Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182979 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurul Husnah
"Perencanaan merupakan bagian penting dalam proses pengadaan di sebuah Apotek. Perencanaan dapat dilakukan berdasarkan metode konsumsi ataupun epidemiologi. Kelompok kelas terapi obat yang paling banyak keluar dari Apotek dalam periode tertentu dapat dijadikan prioritas dalam pengadaan untuk periode berikutnya. Pembelian obat di Apotek dapat dilakukan tanpa resep ataupun dengan resep. Oleh karena itu kelas terapi obat yang paling sering diresepkan oleh dokter merupakan salah satu pertimbangan dalam melakukan perencanaan. Data kelas terapi didapat dengan memeriksa kelas terapi setiap obat yang tertulis pada seluruh resep yang masuk ke Apotek Roxy Mangga Besar selama periode 16-22 Agustus, selanjutnya ditentukan presentase untuk tiaptiap kelas terapi. Dari analisa yang dilakukan didapatkan tiga kelas terapi utama yang paling banyak diresepkan yaitu obat obat dalam kelas terapi Antiinfeksi terutama antibiotik (32,88%), Obat untuk saluran cerna (30,96%), dan Analgesik-Antipiretik (29,62%) dari total 520 resep. Dari data yang didapatkan dapat dijadikan acuan dalam melakukan perencanaan, dimana ketiga kelas terapi tersebut dapat dijadikan prioritas atau sebagai kelompok obat yang diberikan porsi terbesar dari anggaran dalam perencanaan obat untuk pengadaan periode berikutnya.

Planning is an important part of the procurement process at a pharmacy. Planning can be done based on consumption or epidemiological methods. The drug therapy class group that leaves the pharmacy the most in a certain period can be prioritized in the procurement for the next period. Purchasing drugs at the pharmacy can be done without a prescription or by prescription. Therefore, the drug therapy class most often prescribed by doctors is one of the considerations in planning. The therapy class data obtained by examining the therapy class of each drug written on all prescriptions that have been submitted to the Apotek Roxy Mangga Besar during the period 16-22 August, then it is determined percentages for each therapy class. From the analysis carried out, it was found that the three main classes of therapy were most widely prescribed, namely drugs in the class of anti-infective therapy, especially antibiotics (32.88%), drugs for the digestive tract (30.96%), and analgesics-antipyretics (29.62%) of a total of 520 prescriptions. From the data obtained, it can be used as a reference in planning, where the three classes of therapy can be prioritized or as a group of drugs that are given the largest portion of the budget in drug planning for the procurement of the next period."
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
Unggah4  Universitas Indonesia Library
cover
Felix Chandra
"Pengkajian dan pelayanan resep merupakan salah satu kegiatan yang termasuk dalam pelayanan kefarmasian secara klinis. Pada pengkajian resep apoteker diharapkan dapat memastikan keabsahan resep dan mencegah terjadinya kesalahan pengobatan. Salah satu penyakit yang memiliki prevalensi tinggi di Indonesia dan sering diresepkan adalah resep berisi obat antihipertensi. Tujuan dari pengkajian dan analisis resep antihipertensi ini yaitu mengetahui jumlah resep antihipertensi yang diterima, mengetahui golongan obat antihipertensi yang paling banyak diresepkan, mengetahui kelengkapan penulisan resep dari segi administratif, farmasetik, dan klinis. Pengkajian dan analisa dilakukan selama penulis melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang bertempat di Apotek Roxy Jagakarsa, Jalan Jagakarsa Raya No. 54, Jakarta Selatan. Data diperoleh dengan mengumpulkan resep bulan Juni hingga Agustus 2020, kemudian dilakukan pencatatan terhadap resep yang mengandung obat untuk penyakit hipertensi selama periode tersebut dan dipilih 2 resep yang akan dikaji dan dianalisa kesesuaiannya dengan pedoman pengkajian resep pada Peraturan Menteri Kesehatan nomor 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Dari analisa yang dilakukan ditemukan jumlah resep resep yang mengandung obat anthipertensi yang diterima oleh Apotek Roxy Jagakarsa selama bulan Juni-Agustus 2020 yaitu sebanyak 265 resep berisi obat antihipertensi dari total resep 3.571 resep atau sebanyak 7,42%, dengan obat antihipertensi yang paling banyak diresepkan yaitu Amlodipin yang merupakan golongan penghambat kanal kalsium sebanyak 42 resep, Ramipril golongan obat penghambat enzim angiotensin sebanyak 38 resep, dan Bisoprolol golongan obat penghambat reseptor B sebanyak 33 resep, yang diresepkan baik dalam terapi kombinasi maupun terapi tunggal. Dari contoh resep yang dianalisa, ditemukan beberapa kekurangan pada kelengkapan dalam aspek administratif dan interaksi obat dalam resep.

Assessment and prescription analytics is one of the activities included in clinical pharmacy services. In the pharmacist prescription assessment, it is hoped that it can ensure the validity of the prescription and prevent medication errors. One disease that has a high prevalence in Indonesia and is often prescribed is a prescription containing antihypertensive drugs. The objectives of the study and analysis of antihypertensive prescriptions were to determine the number of antihypertensive prescriptions received, to know which antihypertensive drug classes were most commonly prescribed, to determine the completeness of prescribing from an administrative, pharmaceutical, and clinical perspective. The assessment and analysis were carried out when the author carried out the Pharmacist Professional Work Practice (PKPA) which was located at the Roxy Jagakarsa Pharmacy, Jagakarsa Raya Street No. 54, South Jakarta. Data was obtained by collecting prescriptions from June to August 2020, then recording prescriptions containing drugs for hypertension during that period and selecting 2 prescriptions to be reviewed and analyzed for their conformity with the prescription review guidelines in Minister of Health Regulation number 73 years 2016 about Pharmacy Service Standards at the Pharmacy. From the analysis conducted, it was found that the number of prescription containing anthypertensive drugs received by the Roxy Jagakarsa Pharmacy during June-August 2020 was 265 from a total of 3,571 prescriptions or as much as 7.42%, with the most widely prescribed antihypertensive drugs namely Amlodipine which is a calcium channel blocker class for 42 prescriptions, Ramipril for an angiotensin enzyme inhibitor group for 38 prescriptions, and Bisoprolol for a B receptor blocker class for 33 prescriptions, these drugs are prescribed both in combination therapy and single therapy. From the sample prescriptions analyzed, there were some flaws of the administrative and drug interactions aspects of the prescription."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alfiana Hadiyanti
"Analisis resep merupakan kegiatan pengkajian resep yang diterima oleh instalasi farmasi untuk di cek secara administratif, farmasetis, dan pertimbangan klinis, serta di lakukan pengkajian masalah terkait obat (DRP) dan cara pengatasannya. Tujuan analisis resep penyakit diabetes ini yaitu untuk mengetahui pengobatan diabetes yang sering diresepkan dalam dunia pekerjaan, serta mengetahui adanya komplikasi dengan penyakit lainnya atau tidak. Melakukan pengkajian/analisis resep pengobatan diabetes agar tercapai terapiyang aman, rasional, dan efektif. Metode yang digunakan Studi literatur obat-obatan yang digunakan pada penyakit diabetes. Mengumpulkan resep yang mengandung obat-obat antidiabetes di Apotek Roxy Depok. Skrining dan analisa obat-obat dalam resep serta ketersediaan obat di apotek. Berdasarkan resep-resep yang ditemui umumnya pengobatan diabetes sudah sesuai dengan lini pengobatan yang ada dan pada umumnya pasien diabetes mengalami komplikasi dengan penyakit lainnya. Berdasarkan pengkajian skrining dan analisis resep/copy resep, secara administratif masih terdapat beberapa informasi yang kurang lengkap. Untuk aspek kesesuaian farmasetis dan pertimbangan klinis (analisis DRP) secara umum dapat diakatakan sesuai, aman, rasional, dan efektif. Kualifikasi adalah bagian dari validasi yang merupakan kegiatan pembuktian dan pendokumentasian bahwa sebuah sistem atau alat sudah terpasang dengan benar dan berfungsi secara benar sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dan konsisten. Tujuan tugas khusus ini yaitu untuk menganalisis urgensi dan kriteria pemeriksaan kualifikasi instalasi dan kualifikasi operasional pada mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi maupun proses analisis yang dilakukan di PT Mahakam Beta Farma. Metode yang digunakan dengan melaksanakan kualifikasi instalasi dan kualifikasi operasional pada autoklaf Hirayama HV-50. Pelaksanaan kualifikasi instalasi dan kualifikasi operasional terhadap autoklaf dilakukan berdasarkan Installation Qualification Protocol dan Operational Qualification Protocol. Hasil dan kesimpulannya yaitu pelaksanaan kualifikasi instalasi penting dilakukan dengan beberapa kriteria pemeriksaan/pengujian yaitu pemeriksaan sertifikat kalibrasi autoklaf, spesifikasi alat, instalasi, pemeriksaan komponen, dan identifikasi material. Hasil dari semua pemeriksaan/pengujian yang dilakukan dinyatakan lulus. Pelaksanaan kualifikasi operasional penting dilakukan dengan beberapa kriteria pemeriksaan/pengujian yaitu fungsi kontrol, temperature sterilisasi, dan tekanan serta waktu sterilisasi. Hasil dari semua pengujian yang dilakukan dinyatakan lulus. Penerapan 2D Barcode Batch dan e-sign adalah solusi atau inovasi yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang terjadi di Jakarta Distribution Center PT. Anugerah Pharmindo Lestari salah satunya yaitu no batch pada fisik produk yang diterima oleh customer tidak sesuai dengan no batch pada dokumen pengeluaran. Tujuan tugas khusus ini yaitu mengetahui dan memahami pentingnya melakukan inovasi untuk menerapkan solusi terhadap masalah yang terjadi di JDC PT. Anugerah Pharmindo Lestari. Mampu menerapkan inovasi dan solusi terhadap masalah yang terjadi di JDC PT. Anugerah Pharmindo Lestari. Metode yang di gunakan yaitu Customer melakukan order-order di proses-scan 2D barcode batch produk (APL bekerjasama dengan pihak manufaktur untuk mengadakan 2D barcode batch pada produk) *Jika saat checking produk yang diambil tidak sesuai maka otomatis sistem akan menolak, kembali dilakukan picking untuk produk yang sesuai *Jika produk yang di scan sesuai, serah terima produk ke vendor atau ekspedisi-ekspedisi mengirim produk ke customer-ekspedisi menscan kembali 2D barcode batch produk yang diberikan ke customer menggunakan blutooth barcode scanner yang terhubung dengan zyllem driver mobile app-customer yang menerima produk tanda tangan elektronik (e-sign) pada zyllem driver mobile app setelah menerima produk. Hasil dan kesimpulannya yaitu melakukan inovasi untuk menerapkan solusi terhadap masalah yang terjadi di PT. Anugerah Pharmindo Lestari penting dilakukan. Dengan adanya 2D barcode batch pada tiap produk dan scan 2D barcode batch pada saat pengiriman dapat meningkatkan akurasi no batch produk yang diterima customer Selain itu dengan adanya penambahan fitur tanda tangan elektronik (e-sign) sebagai inovasi untuk membuktikan bahwa customer menerima produk sesuai dengan pesanannya, sehingga dapat meningkatkan tingkat pelayanan APL. Penerapan 2D barcode batch dan penambahan fitur tanda tangan elektronik (e-sign) sudah diterapkan dengan baik, sehingga kemungkinan terjadinya pemberian produk dengan no batch yang tidak sesuai pada customer dapat terminimalisir.

Prescription analysis is an activity of reviewing prescriptions that are accepted by pharmaceutical installations for administrative, pharmaceutical, and clinical considerations, as well as an assessment of drug-related problems (DRP) and how to overcome them. The purpose of this diabetes prescription analysis is to determine the diabetes treatment that is often prescribed in the world of work, as well as to find out whether there are complications with other diseases or not. Conducting assessment/analysis of diabetes medication prescriptions in order to achieve safe, rational, and effective therapy. Methods used Literature study of drugs used in diabetes. Collecting prescriptions containing antidiabetic drugs at Apotek Roxy Depok. Screening and analysis of prescription drugs and drug availability in pharmacies. Based on the prescriptions found, generally diabetes treatment is in accordance with existing treatment lines and in general diabetes patients experience complications with other diseases. Based on screening studies and analysis of prescriptions / copies of prescriptions, administratively there are some incomplete information. For aspects of pharmaceutical suitability and clinical considerations (DRP analysis) in general, it can be said that it is appropriate, safe, rational, and effective. Qualification is part of validation which is an activity of proving and documenting that a system or tool has been installed correctly and is functioning correctly in accordance with established and consistent criteria. The purpose of this special task is to analyze the urgency and criteria for inspection of installation qualifications and operational qualifications on machines and equipment used in the production process and in the analysis process carried out at PT Mahakam Beta Farma. The method used is by carrying out the installation qualification and operational qualification on the Hirayama HV-50 autoclave. The implementation of the installation qualification and operational qualification of the autoclave is carried out based on the Installation Qualification Protocol and the Operational Qualification Protocol. The results and conclusions are that the implementation of the installation qualification is important to do with several inspection/testing criteria, namely checking the autoclave calibration certificate, equipment specifications, installation, component inspection, and material identification. The results of all examinations/tests carried out are declared to have passed. The implementation of operational qualifications is important to do with several inspection/testing criteria, namely the control function, sterilization temperature, and pressure and time of sterilization. The results of all tests carried out were declared to have passed. The implementation of 2D Barcode Batch and e-sign is a solution or innovation to solve problems that occur in the Jakarta Distribution Center PT. Anugerah Pharmindo Lestari, one of which is that the batch number on the physical product received by the customer does not match the batch number on the issuance document. The purpose of this special task is to know and understand the importance of making innovations to implement solutions to problems that occur at JDC PT. Anugerah Pharmindo Lestari. Able to implement innovations and solutions to problems that occur at JDC PT. Anugerah Pharmindo Lestari. The method used is that the customer makes orders processed-2D barcode scanning of product batches (APL in collaboration with manufacturers to hold 2D barcode batches on the product) * If when checking the products taken are not suitable, the system will automatically reject, re-picking for the appropriate product * If the product being scanned is suitable, hand over the product to the vendor or expedition-the expedition sends the product to the customer-the expedition rescans the 2D barcode batch of the product given to the customer using a Bluetooth barcode scanner that is connected to the zyllem driver mobile app - customer who receive the product electronic signature (e-sign) on the zyllem driver mobile app after receiving the product. The results and conclusions are making innovations to implement solutions to problems that occur at PT. Anugerah Pharmindo Lestari is important. With the 2D barcode batch on each product and scanning 2D barcode batches at the time of delivery, it can increase the accuracy of the product batch number received by the customer. In addition, with the addition of an electronic signature feature (e-sign) as an innovation to prove that customers receive products according to their orders, so as to increase the service level of APL. The application of 2D barcode batches and the addition of the electronic signature (e-sign) feature have been well implemented, so that the possibility of giving products with incorrect batch numbers to customers can be minimized. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Felix Chandra
"Pengkajian dan pelayanan resep merupakan salah satu kegiatan yang termasuk dalam pelayanan kefarmasian secara klinis. Pada pengkajian resep apoteker diharapkan dapat memastikan keabsahan resep dan mencegah terjadinya kesalahan pengobatan. Salah satu penyakit yang memiliki prevalensi tinggi di Indonesia dan sering diresepkan adalah resep berisi obat antihipertensi. Tujuan dari pengkajian dan analisis resep antihipertensi ini yaitu mengetahui jumlah resep antihipertensi yang diterima, mengetahui golongan obat antihipertensi yang paling banyak diresepkan, mengetahui kelengkapan penulisan resep dari segi administratif, farmasetik, dan klinis. Pengkajian dan analisa dilakukan selama penulis melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang bertempat di Apotek Roxy Jagakarsa, Jalan Jagakarsa Raya No. 54, Jakarta Selatan. Data diperoleh dengan mengumpulkan resep bulan Juni hingga Agustus 2020, kemudian dilakukan pencatatan terhadap resep yang mengandung obat untuk penyakit hipertensi selama periode tersebut dan dipilih 2 resep yang akan dikaji dan dianalisa kesesuaiannya dengan pedoman pengkajian resep pada Peraturan Menteri Kesehatan nomor 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Dari analisa yang dilakukan ditemukan jumlah resep resep yang mengandung obat anthipertensi yang diterima oleh Apotek Roxy Jagakarsa selama bulan Juni-Agustus 2020 yaitu sebanyak 265 resep berisi obat antihipertensi dari total resep 3.571 resep atau sebanyak 7,42%, dengan obat antihipertensi yang paling banyak diresepkan yaitu Amlodipin yang merupakan golongan penghambat kanal kalsium sebanyak 42 resep, Ramipril golongan obat penghambat enzim angiotensin sebanyak 38 resep, dan Bisoprolol golongan obat penghambat reseptor B sebanyak 33 resep, yang diresepkan baik dalam terapi kombinasi maupun terapi tunggal. Dari contoh resep yang dianalisa, ditemukan beberapa kekurangan pada kelengkapan dalam aspek administratif dan interaksi obat dalam resep.

Assessment and prescription analytics is one of the activities included in clinical pharmacy services. In the pharmacist prescription assessment, it is hoped that it can ensure the validity of the prescription and prevent medication errors. One disease that has a high prevalence in Indonesia and is often prescribed is a prescription containing antihypertensive drugs. The objectives of the study and analysis of antihypertensive prescriptions were to determine the number of antihypertensive prescriptions received, to know which antihypertensive drug classes were most commonly prescribed, to determine the completeness of prescribing from an administrative, pharmaceutical, and clinical perspective. The assessment and analysis were carried out when the author carried out the Pharmacist Professional Work Practice (PKPA) which was located at the Roxy Jagakarsa Pharmacy, Jagakarsa Raya Street No. 54, South Jakarta. Data was obtained by collecting prescriptions from June to August 2020, then recording prescriptions containing drugs for hypertension during that period and selecting 2 prescriptions to be reviewed and analyzed for their conformity with the prescription review guidelines in Minister of Health Regulation number 73 years 2016 about Pharmacy Service Standards at the Pharmacy. From the analysis conducted, it was found that the number of prescription containing anthypertensive drugs received by the Roxy Jagakarsa Pharmacy during June-August 2020 was 265 from a total of 3,571 prescriptions or as much as 7.42%, with the most widely prescribed antihypertensive drugs namely Amlodipine which is a calcium channel blocker class for 42 prescriptions, Ramipril for an angiotensin enzyme inhibitor group for 38 prescriptions, and Bisoprolol for a B receptor blocker class for 33 prescriptions, these drugs are prescribed both in combination therapy and single therapy. From the sample prescriptions analyzed, there were some flaws of the administrative and drug interactions aspects of the prescription.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rezha Alausy Fauzan
"Pengkajian resep merupakan salah satu bagian dari pelayanan farmasi klinik yang dilakukan apoteker mulai dari pengkajian administratif, farmasetik serta klinis sebelum diracik. Apoteker sebagai mitra kerja dokter harus memahami dan mengkaji resep yang berpotensi menimbulkan kesalahan pengobatan melalui kajian terhadap kejadian medication error sesuai yang tercantum pada Standar Pelayanan Kefarmasian. Tujuan dari pengkajian resep ini yakni untuk mengetahui kerasionalan penggunaan obat ditinjau dari indikator pola peresepan berdasarkan kelengkapan administrasi dan indikator potensi medication error resep polifarmasi di Apotek Kimia Farma 11 Bandung. Kajian ini dilakukan selama Bulan Agustus 2020 yang bertempat di Apotek Kimia Farma 11 Bandung, Jl. WR. Supratman No. 72, Bandung. Kajian dilakukan selama Bulan Agustus 2020 terhadap 50 lembar resep yang berasal dari Klinik Kimia Farma Supratman dan di luar klinik, dengan melihat kejelasan penulisan terkait obat, kelengkapan resep serta gambaran mengenai interaksi obat pada 2 resep (polifarmasi). Dari hasil pengamatan, ditemukan banyak kelengkapan penulisan resep yang rendah berupa informasi nomor izin praktek dokter/SIP (48%), usia (46%), berat badan (4%) dan alamat pasien (22%). Dari 2 kajian resep secara klinis, terdapat interaksi obat antara Clopidogrel dengan Curcumin/Piracetam (resiko pendarahan) juga dengan obat antikolesterol Simvastatin/Artovastatin (penurunan kadar Clopidogrel).

Prescription assessment is one part of clinical pharmacy services performed by
pharmacists, starting from administrative, pharmaceutical, and clinical assessments
before formulation. Pharmacists as a doctor’s work partner must understand
prescriptions that have the potential to cause medication errors through a review of
its incidence as stated in the Pharmaceutical Service Standards. The purpose of this
prescription review is to determine the rationality of drug use in terms of prescribing
pattern indicators based on administrative completeness and potential indicators of
polypharmacy prescription medication errors at Kimia Farma 11 Pharmacy in
Bandung. This study was conducted during August 2020 at Kimia Farma 11
Bandung Pharmacy, Jalan WR. Supratman No. 72, Bandung. The study was carried
out during August 2020 on 50 prescription sheets originating from the Kimia Farma
Supratman Clinic and outside the clinic, by looking at the clarity of writing related
to drugs, completeness of prescriptions, and an overview of drug interactions on
two polypharmacy prescriptions. From the observations, it was found that there
were many low completeness in writing prescriptions in the form of information on
the doctor’s practice license number (48%), age (46%), body weight (4%) and the
patient’s address (22%). From two clinical prescription studies, there were drug
interactions between Clopidogrel and Curcumin/Piracetam (risk of bleeding) as
well as the anti-cholesterol drug Simvastatin/Artovastatin (decreased levels of
Clopidogrel).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Silmi Fauziyah
"Penggunaan obat-obatan pada sebagian besar pasien dengan komplikasi penyakit, seringkali ditemukan pemberian obat dalam jenis dan jumlah yang banyak untuk sekali konsumsi. Hal ini menjadi salah satu tantangan terbesar dunia kesehatan secara global dengan meningkatnya jumlah pasien yang menerima lima macam obat atau lebih (polifarmasi). Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis terhadap potensi efek samping yang mungkin terjadi pada pasien dengan resep polifarmasi. Penelitian ini menggunakan desain retrospektif. Hasil penelitian menyatakan resep dengan polifarmasi menimbulkan berbagai potensi efek samping yang mungkin terjadi. Selain itu, potensi interaksi antar obat pun semakin meningkat karena jumlah obat yang diresepkan banyak. Maka dari itu, penting bagi apoteker untuk mempunyai pengetahuan terkait efek samping dan interaksi obat untuk meningkatkan keselamatan dan efektivitas pengobatan pasien.                            

The use of drugs in many patients with complication of disease, it is often found that the administration of drugs should be in large quantities and types for one time consumption. It has become one of the biggest challenges globally with an increasing number of patients receiving five or more drugs (polypharmacy). This study aims to analyze the potential side effect that may occur in patients with polypharmacy prescirptions. This study using retrospective design. The result of study stated that prescriptions with polypharmacy caused various potential side effect that may occur. In addition, the potential drug for drug interaction being increased due to large number of drugs being prescribed. Therefore, it is important for pharmacist to have knowledge regarding side effects, drug interaction and educational capabilities to improve safety and effectiveness therapy. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arinda Roosma
"Diabetes adalah penyakit kronis yang disebabkan karena kekurangan insulin akibat dari gangguan sekresi insulin. Diabetes banyak dialami oleh masyarakat khususnya pada masyarakat dengan pola hidup yang sudah berubah yaitu diabetes tipe 2. Sehingga kerasionalan resep untuk obat diabetes menjadi penting. Metformin merupakan first line terapi untuk DM tipe 2, baik metformin generik maupun merek dagang. Analisa resep dilakukan dengan mengambil sampel resep yang mengandung metformin (baik generik dan merek yaitu glucophage XR). Lalu resep generik dan merek dibandingkan jumlah pengeluarannya dalam 1 bulan, setelah itu dilakukan analisis mengenai aspek administratif, aspek farmasetik dan aspek klinis serta dibandingkan dengan guideline terapi yang sudah ada. Hasilnya perbandingan pengeluaran metformin generik dan bermerek yaitu 27 : 1, dan dari resep yang dianalisis sudah sesuai dengan guideline terapi dan rasional.

Diabetes is a chronic disease caused by a lack of insulin as a result of impaired insulin secretion. Diabetes is experienced by many people, especially in people with a lifestyle that has changed, is called type 2 of diabetes. So that the rationality of prescribing diabetes drugs is important. Metformin is the first line therapy for DM type 2, both in generic or trademark metformin. Prescription analysis was carried out by taking prescription samples containing metformin (both generic and brand, that is glucophage XR). Then the generic and brand prescriptions were compared with the amount spent in 1 month, after that an analysis was carried out regarding administrative, pharmaceutical and clinical aspects and compared with the existing therapeutic guidelines. The result was a comparison of generic and branded metformin is 27:1, and the analyzed prescriptions is rational and already appropiate with guidelines therapeutic."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Firdiena Titian Ratu
"Pengkajian dan pelayanan resep serta dispensing merupakan bagian dari standar pelayanan farmasi klinik di apotek. Pelayanan resep yang teliti dengan waktu tunggu yang singkat menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan kepuasan serta kenyamanan pasien. Evaluasi mengenai waktu tunggu pelayanan penting dilakukan sebagai salah satu indikator evaluasi mutu pelayanan kefarmasian di apotek untuk mengetahui kecepatan pelayanan farmasi dalam meningkatkan kepuasan juga kenyamanan pasien. Evaluasi dilakukan melalui observasi langsung dan pencatatan waktu tunggu pelayanan tiap resep obat jadi dan obat racikan di Apotek Roxy Poltangan. Hasil evaluasi menunjukkan rata-rata waktu pelayanan baik obat jadi maupun racikan sudah sesuai dan dapat dikatakan baik karena masih berada dalam rentang 15-30 menit. Faktor-faktor yang memengaruhi waktu pelayanan resep di Apotek Roxy Poltangan yaitu jenis resep, jumlah staf yang bertugas, jumlah obat yang diambil, dan sistem komputer yang digunakan.

Assessment and prescription and dispensing services are part of the clinical pharmacy service standards in pharmacies. Careful prescription service with short waiting times is one of the efforts to increase patient satisfaction and comfort. Evaluation of waiting time for important services is carried out as an indicator for evaluating the quality of pharmaceutical services in pharmacies to determine the speed of pharmaceutical services in increasing patient satisfaction and comfort. Evaluation was carried out through direct observation and recording of waiting times for each finished drug prescription and concoction drug at the Roxy Poltangan Pharmacy. The evaluation results show that the average service time for both finished and concoction drugs is appropriate and can be said to be good because it is still in the range of 15-30 minutes. Factors that affect prescription service time at the Roxy Poltangan Pharmacy are the type of prescription, the number of staff on duty, the number of drugs taken, and the computer system used."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mahrani Dewi
"Industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang berkualitas dan terkualifikasi. Salah satu aspek CPOB adalah personalia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Sumber informasi penting yang dapat menunjang proses kerja administrasi, kontrol terhadap kebutuhan kualifikasi personel serta mencari informasi terkait kompetensi personel dalah arsip. Arsip Pesonal File merupakan arsip dinamis aktif yang berhubungan dengan kepegawaian sebagai contoh seperti data riwayat hidup personil, surat lamaran, curriculum vitae, dan sebagainya. Personal file dibuat untuk memudahkan operator administrasi untuk melihat secara keseluruhan informasi penting tiap personil dalam satu file dan memudahkan untuk memantau tanda “warning” untuk para personil yang butuh dilakukannya medical check up, kualifikasi visual, dan kualifikasi gowning. Selain itu, mesin dan peralatan merupakan fasilitas dalam keseluruhan proses produksi dalam mengembangkan kegiatan produksinya, tidak terlepas dari produktivitas dan efisiensi mesin. Evaluasi rutin untuk mengoptimalkan suatu pengerjaan khususnya pada proses produksi disebut OEE (Overall Equipment Effectiveness), bertujuan untuk memantau efektivitas suatu proses sehingga nantinya dapat dilakukan upaya-upaya yang dapat meningkatkan efektivtias proses tersebut. Visual management yang dibuat dalam bentuk visual board digunakan untuk mengevaluasi kinerja dan produktivitas selama kegiatan produksi dilakukan yang nantinya akan diaplikasikan langsung dan diisi oleh group leader yang bertugas.

The pharmaceutical industry is reponsible for providing qualified personnel. One aspect of GMP is personnel who have sufficient knowledge and skills to carry out their duties and responsibilities. Important sources of information that can support administrative work processes, control the qualification needs of personnel and seek information related to personnel competencies are archives. Personal Archives File is an active dynamic archive related to employment, for example, such as personal curriculum vitae data, cover letters, curriculum vitae, and so on. Personal files are created to make it easier for administrative operators to view the overall important information of each personnel in one file and make it easier to monitor warning signs for personnel who need medical check-ups, visual qualifications, and gowning qualifications. In addition, machines and equipment are facilities in the entire production process in developing production activities, inseparable from machine productivity and efficiency. Routine evaluation to optimize a work, especially in the production process, is called OEE (Overall Equipment Effectiveness), which aims to monitor the effectiveness of a process so that later efforts can be made to increase the effectiveness of the process. Visual management made in the form of a visual board is used to evaluate performance and productivity during production activities which will be applied directly and filled by the assigned group leader.     "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Maretha Putri
"Continued Process Verification dilakukan selama siklus hidup produk dan merupakan persyaratan wajib baru dan diterapkan terlepas dari pendekatan apapun yang dipilih pada proses validasi. Akan tetapi dalam penerapannya industri farmasi mengalami banyak kesulitan terutama industri yang sistem pendataanya masih manual. FDA mengharapkan industri farmasi untuk menjaga peralatan laboratorium dalam keadaan bersih dan tersanitasi untuk memberikan konfidensi pada hasil analisis. Salah satu cara untuk memberikan konfidensi ini adalah melalui program validasi yaitu validasi pembersihan. Namun, detail pada validasi pembersihan alat gelas laboratorium tidak harus sama dengan validasi pembersihan peralatan yang digunakan untuk produksi karena alat gelas laboratorium hanya digunakan untuk tujuan pengujian dan dinilai memiliki resiko yang rendah terhadap produk dan pasien. Sehingga perlu dilakukan kajian resiko untuk menentukan produk penanda, peralatan laboratorium penanda dan kriteria keberterimaan yang sesuai.

Continued Process Verification is performed during the product life cycle and is a new mandatory requirement and is implemented regardless of which approach is chosen to the validation process. However, in its application, the pharmaceutical industry is experiencing many difficulties, especially industries where the data collection system is still manual. The FDA expects the pharmaceutical industry to keep laboratory equipment clean and sanitized to provide confidence in the results of the analysis. One way to provide this confidence is through a validation program, namely cleaning validation. However, the details on the cleaning validation of laboratory glassware do not have to be the same as the validation of cleaning equipment used for production because laboratory glassware is only used for testing purposes and is considered to have a low risk to the product and the patient. So it is necessary to carry out a risk assessment to determine the appropriate marker product, marker laboratory equipment and acceptance criteria."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>