Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yulianti
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang Konsep Diri dan Kebermaknaan Hidup Pelaku Konversi Agama Studi Kasus Komunitas Muslim Tionghoa Masjid Lautze . Hal tentang perpindahan keyakinan merupakan isu sensitif bagi orang-orang Tionghoa yang berpindah keyakinan ke dalam Islam. Pengucilan, intimidasi, dijauhkan dari keluarga besar merupakan problem internal dari perpindahan keyakinan tersebut. Selain problem internal tersebut, konversi agama pada masyarakat Tionghoa memberi dampak perubahan pada aspek psikologis yaitu pada Konsep Diri dan kebermaknaan Hidup. Hal tersebut melatar belakangi penelitian ini yang membahas tentang Konsep Diri dan Kebermaknaan Hidup pelaku konversi agama Studi Kasus muslim Tionghoa masjid Lautze . Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk memberikan gambaran bagaimana Konsep Diri dan Kebermaknaan Hidup muslim Tionghoa masjid Lautze pelaku konversi agama.Hasil penelitian ini memperlihatkan bagaimana konversi agama memberi pengaruh berupa perubahan pada Konsep Diri dan Kebermaknaan Hidup pelaku Konversi agama Studi kasus komunitas Muslim Tionghoa Masjid Lautze .

ABSTRACT
Islam is religion for all of the mankind. This proverb is a proof that Islam has not considered race as a differences. This issue is the basis of the research which discusses about self concept and meaningful of life in Chinese Muslim of Mosque Lautze Community which perform the religion conversion A Case Study of Chinese Muslim Mosque Lautze . The Chinese Muslim up brings more discussion and argumentation among their ethnics including others. By using qualitative descriptive method this research found that religion convention give big impact to the self concept and the meaningful of life. This research will discuss the willingness of Chinese Muslim of Mosque Lautze Community to have positive self concept to become wholehearted muslim. Meanwhile the meaningful of life has been indicated by characteristic changes toward self as well as environment.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syindhi Rachmawati
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran dan pemahaman mengenai kebermaknaan hidup dan sikap tawakal pada kehidupan single mother muslim dalam menghadapi kesulitan hidup. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi. Subjek penelitian berjumlah enam orang single mother muslim yang menetap di empat wilayah berbeda yaitu Bekasi, Bogor, Bandung dan Lombok. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebermaknaan hidup single mother muslim melalui realisasi creative values, experiential values, attitudinal values dan hopeful values dapat mencegah sikap putus asa dan membuat mereka bertahan dalam menghadapi berbagai persoalan. Sementara sikap tawakal para single mother muslim yang dilandasi oleh keyakinan terhadap nilai ketuhanan menjadikan mereka tenang dan ridh menjalani kehidupannya.

ABSTRACT
This study aims to provide an overview and understanding of the meaningfulness of life and tawakal trust in Allah on muslim single mother life to face the adversities. This study uses qualitative method with case study approach. Data collection techniques are conducted through in depth interviews and observation. Subjects are six muslim single mother who settled in four different areas Bekasi, Bogor, Bandung and Lombok. The results suggest that the meaningfulness of life of muslim single mother through realization of creative values, experiential values, attitudinal values and hopeful values can prevent the hopelessness and make them stand in the face of various problems. While the tawakal trust in Allah of muslim single mothers which based on the belief in value of divinity makes them calm and ridha to live their life."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dara Windiyarti
"ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan mengungkapkan perubahan kepribadian tokoh Nayla dalam novel Nayla. Sumber data penelitian ini adalah novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama tahun 2012. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kepustakaan. Penelitian ini menggunakan teori psikoanalisis Karen Horney. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan psikoanalisis. Pembahasan ini menghasilkan hal-hal berikut. Pertama, hubungan orang tua-anak yang buruk menciptakan berbagai peristiwa yang mendorong munculnya konflik batin tokoh Nayla. Kedua, konflik batin yang berupa kecemasan-kecemasan memicu timbulnya tingkah laku neoritis berupa tindakan-tindakan menyimpang tokoh Nayla untuk meraih kebermaknaan hidup.
Kata kunci."
Jayapura: Kibas Cenderawasih, 2018
400 JIKK 15:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lilis Marliani
"ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis di antara dua buku ajar internasional Interchange 3 dan buku ajar lokal Look Ahead 2, manakah yang lebih mengejawantahkan prinsip-prinsip ancangan komunikatif (CLT) dan sejauh mana kedua buku ajar tersebut dapat membekali siswa dengan kompetensi komunikatif dengan latar pembelajaran di sekolah. Hasil penelitian ini menunjukkan Interchange 3 mengejawantahkan CLT lebih baik dari Look Ahead 2 dalam hal rancangan, bahan ajar, dan latihan yang disajikan dalam buku ini. Meskipun Interchange 3 secara metodologis lebih mengakomodasikan ancangan komunikatif dan sesuai dengan tujuan pemebaajarn dalam KTSP 2006, pengajar masih enggan menggunakannya karena ketidakpahaman mereka akan pentingnya ancangan komunikatif dalam pembelajaran. Look Ahead 2 digunakan lebih sering oleh pengajar, meskipun buku ini mengandungi banyak kekurangan. Selain itu, asumsi pengajar bahwa buku internasional mengandungi muatan budaya yang bertentangan dengan nilai edukasi sekolah, tidak terbukti dalam Interchange 3. Sebaliknya, buku lokal Look Ahead 2 mengandungi bahan ajar yang brutal dan merendahkan perempuan. Kesesuaian bahan ajar dengan prinsip-prinsip ancangan komunikatif tidak menjamin buku ini akan digunakan oleh pengajar di kelas. Kekurangpahaman pengajar terhadap ancangan komunikatif dapat menghambat keberhasilan penggunaan buku ajar yang dilandasi oleh ancangan ini.

ABSTRACT
This study analyzed two textbooks, Interchange 3, an internationally published textbook, and Look Ahead 2, a locally published one. This study aimed to find out which of the two implements the principles of CLT and which one has a methodology which was more suitable to equip learners with communicative competence in the given school setting. The findings show us that Interchange 3 better implements CLT in terms of its design, learning materials, and activities than Look Ahead 2. However, when each book is seen against the school circumstance, both textbooks could not equip learners with communicative competence. Interchange 3 was not used appropriately to equip learners with communicative competence. Teachers could not see the benefits of using Interchange 3, despite its suitability to the principles of CLT and KTSP 2006. Look Ahead 2, on the other hand, was used more frequently than Interchange 3 although it did not implement many principles of CLT. (3) Moreover, the assumption that internationally published textbooks contain materials against the school educational values was not proven. On the opposite, the locally published textbook represents some culturally sensitive materials; brutality and degrading women. In general, this study found out that there is no guarantee that a communicative-based textbook will be used appropriately to equip learners with communicative competence. Teachers? lack of knowledge of communicative approach may hamper the successful use of the textbook."
2009
T25940
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zahrotun Nihayah
"Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban tentang hubungan
antara religiusitas dengan kebermaknaan hidup pada pensiunan lanjut usia anggota PWRJL Kotarnadya Malang.
Subyek penelitian di ambil dengan menggunnkan teknik ?fincidental
sampling? yang berjumlah 150 omng responden dengan pria dan wanita yang berusia 65 tahun keatas, berstatus ssbagai anggota PWRI Cabang Kodya Malang dan beragama Islam.
?Religiusitas diukur dengan instmmen berdasarkan teori Glock dan Stark yang telah diadaptasi oleh Juwarini dengan validitas p < 0,05 dan reliabilitas O,S27, ada penambahan item yang telah dikonsultasikan, sedangkan ?Kebermaknaan Hidup? diukur dengan skala makna hidup yang diadaptasikan dari PIL (Purpose in Life) yang disusun oleh Crumbaugh dan Maholick ; 'kedua
alat ukur tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya.
` Skala ?religiusitas? mclipuli dimensi keyakinan, dimensi pengalaman,
dimensi pengetahuan, dimensi konsekuensi dan dimensi peribadatan. Skala ?kebermaknaan hidup" meliputi dimensi memiliki tujuan yang jelas, memiliki perasaan bahagia, memiliki tanggung jawab, mampu melihat alasan kebcradaan, memiliki kontrol diri dan tidak merasa cemas akan kematian.
Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif antara ?religiusitas? dengan ?makna hidup". Kombinasi kelima dimensi religiusitas mernberitkan
kontribusi terhadap makna hidup sebanyak 20,7 %. Ada korelasi yang signifikan antara dimensi religiusitas dengan karakteristik ?memiliki tujuan yang jelas? dari
makna hidup, yaitu, dimensi keyakinan. Ada korelasi yang signifikan antara dimensi religiusitas dengan karakteristik ?memiliki perasaan bahagia" dari makna hidup, dari kelima dimensi religiusitas hanya dimensi pengetahuanlah yang memberikan kontribusi terhadap ?memiliki perasaan bahagia?dari makna hidup.
Ada korelasi yang signifikan antara dimensi religiusitas dengan karakteristik ?memiliki tanggung jawab? dari makna hidup. Dari kelima dimensi religiusitas hanya dimensi keyakinan, pengalaman dan konsekuensi yang memberikan kontribusi terhadap ?memiliki tanggungjawab? dari makna hidup sedangkan yang
memberikan kontribusi terbesar adalah dimensi pengalaman. Ada korelasi yang signifikan antara dimensi religiusitas dengan karnkteristik ?alasan keberadaan"
dari makna hidup akan tetapi keseluruhan dimensi tidak memberikan kontribusi secara signifikan terhadap karakteristik ?alasan keberadaan" dari makna hidup.
Ada korclasi yang signifikan antara dimensi religiusitas dengan karakteristik ?mcmiliki kontrol diri" dari makna hidup, Dari kelima dimensi religiusitas hanya tiga dimensi yang memberikan kontribusi terhadap karakteristik ?memiliki kontrol
diri? dari makna hidup, yaitu dimensi keynkinan, dimensi pengalnman dan dimensi konsekuensi. Dimensi pengalaman membcrikan kontribusi terbesar. Ada korelasi yang signifikan antara dimensi religiusitas dengan karakteristik ?tidak cemas akan kematian" dari makna hidup. Dari kelima dimensi religiusitas hanya
dimensi peribadatan yang memberikan kontribusi secara signifikan terhadap karakteristik ?tidak cemas akan kematian" dari makna hidup.
Sedangkan hasil wawancara kcpada tiga orang subyek, yaitu satu orang
perempuan dan dua orang laki-laki menunjukkan bahwa semua subyck
menjalankan pola hidup yang sehat. dan meningkatkan intensitas kegiatan-kegiatan kerohanian. Semua subyck juga memiliki cita-cita dan tujuan yang jelas dan dengan tercapainya tujuan tersebut menimbulkan perasaan tenang dan bahagia
yang disertai dengan rasa tanggung jawab dan kontrol diri yang baik. Selain itu
semua subyek adalah orang-omng yang pasrah dan ikhlas dalam menerima
kehendak Allah tidak terkecuali kematian sehingga tidak ada perasaan cemas sedikitpun. Keyakinan mereka kepada Allah sangat tinggi, hal ini mempengaruhi mereka dalam menjalani dan menerima kehidupan, mereka merasa puas dan memiliki makna hidup. '
Disarankan kepada lembaga-lembaga baik biro-biro/LSM maupun
departemen-departemen yang memperhatikan lanjut usia hendaknya. mengadakan suatu program untuk memperdalam pemahaman dan pengalaman keagamaan sehingga dapat membantu para lanjut usia dalam menjalani sisa hidupnya dengan tenang dan pasrah. Selain itu hendaknya para lanjut usia meningkatkan keyakinan,
pengamalan, pengetahuan, konsekuensi, dan peribadatan agar dapat mencapai makna hidup yang hakiki.
Temuan lain pada penelitian ini yaitu adanya perbedaan taraf pendidikan responden SLTP dengan PT pada kebermaknaan hidup. Tingkat golongan usia
pensiun terakhir pada lanjut usia berkorelasi secara signifikan terhadap variabel kebermaknaan hidup. Perbedaan jenis kelamin, bekerja kembali atau tidak setelah pensiun, dan status tempat tinggal tidak berkorelasi secara signifikan baik
terhadap variabel religiusitas maupun variabel kebermaknaan hidup.
Dalam penelitian berikutnya hendaknya peneliti lebih memfokuskan pada
penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif serta menyertakan
variabel-variabel psikologis seperti kepribadian, tingkat status sosial, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan' sebagainya. Selain itu peneliti dapat memperbanyak sampel, memperbanyak item dalam instrumen penelitian yang akan digunakan.
"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhira Alifa Puandina
"Saat ini generasi milenial mendominasi angkatan kerja yang membuat maraknya fenomena turnover karyawan. Hal ini dikarenakan generasi milenial memiliki karakteristik kerja yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Salah satu hal yang dapat memengaruhi intensi turnover karyawan milenial adalah dukungan supervisor yang mereka rasakan karena generasi milenial membutuhkan sosok atasan yang suportif dan dekat dengan mereka. Penelitian ini juga dilakukan untuk melihat peran mediasi kebermaknaan kerja pada hubungan yang dimiliki persepsi dukungan supervisor dan intensi turnover pada karyawan generasi milenial. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan tipe korelasional dan melibatkan 154 partisipan karyawan milenial yang mempunyai atasan langsung dan berdomisili di Indonesia. Instrumen penelitian ini adalah alat ukur persepsi dukungan supervisor, kebermaknaan kerja, dan intensi turnover. Penelitian ini menggunakan teknik analisis mediasi sederhana model 4 dengan program PROCESS Hayes SPSS macro untuk mengetahui efek langsung (direct effect) dan efek tidak langsung (indirect effect) antar variabel dengan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi dukungan supervisor berkorelasi secara signifikan dengan intensi turnover (r = -0,423, p < 0.01) dan kebermaknaan kerja terbukti dapat memediasi sebagian pada pengaruh persepsi dukungan supervisor terhadap intensi turnover (ab = -0,143, p < 0.01; c’ = -0,184, p < 0.01). Oleh karena itu, penelitian ini dapat memberi gambaran pentingnya dukungan supervisor bagi karyawan generasi milenial di tempat kerja sehingga dapat menurunkan intensi turnover melalui kebermaknaan kerja.

Currently, millennials dominate the workforce which has led to the phenomenon of employee turnover. This is due to the fact that millennials have different work characteristics from the previous generation. One factor that can affect the turnover intention of millennial employees is the perception of their supervisor’s support because millennials need a supervisor who is supportive and close to them. This research was also conducted to see the mediating role of meaningful work on the relationship between perceived supervisor support and turnover intention among millennial employees. This correlational research with a cross-sectional design involved 154 millennial employees who have supervisors and are based in Indonesia as participants. The instrument used for this research are measurement tools for perceived supervisor support, meaningful work, and turnover intention. The simple mediation analysis technique model 4 using the PROCESS Hayes SPSS macro was used in this study to determine the direct and indirect effects between variables using regression analysis. The results showed that perceived supervisor support was significantly correlated with turnover intention (r = -0.423, p < 0.01) and meaningful work was proven to partially mediated the effect of perceived supervisor support on turnover intention (ab = -0.143, p < 0.01; c' = -0.184, p < 0.01). Thus, this research can provide an overview of the importance of supervisory support among millennial employees in the workplace to reduce employees’ turnover intention through meaningful work."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Suci Pranindya
"Salah satu karakteristik pegawai generasi Z adalah tidak ragu untuk memiliki intensi turnover ketika pekerjaannya tidak sesuai dengan ekspektasinya. Pekerjaan yang sesuai dengan ekspektasi generasi Z adalah pekerjaan yang mendapat pengayaan. Dengan pekerjaan yang mendapat pengayaan, generasi Z menganggap pekerjaannya lebih bermakna dan dapat mengurangi intensi turnover-nya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran mediasi kebermaknaan kerja terhadap hubungan pengayaan kerja dan intensi turnover pada pegawai generasi Z. Penelitian ini melibatkan 264 partisipan pegawai generasi Z dengan masa kerja minimal 1 tahun pada perusahaan dan posisi yang sama. Alat ukur yang digunakan adalah Turnover Intention Scale untuk mengukur intensi turnover, Job Diagnostic Survey-Revised untuk mengukur pengayaan kerja, dan Work and Meaning Inventory untuk mengukur kebermaknaan kerja. Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis mediasi sederhana (model 4) dengan program PROCESS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh langsung yang tidak signifikan antara pengayaan kerja dan intensi turnover (c’= 0.007, t(264) =0.977, p .01) dan terdapat pengaruh tidak langsung yang signifikan antara pengayaan kerja dengan intensi turnover melalui kebermaknaan kerja (ab = -0.023). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kebermaknaan kerja merupakan mediator penuh terhadap hubungan pengayaan kerja dan intensi turnover pada pegawai generasi Z. Penelitian ini dapat memberikan data ilmiah bahwa perusahaan perlu memperhatikan pengayaan kerja yang dapat membentuk persepsi kebermaknaan kerja untuk mempertahankan pegawai generasi Z di perusahaan.

One of the characteristics of generation Z employees is that they do not hesitate to have turnover intentions when their work does not meet their expectations. Jobs that meet the expectations of Generation Z are enriched jobs. With enriched jobs, generation Z considers their work more meaningful and can reduce their turnover intention. This study aims to look at the mediating role of meaningful work on the relationship of job enrichment and turnover intention in Generation Z employees. This study involved 264 Generation Z employees with at least 1 year tenure in the same company and position. The measurement tools used are Turnover Intention Scale to measure Turnover Intention, Job Diagnostic Survey-Revised to measure job enrichment, and Work and Meaning Inventory to measure meaningful work. The statistical analysis used in this study is a simple mediation analysis (model 4) with the PROCESS program. The results of this study indicate that there is no significant direct effect between job enrichment and turnover intention (c'= 0.007, t(264) = 0.977, p > .01) and there is a significant indirect effect between job enrichment and turnover intention through meaningful work (ab= -0.023). Therefore, it can be concluded that meaningful work is a full mediator on the relationship of job enrichment and turnover intention on generation Z employees. This research can provide scientific data that companies need to pay attention on job enrichment which can form a meaningful perception of work to retain generation Z employees in the company."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joevarian Hudiyana, supervisor
"

Teori-teori sebelumnya telah mencatat bahwa perilaku militan ekstremis seperti pengorbanan diri dapat dijelaskan oleh persepsi ketidakadilan, konsolidasi identitas sosial, dan ketidakpastian pribadi atau motivasi kebermaknaan (pencarian makna). Namun, masih kurang jelas apakah ada perbedaan kontekstual dalam membangkitkan motivasi kebermaknaan. Saya berpendapat bahwa faktor budaya seperti perbedaan dalam orientasi tujuan dan penekanan pada relasionalitas / individualitas di antara budaya kolektivistik dan individualistik dapat menjelaskan bangkitnya motivasi kebermaknaan, yang pada akhirnya, membentuk motivasi pengorbanan diri. Dalam Studi 1, saya mengeksplorasi representasi sosial dari konsep hidup yang bermakna di antara orang Indonesia (budaya kolektivistik) dan orang Amerika (budaya individualistik). Dalam Studi 2, saya memeriksa apakah temuan dari Studi 1 benar-benar dimanifestasikan dalam bahasa sehari-hari orang Indonesia (vs. Global). Saya menemukan bahwa orang Indonesia cenderung menekankan pengabdian sebagai tema utama dari hidup yang bermakna, dan ini merupakan tema relasional yang menekankan pada kesejahteraan kelompok daripada capaian individu. Dalam Studi 3, saya secara eksperimental menguji apakah ancaman terhadap kebermaknaan (vs. promosi kebermaknaan) mempengaruhi niat untuk mengorbankan diri. Terakhir, dalam Studi 4 saya melakukan survei untuk memeriksa apakah peleburan identitas adalah mekanisme dari temuan eksperimental. Dapat disimpulkan bahwa memang ada perbedaan budaya dalam bagaimana seseorang dapat mencari kebermaknaan. Perbedaan tersebut dapat memprediksi ekstremisme militan.

 


Previous theories have noted that militant extremist behavior such as self-sacrifice can be explained by perceived injustice, social identity consolidation, and personal uncertainty or quest for significance (meaning seeking motivation). However, less is clear about the contextual differences of how to awaken personal quest for significance. I argue that cultural factor such as difference in goal orientation and emphasis on relationality/individuality among collectivistic and individualistic culture may explain the awakening of quest for significance, which in turn, determine the self-sacrifice motivation. In Study 1, I explored the social representation of meaningful/significant life among Indonesian (collectivistic culture) and American participants (individualistic culture). In Study 2, I examined whether the findings from Study 1 was truly manifested in the daily language of Indonesian (vs. Global) people. I found that Indonesian people tend to emphasize devotion as the cardinal theme of meaningful life, which is a relational theme emphasizing on the group’s goal rather than individual’s enhancement. In Study 3, I experimentally test whether threat to significance as opposed to promotion of significance influenced the intention for self-sacrifice. Finally, in Study 4 I conducted a survey to examine whether collectivistic shift was the mechanism of our experimental finding. I established that there is indeed cultural difference in how a person may seek their significance and such pattern may predict militant extremism such as violent self-sacrifice in a unique way.

"
2019
D2761
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Hanafi
"Pekerja generasi Y lebih sering mengalami kebosanan kerja dibandingkan generasi-generasi sebelumnya. Salah satu penyebab kebosanan kerja adalah kebermaknaan kerja yang rendah. Namun, mereka juga aktif melakukan coping dari kondisi tersebut dengan melakukan job crafting. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat peran moderasi job crafting dalam hubungan antara kebermaknaan kerja dan kebosanan kerja. Pengambilan sampel aksidental dilakukan kepada 327 pekerja generasi Y (usia 23-40 tahun) di seluruh Indonesia. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner alat ukur kebosanan kerja, kebermaknaan kerja, dan job crafting. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda moderasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa salah satu dimensi job crafting, yaitu meningkatkan tuntutan pekerjaan yang menantang memoderasi hubungan antara kebermaknaan kerja dan kebosanan kerja. Sementara itu, tidak ada peran moderasi dari meningkatkan sumber daya struktural pekerjaan dan meningkatkan sumber daya sosial pekerjaan. Implikasi dari penelitian ini adalah untuk mengurangi kebosanan kerja yang dikarenakan pekerjaan tidak bermakna, pekerja generasi Y dapat secara proaktif untuk terlibat pada tugas-tugas yang lebih menantang; para manajer juga dapat memberikan tugas yang menantang kepada mereka; dan perusahaan dapat memberikan pelatihan job crafting terkait cara-cara pekerja generasi Y meningkatkan tuntutan pekerjaan yang menantang, sehingga mereka dapat menemukan kebermaknaaan kerja dan mengurangi kebosanan kerja.

Generation Y workers are more likely to experience job boredom than previous generations. One of the causes of job boredom is low meaningful work. However, they are also actively coping with these conditions by doing job crafting. This research aimed to see the moderating role of job crafting in the relationship between meaningful work and job boredom. Accidental sampling was conducted on 327 generation Y workers (23-40 years old) throughout Indonesia. Method of data collection used a questionnaire measuring job boredom, meaningful work, and job crafting. The data analysis technique used was a moderated multiple regression analysis. The results of this study showed that one dimension of job crafting which is increasing challenging job demands moderated the relationship between meaningful work and job boredom. Meanwhile, there was no moderating role from increasing structural job resources and increasing social job resources. The implication of this research is to decrease job boredom due to meaningless work, generation Y workers could be proactively involved in more challenging tasks; managers could also assign them challenging assignments; and companies could provide job crafting training on ways for generation Y workers to increase challenging job demands, so they can find meaningful work and decrease job boredom."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cintya Astari Dhaneswara
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari modal manusia, modal sosial, berbagi pengetahuan, kreativitas karyawan, dan kebermaknaan kerja terhadap perilaku kerja inovatif karyawan di perusahaan farmasi di Indonesia. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner online dengan jumlah responden sebesar 286 responden di perusahaan farmasi di Indonesia dan data dianalisis menggunakan metode structural equation modeling (SEM) dengan software SPSS Amos versi 24. Hasil penelitian menyatakan bahwa modal manusia memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap modal sosial, yang selanjutnya memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap berbagi pengetahuan, dan selanjutnya memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kreativitas karyawan. Seperti yang diharapkan, kreativitas karyawan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kerja inovatif. Hubungan antara modal sosial dan kreativitas karyawan dimediasi oleh berbagi pengetahuan, dan hubungan antara berbagi pengetahuan dan perilaku kerja inovatif dimediasi oleh kreativitas karyawan. Sebagai variabel moderasi, kebermaknaan kerja memoderasi hubungan antara modal sosial dan berbagi pengetahuan. Modal manusia tidak menunjukkan pengaruh langsung yang signifikan terhadap berbagi pengetahuan, namun, modal sosial memediasi hubungan antara modal manusia dan berbagi pengetahuan. Penelitian ini memberikan wawasan bagi praktisi di perusahaan farmasi di Indonesia tentang bagaimana meningkatkan perilaku kerja inovatif karyawannya melalui pengembangan modal manusia, modal sosial, berbagi pengetahuan, dan kebermaknaan kerja karyawannya, untuk memperkuat lingkungan kreatif dan inovatif bagi karyawannya.

This study aims to analyze the influence of human capital, social capital, knowledge sharing, employee creativity, and work meaningfulness on employee innovative work behavior in pharmaceutical companies in Indonesia. Data were collected using an online questionnaire with a total of 286 respondents in pharmaceutical companies in Indonesia and data were analyzed using the structural equation modeling (SEM) method with SPSS Amos software version 24. The results stated that human capital has a positive and significant effect on social capital, which in turn has a positive and significant effect on knowledge sharing, and subsequently has a positive and significant effect on employee creativity. As expected, employee creativity has a positive and significant effect on innovative work behavior. The relationship between social capital and employee creativity is mediated by knowledge sharing, and the relationship between knowledge sharing and innovative work behavior is mediated by employee creativity. As a moderating variable, work meaningfulness moderates the relationship between social capital and knowledge sharing. Human capital showed no significant direct effect on knowledge sharing, however, social capital mediates the relationship between human capital and knowledge sharing. This study provides insights for practitioners in pharmaceutical companies in Indonesia on how to improve the innovative work behavior of their employees through the development of human capital, social capital, knowledge sharing, and work meaningfulness of their employees, to strengthen the creative and innovative environment for their employees."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library