Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ika Agustina Murpratiwi
Abstrak :
Disruptive behavior merupakan salah satu bentuk perilaku bermasalah pada anak. Disruptive behavior perlu mendapatkan intervensi sedini mungkin agar tidak berkembang menjadi gangguan yang lebih serius. Mengingat disruptive behavior secara signifikan dipengaruhi oleh hubungan yang tidak baik antara orang tua dan anak akibat pola asuh yang keliru menggunakan kekerasan fisik dan agresifitas verbal maka intervensi yang dilakukan harus melibatkan orang tua untuk memperbaiki hubungan orang tua dengan anak sehingga diharapkan dapat menurunkan disruptive behavior. Parent child interaction therapy PCIT dipilih karena PCIT menyasar pada terciptanya interaksi yang hangat dan positif antara anak dan orang tua melalui aktivitas bermain serta membentuk kepatuhan dan kedisiplinan pada anak yang diharapkan sejalan dengan penurunan disruptive behavior. Dengan menggunakan single subject design, penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi apakah penerapan prinsip-prinsip PCIT efektif dalam menurunkan disruptive behavior pada seorang anak perempuan berusia 7 tahun. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan disruptive behavior pada anak yang dipengaruhi oleh hubungan anak dan ibu yang membaik setelah ibu mendapatkan pengetahuan mengenai keterampilan dalam berinteraksi dan mendisiplinkan anak. Ini membuktikan bahwa PCIT efektif dalam menurunkan disruptive behavior pada anak.
Disruptive behavior is one of the behavior problems in children. Disruptive behavior needs an early intervention so it doesn rsquo t develop into a serious disorder. Some disruptive behaviors are significantly influenced by bad relationships between parents and children due to false parenting usually using physical violence and verbal aggressiveness so it needs an intervention that involve parents and improve parent child relationships to reduce disruptive behavior. Parent child interaction therapy PCIT aims in creating a warm and positive interaction between child and parent through play activities. PCIT also helps parent to shape compliance and discipline in their child which expected in line with reduction of disruptive behavior. Using single subject design, this study was conducted to evaluate whether the implementation of PCIT principles was effective in reducing disruptive behavior in a 7 years old girl. The results showed reduction in child disruptive behavior affected by improved child and maternal relationships after the mother gained knowledge on skills in interacting and disciplining children. This proves that PCIT was effective in reducing child disruptive behavior.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T51607
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasir
Abstrak :
Penelitian ini mengkaji efektivitas penerapan prinsip parent-child interaction therapy untuk mengatasi masalah separation anxiety disorder (SAD) pada anak. Partisipan adalah seorang anak laki-laki berusia 6 tahun 11 bulan. Saat pre-treatment assessment, subjek menunjukkan perilaku memukul, merengek, menangis, dan berteriak saat ibu pergi. Pengukuran dengan CBCL menunjukkan bahwa kelompok masalah externalizing dan internalizing partisipan berada dalam rentang klinis, skor intensitas dan masalah ECBI melebihi skor cut off klinis. Pengukuran dengan Screen For Child Anxiety Related Disorders (SCARED) menunjukkan anak mengalami masalah SAD. Hasil penelitian menunjukkan penerapan prinsip parent-child interaction therapy efektif dalam mengurangi gejala SAD pada anak. Partisipan mampu berpisah dengan ibu tanpa menunjukkan gejala SAD, masalah externalizing dan internalizing menjadi non klinis, skor intensitas ECBI juga mengalami penurunan pada tingkat dibawah skor cut off klinis, namun pengukuran dengan menggunakan SCARED menunjukkan bahwa partisipan masih menunjukkan gejala separation anxiey disorder, hasil ini berlawanan dengan seluruh hasil pengukuran Post-treatment assessment lainnya. ...... This study examines the effectiveness of parent-child interaction therapy (PCIT) to reduce symptoms of separation anxiety disorder (SAD) in children. The participant is a 6 years and 11 months old boy from middle social-economic background. At the beginning of treatment process, the participant showed several symptoms of SAD in maternal separation situation. Further, the result of CBCL profile indicated that the participant's internalizing and externalizing problems are at the clinical range, ECBI scores is also higher than the clinical cut off score. In addition SCARED measurement score showed that the participant was having SAD problem. After the treatment , participant is able to separate from his mother without showing any symptoms of SAD. This indicated that PCIT is efffective in reducing SAD in this participant. There is no clinical problem in participant's CBCL profile, ECBI intensity score is also decrease at a rate below clinical cut off score, however post-treatment.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42352
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melissa Magdalena
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas Parent-Child Interaction Therapy PCIT dalam mengurangi perilaku agresif anak usia sekolah. PCIT digunakan untuk meningkatkan keterampilan interaksi ibu dengan anak dan keterampilan dalam mendisiplinkan anak. Perilaku agresif diukur dengan menggunakan Eyberg Child Behavior Inventory ECBI . Keterampilan orangtua diukur menggunakan Dyadic Parent-Child Interaction Coding System III DPICS-III . Hasil penelitian menunjukkan bahwa PCIT efektif dalam mengurangi perilaku agresif pada anak usia 9 tahun.
This research was conducted to evaluate the effectiveness of Parent Child Interaction Therapy PCIT to decrease a nine year old child aggressive behavior.The PCIT interaction was used to increase mother rsquo s interaction skills and her ability to discipline her child. The Eyberg Childhood Behavior Inventory ECBI was used to measure aggressive behavior and the Dyadic Parent Child Interaction Coding System III DPICS III is for mother child interaction. The result indicate that PCIT effective to decrease a nine years old child aggressive behavior.
2017
T49616
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Aprilia Permata Kusumah
Abstrak :
Temper tantrum adalah hal yang umum ditemukan pada toddler, namun dapat dikatakan abnormal jika durasi, frekuensi, dan/atau intensitasnya berlebihan atau disertai dengan mood negatif yang menetap di antara periode tantrum. Tantrum abnormal dapat menimbulkan berbagai masalah perilaku pada anak, distress bagi orangtua, dan kualitas interaksi orangtua-anak yang buruk, yang bertahan hingga dewasa jika tidak diintervensi sejak dini. Salah satu populasi yang rentan menunjukkan tantrum abnormal adalah toddler dengan keterlambatan bicara. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, diketahui bahwa Parent-Child Interaction Therapy PCIT merupakan intervensi yang terbukti efektif mengatasi berbagai perilaku disruptif-termasuk tantrum-pada anak. Oleh karena itu, penelitian single-subject ini menerapkan intervensi dengan prinsip-prinsip PCIT pada seorang toddler dengan keterlambatan bicara. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas intervensi tersebut dalam menurunkan frekuensi dan durasi perilaku tantrum pada partisipan penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intervensi yang diterapkan berhasil menurunkan frekuensi dan durasi perilaku tantrum partisipan sebesar 50 , hingga tergolong ke dalam rentang normal berdasarkan observasi harian ibu . Dilihat dari hasil pengukuran Dyadic Parent-Child Interaction Coding System-III dan Eyberg Child Behavior Inventory yang dilakukan berkala, intervensi juga menurunkan kemunculan berbagai perilaku disruptif lainnya pada partisipan dan meningkatkan kualitas interaksinya dengan ibu. ......Temper tantrums are common among toddler, but could be categorized as abnormal if they are excessive in duration, frequency, and or intensity, or presented with persistent negative mood between episodes. Abnormal tantrum may cause many behavior problems in a child, distress for parents, and low quality of parent child interaction, which could last until adulthood if there is no early intervention introduced. One of many populations with high risk of abnormal tantrum is toddler with speech delay. Based on previous studies, Parent Child Interaction Therapy PCIT was found as an effective intervention to overcome many disruptive behaviors mdash including tantrum mdash in children. Therefore, this single subject study applied an intervention with PCIT principles to a toddler with speech delay. The purpose of this study is to examine the effectiveness of said intervention in reducing frequency and duration of tantrum behavior in participant. This study shows that the intervention applied had succeeded in reducing 50 of participant's frequency and duration of tantrum behavior, so that they are within normal range based on her mother's daily observation. Based on repeated measures of Dyadic Parent Child Interaction Coding System III and Eyberg Child Behavior Inventory, the intervention also resulted in decreased other disruptive behaviors in participant and increased interaction quality of her and her mother.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T50972
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Anggriani Kinasih
Abstrak :
Studi kali ini bertujuan untuk meneliti penerapan prinsip Parent-Child Interaction Therapy (PCIT) dalam mengurangi masalah disruptive behavior pada anak dengan Adverse Childhood Experience (ACE). Penelitian ini menggunakan single case pretest-posttest design, dengan partisipan seorang anak berusia 7 tahun dan ibunya. Adanya peningkatan keterampilan berinteraksi pada ibu diprediksi mampu mengurangi disruptive behavior pada anak. ACE diukur menggunakan Adverse Childhood Experience International Questionnaire (ACE-IQ), sementara frekuensi disruptive behavior diukur dengan Eyberg Child Behavior Inventory (ECBI). Keterampilan ibu dalam berinteraksi diukur menggunakan Dyadic Parent-Child Interaction Coding System III (DPICS-III) dalam setiap sesi intervensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah PCIT diberikan, keterampilan ibu dalam berinteraksi dengan anak meningkat seiring dengan menurunnya frekuensi disruptive behavior anak, yakni dari taraf klinis menjadi taraf normal.
This study aims to evaluate the implementation of Parent-Child Interaction Therapy (PCIT) principles to diminish disruptive behavior in children with Adverse Childhood Experience (ACE). Current study employed a single case, pretest-posttest design, with a 7 year old child and her mother as the participants. PCIT is proposed as an effective intervention to decrease disruptive behavior, through increasing the parent-child interaction, which served as a moderating variable. ACE was measured with Adverse Childhood Experience International Questionnaire (ACE-IQ), while the frequency of disruptive behavior measured by Eyberg Child Behavior Inventory (ECBI). Parent-child interaction evaluated with Dyadic Parent-Child Interaction Coding System III (DPICS-III) in every session. Results suggested that after PCIT is given, parent's interaction skills were significantly enhanced, followed by the gradual decrease in child's disruptive behavior, from clinical to normal range.
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T53459
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Deceiria Adventine
Abstrak :
ABSTRAK
Studi ini menggunakan prinsip Parent-Child Interaction Therapy (PCIT) untuk mengatasi masalah perilaku disruptive pada anak laki-laki usia 9 tahun. Melalui prinsip PCIT sebagai intervensi dyadic, ibu diajarkan dan dilatihkan kemampuan untuk menciptakan interaksi yang hangat dan cara pendisiplinan yang efektif. Studi ini menggunakan desain penelitian single subject design. Guna mengevaluasi efektivitas hasil intervensi ini, peneliti menggunakan DPICS-III untuk mengukur perkembangan interaksi antara ibu dan anak, Eyberg Childhood Behavior Inventory (ECBI) dan Child Behavior Checklist (CBCL) untuk mengukur intensitas masalah perilaku disruptive. Hasil program intervensi menunjukkan bahwa terdapat perkembangan kualitas interaksi antara ibu dan anak, serta penurunan skor pada ECBI dan CBCL. Hasil yang didapatkan tersebut menunjukkan bahwa penerapan prinsip PCIT efektif untuk mengatasi perilaku disruptive pada anak usia middle childhood
ABSTRACT
The study used the Parent-Child Interaction Therapy (PCIT) to overcome disruptive behavior on 9 years old male child. Through the principals used in PCIT as the dyadic intervention, the mother taught and coached on the ability to create a warm interaction as the effective disciplinary. The study is a singlesubject study. To evaluate the effectiveness of the result, the study measured the development of interaction between the mother and child using the Dyadic Parent-Child Interaction Coding System – III (DPICS-III) and the disruptive behavior intensity using Eyberg Childhood Behavior Inventory (ECBI) dan Child Behavior Checklist (CBCL). The result shows that the intervention resulted in a quality development between the mother-child interaction and a decrease in the ECBI and CBCL score. The result indicate that the principals used in PCIT may the effective to overcome disruptive behavior on middlechild-aged child.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T41894
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mella Yusthiani
Abstrak :
Perilaku disruptif seperti berteriak-teriak, berperilaku agresif, kasar, melawan, dan merajuk merupakan perilaku-perilaku yang sering tampak pada anak yang mengalami ketidakmampuan intelektual (ID). Kemunculan perilaku disruptif ini semakin diperkuat oleh adanya faktor lingkungan, salah satunya adalah pola asuh yang mencakup interaksi antara anak dengan orangtua dan penerapan disiplin yang efektif terhadap anak. Perilaku disruptif memiliki efek buruk yang signifikan pada kondisi kesejahteraan hidup individu itu sendiri maupun orang lain. Apabila tidak segera ditangani, perilaku ini dapat berkembang menjadi semakin sulit ditangani, terutama pada masa remaja. Oleh karena itu, perilaku ini sebaiknya segera ditangani sejak usia dini. Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk mengatasi perilaku disruptif, penerapan intervensi Parent Child Interaction Therapy (PCIT) dinilai efektif untuk menurunkan perilaku disruptif pada anak, meskipun penelitian yang berfokus pada anak dengan ketidakmampuan intelektual jumlahnya masih terbatas. Pada penelitian ini, prinsip-prinsip Parent Child Interaction Therapy (PCIT) digunakan untuk mengurangi perilaku disruptif pada anak dengan ketidakmampuan intelektual taraf sedang. Melalui pengukuran yang dilakukan menggunakan instrumen The Eyberg Child Behavior Inventory (ECBI) dan Dyadic Parent-Child Interaction Coding System (DPICS), diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa penerapan PCIT berhasil menurunkan perilaku disruptif pada anak dengan ketidakmampuan intelektual taraf sedang.
Disruptive behavior such as yelling, aggressive behavior, rough behavior, fighting, and sulking are behaviors that are commonly seen in children with intellectual disability (ID). The emergence of these behavior reinforced by the presence of environmental factors, such as parenting style that includes the interaction between children and parents and the implementation of effective discipline towards children. Disruptive behavior have a significant effect to the condition of individuals wellbeing. If this condition leave not treated, these behaviors might be worse and difficult to handle, especially in adolescence. Therefore, this behavior should be treated at an early age. According to some studies that have been done to address disruptive behavior, the implementation of Parent Child Interaction Therapy (PCIT) is considered effective to reduce disruptive behavior in children, although number of research which focuses on children with intellectual disability are limited. In this study, Parent Child Interaction Therapy (PCIT) is used to reduce disruptive behavior in children with moderate intellectual disability. Through measurements using The Eyberg Child Behavior Inventory (ECBI) and Dyadic Parent-Child Interaction Coding System (DPICS), the results shows that the application of PCIT managed to reduce disruptive behavior in children with moderate intellectual disability.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46528
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salfiana Nurita
Abstrak :
Studi ini menggunakan pendekatan PCIT untuk menurunkan perilaku disruptive pada anak laki-laki usia 7 tahun. Melalui pendekatan PCIT sebagai intervensi dyadic, orang tua (ibu) mendapatkan pengajaran dan pelatihan guna meningkatkan keterampilan untuk menciptakan interaksi ibu dan anak yang lebih hangat dan mendisiplinkan perilaku anak. Studi ini menggunakan desain penelitian singlesubject design. Guna mengevaluasi efektivitas hasil intervensi, peneliti menggunakan DPICS III untuk melihat perkembangan kualitas interaksi ibu dan anak serta Eyberg Childhood Behavior Inventory (ECBI) untuk mengukur penurunan intensitas perilaku disruptive anak. Hasil program intervensi menunjukkan bahwa terdapat perkembangan kualitas interaksi antara ibu dan anak serta adanya penurunan skor ECBI anak. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa penerapan penggunaan pendekatan PCIT efektif untuk menurunkan perilaku disruptive pada anak usia sekolah.
This study used Parent-Child Interaction Therapy approach to decrease disruptive behavior problems on a school aged boy at the age 7 years old. Throughout this dyadic intervention program, parent was taught and coached some specific skills in order to improve their parenting practices so that parent can build more warmth relationship with her child and discipline her child. This study used single-subject design. Efficacy of this intervention program was examined by DPICS-III that used to observe mother-child interaction and Eyberg Child Behavior Inventory (ECBI) that used to measure the level of disruptive behavior. Result showed improvement in the quality of mother-child interaction and a decrease in child behavior problems. PCIT seems to be an efficacious intervention for school aged boy with disruptive behavior problems.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31196
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Dewi Paramita
Abstrak :
Perilaku disruptive merupakan suatu istilah yang memayungi serangkaian perilaku seperti temper tantrum, menangis dan mengeluh yang berlebihan, terus menerus menuntut perhatian, tidak patuh, melawan, agresif terhadap diri sendiri atau orang lain, mencuri, berbohong, merusak barang-barang, serta tindak kekerasan (Schroeder & Gordon, 2002). Pada penelitian ini, peneliti memberikan intervensi berupa pelatihan terhadap orangtua dengan Parent-Child Interaction Therapy. Intervensi ini terdiri dari dua kali sesi pemberian materi kepada orangtua dan sepuluh sesi pelatihan langsung kepada orangtua melalui media bermain dengan anak. Hasil penelitian menunjukkan di akhir sesi anak berhasil menunjukkan penurunan perilaku disruptive dan peningkatan kepatuhan terhadap ibu. Di sisi lain, keterampilan ibu dalam memberikan perhatian positif kepada anak, memberikan perintah yang efektif, serta memberikan konsekuensi yang tepat atas sikap anak juga mengalami peningkatan.
Disruptive behavior is a term that covers areas such as series of temper tantrums, too much crying and complaining, continually demands attention, disobey and against parents’ rules, aggressive against themselves or others, stealing, lying, destructive, and violent (Schroeder & Gordon, 2002). In this research, a parent training is given to the mother of 3 years 4 months old boy, which is called Parent-Child Interaction Therapy. Treatment consist of 2 teaching sessions for the mother and 10 direct coaching sessions through playing with the children. Results of the study showed that the boy managed to show less disruptive behavior and improving compliance to the mother. On the other hand, mother’s skills, in providing positive attention the children, giving effective commands, and giving the proper consequences as children respond with compliance or non-compliance, were also increased.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T38932
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wida Yulia Viridanda
Abstrak :
Regulasi diri merupakan kemampuan untuk memonitor dan mengontrol kognisi, emosi dan perilaku untuk mencapai suatu tujuan, dan/ atau beradaptasi pada tuntutan kognitif dan sosial pada situasi tertentu (R A. Thompson dalam Berger, 2011). Interaksi orang tua-anak yang positif merupakan faktor yang fundamental dalam pembentukan regulasi diri anak. Pola asuh yang responsif dan positif mendorong anak untuk mengimitasi pola interaksi tersebut dalam perkembangan hubungan sosial dan emosional yang lebih sehat (dalam Powell & Dunlop, 2010). Tesis ini bertujuan untuk membahas mengenai penggunaan pendekatan Parent-Child Interaction Therapy (PCIT) dalam meningkatkan kualitas hubungan dan interaksi yang sensitif, responsif dan positif antara subyek dan ibu. Pada tesis ini, penulis memberikan intervensi berupa pelatihan terhadap ibu subyek dengan PCIT tahap I, yaitu Child-Directed Interation (CDI). Intervensi ini terdiri dari dua sesi pemberian materi kepada orang tua, yaitu psikoedukasi dan materi CDI serta enam sesi pelatihan langsung kepada ibu melalui media bermain dengan anak. Hasil intervensi menunjukkan bahwa di akhir sesi terlihat peningkatan pada keterampilan ibu dalam berinteraksi secara sensitif, responsif dan positif dengan subyek. Di sisi lain, peningkatan pada keterampilan ibu dalam berinteraksi secara efektif dengan subyek juga meningkatkan perilaku positif yang ditampilkan oleh subyek serta menurunkan masalah perilaku subyek.
Self regulation is the ability to monitor and modulate cognition, emotion and behavior to accomplish one?s goal, and/or to adapt to the cognitive and social demands of specific situation (R. A. Thompson in Berger, 2011). Positive relationship and interaction between children and their parents is a fundamental factor in the development of self regulation in children. Children imitate their parents responsive and positiveness interaction into a healthy social emotional development (Powell & Dunlop, 2010). This thesis aim to discuss Parent-Child Interaction Therapy (PCIT) approach in increasing the sensitivity, responsivity and positivity of interaction and relationship between subject and his mother. In this thesis, a parent training called Parent-Child Interaction Therapy (PCIT) phase I, Child-Directed Interation (CDI) is given to the mother of 6 years 6 months old boy. Treatment consist of two teaching sessions for the mother, which is psychoeducation and CDI material, and also six direct coaching sessions through playing with the children. Results of the study showed that there is enhancement on mother skills in interaction with subject sensitively, responsively and positively. On the other hand, this positive and effective enhancement in mother?s interaction skills with subject also enhances positive behavior in subject and reducing his behavior problems.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T39277
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>