Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh media sosial terhadap salah satu aspek psikologis penggunanya, yaitu kepuasan tubuh (body satisfaction), dengan menggabungkan dasar teori Tripartite Influence Model of Body Dissatisfaction dan teori Stimulus-Organism-Response, dan juga memodifikasi dengan penambahan faktor-faktor pemicu (stimulus) dari model dasar, yaitu aktivitas yang berkaitan dengan video penampilan fisik (photo-based activity), motivasi untuk terlihat baik dari media sosial (appearance motivation) dan literasi media sosial pengguna (social media literacy). Objek dari penelitian ini merupakan media sosial TikTok, sebagai salah satu media sosial berbasis gambar (photo-based) dengan subjek penelitian pengguna TikTok yang berbasis di Indonesia dan memiliki rentang umur 17 – 26 tahun. Penelitian ini dilakukan dengan metode gabungan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif didapatkan melalui penyebaran kuesioner dengan hasil 507 responden dan diolah menggunakan metode Covariance Based Structural Equation Modeling (CB-SEM) dengan bantuan aplikasi SPSS AMOS. Kemudian, untuk kualitatif dilakukan dengan mewawancarai 32 responden dan dianalisis dengan metode content-analysis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa upward appearance comparison dipengaruhi oleh photo-based activity dan appearance motivation, sedangkan untuk thin-ideal internalization dipengaruhi oleh appearance motivation dan social media literacy. Upward appearance comparison dan thin ideal internalization comparison memberikan dampak buruk terhadap body satisfaction penggunanya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi penelitian selanjutnya dalam topik pengaruh media sosial terhadap persepsi tubuh penggunanya, serta bagi pihak media sosial TikTok dalam usahanya menciptakan lingkungan media sosial yang sehat bagi penggunanya.
This research was conducted to analyze the effect of media social on human's perception of their body image, specifically on body satisfaction, by combining a theoretical basis of the Tripartite Influence Model of Influence model and the Stimulus-Organism-Response theory, and also by modifying the stimulus factors, which are photo-based activity, appearance motivation, and social media literacy. The object of this research is TikTok, a photo-based social media, with the research subject of TikTok users based in Indonesia with age ranges from 17 to 26. This research was conducted with a mixed method, combining quantitative and qualitative approaches. The quantitative data was acquired by distributing questionnaires with the results of 507 respondents and was processed through Covariance Based Structural Equation Modeling (CB-SEM) method with the help of the SPSS AMOS application. As for the qualitative approach, the data was acquired by interviewing 32 respondents, and the answers were analyzed using a content-analysis method. This research indicated that upward appearance comparison is affected by photo-based activity and appearance motivation, as thin-ideal internalization is affected by appearance motivation and social media literacy. Both upward appearance comparison and thin-ideal internalization can be harmful to body satisfaction. Through the findings from this research, we hope to contribute to future research on related topics and for TikTok as the social media provider to create a healthier social media environment for their users
Masalah citra tubuh menjadi hal penting bagi remaja ketika berjuang mencari jati diri sesuai tugas perkembangannya. Body shaming atau ejekan orang lain merupakan bagian dari faktor sosiokultural yang sedang popular di kalangan remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran citra tubuh, self-efficacy,dan strategi koping serta mengetahui hubungan antara citra tubuh, self-efficacy, dan strategi koping pada remaja korban body shaming. Penelitian dengan metode kuantitatif jenis deskriptif-korelasi dengan menggunakan pendekatan cross-sectional ini melibatkan 168 siswa yang dipilih melalui screening body shaming, dengan teknik pusposive sampling. Alat ukur pada penelitian ini yaitu Body Shape Questionnaire-16 (BSQ-16), General Self-Efficacy, dan The Ways of Coping yang sudah diuji validitas dan reliabilitas. Hasil analisis bivariat menggunakan uji Chi Square menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara citra tubuh dengan self-efficacy (p value: 0.000). Selain itu, terdapat hubungan yang bermakna antara self-efficacy dengan strategi koping (p value: 0.001). Namun tidak terdapat hubungan yang bermakna antara citra tubuh dengan strategi koping (p value: 0.124). Implikasi penelitian terhadap pelayanan keperawatan ialah pentingnya mengefektifkan peran bimbingan konseling untuk memperhatikan perkembangan remaja. Penelitian ini merekomendasikan pada institusi pendidikan, institusi kesehatan, dan orang tua untuk memberikan edukasi secara tatap muka mengenai citra tubuh dan pengenalan terkait perubahan yang dialami remaja.
Problem concerning body image is crucial for teenagers during their stage of developmental to search their identity. Body shaming is part of sociocultural factors affecting adolescent’s body image. This study aims to analyze the relationship between body image, self-efficacy, and coping strategies in adolescent victims of body shaming. The research used descriptive-correlation quantitative method with a cross-sectional approach involving 168 high school students, which was obtained through screening body shaming, with a purposive sampling technique. Measuring instruments in this study are Body Shape Questionnaire-16 (BSQ-16), General Self-Efficacy, and The Ways of Coping that have been tested for validity and reliability. The results of bivariate analysis using the Chi Square test revealed that there were a significant relationship between body image and self-efficacy (p value: 0.000). In addition, there is a significant relationship between self-efficacy and coping strategies (p value: 0.001). The results of the research analysis also showed that there was no significant relationship between body image and coping strategies (p value: 0.124). The implication of this study is the importance of streamlining the role of counseling to pay attention to adolescent development. It’s recommended to provide face-to-face education about body image and introduction to change experienced by adolescents.
"