Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 240667 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Geraldine Angelica
"Sebagai generasi termuda dalam dunia kerja, Generasi Z ditemukan mengalami kondisi ketidakpuasan kerja yang berdampak terhadap kesejahteraan individu dan keberlangsungan organisasi. Penelitian terdahulu telah menemukan hubungan antara kepemimpinan transformasional dan kepuasan kerja yang dimediasi oleh faktor-faktor eksternal. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan peran salah satu faktor internal, yaitu kondisi berkembang optimal di tempat kerja, sebagai mediator dalam hubungan kepemimpinan transformasional dan kepuasan kerja, menggunakan teori self-determination (teori determinasi diri). Penelitian ini menggunakan desain korelasional dengan survei daring yang ditujukan pada karyawan tetap Generasi Z di Indonesia (n = 205). Data dianalisis menggunakan teknik regresi dari Hayes PROCESS macro versi 4.2 .pada perangkat lunak IBM SPSS.Hasil penelitian menunjukan kondisi berkembang optimal di tempat kerja memediasi hubungan kepemimpinan transformasional dan kepuasan kerja. Temuan ini turut memperkaya teori determinasi diri dengan menjelaskan mekanisme psikologis yang mendasari pengaruh kepemimpinan terhadap kepuasan kerja pada karyawan Generasi Z. Penelitian ini menekankan pentingnya organisasi menerapkan kepemimpinan transformasional pada pemimpin serta menciptakan kondisi kerja yang mengembangkan kondisi berkembang optimal di tempat kerja demi memfasilitasi kepuasan kerja pada karyawan.

As the youngest generation in the workforce, Generation Z has been found to experience job dissatisfaction, which negatively affects individual well-being and organizational sustainability. Previous studies have identified the relationship between transformational leadership and job satisfaction as being mediated by external factors. This study aims to examine the role of an internal factor, namely thriving at work, as a mediator in the relationship between transformational leadership and job satisfaction, using the Self-Determination Theory. This research employed a correlational design with an online survey conducted among full-time Generation Z employees in Indonesia (n = 205). The data were analyzed using regression techniques through Hayes' PROCESS macro version 4.2 in IBM SPSS. The results show that thriving at work mediates the relationship between transformational leadership and job satisfaction. These findings contribute to enriching Self-Determination Theory by explaining the psychological mechanisms underlying the influence of leadership on job satisfaction among Generation Z employees. This study highlights the importance for organizations to implement transformational leadership and to create work conditions that foster optimal thriving at work. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa Fadhilah
"Penelitian terkait thriving at work (kondisi berkembang optimal di tempat kerja) pada karyawan sales masih terbatas, terutama terkait peran sumber daya personal seperti efikasi diri sebagai mekanisme psikologis yang menjembatani hubungan antara otonomi kerja dan kondisi berkembang optimal di tempat kerja. Penelitian ini menggunakan teori Conservation of Resources untuk menguji peran mediasi efikasi diri dalam hubungan antara otonomi kerja dan berkembang optimal di tempat kerja. Desain penelitian ini adalah korelasional mengunakan survei daring pada 211 karyawan sales di Indonesia. Data dianalisis menggunakan teknik mediasi sederhana lewat Macro PROCESS versi 4.2. dari Hayes Model 4 pada program SPSS versi 25. Hasil menunjukkan bahwa otonomi kerja memprediksi kondisi berkembang optimal di tempat kerja secara positif dan signifikan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa efikasi diri memediasi hubungan antara otonomi kerja dan kondisi berkembang optimal di tempat kerja. Temuan ini menegaskan pentingnya sumber daya eksternal bagi individu untuk menambahkan sumber daya internal untuk mendukung mereka berkembang optimal di tempat kerja.

Research on thriving at work among sales employees remains limited, particularly regarding the role of personal resources such as self-efficacy as a psychological mechanism that mediates the association between job autonomy and thriving at work. This study used the Conservation of Resources (COR) theory to examine the mediating role of self-efficacy in the association between job autonomy and thriving at work. The research design was correlational, utilizing an online survey involving 211 sales employees in Indonesia. Data were analyzed using simple mediation analysis through Hayes PROCESS Macro version 4.2 Model 4 in SPSS version 25. The results showed that job autonomy positively and significantly predicted thriving at work. The findings also indicate that self-efficacy mediated the association between job autonomy and thriving at work. These results highlight the importance of external resources in helping individuals gain internal resources to support thriving at work."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hani Oktarini Hizelia
"Di tengah intensnya tekanan dalam mempertahankan daya saing, kemampuan perusahaan untuk berinovasi sangat bergantung pada keterlibatan aktif seluruh tenaga kerjanya, termasuk Generasi Z. Namun, potensi inovatif generasi ini kerap terhambat oleh rasa cemas dan tidak aman di tempat kerja akibat paparan sosial digital yang intens sejak dini. Dalam kondisi tersebut, keamanan psikologis menjadi faktor yang memungkinkan mereka merasa aman untuk menyampaikan ide dan mengambil risiko dalam proses inovasi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran mediasi keamanan psikologis dalam hubungan antara kepemimpinan inklusif dan perilaku kerja inovatif, guna memahami mekanisme yang mendorong kontribusi inovatif karyawan muda. Menggunakan desain survei kuantitatif cross-sectional, data dikumpulkan melalui kuesioner terstandar yang diadministrasikan secara daring, mencakup alat ukur Inclusive Leadership Scale, Psychological Safety Scale, dan Innovative Work Behavior Scale. Sebanyak 220 karyawan Generasi Z dari berbagai sektor di Indonesia menjadi partisipan dengan menilai perilaku atasan langsung serta melaporkan persepsi keamanan psikologis dan perilaku kerja inovatif mereka. Hasil analisis mediasi menggunakan PROCESS Macro versi 4.2 menunjukkan bahwa keamanan psikologis memediasi secara parsial hubungan antara kepemimpinan inklusif dan perilaku kerja inovatif. Temuan ini menegaskan bahwa penciptaan keamanan psikologis dan pengembangan kepemimpinan inklusif merupakan strategi kunci dalam memobilisasi perilaku kerja inovatif karyawan muda di tengah dinamika transformasi organisasi.

Amid intensifying pressure to stay competitive, organizations’ ability to innovate increasingly depends on the active engagement of their entire workforce, including Generation Z. However, the innovative potential of this generation is often hindered by anxiety and insecurity at work, stemming from early exposure to digital social environments. In this context, psychological safety becomes a key factor that enables them to express ideas and take risks in the innovation process. This study aims to examine the mediating role of psychological safety in the relationship between inclusive leadership and innovative work behavior, in order to understand the mechanisms that drive young employees' innovative contributions. Employing a cross-sectional quantitative survey design, data were collected through an online questionnaire using the Inclusive Leadership Scale, Psychological Safety Scale, and Innovative Work Behavior Scale. A total of 220 Generation Z employees from various sectors in Indonesia participated by assessing their supervisors' leadership behaviors, their own perceptions of psychological safety, and their innovative work behaviors. Mediation analysis using PROCESS Macro version 4.2 revealed that psychological safety partially mediates the relationship between inclusive leadership and innovative work behavior. These findings highlight the importance of fostering psychological safety through inclusive leadership to support innovation among young employees."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kenny William
"Skripsi ini menelaah peran mediasi kepercayaan kepada pemimpin pada hubungan antara kepemimpinan yang memberdayakan dan kreativitas karyawan generasi Z. Teori pertukaran sosial menjadi kerangka pikir dasar untuk menjelaskan hubungan teoretis ketiga variabel tersebut. Partisipan diperoleh dengan teknik convenience sampling menggunakan Google Form. Data kuantiatif dianalisis dengan teknik mediasi sederhana Hayes dengan program PROCESS Procedure for SPSS versi 4.2 beta. Hasil menemukan bahwa tidak terdapat indirect effect yang signifikan antara kepemimpinan yang memberdayakan dengan kreativitas karyawan melalui kepercayaan kepada pemimpin. Implikasi teoretis studi ini adalah diperlukannya studi pada masa mendatang untuk mengeksplorasi variabel lain yang berpotensi memediasi hubungan kepemimpinan yang memberdayakan dan kreativitas karyawan generasi Z. Selain itu, implikasi praktis studi ini adalah berkembangnya pemahaman praktisi mengenai kreativitas karyawan generasi Z dan pengaruh seorang atasan.

This paper examines the mediating role of trust in leader in the relationship between empowering leadership and the creativity of generation Z employees. Social exchange theory was utilized to explain the theoretical relationship between these three variables. Participants were obtained by convenience sampling technique using Google Form. Quantitative data were analyzed using Hayes' simple mediation technique using the PROCESS Procedure for SPSS version 4.2 beta program. The results found no significant indirect effect between leadership and employee creativity through trust in leader. The theoretical implication of this study is that future studies are needed to explore other variables that potentially mediate the relationship between empowering leadership and the creativity of Generation Z employees. In addition, the practical implication of this study is the development of practitioners' understanding of the creativity of Generation Z employees and the influence of their leaders."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ragiba Najmi Maulida
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji kontribusi kepemimpinan yang memberdayakan dan kepemimpinan diri terhadap kondisi berkembang optimal di tempat kerja, serta menguji varians unik kepemimpinan diri setelah mengontrol varians dari kepemimpinan yang memberdayakan menggunakan Self-Determination Theory. Pendekatan kuantitatif korelasional digunakan dalam penelitian ini dan data penelitian dikumpulkan melalui kuesioner daring. Data dianalisis menggunakan teknik analisis regresi linear berganda hierarkis menggunakan software IBM SPSS statistic versi 27. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan yang memberdayakan terbukti memiliki hubungan positif dengan kondisi berkembang optimal di tempat kerja. Kepemimpinan diri juga terbukti memiliki hubungan positif dengan kondisi berkembang optimal di tempat kerja. Kemudian, kepemimpinan diri terbukti memiliki varians yang unik pada kondisi berkembang optimal di tempat kerja setelah mengontrol varians dari kepemimpinan yang memberdayakan. Temuan ini mengonfirmasi Self-Determination Theory dengan menekankan pentingnya peran faktor internal sebagai prediktor kondisi berkembang optimal di tempat kerja. Implikasi praktis dari penelitian ini bagi organisasi adalah hasil penelitian ini mendorong organisasi untuk memberikan pelatihan bagi para manajer untuk mengembangkan kemampuan memberdayakan karyawan mereka, serta mengembangkan kemampuan kepemimpinan diri pada semua karyawan agar mereka dapat berkembang secara optimal di tempat kerja.

This study aims to examine the contributions of empowering leadership and self-leadership to thriving at work, as well as to test the unique variance of self-leadership after controlling for the variance of empowering leadership, using Self-Determination Theory. A quantitative correlational approach was employed in this study, and data were collected through an online questionnaire. The data were analyzed using hierarchical multiple linear regression analysis with IBM SPSS statistic version 27. The results showed that empowering leadership had a positive relationship with thriving at work. Self-leadership also showed a positive relationship with thriving at work. Furthermore, self-leadership was found to have a unique variance in predicting thriving at work after controlling for the variance of empowering leadership. These findings confirm Self-Determination Theory by emphasizing the importance of internal factors as predictors of thriving at work. The practical implication of this research for organizations is that it encourages them to provide training for managers to develop their empowering leadership skills, as well as to develop self-leadership skills among all employees so they can thrive optimally at work."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrina Ayu Rahmasari
"Bergesernya paradigma bisnis, berubahnya selera pasar, berubahnya ekonomi, dan berkembangnya teknologi membuat organisasi harus melakukan perubahan untuk mempertahankan keberlangsungan bisnisnya. Oleh sebab itu, organisasi harus berubah dan beradaptasi dengan hal tersebut. Meskipun perubahan banyak terjadi di organisasi, tidak semua organisasi berhasil melakukan perubahan. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan perubahan adalah komitmen individu yang terlibat di dalamnya. Komitmen individu terhadap perubahan salah satunya ditentukan oleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja karyawan dapat dipengaruhi oleh adanya pemimpin transformasional di dalam suatu organisasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemimpin transformasional terhadap komitmen perubahan melalui kepuasan kerja pada karyawan di Kementerian BUMN sehingga dapat diketahui intervensi apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan komitmen terhadap perubahan.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa pemimpin transformasional memiliki pengaruh secara signifikan terhadap komitmen perubahan melalui variabel kepuasan kerja dengan nilai regresi dari kepuasan kerja terhadap komitmen perubahan sebesar B = 0,161 dengan nilai signifikansi 0,001 (p<0,01). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan aspek penting dalam meningkatkan komitmen perubahan. Faset dari kepuasan kerja yang paling memiliki pengaruh secara signifikan terhadap komitmen perubahan adalah karakteristik pekerjaan (nature of work). Dengan demikian, rancangan intervensi yang diajukan untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan adalah dengan memberikan pelatihan mengenai job enrichment kepada atasan di Kementerian BUMN.

Shifting business paradigm, changing market, economic growth, and technology development make the organization must change in order to sustain their business. Therefore, organizations must change and adapt to it. Although many organizations have changed, not all of them succeeded in implement change. The success of change depends on commitment to change of individuals that involved. On the other hand, individual commitment to change is determined by job satisfaction. Job satisfaction is determined by transformational leader.
This study aims to determine the effect of transformational leader to commitment to change with job satisfaction as a mediator, in order to plan the intervention to increase commitment to change.
The result revealed that transformational leader have significant effect to commitment to change through job satisfaction with regression value between job satisfaction and commitment to change obtained B = 0,161 and significance value 0,001 (p<0,01). It can be concluded that job satisfaction is an important aspect in enhancing commitment to change. Facet from job satisfaction that has significant effect to commitment to change is nature of work. Therefore, job enrichment training proposed to improve employee's job satisfaction in Kementerian BUMN.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45814
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nuzul Raihan
"Saat ini, generasi Z sudah memasuki dunia kerja dan cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi jika tidak diberikan lingkungan kerja yang mendukung. Jadi, penting untuk melihat gaya kepemimpinan atasan yang tepat untuk meningkatkan kesejahteraan subjektif generasi ini, salah satu gaya kepemimpinan yang dinilai cukup efektif adalah gaya kepemimpinan transformasional. Maka dari itu, penelitian ini hendak melihat hubungan antara gaya kepemimpinan atasan yang transformasional dan kesejahteraan subjektif pada pekerja generasi Z. Dengan menggunakan metode kuantitatif korelasional, penelitian ini melibatkan 101 partisipan yang berusia 20-28 tahun di wilayah Jabodetabek. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah The PERMA-Profiler untuk mengukur kesejahteraan subjektif dan Multifactor Leadership Questionnaire (MLQ) 5X untuk mengukur kepemimpinan transformasional. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara gaya kepemimpinan atasan yang transformasional dan kesejahteraan subjektif (r = 0,525; p < 0,001; one-tailed). Temuan ini menekankan pentingnya implementasi gaya kepemimpinan transformasional untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja generasi Z.

Currently, Generation Z has entered the workforce and tends to experience higher stress levels if not provided with a supportive work environment. Therefore, it is important to identify the appropriate leadership style to enhance the subjective well-being of this generation, one leadership style considered effective is transformational leadership. This study investigates the relationship between superiors’ transformational leadership style and subjective well-being in Generation Z workers. Using a quantitative correlational method, this research involved 101 participants aged 20-28 in the Greater Jakarta area. The measurement tools used in this study are The PERMA-Profiler to measure subjective well-being and the Multifactor Leadership Questionnaire (MLQ) 5X to measure transformational leadership. The results showed a significant positive relationship between superiors’ transformational leadership style and subjective well-being (r = 0.525, p < 0.001, one-tailed). These findings highlight the importance of implementing transformational leadership to enhance the well-being of Generation Z employees."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adlina Hardhati Prameswari
"Salah satu kecenderungan generasi Z yang mulai memasuki dunia kerja adalah job-hopping, yaitu berpindah perusahaan dalam waktu singkat, yang dapat dijelaskan oleh rendahnya komitmen organisasi. Beberapa penelitian sebelumnya menemukan adanya hubungan positif antara komitmen organisasi dengan modal psikologis dan kreasi kerja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara ketiga variabel tersebut serta mengeksplorasi peran kreasi kerja sebagai mediator dalam hubungan antara modal psikologis dan komitmen organisasi pada karyawan generasi Z di Indonesia. Studi kuantitatif ini melibatkan 159 karyawan generasi Z di Indonesia dengan pengalaman minimal satu tahun. Penelitian ini menggunakan metode korelasional dengan alat ukur Organizational Commitment Questionnaire (OCQ), Psychological Capital Questionnaire-12 (PCQ-12), dan Job Crafting Scale (JCS). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya korelasi positif antara ketiga variabel dan kreasi kerja memediasi sebagian hubungan antara modal psikologis dan komitmen organisasi. Penelitian ini dapat menjadi dasar organisasi untuk meningkatkan komitmen organisasi karyawan dengan mengadakan pelatihan serta intervensi.

One of the tendencies of Generation Z entering the workforce is job-hopping, or switching companies in a short period of time, that can be explained by low organisational commitment. Previous studies have found positive relationship between organisational commitment, psychological capital, and job crafting. This study aims to examine the relationship between these three variables and explore the role of job crafting as a mediator in the relationship between psychological capital and organisational commitment among Generation Z employees in Indonesia. This quantitative study involved 159 generation Z employees in Indonesia. This study used correlational method with the Organizational Commitment Questionnaire (OCQ), Psychological Capital Questionnaire-12 (PCQ-12), and Job Crafting Scale (JCS). Results showed a positive correlation between the three variables and job crafting partially mediated the relationship between psychological capital and organisational commitment. The research is expected to be a reference for employees to improve organisational commitment by conducting training and interventions."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Nur Ilma
"Penelitian terkait faktor dan mekanisme psikologis yang menyebabkan individu memiliki grit yang tinggi masih belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran mediasi pemberdayaan psikologis pada hubungan antara kepemimpinan yang memberdayakan dan grit karyawan menggunakan teori self- determination. Penelitian ini bersifat korelasional menggunakan metode pengambilan data survei daring pada sampel karyawan di perusahaan digital yang minimal sudah bekerja selama satu tahun (N = 179). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Grit-O Scale, Leadership Empowerment Behavior (LEB), dan Psychological Empowerment Questionnaire (PEQ).
Hasil analisis mediasi sederhana menggunakan makro PROCESS Hayes versi 4.2 pada SPSS versi 21 menunjukkan bahwa efek tidak langsung dari kepemimpinan pemberdayaan terhadap grit melalui pemberdayaan psikologis signifikan. Namun, efek mediasi pemberdayaan psikologis tergolong parsial, karena empowering leadership masih dapat memprediksi grit setelah mengontrol mediator. Implikasi teori dari penelitian ini adalah pentingnya teori self-determination sebagai kerangka teori untuk menjelaskan faktor dan mekanisme psikologis penyebab grit. Implikasi praktis dari penelitian ini adalah organisasi perlu melatih dan mendorong manajer untuk menampilkan gaya kepemimpinan pemberdayaan untuk meningkatkan grit karyawan.

Research related to psychological factors and mechanisms that cause individuals to have high grit is still not much done. This study aims to determine the mediating role of psychological empowerment in the relationship between debilitating leadership and employee grit using self-determination theory. This research is correlational using the daring survey data collection method on a sample of employees in digital companies who have worked for at least one year (N = 179). The instruments used in this study were the Grit-O Scale, Leadership Empowerment Behavior (LEB), and the Psychological Empowerment Questionnaire (PEQ).
The results of a simple mediation analysis using the PROCESS Hayes version 4.2 macro on SPSS version 21 show that the indirect effect of empowering leadership on grit through psychological empowerment is significant. However, the mediating effect of psychological empowerment is partial, because empowerment leaders are still able to process grit after controlling the mediators. The theoretical implication of this research is the importance of self-determination theory as a theoretical framework to explain the psychological factors and mechanisms that cause grit. The practical implication of this research is that organizations need to train and encourage managers to display an empowering leadership style to increase employee grit.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samarthya Priyahita
"ABSTRAK
Penelitian ini ingin melihat hubungan antara kepemimpinan transformasional
dengan persepsi kesempatan promosi pada karyawan generasi Y. Kuesioner
Multifactor Leadership Questionnaire Form 5X (Rater Form) dan Job Descriptive
Index – Opportunities for Promotion diberikan kepada 143 karyawan generasi Y
yang memiliki pemimpin di tempat kerjanya. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat hubungan antara kepemimpinan transformasional dengan persepsi
kesempatan promosi pada karyawan generasi Y (r = .416, p < .01). Sebanyak
17.6% variasi dari persepsi kesempatan promosi dijelaskan oleh kepemimpinan
transformasional. Penelitian ini juga menemukan bahwa uji t-test jenis kelamin
dan latar belakang pendidikan tidak signifikan pada masing-masing variabel
persepsi kesempatan promosi dan kepemimpinan transformasional (p > .05).
Penelitian selanjutnya dapat meneliti variabel lain dan meneliti lebih jauh
mengenai generasi Y.

ABSTRACT
The research wants to see the relationship between transformational leadership
and perceived opportunities for promotion on generation Y employees. The
Multifactor Leadership Questionnaire Form 5X (Rater Form) and Job Descriptive
Index – Opportunities for Promotion were given to 143 generation Y employees
who have leaders in their workplace. Result shows that there’s a relationship
between transformational leadership and perceived opportunities for promotion on
generation Y employees (r = .416, p < .01). About 17.6% variation of perceived
opportunities for promotion is explained by transformational leadership. The
study also finds that the t-test of gender and educational background is not
significant to each variables of perceived opportunities for promotion and
transformational leadership (p > .05). Future research is recommended to study
other variables and investigate generation Y more further."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S53678
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>