara. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perundungan yang dialami siswa terjadi dalam bentuk fisik maupun verbal. Adapun penyebab terjadinya perundungan yaitu korban yang dianggap sebagai sosok yang lemah dan tak mampu melakukan perlawanan. Pihak sekolah juga telah memiliki peraturan terkait sanksi bagi pelaku, namun dalam pelaksanaannya peraturan tersebut masih belum dijalani secara konsisten. Penelitian ini menunjukkan bahwa teman sebaya menjadi pihak yang paling banyak memberikan dukungan serta bantuan secara langsung ketika korban diusik dan diganggu oleh pelaku. Dukungan sosial tersebut yaitu meliputi dukungan informatif dengan memberikan solusi maupun menjadi penghubung informasi antara guru dengan korban, dukungan penghargaan yaitu dengan menyebutkan hal positif pada diri korban, dukungan instrumental yaitu dengan melaporkan hal ini kepada pihak sekolah maupun membela ketika para pelaku mulai mengusik korban dan dukungan emosional yaitu dengan menjadi tempat curhat dan berkeluh kesah tanpa memberikan penghakiman. Dengan adanya dukungan sosial tersebut, korban pun dapat kembali berfungsi sosial dalam lingkungannya. ......Bullying is still a negative portrait of Indonesian education. Bullying has a negative impact on victims that can interfere with their activities as students at school and when they are at home. In adolescence, peers are the closest environment that can provide social support for students who are victims of bullying. This study aims to provide an overview of the bullying that occurs at SMPN X and to explain how the forms of social support provided by peers to young victims of bullying. This study used a qualitative approach with a descriptive design through literature study and interview techniques. The results of this study indicate that the bullying experienced by students occurs in both physical and verbal forms. The cause of bullying is that the victim is considered a weak figure and unable to fight back. The school also has regulations related to sanctions for bullies, but in its implementation these regulations have not been followed consistently. This research shows that peers are the ones who provide the most direct support and assistance when the victim is harassed and bullied by the perpetrator. This social support includes informative support by providing solutions as well as connecting information between teachers and victims, support for appreciation, namely by mentioning positive things about the victim, instrumental support, namely by reporting this to the school and defending when the perpetrators start harassing the victim and support. emotional namely by being a place to vent and complain without giving judgment. With this social support, victims can return to social functions in their environment.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Albert Prabowo Limawan
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Perundungan merupakan masalah di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Kondisi ini memberikan dampak negatif dan sudah banyak dijelaskan dalam berbagai riset di dunia. Namun, riset tentang perundungan di Indonesia masih belum banyak dilakukan terutama pada remaja. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian dengan rancang potong lintang. Remaja yang merupakan subjek penelitian adalah siswa/i dari lima sekolah menengah pertama yang berpartisipasi dalam riset ini untuk menjawab kuesioner perundungan traditional yang disusun oleh Nansel dan kolega pada 2001 serta kuesioner demografi yang khusus dibuat untuk penelitian ini. Data dianalisa menggunakan program SPSS versi 20 untuk Windows melalui uji korelasi Spearman?s dan uji Chi-Kuadrat. Hasil: Korban perundungan paling banyak terjadi pada murid berusia 13 tahun (50.0%) dan kelas delapan (41.1%). Sementara korban perundungan terbanyak berusia 13 tahun (55.6%) dan kelas tujuh dan delapan (44.4% masing-masing). Korban sekaligus pelaku terbanyak berusia 13 dan 14 tahun (38.5% masingmasing) dan berasal dari kelas delapan dan sembilan (46.2% masing-masing). Tidak dijumpai adanya perbedaan jenis kelamin dalam angka kejadian perundungan (50.9% perempuan vs. 49.1% laki-laki). Mengejek nama adalah jenis perundungan yang paling sering terjadi baik pada kelompok korban, pelaku maupun pada kelompok korban sekaligus pelaku (55.9% vs. 66.6% vs. 84.6%). Terdapat korelasi lemah antara usia dengan korban perundungan (r = 0.4). Kemudian, tidak ditemukan perbedaan signifikan antara jenis kelamin di antara remaja dengan dan tanpa perundungan. Kesimpulan: Sekolah menengah pertama adalah masa penting untuk terjadinya perundungan oleh karena itu perlu dirancang suatu program untuk mengendalikan kejadian perundungan di SMP terutama pada anak yang berusia 13 tahun.
ABSTRACT
Background: Bullying happens all over the world including Indonesia. This condition cause negative effects that has been mentioned in several studies all around the world. However, there are not sufficient researches on bullying in Indonesia, especially among adolescents. Methods: This research was a cross sectional study. The research subjects are students from five participating junior high schools in Jakarta, which they were given to answer the traditional bullying questionnaire by Nansel and colleagues in 2001 and demography questionnaire made for this study. Data is being analyzed using SPSS version 20 for Windows with Spearman?s correlation and Chi-Square. Result: Most victim of bullying were 13 years old (50%) and grade eight (41.1%). Majority of perpetrator of bullying were 13 years old (55.6%) and grade seven and eight (44.4% respectively). Furthermore, for both victim and perpetrator of bullying, majority came from age 13 and 14 years old (38.5% respectively) and grade eight and nine (46.2% respectively). There were no dominant gender involved in bullying (50.9% female and 49.1% male). Calling names was the major type of bullying among all bullying group (victim, perpetrator, both) (55.9% vs. 66.6% vs. 84.6%). There was weak correlation between age and victimization (r = 0.4). Moreover, there was no significant gender difference among adolescents with or without bullying. Conclusion: Junior high school is the critical age for bullying behavior to occur, so it is important to design a program to control bullying in junior high school, especially students aging 13 years old.;
2016
S70406
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parapat, Veronica Novelina
Abstrak :
Kasus perundungan ialah salah satu masalah interaksi sosial yang sering terjadi di lingkungan sekolah, terutama pada tingkat sekolah dasar (Novianto, 2018). Hal ini disebabkan oleh individu yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan kelompok pertemanan dan berada dalam periode pencarian identitas sosial (Craig, 2016). Kasus perundungan juga menjadi perhatian bagi Sekolah Dasar X di Jakarta. Adanya sikap saksi yang enggan melindungi korban dan memberikan penguatan pada pelaku membuat perundungan terus terjadi (Midgett, Doumas, & Trull, 2018). Salah satu metode menurunkan perundungan melalui intervensi pada saksi membawa dampak yang lebih signifikan (Lee, 2004). Oleh karena itu, program pelatihan mengubah siswa yang merupakan saksi/bystander menjadi pembela sangat penting untuk dilakukan. Program STAC Plus merupakan serangkaian sesi pelatihan yang diadaptasi dari penelitian Midgett dan Doumas (2016). Penelitian ini menggunakan metode kuasi-eksperimental dengan desain penelitian pre-test/post-test. Jumlah partisipan penelitian adalah 22 siswa kelas VI SD. Teknik analisis data Wilcoxon Signed Rank Test digunakan untuk melihat perbandingan skor sebelum dan sesudah diberikan intervensi pada kelompok yang sama. Hasil penelitian menunjukkan program intervensi STAC Plus dapat secara efektif meningkatkan pengetahuan peran pembela (Z = -3.923b, p = 0.000). Akan tetapi, hasil penelitian menunjukkan program intervensi STAC Plus tidak efektif meningkatkan empati (Z = -1.909b, p = 0.056).
Bullying is one of the problems of social interaction that often accurs in school environment, especially in elementary school (Novianto, 2018). This is caused by individuals are spend more time with peers and in a period of searching for social identity (Craig, 2016). Bullying is also a concern for X Elementary School in Jakarta. Their reluctance to protect the victims and reinforcement are main factors that encourage the occurrence of bullying (Midgett, Doumas, & Trull, 2018). One method to reduce bullying by intervention through bystander has more significant impact (Lee, 2004). Therefore, training program to transform bystander students to be defender is very important. The STAC Plus program is a series of training sessions adapted by previous research from Midgett and Doumas (2016). This study used a quasi-experimental method with a pre-test / post-test research design. The number of participants in the study were 22 students in 6th grade. Wilcoxon Signed Rank Test data analysis technique was used to see the comparison of scores before and after intervention in the same group. The results shows that the STAC Plus intervention program could effectively increase defender knowledge (Z = -3.923b, p = 0.000). However, the study shows that the STAC Plus intervention program does not effectively increase empathy (Z = -1.909b, p = 0.056).
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T51908
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Miftahul Jannah
Abstrak :
ABSTRAK
Perundungan merupakan isu utama yang menjadi masalah di SMA XYZ. Perundungan ini sudah menjadi tradisi yang menahun sehingga menyebabkan siswa merasa tertekan secara psikologis dan merasa tidak nyaman di sekolah. Dari studi literatur diketahui bahwa semakin positif hubungan antar siswa, yang ditandai dengan tingginya tingkat perilaku prososial, tingkat kejadian perundungan akan semakin rendah. Sebelum intervensi dilakukan, peneliti melakukan studi baseline di SMA XYZ. Berdasarkan studi baseline tersebut, diketahui bahwa beberapa siswa memiliki kemauan untuk mengubah tradisi perundungan dan menginginkan hubungan yang lebih positif di sekolah. Penelitian ini bertujuan meningkatkan perilaku prososial siswa pada kelompok intervensi, agar terbentuk hubungan yang positif di sekolah. Partisipan pada kelompok intervensi adalah pengurus OSIS, yang terdiri dari 10 siswa kelas X dan 10 siswa kelas XI. Pertimbangan pemilihan pengurus OSIS adalah karena mereka dapat menjadi agent of change di SMA XYZ. Intervensi dirancang dengan memodifikasi program CEPIDEA Counteract Externalizing Problems in Adolescence , salah satunya dengan memberikan pelatihan keterampilan komunikasi pada siswa. Materi yang disampaikan berupa komunikasi verbal, komunikasi noverbal dan komunikasi asertif. Indikator keberhasilan intervensi ini adalah meningkatnya keterampilan komunikasi siswa dan perilaku prososial secara signifikan. Hasil pengukuran wilcoxon signed rank test menunjukkan terdapat peningkatan secara signifikan pada skor keterampilan komunikasi dan perilaku prososial siswa.
ABSTRACT
Bullying is an issue that has becomes a major problem in SMA XYZ. It has become a tradition for years and caused students to feel uncomfortable and psychologically depressed in school. Previous studies found that the positive relationship among students, which marked by the high level of prosocial behavior, is inversely proportional to the number of bullying incidences in school. Before the intervention was carried out, the researcher conducted a baseline study in SMA XYZ. The baseline study finds that most students have willingness to change the bullying tradition and want a more positive relationship among students in school. The research aims to improve the prosocial behavior in the intervention group, in order to establish a positive relationship among students in school. Participants in the intervention group were the student council member OSIS , consisting of 10 students from class X and 10 students from class XI. The OSIS members were chosen because of their potential as an agent of change in SMA XYZ. The intervention was designed by modifying the CEPIDEA program Counteract Externalizing Problems in Adolescence , and one of the program were by providing communication skills training to the students. The materials presented in training are verbal nonverbal and assertive communication. The indicators of success of this intervention are the significant improvement in students rsquo communication skills and prosocial behavior. The Wilcoxon signed rank test shows that there is a significant increase in students rsquo communication skill and prosocial behavior score.
2018
T51366
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Hanifah
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel Online Disinhibition dan Religiositas terhadap perilaku perundungan siber. Variabel Online Disinhibition memiliki dua dimensi yaitu dimensi Benign Disinhibition dan dimensi Toxic Disinhibition. Responden penelitian merupakan 137 orang mahasiswa yang berdomisili di Jabodetabek. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang disebarkan secara daring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Online Disinhibition khususnya dimensi Toxic Disinhibition memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku perundungan siber, namun variabel Online Disinhibition dimensi Benign Disinhibition dan variabel Religiositas tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku perundungan siber.
ABSTRACT
This study aims to see the association among online disinhibition and religiosity toward cyberbullying perpetration. Online disinhibition has two dimensions which is Benign Disinhibition and Toxic Disinhibition. Respondents of this study is 137 college students located in Jabodetabek. The data collecting instrument is online questionnaire. Study result shows that only online disinhibiton, especially toxic disinhibition, has significant effect on cyberbullying, however, benign disinhibition and religiosity doesnt have significant effect on cyberbullying.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andaresta Dhinda Sasdana
Abstrak :
Penelitian ini membahas tentang cyberbullying pada penyandang disabilitas pendengaran yang dialami oleh anggota Gerakan Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (GERKATIN) yaitu penyandang disabilitas seluruh Indonesia berusia 17 tahun ke atas. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengalaman cyberbullying terhadap penyandang disabilitas pendengaran pada masa remaja. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan metode kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cyberbullying pada penyandang disabilitas pendengaran pada masa remaja terjadi melalui berbagai metode komunikasi yaitu jejaring sosial, pesan singkat dan chat room. Cyberbullying terhadap korban disebabkan oleh preferensi fisik, prasangka, dan pembalasan. Bentuk cyberbullying yang dialami bersifat langsung dan tidak langsung berupa penghinaan dan penghinaan terhadap korban. Akibat dari cyberbullying ada pada aspek psikososial, reputasi, pendidikan dan kesehatan korban. Dukungan yang diberikan oleh orang tua kepada korban adalah dengan mengajari korban untuk berkomunikasi secara tegas dengan membantu korban merumuskan kata-kata yang baik sebelum merespon pelaku dan menganjurkan untuk mengabaikan korban. Dukungan yang diberikan oleh teman sebaya adalah dengan menjadi pendengar bagi korban dan meminta teman sebaya korban untuk menghentikan perilaku cyberbullying terhadap korban. ......This research discusses cyberbullying in persons with hearing disabilities experienced by members of the Indonesian Deaf Welfare Movement (GERKATIN), namely persons with disabilities throughout Indonesia aged 17 years and over. This study aims to describe the experience of cyberbullying against persons with hearing disabilities during adolescence. This study uses a descriptive approach with qualitative methods. The results of this study indicate that cyberbullying to persons with hearing disabilities in adolescence occurs through various communication methods, namely social networks, short messages and chat rooms. Cyberbullying against victims is caused by physical preference, prejudice, and retaliation. The forms of cyberbullying that are experienced are direct and indirect in the form of insulting and insulting the victim. The consequences of cyberbullying are on the psychosocial, reputation, education and health aspects of the victim. The support provided by parents to victims is by teaching victims to communicate assertively by helping victims to formulate good words before responding to the perpetrators and encouraging them to ignore the victim. The support provided by peers is to listen to the victim and ask the victim's peers to stop cyberbullying behavior towards the victim.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Madubrangti
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Rifai Septia Nurdin
Abstrak :
Tesis ini berisi tentang representasi perundungan di sekolah dalam film Joe Bell. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pisau analisis semiotika Charles Sanders Peirce, di mana akan dicari sebuah makna dari sebuah tanda dan objek yang berasal dari potongan-potongan adegan yang ada dalam film Joe Bell. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi representasi bentuk-bentuk perundungan di sekolah dalam film Joe Bell yang diharapkan akan dapat membantu mensosialisasikan tentang bahaya perundungan di sekolah terhadap para korbannya dan memberikan andil dalam upaya meningkatkan kesadaran tentang Permendikbud No 82 tahun 2015. Dari hasil penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan jika bentuk-bentuk tindak perundungan yang terjadi dalam film Joe Bell, memiliki beberapa kemiripan dengan tindak perundungan yang tedapat dalam budaya pendidikan di Indonesia seperti: perundungan fisik seperti menabrak, menarik kerah baju, dan memegang anggota badan; perundungan verbal seperti berteriak, menghina, mengirim pesan tertulis; perundungan nonverbal seperti melotot; perundungan eksklusivitas seperti mengucilkan, menganggap seseorang berbeda; dan perundungan siber seperti mengirim komentar buruk pada halaman sosial media. ...... This thesis contains the representation of bullying in schools in Joe Bell's film. The research method used is a qualitative method with a semiotic analysis of Charles Sanders Peirce, in which the meaning of a sign and an object will be sought from the pieces of the scene in the Joe Bell film. The purpose of this study is to identify the representations of forms of bullying in schools in Joe Bell's film which is expected to be able to help socialize the dangers of bullying in schools to its victims and contribute to efforts to raise awareness about Permendikbud No 82 of 2015. The results of this study is concluding that the forms of bullying that occur in Joe Bell's film have some similarities with bullying in the education culture in Indonesia, such as: physical bullying such as hitting, pulling the collar, and holding limbs; verbal bullying such as yelling, insulting, sending text messages; nonverbal bullying such as glaring; bullying of exclusivity such as ostracizing, seeing someone as different; and cyberbullying such as posting bad comments on social media pages.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia Halim
Abstrak :
ABSTRAK
Perundungan dengan bentuk senioritas masih terjadi di SMA XYZ Jakarta. Hal ini menimbulkan ketegangan siswa junior ketika berinteraksi dengan senior. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pelatihan keterampilan empati kepada siswa untuk meningkatkan perilaku prososial dalam upaya menurunkan perundungan di sekolah. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain eksperimen. Intervensi dilakukan dengan menggunakan metode pelatihan dengan pendekatan whole school approach. Hasil Wilcoxon signed-ranks test menunjukkan keterampilan empati meningkat secara signifikan setelah pemberian intervensi. Pemberian pelatihan keterampilan empati secara signifikan mendorong peningkatan perilaku prososial siswa. Diharapkan dengan meningkatnya perilaku prososial di sekolah, tingkat perundungan akan menurun
ABSTRACT
Bullying in a form of intimidation that junior peers receive from their seniors are still happening in XYZ High School. This raises the pressure for junior students when interacting with seniors. This study aims to provide empathetic skills training in students to improve prosocial behavior in an effort to reduce bullying in schools. This research is a quantitative research with experimental design. Interventions are presented with a training method applying an approach based on a whole school approach. Analysis used a Wilcoxon signed ranks that showed students 39 empathetical skills increased significantly after intervention of program was delivered. Empathy skills training significantly encourages student rsquo s prosocial behavior. The increased prosocial behaviour are expected to decrease bullying behaviour within XYZ High School in Jakarta.
2018
T51336
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhwanudin
Abstrak :
Angka kejadian angka kejadian perundungan kerap terjadi di lingkungan pendidikan sekolah atau Pondok Pesantren semakin meningkat secara global, termasuk di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi suportif (TS) terhadap Postraumatic Growth pada remaja korban perundungan. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimental dengan jumlah sampel 66 orang yang dibagi menjadi 33 remaja dalam kelompok intervensi yang mendapatkan terapi suportif dan 33 remaja dalam kelompok kontrol yang tidak mendapatkan intervensi terapi suportif . Uji analisis yang digunakan yaitu dependent t-test dan independent t-test. Hasil uji analisis dependent t-test menunjukkan pemberian intervensi terapi suportif dapat meningkatkan nilai Postraumatic Growth dari dari 10,30 (kategori rendah) menjadi 21,52 (kategori tinggi) terdapat pengaruh secara bermakna (p-value < 0,05) dengan selisih sebesar 11,212). sedangkan hasil uji analisis independent t-test menunjukan nilai Postraumatic Growth pada kelompok yang mendapatkan intervensi terapi suportif sebesar 21,52 dan 11,64 pada kelompok yang tidak mendapatkan tindakan intervensi terapi suportif dengan selisih sebesar 9,879. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan Postraumatic Growth secara bermakna (p-value < 0,05). Bedasarkan hasil penelitian pengaruh terapi suportif maka terapi suportif direkomendasikan pada remaja Postraumatic Growth untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah pada remaja korban perundungan. ......The number of incidents of bullying that often occur in the educational environment of schools or Islamic boarding schools is increasing globally, including in Indonesia. The purpose of this study was to determine the effect of supportive therapy (TS) on posttrauma growth in adolescent victims of bullying. This study used a quasi-experimental design with a sample size of 66 people who were divided into 33 adolescents in the intervention group who received supportive therapy and 33 adolescents in the control group who did not receive supportive therapy. The analytical test used is the dependent t-test and independent t-test. The results of the dependent t-test analysis showed that giving supportive therapy interventions could increase the value of posttrauma growth from 10.30 (low category) to 21.52 (high category). There was a significant effect (p-value <0.05) with a difference of 11.212). while the results of the independent t-test analysis showed that the posttrauma growth value in the group that received supportive therapy intervention was 21.52 and 11.64 in the group that did not receive supportive therapy intervention with a difference of 9.879. This means that there is a significant difference in posttrauma growth (p-value <0.05). Based on the results of research on the effect of supportive therapy, supportive therapy is recommended for post-traumatic growth adolescents to improve the ability to solve problems in adolescent victims of bullying
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>