Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 73936 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agnesia Dinda Asyla
"Henti jantung merupakan kegawatdaruratan mengancam nyawa yang memerlukan penanganan yang cepat dan tepat. Penanganan yang dilakukan berupa prosedur Bantuan Hidup Dasar. Pengetahuan terkait Bantuan Hidup Dasar sangat penting dimiliki oleh masyarakat, terutama masyarakat awam khusus seperti mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan yang merupakan calon tenaga kesehatan di masa mendatang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap terkait Bantuan Hidup Dasar pada mahasiswa. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan melibatkan 111 responden yang didapatkan melalui teknik stratified purposive sampling. Tingkat pengetahuan dinilai dengan menggunakan kuesioner Tingkat Pengetahuan Bantuan Hidup Dasar sedangkan sikap dinilai dengan menggunakan kuesioner Sikap Terkait Bantuan Hidup Dasar yang dibuat berdasarkan indikator American Heart Association 2020. Hasil analisis menggunakan uji Chi-Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan sikap terkait Bantuan Hidup Dasar dengan nilai p value = 0,005 (p value < 0,05). Dalam meningkatkan sikap positif yang dimiliki, mahasiswa dapat terlebih dahulu meningkatkan pengetahuan yang dimilikinya sehingga dapat yakin dan percaya diri ketika menemukan kasus atau korban yang membutuhkan pertolongan dan dapat melakukan tindakan secara cepat dan tepat. 

Cardiac arrest is a life-threatening emergency that requires prompt and appropriate treatment. Handling is carried out in the form of Basic Life Support procedures. Knowledge related to Basic Life Support is very important for the community, especially the general public, such as students of the Health Sciences Cluster who are future health worker candidates. The purpose of this study was to identify the relationship between the level of knowledge and attitudes related to Basic Life Support among college students. The research design used was cross-sectional, involving 111 respondents obtained through stratified purposive sampling techniques. The level of knowledge was assessed using the Basic Life Support Knowledge Level questionnaire, while attitudes were assessed using the Attitudes Related to Basic Life Support questionnaire, which was made based on the American Heart Association 2020 indicators. The results of the analysis using the Chi-Square test showed that there was a significant relationship between the level of knowledge and related attitudes about basic life support, with a p value of 0.005 (p value < 0.05). In improving their positive attitude, students can first increase their knowledge so that they can be confident when they find cases or victims who need help and can take action quickly and precisely."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Milton Waiman
"Latar Belakang: Penelitian membandingkan pengajaran bantuan hidup lanjut BHL dewasa menggunakan low fidelity simulation LFS dengan high fidelity simulation HFS memberikan hasil yang berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor kebudayaan yang berbeda di antara mahasiswa. Studi ini bertujuan untuk membandingkan HFS dengan LFS dalam mendapatkan keterampilan dan meningkatkan pengetahuan BHL dewasa pada mahasiswa FKUI.
Metode: Dilakukan studi eksperimental, acak, tersamar tunggal dengan penyajian data deskriptif dan analitik. Subjek penelitian merupakan 39 mahasiswa FKUI semester III. Semua subjek menjalani ujian teori awal, kuliah, dan menonton demonstrasi video. Pada sesi pelatihan, subjek dibagi menjadi dua kelompok: LFS dan HFS. Kelompok LFS menggunakan maneken Resusci Anne dan kelompok HFS menggunakan SimMan 3G. Dilakukan ujian teori akhir dan ujian keterampilan menggunakan SimMan 3G. Data yang dikumpulkan adalah nilai keterampilan dan pengetahuan. Uji statistik yang digunakan adalah uji T tidak berpasangan, T berpasangan, dan Mann Whitney.
Hasil: Nilai keterampilan pada kelompok LFS adalah 47,8 39,1-56,5 dan pada HFS adalah 65,2 39,1-78,2 , p=0,02. Peningkatan nilai pengetahuan pada kelompok LFS adalah 42,75 13,90 nilai pengetahuan ujian awal 35,25 9,93, nilai pengetahuan ujian akhir 78,00 14,73 dan pada kelompok HFS adalah 45,26 10,99 nilai pengetahuan ujian awal 34,47 7,80, nilai pengetahuan ujian akhir 79,74 10,20 , p=0,53.
Simpulan: Penggunaan HFS lebih baik daripada LFS dalam mendapatkan keterampilan dan tidak lebih baik dalam meningkatkan pengetahuan BHL dewasa pada mahasiswa FKUI.

Background Studies comparing teaching of adult advanced life support ALS using low fidelity simulation LFS and high fidelity simulation HFS give different results. This can be caused by cultural background difference among students. This study aims to determine the comparison of HFS and LFS in adult ALS skill attainment and knowledge improvement on FMUI students.
Methods An experimental, randomized, single blinded study with descriptive and analytic data presentation was conducted. Subjects were 39 FMUI students on the 3rd semester. All subjects had written pretest, lecture, and watched video demonstration. In training session, subjects were divided into two groups LFS and HFS group. LFS group used Resusci Anne and HFS group used SimMan 3G. There were written posttest and skill examination using SimMan 3G. Data collected were skill examination and written test scores. Statistical tests used were unpaired T test, paired T test, and Mann Whitney.
Results The skill score in the LFS group was 47.8 39.1 56.5 and in the HFS group was 65.2 39.1 78.2 , p 0.02. The increase of knowledge score in LFS group was 42.75 13.90 pretest knowledge score 35.25 9.93, posttest knowledge score 78.00 14.73 and HFS group 45.26 10.99 pretest knowledge score 34.47 7.80, posttest knowledge score 79.74 10.20 , p 0.53.
Conclusion The use of HFS is better than LFS in attaining adult ALS skill and not better than improving knowledge on FMUI students.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Henni Kusuma
"Kualitas hidup pada pasien HIV/AIDS sangat penting untuk diperhatikan karena penyakit infeksi ini bersifat kronis dan progresif sehingga berdampak luas pada segala aspek kehidupan baik fisik, psikologis, sosial, maupun spiritual. Masalah psikososial khususnya depresi dan kurangnya dukungan keluarga terkadang lebih berat dihadapi oleh pasien sehingga dapat menurunkan kualitas hidupnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menjelaskan hubungan antara depresi dan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien HIV/AIDS. Penelitian ini menggunakan rancangan studi potong lintang dan merekrut sampel sebanyak 92 responden dengan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai kualitas hidup kurang baik (63,0%), mengalami depresi (51,1%), dukungan keluarga non-supportif (55,4%), berjenis kelamin laki-laki (70,7%), berpendidikan tinggi (93,5%), bekerja (79,3%), berstatus tidak kawin (52,2%), mempunyai penghasilan tinggi (68,5%), berada pada stadium penyakit lanjut (80,4%), rata-rata usia 30,43 tahun, dan rata-rata lama mengidap penyakit 37,09 bulan. Pada analisis korelasi didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara depresi dan dukungan keluarga dengan kualitas hidup (p=0,000 & p=0,000, α=0,05).
Selanjutnya, hasil uji regresi logistik menunjukkan responden yang mengalami depresi dan mempersepsikan dukungan keluarganya non-supportif beresiko untuk memiliki kualitas hidup kurang baik setelah dikontrol oleh jenis kelamin, status marital, dan stadium penyakit. Selain itu, diketahui pula bahwa dukungan keluarga merupakan faktor paling dominan yang berhubungan dengan kualitas hidup dengan nilai OR=12,06.
Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlu dilakukan intervensi untuk memberdayakan keluarga agar dapat senantiasa memberikan dukungan pada pasien HIV/AIDS dan upaya pencegahan serta penanganan terhadap masalah depresi agar dapat memperbaiki kualitas hidup pasien HIV/AIDS.

Quality of life of patients with HIV/AIDS become a main concern since this chronic and progressive illness may impact in all aspects of patient?s life: physical, psychological, social, and spiritual. Psychosocial problems especially depression and lack of family support are frequently faced of this patients which effect in reducing their quality of life. The purpose of this study was to identify and to explain the relationship between depression and family support with quality of life in patients with HIV / AIDS. This study used cross-sectional study design, with a total sample is 92 respondents that recruited by purposive sampling technique.
The results showed that the majority of respondents have poor quality of life (63.0%), depression (51.1%), lack of family support (55.4%), male (70.7% ), higher education level (93.5%), work (79.3%), unmarried (52,2%), have higher income (68.5%), in advanced stage of disease (80.4% ), with an average age of 30.43 years, and the average length of illness 37.09 months. Analysis of the correlation showed any significant relationship between depression and family support with quality of life (p=0,000 & p=0,000, α=0,05).
Further analysis with logistic regression test demonstrated that respondents who perceive depressed and family non-supportive are at risk to have poor quality of life after being controlled by gender, marital status, and stage of disease. In addition, this analysis showed that family support is the most influential factors to the quality of life with OR=12,06.
Recommendations from this study is necessary to empower family in order to continously giving support to patients with HIV/AIDS and also needs to prevent and resolve problem of depression in order to improve quality of life of patients with HIV/AIDS.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Delfitria
"Kualitas Hidup senantiasa diteliti untuk mengetahui kepuasan individu terhadap kehidupannya. Individu senantiasa menghadapi kondisi stres yang disebabkan oleh stressor setiap harinya dapat memberikan dampak terhadap distres psikologis. Distres psikologis merupakan masalah kesehatan mental yang sedang banyak dialami oleh individu. Kondisi distres membuat seseorang rentan terhadap ketidakpuasan dalam hidupnya sehingga menurunkan tingkat kualitas hidup. Meskipun demikian, dukungan sosial yang dirasakan oleh anggota kelompok dukungan hadir untuk mengatasi kondisi tersebut sebagai bentuk peer support group. Peran distres psikologis dan perceived social support diuji secara bersamaan terhadap tingkat kualitas hidup anggota kelompok dukungan. Kuesioner penelitian kuantitatif disebarkan secara daring kepada 114 Partisipan anggota kelompok dukungan mental yang berdomisili di Jabodetabek. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah WHO Quality Of Life (WHOQOL-BREF) oleh WHO (1998), Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25) yang diadaptasi dari Turnip dan Hauff (2007) dan Multidimensional Scale of Social Support (MSPSS) oleh Zimet et al. (1988). Hasil penelitian menunjukkan terdapat peran distres psikologis dan perceived social support pada tingkat quality of life anggota kelompok dukungan (F(2, 94)= 67.24, p<.000, R2 = .589). Peningkatan distres psikologis dan perceived social support menentukan tingkat quality of life.

Quality of Life is always researched to determine individual satisfaction with his life. Individuals always face stress conditions caused by stressors every day that can have an impact on psychological distress. Psychological distress is a mental health problem that is being experienced by many individuals. Distress conditions make a person vulnerable to dissatisfaction in his life thereby reducing the level of quality of life. Nevertheless, the social support felt by members of the mental health community is there to overcome this condition as a form of peer support group. The role of psychological distress and perceived social support are tested simultaneously on the level of quality of life of members of the support group. The quantitative research questionnaire was distributed online to 114 support group member who is domiciled in Jabodetabek. Measuring instruments used in this study are WHO Quality Of Life (WHOQOL-BREF) by WHO (1998), Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25) adapted from Turnip and Hauff (2007) and Multidimensional Scale of Social Support (MSPSS) ) by Zimet et al. (1988). The results showed that there was a role for psychological distress and perceived social support in the level of quality of life of members of the support group (F (2, 94) = 67.24, p <.000, R2 = .589). Increased psychological distress and perceived social support determine the level of quality of life."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noel Sita Rukmi
"Upaya peningkatan mutu pelayanan ditetapkan dalam Undang-Undang No 44 tahun 2009 tentang akreditasi. Tahun 2013, Joint Commision Internasional (JCI) akan melakukan penilaian akreditasi secara internasional terhadap RSUP Fatmawati terutama mutu pelayanan patient safety. Sehingga perlu diadakan pelatihan basic life support sebagai salah satu syarat pemenuhan penilaian tersebut. Dimulai tahun 2012 terhadap para pegawai non medis, sehingga perlu dievaluasi kegiatan pelatihan tersebut.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung antara ketepatan metode pelatihan, kualitas materi pelatihan,kualitas instruktur pelatihan terhadap retensi materi pelatihan dan kompetensi pegawai non medis dalam melakukan bantuan hidup dasar / basic life support pascapelatihan Basic Life Support di RSUP Fatmawati tahun 2012. Metode penelitian ini menggunakan statistik analisis "Structural Equation Model (SEM) Partial Least Square (PLS)". Sampel sebanyak 100 responden pegawai non medis yang telah mengikuti pelatihan.
Hasil analisis menunjukkan terdapat pengaruh Pengaruh Ketepatan Metode, Kualitas Materi, Kualitas Instruktur Pelatihan Terhadap Retensi Materi Pelatihan dan Kompetensi Pegawai Non Medis dengan derajat kepercayaan 95 %, kecuali variabel kualitas instruktur pelatihan terhadap kompetensi pegawai, memiliki tingkat kepercayaan mendekati 70 %.
Rekomendasi hasil penelitian lebih lanjut diarahkan kepada Direksi RSUP Fatmawati, Bagian Pendidikan dan Penelitian dan Bagian Sumber Daya Manusia.

Efforts to improve the healthcare quality is stated in the State Law No. 44 year 2009 concerning accreditation. In 2013, the Fatmawati hospital will be assessed by Joint Commission International (JCI) using international accreditation standard especially regarding patient safety quality. So it is necessary to conduct the basic life support training as a one of condition to fulfill the assessment. This training had been conducted from 2012 and implemented to the non-medical personnel, so the training needs to be evaluated.
The purpose of this study is to determine the direct and indirect influence between the precision of the method of training, training materials quality, training instructor quality on the retention of the training material and non-medical personnel competence in performing basic life support training in Fatmawati general hospital Basic Life Support year 2012. This study uses statistic methods of analysis "Structural Equation Model (SEM) Partial Least Square (PLS)". Using Sample from 100 non-medical personnel respondents who have been trained with the basic life support training.
The results show there are significant effect of Method precision, Material Quality, Materials Quality, Training Instructor Quality towards Training Material Retention Quality and Competency of the Non-Medical personnel with 95% confidence level, except for the training instructors quality variable to employee competence, have approached the 70% confidence level.
Further research recommendations are directed to the Fatmawati General Hospital Board of Directors, Education and Research Department and the Human Resources Department.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T38657
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lailiyatul Munawaroh
"ST elevation myocardial infarction STEMI merupakan kasus infark miokardium yang paling banyak ditemukan dengan intervensi utamanya ialah primary percutaneous coronary intervention PPCI. Pasca PPCI, kualitas hidup pasien STEMI ditentukan oleh kemampuannya mengontrol faktor risiko terjadinya infark berulang. Dalam hal ini diperlukan dukungan keluarga. Karena itu peneliti ingin melihat hubungan dukungan keluarga dengan pasien STEMI pasca PPCI. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi dengan desain cross sectional. 34 responden direkrut dalam penelitian ini.
Hasil menunjukan nilai mean dukungan keluarga ialah 64,44 dari nilai maksimal 75 dan nilai mean kualitas hidup 68,36 dari nilai maksimal 100. Hasil uji korelasi menunjukan tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup p value = 0,310, Hasil penelitian merekomendasikan perlu dilakukan penelitian serupa dengan menyeragamkan karakteristik responden dan mengontrol faktor perancu.

ST elevation myocardial infarction is the most common myocardial infarction cases. The main intervention of this case is primary percutaneous coronary intervention PPCI. After PPCI, quality of life in STEMI patienst is depend on their ability to control risk factor of reinfarction. In this condition patients need family support. Therefore, the researcher want to know about the correlation between family support and quality of life in patient after PPCI. This research is a correlation research which use cross sectional dsign. 34 respondents are recruited in this research.
The result shows that the average value of family support is 64.44 from maximumvalue 75 and the average value of quality of life is 68,36 from maximum value 100. Correlation test result shows that there is no correlation between family support and quality of life p value 0,310. This result recommend that similar research should be done with equal respondents characteristics and controlled counfounding factors.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lathifatul Awalin
"Pengetahuan dapat mempengaruhi efikasi diri seseorang dalam memberikan Bantuan Hidup Dasar (BHD). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan BHD dengan efikasi diri memberikan BHD pada Mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan dengan pendekatan cross sectional. Responden penelitian yaitu 352 mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK) Universitas Indonesia yang dipilih melalui teknik stratified random sampling. Responden mengisi kuesioner pengetahuan BHD untuk mengukur tingkat pengetahuan dan kuesioner Basic Resuscitation Skills Self-Efficacy Scale (BRS-SES) untuk mengukur tingkat efikasi diri responden dalam melakukan BHD. Analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji pearson chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang berarti antara tingkat pengetahuan BHD dengan efikasi diri melakukan BHD (p value < 0,001, α = 0,05). Untuk meningkatkan pengetahuan, mahasiswa RIK perlu memperbaharui pengetahuan secara rutin mengenai pertolongan pertama sesuai dengan perkembangan jaman. Penyebarluasan informasi di masyarakat mengenai prosedur pertolongan  pertama juga perlu ditingkatkan agar masyarakat dapat melakukan pertolongan pertama jika menemukan kasus henti jantung.

Knowledge can affect self-efficacy to provide Basic Life Support (BLS). This study aimed to identify the relationship between knowledge and self-efficacy for doing Basic Life Support (BLS) among health sciences students. The study design used quantitative study with cross-sectional approach. A stratified random sampling 352 students from health sciences cluster were recruited in this study. Questionnaires were used to measure the level of knowledge and Basic Resuscitation Skills Self-Efficacy Scale (BRS-SES). The data was analyzed using univariate and bivariate analysis with pearson chi square test. The result showed there was significant correlation between knowledge and basic life support self-efficacy among health sciences cluster students (p value < 0,001, α = 0,05). In order to improve level of knowledge, health sciences cluster students need to update their first aid's knowledge regularly. Dissemination of first aid information in the community also needs to be improved so people as bystander can do first aid if they find a case of cardiac arrest."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhisty Prahastiwi Basuki
"Penelitian ini memiliki tujuan untuk menjelaskan pengaruh dukungan sosial terhadap work-life balance pada Generasi Z yang bekerja di startup e-commerce. Studi-studi terdahulu menjelaskan work-life balance cenderung berfokus pada pekerja yang berasal dari Generasi Milenial dan individu perempuan yang telah berkeluarga. Akan tetapi, penelitian yang menjelaskan hubungan antara work-life balance dengan dukungan sosial pada level individu yang berasal dari Generasi Z menjadi hal baru dalam penelitian ini. Saat ini, Generasi Z merupakan generasi yang mulai banyak memasuki dunia kerja dan permasalahan akan keseimbangan kehidupan kerja merupakan aspek penting bagi kesejahteraan pekerja itu sendiri. Selain itu, adanya perkembangan ekonomi pasar digital yang membentuk pekerjaan baru, juga telah memunculkan persaingan dalam kehidupan kerja. Karena hal tersebut, Generasi Z mengalami permasalahan terkait dengan kesehatan mental karena tidak dirasakannya work-life balance akibat budaya kerja yang mereka jalani dalam hidupnya. Penelitian ini memiliki hipotesis bahwa terwujudnya work-life balance dalam kehidupan pekerja dipengaruhi oleh tingginya dukungan sosial yang diberikan keluarga, teman, hingga institusi/perusahaan kepada individu. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif guna mengukur tingkat dukungan sosial terhadap tingkat work-life balance Generasi Z yang bekerja di startup e-commerce saat ini. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan signifikan antara dukungan sosial dengan work-life balance pekerja startup e-commerce wilayah DKI Jakarta. Namun, salah satu dimensi dukungan sosial yaitu dukungan informasi tidak terlalu berpengaruh terhadap terwujudnya work-life balance. Di lain sisi, sumber dukungan perusahaan menjadi sumber dukungan paling penting bagi terciptanya work-life balance pekerja dengan memberikan hasil yang signifikan.

This study aims to explain the effect of social support on work-life balance in Generation Z working in startup e-commerce. Previous studies explain that work-life balance tends to focus on workers from the Millennial Generation and individual women who have families. However, research that describes the relationship between work-life balance and social support at the individual level from Generation Z is new in this research. Currently, Generation Z is the generation that is starting to enter the world of work, and the issue of work-life balance is an essential aspect of the welfare of the workers themselves. In addition, developing the digital market economy that forms new jobs has also created competition in work life. Because of this, Generation Z experiences problems related to mental health because they do not feel a work-life balance due to the work culture they lead in their lives. This study hypothesizes that the realization of work-life balance in workers' lives is influenced by the high social support provided by family, friends, institutions/companies to individuals. The research method used in this study is quantitative to measure the social support level to the work-life balance of Generation Z working in startup e-commerce. The study found a significant relationship between social support and work-life balance among workers startup e-commerce DKI Jakarta area. However, one dimension of social support, namely information support, is the only one that not affects the realization of work-life balance. On the other hand, the company's source of support is the most critical for creating a work-life balance for workers with significant results."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Zaipa
"Banyak faktor yang dapat menyebabkan stres pada mahasiswa rantau, sehingga diperlukannya dukungan keluarga untuk menurunkan respon stres tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Stres yang Dipersepsikan oleh Mahasiswa Rantau. Desain penelitian adalah deskriptif koleratif, teknik sampel menggunakan total sampling yang melibatkan 138 responden mahasiswa rantau.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih ada mahasiswa rantau yang mengalami stres berat yaitu 49,3% dan dukungan yang didapatkan masih rendah yaitu 52,2 % mahasiswa mendapatkan dukungan rendah. Hasil bivariat menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan tingkat stres yang dipersepsikan oleh Mahasiswa Rantau (p value = 0.123; α = 0,05). Namun sacara univariat terdapat penurunan tingkat stres yang dialami oleh mahasiswa dengan adanya dukungan emosional, instrumental dan informasi. Rekomendasi perlu adanya dukungan keluarga dalam menurunkan tingkat stres pada mahasiswa rantau.

Many factors can cause stress in the Students from Country Side, so they need family support to reduce the stress response. This study aims to determine the relationship Family Support with level of stress who perceived by Students from Country Side. The study design was descriptive koleratif, the sampling method used total sampling technique involved 138 students from Country Side.
The results showed there are still Students from Country Side experince severe stress, that 49.3%, and the support obtained are still low at 52.2% of students getting lower support. Bivariate results showed no significant correlation between family support with the level of stress perceived by Students from Country Side (p value = 0123; α = 0.05). But in univariate contained decreased levels of stress by Students from Country Side who get emotional, instrumental and information support. Recommendations need family support to reduce level of stress in students from country side.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64079
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mustafrikhatul Maftukhah
"Mahasiswa Ilmu Keperawatan tingkat akhir mengalami stres sehubungan dengan kewajiban penyusunan skripsi dan kewajiban akademik lain seperti kuliah di kelas dan praktik klinik. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat stres pada mahasiswa Ilmu Keperawatan yang sedang mengerjakan skripsi. Desain penelitian ini meggunakan pendekatan potong lintang menggunakan sampel mahasiswa Ilmu Keperawatan UI yang sedang mengerjakan skripsi dengan jumlah sampel sebanyak 105 responden yang dipilih dengan menggunakan total sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Social Support Questionnaire (Sarason et al., 1987) untuk mengukur dukungan sosial dan kuesioner tingkat stres Safaria dan Saputra (2012) yang telah dimodifikasi sesuai kebutuhan penelitian untuk mengukur tingkat stres. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan tingkat stres (p = 0,247 ; p > 0,05). Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data tambahan untuk penelitian selanjutnya terkait koping yang efektif untuk mengatasi stres

Final year nursing students experience stress because of the thesis-writing process and other academic activities such as classroom lecture and clinical practice. The aim of this research was to identify the relationship between nursing student?s social support and stress levels in writing undergraduate thesis. The design of this study was cross-sectional that used sample of UI?s nursing students who were working on theses with sample size of 105 respondents that had selected by total sampling technique. The instrument that used in this study was the Social Support Questionnaire (Sarason et al., 1987) to measure social support and Safaria and Saputra?s stress levels questionnaires (2012) to measure stress levels that had modified according to the needs of research. The results showed that there was no significant relationship between social support and stress levels (p = 0.247 ; p > 0.05). The results of this research can be used as an additional data for further research related to effective coping to deal with stress."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56400
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>