Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134866 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Grace Wilmayanti
"Program Rujuk Balik (PRB) merupakan pelayanan pemberian obat-obatan untuk peserta BPJS penderita penyakit kronis di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) atas surat keterangan yang dibuat oleh dokter spesialis/sub spesialis sehingga memudahkan pasien penderita penyakit kronis dengan kondisi sudah stabil untuk mendapatkan obat-obatan yang diresepkan untuk pemeliharaan kondisi kronisnya selama tiga bulan berturut-turut. Salah satu penyakit kronis kardiovaskular dengan angka pembiayaan tinggi yang ditanggung dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) serta diatur dalam PRB adalah angina pectoris. Resep pasien dengan diagnosis angina pectoris perlu dilakukan pengkajian resep secara teliti oleh seorang Apoteker di Apotek yang melayani resep PRB BPJS Kesehatan untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, melindungi pasien dari penggunaan obat yang tidak rasional, serta menghindari kerugian materil bagi Apotek yang melayani resep BPJS Kesehatan. Data diperoleh dari resep-resep PRB BPJS Kesehatan yang dilayani oleh Apotek Kimia Farma 48 Matraman sejak tanggal 2 sampai 27 Oktober 2023. Resep pasien dengan diagnosis Angina Pectoris (I 20.8) yang tertera pada lembar Surat Rujukan Balik (PRB) Fasilitas Kesehatan Jakarta. Pada ketiga resep, ketidaklengkapan aspek administrasi meliputi berat badan pasien, paraf dokter, dan nomor resep. Pada aspek farmasetik tidak ditemukan masalah. Pada aspek klinis, masalah yang teridentifikasi adalah efek samping dan interaksi obat.

The Refer-Back Program (PRB) is a service providing medicines for National Health Insurance (BPJS) participants suffering from chronic diseases at First Level Health Facilities based on a certificate made by a specialist/sub-specialist doctor, making it easier for patients suffering from chronic diseases whose conditions are stable to obtain prescribed medication for the maintenance of their chronic condition for three consecutive months. One of the chronic cardiovascular diseases with high funding rates which is covered by the National Health Insurance and regulated in the PRB is angina pectoris. Prescriptions for patients with a diagnosis of angina pectoris need to be carefully reviewed by a pharmacist at a pharmacy that serves PRB BPJS Health prescriptions to improve the quality of pharmaceutical services, protect patients from irrational drug use, and avoid material losses for pharmacies that serve BPJS Health prescriptions. Data was obtained from PRB BPJS Health prescriptions served by Kimia Farma 48 Matraman Pharmacy from 2 to 27 October 2023. Prescriptions for patients with a diagnosis of Angina Pectoris (I 20.8) listed on the Jakarta Health Facility Counter Referral Letter (PRB) sheet. In the three prescriptions, incomplete administrative aspects included the patient's weight, doctor's initials and prescription number. In the pharmaceutical aspect, no problems were found. In the clinical aspect, the problems identified are side effects and drug interactions.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Handayani
"Hipertensi menurut WHO adalah ketika tekanan dalam pembuluh darah terlalu tinggi (140/90 mmHg atau lebih tinggi). Hal ini umum terjadi, namun dapat menjadi serius jika tidak ditangani. Seiring dengan perkembangan ekonomi, hipertensi pada awalnya mempengaruhi mereka yang memiliki status sosial ekonomi tinggi, tetapi pada tahap perkembangan ekonomi selanjutnya, prevalensi hipertensi dan konsekuensinya paling besar pada mereka yang memiliki status sosial ekonomi rendah. Tujuan dari penulisan tugas khusus ini adalah Menganalisis aspek administrasi, aspek farmasetik, dan aspek klinis resep PRB (Program Rujuk Balik) pasien dengan diagnosis hipertensi yang terdapat di apotek Kimia Farma 48 Matraman Jakarta dan Mengidentifikasi obat antihipertensi yang termasuk dalam PRB (Program Rujuk Balik). Pengambilan data dilakukan dengan cara mengambil 2 (dua) sampel resep program rujuk balik (PRB) dengan diagnosis hipertensi. Hasil yang diperoleh adalah masih terdapat ketidaksesuaian terutama dalam aspek administratif dengan peraturan Kementerian Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014 dan Obat antihipertensi yang diresepkan sesuai dengan diagnosis pasien tersebut dan menggunakan terapi 2 kombinasi serta tercantum di dalam fornas.

Hypertension according to WHO is when the pressure in the blood vessels is too high (140/90 mmHg or higher). It is common, but can be serious if left untreated. Along with economic development, hypertension initially affects those with high socioeconomic status, but in later stages of economic development, the prevalence of hypertension and its consequences is greatest in those with low socioeconomic status. The purpose of writing this special assignment is to analyze the administrative, pharmacetic, and clinical aspects of PRB (Program Rujuk Balik) prescriptions for patients with a diagnosis of hypertension found at Kimia Farma 48 Matraman Jakarta pharmacy and to identify antihypertensive drugs included in the PRB (Program Rujuk Balik). Data collection was carried out by taking 2 (two) samples of program rujuk balik (PRB) prescriptions with a diagnosis of hypertension. The results obtained were that there were still discrepancies, especially in administrative aspects with the Ministry of Health Regulation Number 35 of 2014 and the antihypertensive drugs prescribed were in accordance with the patient's diagnosis and used 2 combination therapies and were listed in fornas.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Tasya Lintang
"Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 73 tahun 2016 menetapkan standar pelayanan kefarmasian di Apotek, yang bertujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan kefarmasian telah berkembang dari orientasi produk menjadi berorientasi pada pasien. Pengkajian resep adalah aspek operasional penting dalam pelayanan kefarmasian, yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan terkait obat sebelum disiapkan. Dalam pengkajian resep, terdapat tiga aspek yang diperhatikan: administratif, farmasetik, dan klinis. Tujuan penelitian ini adalah melakukan pengkajian pada resep pasien dengan diagnosis osteoarthritis di Apotek Kimia Farma 049 untuk mengidentifikasi kemungkinan kesalahan pengobatan dan memberikan saran. Ditemukan bahwa resep pasien osteoarthritis memiliki beberapa permasalahan administratif, seperti ketidaklengkapannya, tetapi dari segi farmasetik dan klinis sudah sesuai. Kesimpulan dari pengkajian adalah bahwa meskipun ada permasalahan administratif pada resep, obat yang diresepkan sudah sesuai dengan tatalaksana osteoarthritis. Saran yang diberikan adalah untuk memperhatikan aspek administratif yang kurang lengkap pada resep dan melakukan konfirmasi kepada pasien atau dokter jika diperlukan.

Minister of Health Regulation No. 73 of 2016 sets the standard for pharmaceutical services in pharmacies, aimed at improving the quality of patient life. Pharmaceutical services have evolved from product-oriented to patient-oriented. Prescription assessment is a crucial operational aspect in pharmaceutical services, aiming to identify and resolve medication-related issues before preparation. In prescription assessment, three aspects are considered: administrative, pharmaceutical, and clinical. The aim of this study is to assess prescriptions for patients diagnosed with osteoarthritis at Kimia Farma Pharmacy 049 to identify potential medication errors and provide recommendations. It was found that prescriptions for osteoarthritis patients had some administrative issues, such as incompleteness, but were adequate in terms of pharmaceutical and clinical aspects. The conclusion of the assessment is that despite administrative issues in prescriptions, the prescribed medications are suitable for osteoarthritis management. Recommendations include paying attention to incomplete administrative aspects in prescriptions and confirming with patients or doctors if necessary.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lies Dina Liastuti
"Keluaran APTS bervariasi. Kejadian koroner pada APTS dilaporkan cukup tinggi, termasuk yang dilaporkan di RSJHK 5 tahun yang lalu. Saat ini telah dikembangkan suatu metode baru pemeriksaan Troponin T, yaitu protein kontraktil yang spesifik untuk miokard dan sangat sensitif, yang beredar dalam darah pada keadaan disintegrasi semikroinfark. Berdasarkan hal tersebut diatas, dilakukan penelitian prospektif mengenai kadar Troponin T pada APTS untuk mengetahui hubungannya dengan perjalanan penyakit APTS. Hipotesis penelitian adalah Troponin T pada kadar tertentu mempunyai makna pada kejadian koroner. Hasil penelitian ini diharapkan berguna dalam meningkatkan upaya tatalaksana kasus APTS dengan resiko kejadian koroner.

APTS output varies. The incidence of coroners in APTS is reported to be quite high, including those reported at RSJHK 5 years ago. A new method has been developed to examine Troponin T, a myocard-specific and highly sensitive contractile protein, which circulates in the blood in a state of seumicroinfarction disintegration. Based on the above, a prospective study was conducted on the level of Troponin T in APTS to determine its relationship with the course of APTS disease. The research hypothesis is that Troponin T at a certain level has significance in coronary events. The results of this study are expected to be useful in improving efforts to manage APTS cases
with the risk of coronary events.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
S Nugroho Hadisumarto
"Telah dilakukan penelitian Rancangan Analitik dengan Studi
Kros-seksional tentang Penilaian aktivitas koagulasi darah
pada pender ita APTS.
Penelitian dilakukan di RS Jantung Harapan Kita selama
periode 1 Februari 1993 sampai dengan 1 Agustus 1993 .
Didapatkan 46 penderita APTS yang memenuhi kriteria penelitian,
terdiri dari 37 kasus laki-laki (80,4%) dan 9 kasus wanita
(19,6%) dengan umur rata-rata 57,37 ± 11,73 tahun.
Sebagai kelompok kontrol didapat 25 APS penderita yang terdiri
dari 20 kasus laki-laki (80%) dan 5 kasus wanita (20%) dengan
umur rata-rata 57,88 ± 7,33 tahun.
Pada analisa bivariat dengan uji T tidak terdapat perbedaan
yang bermakna yaitu nilai PT dan APTT pada kelompok APTS
dengan APS. Sedang nilai MR pada kelompok APTS dan kontrol
terdapat
dibanding
perbedaan yang bermakna yaitu 75,39 ± 17,54 detik
106,48 ± 23,47 detik (p<0,05), nilai MR pender ita
APTS terlihat jelas memendek dimana hal ini menunjukkan adanya
peningkatan aktivitas koagulasi (hiperkoagulasi).
Pemendekan nilai MR didapat pada 43 kasus APTS (93,4%)
dibanding 3 kasus APS (12%). Dengan uji Kai Kwadrat terdapat
perbedaan yang sangat bermakna antara kedua kelompok ini (p <
0,01). Hal ini menunjukkan bahwa penderita APTS mempunyai
peluang untuk memdapatkan hasil pemendekan MR 7,8 kali lebih
besar dibanding penderita APS. Dari segi diagnostik adanya peningkatan aktivitas koagulasi pada penderita APTS dengan pemeriksaan MR mepunyai sensitivitas dan spesifitas yang tinggi yaitu 93,4% dan 88X sehingga
cukup baik sebagai pemeriksaan penunjang.
Akhirnya dengan analisis statistik regresi logistik ganda
didapatkan faktor risiko merokok mempunyai peranan bermakna
terhadap peningkatan aktivitas koagulasi. Sedangkan hipertensi, hiperkolesterolemia dan diabetes melitus pada keadaan iskemik akut tidak terlihat mempunyai peranan yang bermakna terhadap peningkatan aktivitas koagulasi."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jetty H. Sedyawan
"Angina pektoris Tak Stabil (ATS) adalah sindroma klinik yang berbahaya, merupakan pola angina pektoris yang dapat berubah menjadi infark miokard ataupun kematian. ATS menarik perhatian karena letaknya pada spektrum iskemia miokard di antara angina pektoris stabil dan infark miokard, sehingga merupakan tantangan dalam upaya pencegahan terjadinya infark miokard. Tujuan penelitian adalah untuk menentukan faktor-faktor penunjuk prognosis, mengetahui gambaran insiden infark miokard dan tingkat kematian pada ATS selama perawatan rumah sakit dan perawatan tindak lanjut ("follow up").
Dilakukan penelitian prospektif terhadap penderita ATS yang dirawat di RS Jantung Harapan Kita, Jakarta dalam periode waktu antara 1 Oktober 1985 sampai 1 Oktober 1987. Dari 114 penderita ATS yang dirawat dalam periode waktu tersebut, terdapat 48 penderita yang memenuhi persyaratan penelitian, terdiri dari 43 laki-laki dan 5 wanita dengan usia antara 43-67 tahun. Kriteria diagnosis ATS adalah angina pertama kali, angina kresendo, angina saat istirahat dan angina sesudah Infark Miokard Akut (IMA) tanpa disertai perubahan enzim dan elektrokardiogram dari IMA. Ketentuan lain adalah adanya perubahan sementara gambaran elektrokardiogram, yaitu segmen ST, gelombang T atau keduanya sewaktu angina. Penelitian meliputi 3 fase, yaitu fase akut, rawat dan tindak lanjut. Setiap kasus mengikuti ketiga fase tersebut. Rangkaian fase akut dan fase rawat merupakan lama perawatan rumah sakit. Lama fase tindak lanjut: 6-30 bulan dengan rata-rata: 17.23 ± 6.45 bulan.
Hasil analisa penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan merokok (p<0,05), Rasio Torak Jantung (CTR) >60% (p<0,01) dan adanya angina berulang ("recurrent angina") (p<0,01) merupakan faktor-faktor risiko terjadinya IMA pada ATS. Kombinasi faktor-faktor tersebut meningkatkan insiden IMA. Insiden IMA masing-masing 100% dan 0% pada penderita-penderita dengan 3 faktor dan tanpa faktor risiko. Nilai risiko relatif merokok 3.89, angina berulang 5.38 dan CTR>60 % 4.55. Insiden IMA dalam perawatan rumah sakit 6.25% dan pada fase tindak lanjut 20.45%. Tingkat kematian fase perawatan rumah sakit 2.08% dan fase tindak lanjut 0.00%.
Dengan mengetahui faktor-faktor risiko sebagai penunjuk prognosis dan data menunjukkan insiden IMA pada penderita ATS cukup tinggi, maka penatalaksanaan ATS harus optimal, khususnya yang disertai faktor-faktor risiko tersebut. Selain pengobatan farmakologis perlu dilakukan pemeriksaan angiografi koroner untuk selanjutnya bila ada indikasi dapat dilakukan tindakan revaskularisasi dalam upaya pencegahan terjadinya infark miokard dan kematian."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
T-6670
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Tasyah
"Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker. Pengkajian resep merupakan salah satu standar pelayanan kefarmasian yang dilakukan di Apotek. Pengkajian resep dilakukan untuk melakukan analisa adanya permasalahan terkait obat dan apabila ditemukan masalah terkait obat harus segera dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. Tujuan dilakukannya pengkajian resep untuk mencegah permasalahan terkait obat sebelum obat diserahkan kepada pasien sehingga tidak terjadi medication error yang berdampak pada kegagalan terapi dan efek obat yang tidak diharapkan yang merugikan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelengkapan administrasi, kesesuaian farmasetik dan kesesuaian klinis pada peresepan di Apotek Kimia Farma Menteng Huis. Dalam penelitian ini, dilakukan pengkajian resep Pasien Rujuk Balik (PRB) pasien asma dengan mengkaji secara administratif, farmasetik dan klinis. Pada persyaratan administratif, didapatkan ketidaklengkapan berat badan pasien dan paraf dokter. Pada pengkajian secara farmasetik, resep yang tertulis sudah sesuai bentuk dan kekuatan sediaannya. Pada pengkajian secara klinis, terdapat duplikasi dan interaksi pada beberapa obat. Dapat disimpulkan bahwa masih banyak ketidaksesuaian dalam penulisan resep yang diamati sehingga harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep.

Pharmacy is a pharmaceutical service facility where pharmacists practice pharmacy. Prescription review is one of the standard pharmaceutical services carried out at pharmacies. Prescription review is carried out to analyze drug-related problems and if a drug-related problem is found, a doctor who prescribes it must be consulted immediately. The purpose of reviewing prescriptions is to prevent drug-related problems before the drugs are dispensed to patients so that medication errors do not occur which result in therapy failure and unexpected drug effects that harm the patient. This study aims to determine the completeness of administration, pharmaceutical suitability and clinical suitability for prescriptions at the Kimia Farma Pharmacy, Menteng Huis. In this study, the prescription review of Back-Referral Program (PRB) was carried out in asthma patient by examining administrative, pharmaceutical and clinical aspects. In administrative requirements, incomplete patient weight and doctor's initials were obtained. In the pharmaceutical study, the written prescription have appropriate dosage forms and dosage strengths. In clinical studies, there are duplications and interactions with several drugs. It can be concluded that there are still many observed discrepancies in prescription writing, so a doctor who prescribes it must be consulted."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vanessa Gozali
"Diabetes melitus (DM) telah menjadi ancaman bagi kesehatan global dengan prevalensi penderita DM baru di Indonesia mencapai 25% tahun 2018. Salah satu penanganan penyakit DM ini dapat dilakukan dengan pelayanan farmasi klinik langsung oleh apoteker di apotek untuk meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping obat. Apoteker harus membangun hubungan dengan apotek dan fasilitas kesehatan lain untuk memudahkan komunikasi, kerjasama dan konfirmasi terkait pelayanan resep pasien. Pelayanan obat dari pasien Program Rujuk Balik dengan jaminan BPJS Kesehatan, terbatas pada jumlah dan lama pemakaian obat mengikuti pedoman Formularium Nasional sehingga peresepan obat rasional. Tujuan penyusunan tugas khusus ini adalah untuk mengkaji resep pasien rujuk balik BPJS penyakit diabetes melitus tipe 2 di apotek Kimia Farma 48 Matraman periode Oktober 2023 berdasarkan kajian administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Metode pelaksanaan tugas khusus ini menggunakan sampel berupa resep pasien rujuk balik BPJS dengan penyakit diabetes melitus tipe 2 di Apotek Kimia Farma 48 Matraman. Berdasarkan hasil pengkajian resep pasien rujuk balik BPJS penyakit diabetes melitus tipe 2 di Apotek Kimia Farma 48 Matraman, diperoleh bahwa sebagian besar resep pasien telah memenuhi kajian administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis namun masih terdapat beberapa data yang kurang lengkap khususnya dari aspek administratif seperti data jenis kelamin pasien, berat badan pasien, nomor telepon dan paraf dokter.

Diabetes mellitus (DM) has become a threat to global health, with the prevalence of new DM sufferers in Indonesia reaching 25% in 2018. One way to treat DM can be done with direct clinical pharmacy services by pharmacists in pharmacies to improve therapeutic outcomes and minimize the risk of side effects alongside medication. Pharmacists must build relationships with pharmacies and other health facilities to communicate, collaborate, and confirm patient prescription services. Drug services for Refer-Back Program patients with BPJS Health Insurance are limited to the quantity and duration of drug use following the National Formulary Guidelines, for which drug prescribing is rational. The purpose of this special assignment is to review prescriptions for BPJS referral patients for type 2 diabetes mellitus at Kimia Farma 48 Matraman pharmacy for the period October 2023 based on administrative studies, pharmaceutical suitability, and clinical considerations. The method for carrying out this special assignment uses samples in the form of prescriptions from BPJS referral patients with type 2 diabetes mellitus at Kimia Farma 48 Matraman Pharmacy. Based on the results of the review of BPJS referral patient prescriptions for type 2 diabetes mellitus at Kimia Farma 48 Matraman Pharmacy, it was found that the majority of patient prescriptions had met administrative review, pharmaceutical suitability, and clinical considerations, but there were still some incomplete data, especially from administrative aspects such as data on patient gender, patient weight, contact information, and doctor's initials.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Uswatun Hasanah
"Pengkajian resep adalah bagian dari pelayanan farmasi klinik yang dilakukan oleh Apoteker untuk menganalisa adanya masalah terkait obat dan menghindari terjadinya medication error terutama pada tahap peresepan (presribing error.  Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji resep pasien dengan diagnosis hiperlipidemia di Apotek Kimia Farma 049 dan mengetahui adanya medication error. Hiperlipidemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar kolesterol dengan atau tanpa peningkatan kadar trigliserida dalam darah. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan metode analisis data resep pasien dengan diagnosis hiperlipidemia yang diterima di apotek selama periode penelitian. Fokus utama dari kajian ini adalah untuk menilai kepatuhan resep dan jenis obat yang diresepkan. Hasil pengkajian resep yang telah dilakukan secara administratif masih terdapat beberapa aspek yang kurang lengkap, seperti; Surat Izin Praktik (SIP) dokter, alamat dokter, nomor telepon dokter, paraf dokter, umur pasien, jenis kelamin pasien, dan berat badan pasien. Berdasarkan pertimbangan klinis secara umum dapat dikatakan tidak ada permasalahan yang terlalu signifikan tetapi hanya perlu monitoring mengenai efek samping pada masing-masing obat, serta konfirmasi kepada dokter mengenai interaksi beberapa obat yang bersifat moderate.

Prescription review is part of clinical pharmacy services carried out by pharmacists to analyze drug-related problems and avoid medication errors, especially at the prescribing stage (prescribing errors).  This study aims to examine prescriptions for patients diagnosed with hyperlipidemia at Kimia Farma 049 Pharmacy and determine whether there are medication errors. Hyperlipidemia is a condition where there is an increase in cholesterol levels with or without an increase in triglyceride levels in the blood. This study used a descriptive approach with a data analysis method for prescriptions from patients diagnosed with hyperlipidemia received at the pharmacy during the research period. The main focus of this study is to assess the fulfillment of prescriptions and the type of medication promised. The results of the review of prescriptions that have been carried out administratively still contain several aspects that are incomplete, such as; Doctor's Practice License (SIP), doctor's address, doctor's telephone number, doctor's initials, patient's age, patient's gender, and patient's weight. Based on clinical considerations in general, it can be said that there are no problems that are too significant, but it is only necessary to monitor the side effects of each drug, as well as confirm with the doctor regarding moderate drug interactions.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maryam Rizqi Nursyifa
"Pelayanan kefarmasian di apotek merupakan pelayanan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, sehingga dituntut untuk mampu menjamin ketersediaan obat yang aman, bermutu, dan berkhasiat. Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia persisten. Terapi pasien DM tipe dua bertujuan untuk mempertahankan tingkat konsentrasi glukosa dalam darah dalam batas normal, dan untuk mencegah berkembangnya komplikasi jangka panjang dari kondisi diabetes. Penulisan Tugas Khusus ini dilakukan agar penulis lebih memahami secara mendalam terkait analisis dan pengkajian resep di apotek, khususnya resep pasien diabetes. Metode pelaksanaan analisis resep dilakukan dengan pendekatan pengkajian, pelayanan, dan screening resep terhadap resep pasien diabetes di KFA Matraman sesuai dengan yang tertera pada buku Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Kesimpulan yang didapat dari analisis resep pasien diabetes kali ini yaitu secara umum seringkali terdapat kombinasi pengunaan obat pada pasien (polifarmasi), sehingga potensi terjadi interaksi obat pada pasien dapat meningkat. Menyikapi hal ini, apoteker perlu memastikan setiap kombinasi terapi yang diterima pasien merupakan kombinasi terapi yang rasional, sehingga efektif untuk menunjang kesembuhan pasien.

Community pharmaceutical services in pharmacies are services that are in direct contact with the community, so they must be able to guarantee the availability of safe, quality, and efficacious drugs. Diabetes mellitus (DM) is a chronic metabolic disorder characterized by persistent hyperglycemia. Therapy for type 2 DM patients aims to maintain blood glucose concentration levels within normal limits, and to prevent the development of long-term complications from diabetes. This Special Assignment was written so that the author could get better understanding in the analysis and assessment of prescriptions in pharmacies, especially prescriptions for diabetes patients. The analysis of diabetes prescription in this assignment was carried out using the approach of assessment, service, and screening of prescriptions for diabetes patients at KFA Matraman in accordance with that stated in the Technical Instructions for Standard Pharmaceutical Services in Pharmacies. The conclusion obtained from the analysis of diabetes patient prescriptions this time is that in general there is often a combination of drug use in patients (polypharmacy), so that the potential for drug interactions in patients can increase. In response to this, pharmacists need to ensure that every combination of therapy received by patients is a rational combination of therapy, so that it could be effective in supporting patient recovery.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>