Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indriyani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat stres kerja, tingkat iklim komunikasi organisasi serta menjelaskan pengaruh stres kerja terhadap iklim komunikasi organisasi di perguruan tinggi. Subyek penelitian adalah dosen di Universitas Indonesia sebanyak 79 orang. Metode penelitian adalah metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan kuesioner yang diadaptasi dari Job Stress Survey (C.D. Spielberg dan P.R Vagg, 1998) dan Communication Climate Inventory (R.Wayne Pace Brent dan Brent D. Peterson, 1998).
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Stres kerja sebagai variabel bebas memiliki lima dimensi pengukuran, yaitu kondisi kerja, ambiguitas peran, hubungan interpersonal, pengembangan karir dan struktur organisasi. Sedangkan iklim komunikasi organisasi sebagai variabel terikat memiliki enam dimensi pengukuran, yaitu kepercayaan, kejujuran, pembuatan keputusan bersama, keterbukaan terhadap komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas, dan perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi. Analisis data menggunakan statistik SPSS22 dengan uji regresi linier sederhana.
Hasil dari penelitian ini adalah stres kerja berpengaruh signifikan terhadap iklim komunikasi organisasi dengan hasil perhitungan statistik yang menunjukkan nilai Rxy = 0,362 (nilai Rxy < Rtabel, Rtabel = 0,444) dan dengan nilai p = 0,001 (nilai p < 0,05), hal ini menjelaskan bahwa kedua variabel tersebut saling berhubungan dan berpengaruh secara signifikan. Dari hasil penelitian juga dapat disimpulkan bahwa tingkat stres kerja pada dosen di Universitas Indonesia memiliki tingkat stres kerja yang sedang, dan tingkat iklim komunikasi organisasi di Universitas Indonesia sangat baik dan positif.

The purpose of this study is to determine the level of work stress, the level of organizational communication climate and to explain the effect of work stress on the climate organizational communication in higher education. The subjects in this study is the lecturers of Universitas Indonesia by the number of 79 peoples. This study is using quantitative research method using questionnaires adapted from Job Stress Survey by C.D Spielber and P.R Vagg (1998) and the Communication Climate Inventory by R. Wayne Pace and Brent D. Peterson (1998).
The sampling technique using random cluster sampling technique. Job stress as the independent variable has five dimensions of measurement, namely working conditions, role ambiguity, interpersonal relationships, career development and organizational structure. While organizational communication climate as the dependent variable has six measurement dimensions, namely trust, honesty, participative decision making, openness to down communication, listening in upward communication and concern to the goals of high performance. Analysis of data using statistical tools SPSS22 with simple linear regression test.
The results of this study are job stress significantly influence organizational communication climate with the results of statistical calculations that show the value of Rxy = 0,362 (which is Rxy < Rtable = 0,444) and with p value = 0,001 (it means p < 0,05). It is explains that these two variables are correlated and significantly influence. From the research results can be concluded that the level of job stress in lecturers at the faculties of Universitas Indonesia has a moderate level of job stress, and the levels of organizational communication climate at Universitas Indonesia is very good and positive
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T46765
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neneng Tresnaningsih
"Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan (Balitbang) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) merupakan suatu Badan yang sangat strategis yang berfungsi memberikan masukan kepada Mendiknas dalam rangka perurnusan kebijakan pendidikan nasional. Badan ini memiliki dua lokasi kantor yang berbeda, pertama di lingkungan Kantor Depdiknas, Senayan dan kedua di Iingkungan kantor Balai Pustaka, Senen.
Beberapa hambatan dijumpai pada Badan ini antara lain masalah komunikasi internal organisasi, yang tidak disadari oleh pimpinan, yang ditunjukkan antara lain informasi dari pimpinan kurang tersebar kepada pegawai; sering terlambatnya laporan kegiatan dari masing-masing unit kerja; dan terlambatnya pemenuhan permintaan pimpinan yang bersifat urgen. Rumusan masalah penelitian: Bagaimana pelaksanaan sistem komunikasi internal organisasi yang lokasinya tersebar di dua tempat? Pertanyaan penelitian: (1) Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan organisasi, tingkat kepuasan komunikasi, dan iklim komunikasi antara pegawai di kantor Senen dan pegawai di kantor Senayan? (2) Apakah ada perbedaan antara pelaksanaan sistem komunikasi internal pegawai di kantor Senen dan pegawai di kantor Senayan? (3) Apakah ada hubungan antara level pegawai dengan: kepuasan komunikasi, kepuasan organisasi, iklim komunikasi dan pelaksanaan sistem komunikasi internal kantor? dan (4) Budaya organisasi yang bagaimana yang berkembang dari hasil interaksi diantara para pegawai dengan organisasinya?
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adlah Teori Sistem, dimana organisasi dianggap sebagai sebuah sistem. Sebagai suatu sistem organisasi terdiri dari bagian-bagian yang satu sama lain saling bergantung dan berada dalam suatu lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis: (1) pelaksanaan sistem komunikasi internal Balitbang Depdiknas, yang lokasi kantornya berada di dua lokasi yang berbeda; (2) ada tidaknya perbedaan tingkat kepuasan organisasi, tingkat kepuasan komunikasi, dan iklim komunikasi antara pegawai di kantor Senen dan pegawai di kantor Senayan; (3) ada tidaknya perbedaan antara pelaksanaan sistem komunikasi internal pegawai di kantor Senen dan pegawai di kantor Senayan; (4) ada tidaknya hubungan antara level pegawai dengan: kepuasan komunikasi, kepuasan organisasi, iklim komunikasi dan pelaksanaan sistem komunikasi internal kantor; dan (5) budaya organisasi yang bagaimana yang berkembang dan hasil interaksi diantara para pegawai dengan organisasinya.
Metode penelitian ini adalah penelitian evaluasi dengan menggunakan metode Audit Komunikasi pada Organisasi. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode stratified sampling, diperoleh 115 responden. Metode pengumpulan data melalui kuesioner dengan instrumen Profil Komunikasi Keorganisasian (PKK) dan wawancara mendalam. Teknik analisis data menggunakan metode statistik dengan program SPSS 13 for Windows. Penghitungan statistik yang digunakan adalah mengukur mean PKK untuk melihat nilai kondisi organisasi yang sebenamya; t test untuk melihat perbedaan mean antarlokasi, dan Korelasi Spearman Rho untuk melihat hubungan antarlevel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tingkat kepuasan komunikasi dan kepuasan organisasi cukup, (2) iklim komunikasi kurang baik, terutama dalam hal kepercayaan. (3) Kebutuhan informasi kurang tercukupi; (4) Tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kepuasan organisasi, tingkat kepuasan komunikasi, dan iklim komunikasi pegawai di kantor Senen dengan pegawai di kantor Senayan; (5) Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pelaksanaan sistem komunikasi internal pegawai di kantor Senen dengan pegawai di kantor Senayan; (6) Tidak ada korelasi yang signifikan antara level pegawai dengan: kepuasan komunikasi, kepuasan organisasi, iklim komunikasi, dan pelaksanaan sistem komunikasi internal kantor (5) Budaya yang berkembang belum menunjukkan budaya kuat.
Implikasi teoritis dapat diketahui bahwa pelaksanaan sistem komunikasi yang efektif ditandai dengan kondisi iklim komunikasi yang baik, tingkat kepuasan organisasi dan tingkat kepuasan komunikasi yang tinggi dan budaya organisasi yang kuat. Implikasi praktis adalah audit komunikasi dapat dilaksanakan untuk mengetahui dan memperbaiki pelaksanaan sistem komunikasi internal suatu organisasi. Sejumlah rekomendasi disampaikan kepada pimpinan Balitbang untuk memperbaiki pelaksanaan sistem komunikasi internal Badan: (1) Perlu dilakukan perbaikan dalam iklim komunikasi agar lebih terbuka, saling percaya, mendukung, partisipatif, dan tetap memberikan perhatian pada tujuan kinerja tinggi; (2) Perlu keterbukaan terhadap informasi yang benar-benar dibutuhkan oleh pegawai; (3) Perlu ditunjuk staf liason (penghubung) yang dapat memperbaiki hubungan antara atasan bawahan dan sebaliknya. (4) Perlu meningkatkan keterampilan komunikasi pegawai, agar proses komunikasi di kantor berlangsung secara efektif dan efisien; (5) Perlu mendapat perhatian bagi peneliti lebih lanjut bahwa jarak lokasi kantor tidak menjadi kendala yang berarti terhadap jalannya proses komunikasi. Kemajuan teknologi komunikasi memudahkan orang untuk berkomunikasi dengan orang lainnya tanpa kendala ruang dan waktu; (6) Perlu dilakukan kembali Audit Komunikasi setelah dua tahun rekomendasi ini dilaksanakan untuk mengevaluasi secara komprehensif perkembangan kantor dan program komunikasi yang telah dilaksanakan berdasarkan rekomendasi audit komunikasi ini."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22003
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The purpose of this paper is to analyze the influence of spiritual leadership, organizational communication on work's satisfaction, organizational commitment and work performance of official at Telkom company. The total of this sample study is 100 officials at Telkom Company. The hypothesis is tested by using AMOS Ver.5.0 to get the result of causalities relation between developed variable on the model. The result of statistic analysis by using structural model is showing the result of the effect the spiritual leadership gives positive and significant influance directly on organizational commitment. The spiritual leadership has no influence on work satisfaction and work performance. The organizational communication has no influence on work satisfaction and organizational performance. The organizational communication has influence on work performance. The effect of work satisfaction gives positive and sigficant influence on organizational commitment. The work satisfaction has no influence on work performance. The result of study to show that organizational commitment influence on performance."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Radityo Dwisnu Saputro
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh iklim komunikasi organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan di PT INTI (Persero). Variabel independen dalam penelitian ini adalah iklim komunikasi organisasi yang diukur dengan Communication Climate Inventory (CCI). Sedangkan variabel dependen dari penelitian ini adalah kepuasan kerja yang diukur dengan Michigan Organizational Assessment Questionnaire Job Satisfaction Subscale. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan sample purposive, dengan jumlah responden sebanyak 100 karyawan non-manajerial di PT INTI (Persero). Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensial. Hasil analisis deskriptif dari penlitian ini menunjukan bahwa terdapat iklim komunikasi organisasi yang berlangsung sangat baik di dalam perusahaan, serta tingkat kepuasan kerja karyawan tetap non-manajerial termasuk ke dalam kategori "puas". Selain itu, berdasarkan hasil analisis inferensial dapat diketahui bahwa iklim komunikasi organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan non-manajerial PT INTI (Persero).

The purpose of this study is to analyze the influence of organizational communication climate on employee job satisfaction in PT INTI (Persero). The independent variable in this study is organizational communication climate which is measured by using Communication Climate Inventory (CCI). The dependent variable in this study is employee job satisfaction which is measured by using Michigan Organizational Assessment Questionnaire Job Satisfaction Subscale. This research uses quantitative methods with questionnaire as an research instrument. The sampling technique in this study is sample purposive with total of respondents are 100 permanent nonmanagerial employees in PT INTI (Persero). The data in this study were analyzed by using descriptive analysis and inferential analysis. The descriptive analysis results shows that there is an organizational communication climate which goes very well in this company and job satisfaction levels from non-managerial employees are categorized in "satisfied" level. Moreover, based on inferential analysis results, it can be known that organizational communication climate has an significant impact on non-managerial employees job satisfaction in PT INTI (Persero)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S55230
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Harmaningsih
"Penelitian tentang persepsi karyawan terhadap iklim komunikasi organisasi ini menggunakan 2 latar belakang pengaruh yang diambil dari Krech dan Crutchfield yaitu faktor fungsional dan faktor struktural. Faktor fungsional meliputi pengalaman. pengetahuan, dan hal-hal yang berkaitan dengan faktor-faktor personal, sementara faktor struktural berasal dari lingkungan, antara lain network komunikasi. Keduanya saling berinteraksi dalam melakukan persepsi. Karena masing-masing individu memiliki latar belakang berbeda, maka persepsi tentang sesuatu obyek belum tentu sama. Dengan demikian persepsi bersifat individual, artinya dengan stimulus yang sama belum tentu semua orang memiliki persepsi yang sama pula.
Perbedaan persepsi karyawan terhadap iklim komunikasi organisasi diduga terkait dengan tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan network komunikasi. Hal ini diuji dengan menggunakan One way Anova. Namun sebelumnya komponen-komponen iklim komunikasi, yaitu kepercayaan, kejujuran, pembuatan keputusan bersama, keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas, perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi diuji dengan teknik analisis faktor. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa:
Tidak ada perbedaan persepsi karyawan terhadap iklim komunikasi organisasi yang disebabkan latar belakang pendidikan. Artinya karyawan dengan pendidikan rendah(SLTP), sedang (SLTA), dan tinggi (Sarjana) memiliki persepsi sama terhadap iklim komunikasi organisasi. Artinya hipotesis tentang adanya perbedaan persepsi karyawan terhadap iklim komunikasi organisasi harus ditolak.
Tidak ada perbedaan persepsi pada karyawan terhadap iklim komunikasi yang disebabkan latar belakang jenis pekerjaan (grade). Dalam hal ini jenis pekerjaan (grade) memiliki dimensi masa kerja dan kelas jabatan. Karyawan dengan masa kerja pendek, sedang dan lama mempunyai persepsi sama terhadap iklim komunikasi organisasi. Demikian pula pegawai yang memiliki kelas jabatan tinggi, sedang, dan rendah persepsinya tidak berbeda terhadap iklim komunikasi. Karena itu hipotesis tentang adanya perbedaan persepsi pada karyawan terhadap iklim komunikasi organisasi harus ditolak.
Ada perbedaan persepsi pada karyawan terhadap iklim komunikasi organisasi yang disebabkan keterlibatannya dalam network komunikasi. Karyawan yang keterlibatannya tinggi dan sedang memiliki persepsi yang sama tentang iklim komunikasi organisasi. Tetapi persepsi yang berbeda terjadi pada karyawan dengan keterlibatan yang rendah dan sedang. Artinya hipotesis tentang adanya perbedaan persepsi karyawan berdasarkan keterlibatannya dalam network komunikasi diterima.
Dari hasil penelitian dapat disarankan agar penelitian tentang persepsi iklim organisasi selain menggunakan kuesioner dilengkapi juga dengan indepth interview, dan observasi. selain itu penggunaan metode observasi partisipatif dan secara berkesinambungan akan memberikan hasil lebih baik dibandingkan menggunakan teknik one shot study.
Bagi institusi, pemahaman iklim komunikasi organisasi akan memberikan perluasan cakrawala tentang pentingnya komunikasi efektif, termasuk memperoleh gambaran mengenai aspek-aspek psikologis karyawan yang berguna untuk meningkatkan kinerja dan menentukan strategi perusahaan dalam pengembangan sumber daya manusia."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12395
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Sekar Djati
"Kondisi lingkungan internal suatu organisasi tidak terlepas dari intcraksi komunikasi para pegawainya. Adanya hubungan antar pegawai secara vertikal dan horizontal di dalam organisasi pada akhimya menciptakan suatu iklim, yaitu: iklim komunikasi organisasi.
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai kondisi internal suatu organisasi perlu kiranya disimak bagaimana kinerja organisasi dan sistemnya. khususnya yang berkaitan dengan iklim komunikasi dan kepuasan kerja para pegawai. Adapun kepuasan dan ketidakpuasan pegawai tergantung beberapa faktor motivasi, salah satu faktor yang harus dipikirkan adalah harapan dan kebutuhan pribadi tiap-tiap pegawai.
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah ingin mengetahui mengenai kepuasan kerja pada karyawan yang bekerja pada lingkungan lembaga pemerintah. Dalam hal ini penelitian dilakukan di Media Center Lembaga Informasi Nasional. Apakah kondisi di lingkungan tersebut berhubungan dengan kepuasan kerja atau tidak?
Kerangka pemikiran yang dipergunakan adalah mengenai iklim komunikasi organisasi dan kepuasan kerja. Iklim komunikasi meliputi dukungan, partisipasi dalam pengambilan keputusan, keterbukaan, kepercayaan, dan lujuan kinerja tinggi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menekankan pada tipe penelitian deskriptif, yaitu menjabarkan bagaimana iklim komunikasi organisasi dan kepuasan kerja Staf di Media Center Lembaga Informasi Nasional. Dalam penelitian ini data yang diperoleh dilakukan melalui wawancara pada enam narasumber yaitu lima orang Staf dan seorang Kepala Media Center Lembaga Informasi Nasional.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa para Staf Media Center yang memiliki masa tugas lebih lama tampaknya tidak lagi memiliki kepuasan kerja di kantornya. Hal ini dikarenakan adanya kecenderungan bahwa yang bekerja lebih lama belum mendapatkan apa yang diharapkannya. Terutama yang berkaitan dengan imbalan, penghargaan dan kesejahteraan serta yang sudah lama berkarir, mereka biasanya berharap memperoleh posisi jabatan struktural, namun harapannya tidak terpenuhi.
Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa Staf yang kerjanya belum sampai 10 tahun, tampak memiliki pemikiran yang positif dan lebih terbuka dalam mengungkapkan sesuatu yang menjadi beban pekerjaannya. Sehingga pihak atasan selalu merespon dan informasi yang berkaitan dengan potensi kerja selalu tergali. Mereka mampu membuktikan mendapat kepercayaan dan dukungan dari atasan dan mampu mencapai prestasi tinggi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22002
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hario Wicaksono
"Komitmen organisasi pegawai di sektor publik sangat diperlukan, terutama yang bersentuhan dengan pelayanan kepada masyarakat.Saat ini terdapat penilaian yang beredar dimasyarakat terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) di indonesia yang masih cukup rendah, khususnya pada pekerja yang bekerja di pemerintahan, atau yang dikenal dengan sebutan pegawai negeri sipil (PNS). Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara motivasi dan iklim komunikasi organisasi dengan komitmen organisasi PNS Sekretariat Badan PPSDM Kesehatan menggunakan studi cross sectional. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pegawai Sekretariat Badan PPSDM Kesehatan dengan status PNS. Jumlah Total populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 143 orang. Berdasarkan hipotesa penelitian mengenai hubungan antara motivasi dengan komitmen organisasi PNS Sekretariat Badan PPSDM Kesehatan menggunakan uji korelasi pearson didapatkan nilai korelasi sebesar (r=0,616) yang menyatakan motivasi menunjukkan hubungan yang kuat dengan komitmen organisasi (Sugiyono, 2010) dan nilai signifikansi (p=0,000), sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi berhubungan secara signifikan dengan komitmen organisasi PNS Sekretariat Badan PPSDM Kesehatan, selanjutnya hipotesa penelitian mengenai hubungan antara iklim komunikasi organisasi dengan komitmen organisasi PNS Sekretariat Badan PPSDM Kesehatan didapatkan nilai korelasi sebesar (r=0,523) dan mempunyai nilai signifikansi (p=0,000), sehingga dapat disimpulkan bahwa iklim komunikasi organisasi berhubungan secara signifikan dengan komitmen organisasi PNS Sekretariat Badan PPSDM Kesehatan. Dalam analisis multivariat ditemukan bahwa motivasi adalah variabel yang paling dominan berhubungan dengan komitmen organisasi, sementara iklim komunikasi organisasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap komitmen organisasi setelah dilakukan uji secara bersama. Dengan tidak signifikannya variabel iklim komunikasi organisasi setelah dilakukan uji secara bersama-sama dengan variabel motivasi bukan berarti variabel iklim komunikasi organisasi ini menjadi tidak penting, namun variabel lain harus dapat menjadi bahan pertimbangan dan dapat diteliti kembali untuk dikombinasikan sehingga menjadi variabel yang berpengaruh terhadap komitmen organisasi jika di uji secara bersama-sama.

Organizational commitment of employees in the public sector is necessary, especially in contact with public services. Currently, in the community assessment of the quality of human resources (HR) in Indonesia is still low, especially in workers who work in government, or known as civil servants (PNS). This study aims to determine the relationship between motivation and organizational communication climate and organizational commitment Civil Servant of Secretary of The Agency for Development and Empowerment Human Resources of Health using a cross sectional study. The population of this research are all employees of Secretary of The Agency for Development and Empowerment Human Resources of Health with civil servant status. Total population in this study were a total of 143 people. Based on the research hypotheses on the relationship between motivation and organizational commitment using Pearson correlation test obtained correlation value of (r = 0.616), which states the motivation showed a strong relationship with organizational commitment (Sugiyono, 2010) and the value of significance (p = 0.000 ), so it can be concluded that motivation significantly related to organizational commitment, further research hypothesis on the relationship between organizational communication climate and organizational commitment obtained a correlation value of (r = 0.523) and has a significance value ( p = 0.000), so it can be concluded that organizational communication climate significantly related to organizational commitment. In multivariate analysis found that motivation is the most dominant variable related to organizational commitment, while the organizational communication climate does not have a significant effect on organizational commitment after the test together. With no significant climate variables organizational communications after the test together with the variables of motivation not mean organizational communications climate variables is not important, but the other variables must be taken into consideration and be examined again to be combined so that a variable that affects the organizational commitment if tested together."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Soufie Rosalind Saudiah
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana anggota organisasi birokrasi berinteraksi pada Whatsapp group chat berdasarkan konsep rhetorical sensitivity sensitivitas retorik, serta kaitannya dengan konteks birokrasi di Indonesia. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah post-positivism dengan metode penelitian netnografi pada teks grup WhatsApp salah satu unit kerja di Kementerian Pariwisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam berinteraksi pada grup WhatsApp, tiap-tiap individu akan menampilkan satu dari tiga gaya sensitivitas retorik rhetorical sensitive, noble self atau rhetorical reflector ketika mereka dihadapkan pada satu situasi komunikasi atau arah komunikasi organisasi tertentu Edie Paulson, 1986. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa WhatsApp group chat berpotensi mempersingkat alur komunikasi birokrasi, namun enkulturasi budaya instansi pemerintah yang sudah mengakar tidak serta merta hilang dengan hadirnya komunikasi bermediasi teknologi dalam organisasi birokrasi.

ABSTRACT
This study aims to examine how members of bureaucracy organization interact in WhatsApp group chat based on the rhetorical sensitivity concept, and how it relates to the Indonesian bureaucracy context. It observed the WhatsApp group chat of one of the working units in the Ministry of Tourism under the post positivism paradigm with netnography as the research methodology. The result shows that each members of the WhatsApp group chat tend to performs one out of three rhetorical style ndash the rhetorical sensitive, noble self or rhetorical reflector ndash when faced with particular communication situation or certain organizational communication flow Eddie Paulson, 1986. Other finding also shows that WhatsApp group chat is potential to shorten the bureaucracy communication flow however the enculturation of bureaucratic culture which have been rooted over a very long period of time within the government office would not be easily shifted with the presence of the technology mediated communication in this bureaucratic organization."
2017
T48924
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin Yulianto
"Popularitas Mobile Instant Messaging (MIM) terus meningkat jaman sekarang ini. Hal ini menyebabkan peningkatan penggunaannya dalam organisasi juga. Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor psikologis dalam penggunaan MIM dalam komunikasi informal berdasarkan Teori Reasoned Action (TRA) dan untuk mengamati dampak penggunaan MIM terhadap kepuasan komunikasi organisasi. Menggunakan pendekatan kuantitatif dan survey, data dikumpulkan melalui kuesioner dan dianalisis dengan Partial Least Square (PLS). Dengan 89 responden dari Inspektorat Jenderal BPK RI, penelitian menunjukkan bahwa TRA tidak sepenuhnya diterapkan dalam penggunaan MIM dalam komunikasi informal. Norma subyektif tidak berpengaruh signifikan terhadap niat dan perilaku. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penggunaan MIM di komunikasi informal berpengaruh signifikan terhadap kepuasan komunikasi organisasi.
The popularity of Mobile Instant Messaging (MIM) continues to rise nowaday. This causes a rise in its use in organization as well. This study aims to examine the psychological factors in the use of MIM in informal communication based on the Theory of Reasoned Action (TRA) and to observe the effect of MIM’s use toward the organizational communication satisfaction. Using quantitative approach and survey, the data are collected through questionnaires and analyzed by Partial Least Square (PLS). With 89 respondents from Principal Inspectorate of BPK RI, the study shows that TRA is not fully applied in the use of MIM in informal communication. Subjective norm has no significant effect on intention and behavior. The result also shows that the use of MIM in informal communication has significant effect on organizational communication satisfaction."
Medwell Journals, 2016
MK-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ridanti Arinassa
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menelaah apakah persepsi karyawan terhadap role
ambiguity dan organizational communication dapat memengaruhi tingkat job
insecurity pada karyawan di PT. X. Penelitian ini merupakan penelitian non
eksperimental dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data.
Penelitian menggunakan alat ukur Job Insecurity Questionnaire (JIQ) oleh De
Witte (2000), kuesioner Role Ambiguity oleh Breaugh dan Colihan (1994), dan
Questionnaire on the Experience and Evaluation of Work (QEEW) oleh Van
Veldhoven dan Meijman (1994). Subjek dalam penelitian ini adalah 78 karyawan
di PT. X. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik statistik
korelasi Pearson dan regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak
adanya hubungan yang signifikan antara persepsi karyawan terhadap role
ambiguity pada job insecurity. Sebaliknya, organizational communication
memiliki hubungan secara signifikan terhadap job insecurity pada karyawan di
PT. X yaitu sebesar -0.774 pada LOS 0,5. Berdasarkan temuan tersebut,
ditetapkan beberapa rancangan intervensi organizational communication untuk
dapat menurunkan job insecurity pada karyawan di PT. X.

ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze whether the employees? perception
regarding role ambiguity and organizational communication can influence the
level of job insecurity among employees at PT. X. This research is a nonexperimental
research and uses a questionnaire as a tool to collect data. This
research has used the measuring tools of Job Insecurity Questionnaire (JIQ) by
De Witte (2000), Role Ambiguity Questionnaire by Breaugh and Colihan (1994),
and Questionnaire on the Experience and Evaluation of Work (QEEW) by Van
Veldhoven and Meijman (1994). Subjects in this research are 78 employees at PT.
X. The data obtained were analyzed using Pearson correlation and multiple
regression techniques. The results of this study showed that there is no significant
correlation between role ambiguity on job insecurity. Otherwise, the
organizational communication has a significant correlation on the job insecurity
among employees at PT. X amounting to -0.774 at LOS 0,5. Based on the above
result, it was decided several organizational communication intervention designs
to decrease job insecurity among employees at PT. X."
2016
T45800
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>