Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141400 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indah Dewi Lestari
"Waktu pelayanan resep obat merupakan salah satu indikator mutu pelayanan farmasi yang diatur dalam Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit (SPM RS). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal, standar waktu tunggu pelayanan obat jadi di depo farmasi rawat jalan ditetapkan £30 menit, sementara untuk obat racikan £60 menit. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental deskriptif yang berfokus untuk mengkaji indikator mutu waktu tunggu pelayanan resep di Depo Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia. Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu dengan mengambil sampel data yang terdapat di lapangan secara langsung dalam satu waktu. Berdasarkan hasil evaluasi waktu tunggu pelayanan resep obat di Depo Farmasi Rawat Jalan RSUI pada periode Mei – Agustus 2022, rata-rata waktu tunggu pelayanan obat jadi adalah 45,25 menit ± 0,064. Terdapat sebanyak 40,43% resep obat jadi yang telah sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal dan 59,57% resep dengan waktu tunggu pelayanan tidak sesuai. Rata-rata waktu tunggu pelayanan obat racikan adalah 66,75 menit ± 0,037. Terdapat sebanyak 63,12% resep obat racikan yang telah sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal dan 36,68% resep dengan waktu tunggu pelayanan tidak sesuai Standar Pelayanan Minimal.

Prescription service time is an indicator of the quality of pharmaceutical services regulated in the Hospital Minimum Service Standards. Based on the Decree of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 129 of 2008 concerning Minimum Service Standards, the standard waiting time for non-concoction drugs service at outpatient pharmacy depots is set at £30 minutes, while for concoction drugs it is £60 minutes. This research is a descriptive non-experimental study that focuses on examining quality indicators of waiting time for prescription services at the Outpatient Pharmacy Depot at the University of Indonesia Hospital. Data collection in this study used a cross-sectional approach, by taking samples of data contained directly at one time. Based on the results of an evaluation of the waiting time for drug prescription services at the University of Indonesia Hospital Outpatient Pharmacy Depot in the period May – August 2022, the average waiting time for non-concoction drug services is 45.25 minutes ± 0.064. There were 40.43% of non-concoction drug prescriptions that were by the Minimum Service Standards and 59.57% of prescriptions with inappropriate service waiting times. The average waiting time for concoction drug service is 66.75 minutes ± 0.037. There were 63.12% of prescriptions for the concoction of drugs that met the Minimum Service Standards and 36.68% of prescriptions with service waiting times that did not comply with the Minimum Service Standards."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Suryawati
"Waktu tunggu pelayanan resep rawat jalan merupakan salah satu indikator pelayanan mutu di instalasi farmasi yang seringkali tidak terpenuhi waktu tunggu pelayanan resep rawat jalan. Berdasarkan SPM yang tercantum dalam Kepmenkes RI Nomor :129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Waktu tunggu obat jadi (non racikan) adalah ≤30 menit. Sedangkan waktu tunggu pelayanan obat racikan adalah ≤60 menit. Penelitian ini dilakukan untuk melihat penyebab dan lama waktu tunggu pelayanan resep di instalasi farmasi rawat jalan rumah sakit. Jenis penelitian ini adalah literature review yang dilakukan pada kepustakaan jurnal dan penelitian asli dengan rentang waktu studi adalah 10 tahun, dipublikasikan pada tahun 2011 hingga 2020. Metode pencarian data menggunakan data online dengan database yang digunakan adalah PubMed, Scopus, Science Direct, Garuda, Google Scholar, dan Lib FKM UI, serta Lib UI. Setelah menggunakan strategi pencarian, didapatkan sebanyak 14 literature, dan dari hasil penelitian didapatkan rentang rata – rata waktu tunggu pelayanan resep pasien BPJS/JKN, Askes dan pasien tanpa penggolongan kategori penjamin. Penyebab lamanya waktu tunggu pelayanan resep di instalasi farmasi antara lain SDM (kurangnya kompetensi, kuantitas dan kecepatan, serta beban kerja SDM) tidak ada dan tidak berlakunya SOP, sarana dan prasarana yang kurang, komponen delay, produktifitas kerja, dan jam praktik dokter di poli. Usulan untuk penelitian selanjutnya diharapkan melakukan penelitian di fasilitas kesehatan rumah sakit di daerah lain sehingga dapat dilihat dan diidentifikasi hasil lama waktu tunggu di instalasi farmasi rumah sakit beserta faktor – faktor penyebabnya, selain itu juga dapat membandingkan sistem pelayanan farmasi di berbagai rumah sakit.

The waiting time for outpatient prescription services is one of the indicators of quality service in pharmaceutical installations which often does not meet the waiting time for outpatient prescription services. Based on the SPM listed in the Republic of Indonesia Decree Number: 129 / Menkes / SK / II / 2008 concerning Hospital Minimum Service Standards The waiting time for finished drugs (non-concoction) is ≤30 minutes. While the waiting time for concoction drug services is ≤60 minutes. This research was conducted to see the causes and the length of time waiting for prescription services in hospital outpatient pharmaceutical installations. This type of research is a literature review conducted on the journal literature and original research with a study span of 10 years, published in 2011 to 2020. The method of searching data using online data with the database used is PubMed, Scopus, Science Direct, Garuda, Google Scholar, and Lib FKM UI, and Lib UI. After using the search strategy, as many as 14 literatures were obtained, and from the results of the study obtained an average range of waiting times for prescription services for BPJS / JKN patients, Askes and patients without the guarantor category. The causes of the length of time waiting for prescription services in pharmaceutical installations include HR (lack of competence, quantity and speed, as well as HR workload) and non-existent SOP, lack of facilities and infrastructure, components of delay, work productivity, and doctor's practice hours in policlinic . The proposal for further research is expected to carry out research in hospital health facilities in other areas so that it can be seen and identified the results of the long waiting time at the hospital pharmacy installation along with its causal factors, while also being able to compare pharmaceutical service systems in various hospitals."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Islamiati
"Salah satu jenis pelayanan di rumah sakit yang paling banyak dikunjungi dan membutuhkan waktu untuk mengantre adalah pelayanan farmasi. Hingga saat ini waktu tunggu pelayanan resep obat yang belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Pemerintah melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008, yaitu ≤ 30 menit untuk obat non racikan dan ≤ 60 menit untuk obat racikan masih sering ditemukan dalam penyelenggaraan pelayanan farmasi di rumah sakit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor penyebab dari lamanya waktu tunggu pelayanan resep obat pasien rawat jalan di instalasi farmasi rumah sakit di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain literature review yang dilakukan dengan menganalisis hasil studi yang telah tersedia sebelumnya. Dari hasil pencarian yang dilakukan melalui database PubMed, Proquest, Google Scholar, Universitas Indonesia Library dan FKM UI Library, ditemukan sebanyak 18 artikel mengenai faktor-faktor penyebab lamanya waktu tunggu pelayanan resep obat pasien rawat jalan di instalasi farmasi rumah sakit di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama waktu tunggu pelayanan resep obat pasien rawat jalan di instalasi farmasi dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya berbeda-beda, hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan pada status pasien dan jenis resep obat yang dilayani. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan lamanya waktu tunggu pelayanan resep obat pasien rawat jalan di instalasi farmasi rumah sakit di Indonesia sangat bervariasi dan saling berkaitan satu sama lain, diantaranya adalah sumber daya manusia, sarana dan prasarana, kebijakan dan standar operasional prosedur, persediaan obat-obatan, serta status pasien.

One of the most visited type of hospital services that requires time to queue is pharmacy service. Until now the waiting time for prescription drug services that are not in accordance with the standards set by the Government through Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008, which is ≤ 30 minutes for non-concoction drugs and ≤ 60 minutes for concoction drugs are still frequently found in pharmacy service arrangements in hospitals. This research aims to determine the causal factors of the length of waiting time for outpatient prescription drug services at hospital pharmacy installations in Indonesia. This research applied literature review designs that were conducted by analyzing the previous studies results. From the search result that was done through PubMed, Proquest, Google Scholar, Universitas Indonesia Library, and FKM UI Library databases, 18 articles about the causal factors of the length of waiting time for outpatient prescription drug services at hospital pharmacy installations in Indonesia were found. The result of the study showed that the waiting time for outpatient prescription drug services at the pharmacy installation from one hospital to another hospital was differ, it was due to differences in patient status and types of prescription drugs served. The factors that cause the length of waiting time for outpatient prescription drug services at hospital pharmacy installations in Indonesia very varied and relate to each other, such as human resources, facilities and infrastructure, policies, standard operating procedure, availability of medicine, and patients status."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ana Uswatun Hasanah
"Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan di rumah sakit harus dapat memberikan mutu pelayanan yang berkualitas sesuai dengan standar yang ditetapkan. Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas semakin tinggi ditambah persaingan antar rumah sakit yang semakin ketat membuat setiap rumah sakit berlomba untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan terbaik, termasuk dalam hal ini rumah sakit Universitas Indonesia (RSUI). Salah satu indikator mutu di rumah sakit yang harus terpenuhi adalah kepuasan pasien. Waktu yang dibutuhkan dalam pelayanan resep menjadi salah satu hal penting yang akan menentukan citra rumah sakit dan merupakan salah satu komponen yang potensial menyebabkan ketidakpuasan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan dalam pelayanan resep pasien pulang di depo farmasi rawat inap dan tahapan yang membutuhkan waktu paling lama dalam proses pelayanan resep. Analisis dilakukan dengan menghitung rata-rata waktu yang dibutuhkan dalam setiap tahap pelayanan resep pasien pulang. Tahapan yang membutuhkan waktu paling lama dalam pelayanan resep obat pasien pulang adalah dari dispensing ke penyerahan dan edukasi obat yaitu sekitar 4 jam 3 menit.

The implementation of health treatment and recovery services at hospitals must be able to provide quality service in accordance with established standards. Public demands for higher quality health services coupled with increasingly fierce competition between hospitals make every hospital compete to be able to provide the best health services, including in this case the University of Indonesia Hospital (RSUI). One indicator of quality in a hospital that must be met is patient satisfaction. The time required for prescription service is one of the important things that will determine the image of the hospital and is a component that has the potential to cause dissatisfaction. This analysis aims to determine the time needed in the prescription service for discharged patients at the inpatient pharmacy depot and the stages that require the longest time in the prescription service process. The analysis was carried out by calculating the average time needed for each stage of the patient's discharge prescription service. The stage that takes the longest time in dispensing drug prescription services for patients going home is from dispensing to drug delivery and education, which is about 4 hours 3 minutes."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Putri Utama
"Pelayanan kefarmasian adalah pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi yang bertujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien yang dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi. Salah satu standar mutu di Instalasi Farmasi berdasarkan SPM adalah waktu tunggu pelayanan obat. Standar waktu tunggu pelayanan obat yang ditetapkan oleh RS Hermina Bogor adalah obat jadi ≤10 menit dan obat racik ≤20 menit. Dalam pelaksanaannya, standar tersebut masih belum tercapai. Lean Six Sigma merupakan salah satu metode untuk memperbaiki suatu proses dalam berbagai industri salah satunya rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa waktu tunggu pelayanan obat dengan menggunakan metode Lean Six Sigma di Instalasi Farmasi rawat jalan RS Hermina Bogor. Penelitian ini menggunakan kerangka kerja DMAIC. Analisis dilakukan dengan sampel 30 resep obat jadi dan 30 resep obat racik. Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan observasi waktu tunggu pelayanan resep obat dan secara kualitatif dengan wawancara dan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata waktu tunggu pelayanan resep obat jadi 21 menit dengan 37,4% kegiatan value added dan 62,6% kegiatan non value added, serta waktu tunggu pelayanan resep obat racik 48 menit dengan 36,2% kegiatan value added dan 63,8% kegiatan non value added. Dilakukan analisis akar penyebab masalah dan usulan perbaikan. Usulan perbaikan yang diberikn antara lain, perhitungan kebutuhan tenaga di tiap shift, menghitung beban kerja, merevisi kembali minimal stok apotek, dan menerapkan 5S pada area kerja.

Pharmacy services are direct and responsible services to patients related to pharmaceutical preparations which aim to improve the quality of life of patients carried out by Pharmacy Installation. One of the quality standards in Pharmacy Installation based on SPM is the waiting time for medicine services. The standard waiting time for drug services set by the Hermina Bogor Hospital for the non coction prescription is ≤10 minutes and for the concoction prescription is ≤20 minutes. In its implementation, these standards have not yet been reached. Lean Six Sigma is one method to improve a process in various industries, one of them is a hospital. This study aims to analyze the waiting time for prescription using the Lean Six Sigma method in the Pharmacy Installation Hospital Hermina Bogor. This study uses the DMAIC framework. The analysis was carried out with the non concotion and the concoction prescription each 30 sample. The study was conducted quantitatively by observing the waiting time for prescription and qualitatively by interviewing and reviewing documents. The results showed that the average waiting time for the non concoction is 21 minutes with 37.4% of value added and 62.6% activities for non value added activities, as well as waiting time for the concoction is 48 minutes with 36.2% value added and 63.8% of non value added activities. Analyze the root cause of the problem and the proposed improvements. Proposed improvements include the calculation of labor requirements in each shift, calculating workloads, revising a minimum of the pharmacy stock, and implementing 5S in the work area."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Kurnia Oktaviani
"Instalasi Farmasi adalah salah satu unit di rumah sakit yang memberikan layanan produk dan jasa dalam bentuk pelayanan resep. Mutu pelayanan resep farmasi yang baik dikaitkan dengan kecepatan dalam memberikan pelayanan.
Pada pengamatan pelayanan resep pasien rawat jalan JKN yang dilakukan selama 12 belas hari di Instalasi Farmasi di RSUD Pasar Rebo pada 211 sampel resep, ditemukan bahwa waktu tunggu pasien untuk memperoleh obat racikan 4 jam 14 menit dan non racikan 3 jam 29 menit. Dan hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata proses waktu pengerjaan obat non racik per resepnya yaitu 5 menit 13 detik dan obat racikan 15 menit 21 detik.
Penelitian ini menganalisis faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pelayanan resep obat pasien rawat jalan JKN di Instalasi Farmasi RSUD Pasar Rebo Berdasarkan hasil penelitian ini, keterlambatan pelayanan disebabkan kurangnya jumlah petugas, beban kerja yang tidak sesuai dengan jumlah sumber daya manusia yang ada dan belum memiliki standar waktu pelayanan, serta tata letak ruangan. Diharapkan meningkatkan komitmen dalam bekerja dengan tidak menunda atau menumpuk pekerjaan dengan memiliki standar waktu pelayanan bagi petugas farmasi dalam bekerja.

Pharmacy is one of the units in hospitals that provide services of products and services in the form of prescription services. Quality of service good pharmacy prescriptions associated with speed in providing services.
In observation of outpatient prescription services JKN conducted over 12 twelve days in Pharmacy at Pasar Rebo Hospital on 211 samples of prescription, it was found that the waiting time of patients to obtain the drug concoction of 4 hours 14 minutes and non concoction 3 hours 29 minutes. And the result showed that the average processing time process non concotion per prescription medicine that is 5 minutes 13 seconds and drug concoction of 15 minutes 21 seconds.
This study analyzes the factors that influence the waiting time of service prescription outpatient JKN in Pharmacy Pasar Rebo Hospital Based on these results, delays in service due to insufficient numbers of personnel, work load that does not correspond to the amount of human resources there and not have a standard time services, as well as the layout of the room. The expected increase in the commitment to work with no delay or accumulate work with service time standards for pharmaceutical officers at work.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S61987
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nydia Andriani
"Penelitian ini membahas tentang pelayanan administrasi pasien rawat inap di Instalasi Administrasi Pasien Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta dengan ruang lingkup penelitian menyesuaikan dengan alur pasien masuk mulai dari IGD, ruang rawat inap, instalasi administrasi pasien dan bagian pembayaran. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif melalui pendekatan sistem yang meliputi input, proses dan output.
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan telaah dokumen didapatkan bahwa pelaksanaan pelayanan administrasi pasien rawat inap sudah cukup baik, namun masih ada beberapa kekurangan baik dalam komponen input, proses dan output. peneliti memberikan saran bahwa perlu meningkatkan pelayanan administrasi pasien rawat inap dan lebih teliti dalam melengkapi berkas pasien rawat inap sebagai arsip administrasi yang berguna untuk berbagai pihak di luar rumah sakit.

This research discusses the inpatient administrative services at Drugs Dependence Hospital Patient Administration Installation with the research scope adjust the flow of incoming patient from the emergency room, inpatient room, patient administration installation and cashier. The type of research is a qualitative descriptive study through a systems approach that includes input, process and output.
Based on interviews, observation and document review found that the implementation of inpatient administrative services is good enough, but there are still some shortcomings in both the component inputs, processes, and outputs. Researchers gave advice to increase inpatient administrative services and more thoroughly in completing the inpatient files as archive administration that used for various parties outside of hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Elawati
"Pendahuluan: Waktu tunggu pelayanan obat rawat jalan non racikan dan racikan di Instalasi Farmasi RS Mitra Husada belum mencapai standar nasional yaitu ≤30 menit untuk obat non racikan dan ≤60 menit obat racikan sehingga masih menjadi keluhan bagi RS. Penelitian ini bertujuan menganalisis waktu tunggu pelayanan obat dengan menggunakan konsep Lean Hospital di Instalasi Farmasi RS Mitra Husada.
Metode: Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan action research, pengambilan data dilakukan pada bulan Mei dan Juni 2022 di Instalasi Farmasi Rawat Jalan. Sampel yang diambil berjumlah 98 resep obat non racikan dan 100 obat racikan. Pengamatan langsung menggunakan lembar observasi VSM dan lembar waste, wawancara dengan informan menggunakan lembar wawancara. Analisis kuantitatif menggunakan SPSS dan kualitatif dengan mengolah data primer, sekunder dan wawancara.
Hasil: Pada kondisi current statewaktu yang dibutuhkan untuk pelayanan setiap 1 resep (lead time) untuk resep non racikan adalah 63,54 menit dari standar nasional ≤ 30 menit dengan waste 87,5% nya, sedangkan lead time untuk resep racikan adalah 106,5 menit dari standar nasional ≤ 60 menit dengan waste 81,82%. Pada analisa kegiatan non value added terdapat 22 kegiatan yang termasuk dalam waste, tertinggi ada pada kategori waste waiting dantransportation. Root cause analysis dengan metode 5 why’smenyimpulan bahwa akar masalah utama pada penelitian ini pada man.
Kesimpulan: Dengan metode lean hospital dapat mengetahui capaian waktu tunggu pelayanan obat rawat jalan, waste dan akar penyebab masalah hingga desain rancangan perubahan sebagai upaya perbaikan berupa desain perbaikan jangka pendek yaitu menggunakan lean kaizen, PDCA, 5S, Visual management dan heijunka, jangka menengah dan panjang.

Introduction: The waiting time for non compounding and compounding outpatient services at the Pharmacy Installation of Mitra Husada Hospital has not yet reached the national standard, namely 30 minutes for non compounding drugs and 60 minutes for compounding drugs so it is still a complaint for hospitals. This study aims to analyze the waiting time for drug services using the Lean Hospital concept at the Pharmacy Installation of Mitra Husada Hospital.
Methods: This research is descriptive qualitative with action research, data collection was carried out in May and June 2022 at the Outpatient Pharmacy Installation. The samples taken amounted to 98 non compounding drug prescriptions and 100 compounding drugs. Direct observations using VSM observation sheets and waste sheets, interviews with informants using interview sheets. Quantitative analysis using SPSS and qualitative by processing primary, secondary and interview data.
Results: In the current state, the time required for service for every 1 recipe (Lead Time) for non-compounding recipes is 63.54 minutes from the national standard 30 minutes with 87.5% waste, while the Lead Time for compounding recipes is 106, 5 minutes from the national standard 60 minutes with 81.82% waste. In the analysis of non-value added activities there are 22 activities that are included in the waste, the highest is in the category of waste waiting and transportation. Root cause analysis with the 5 why's method concludes that the main root cause of this research is man.
Conclusion: With the lean hospital method, we can find out the waiting time for outpatient drug services, waste and the root causes of the problem to the design of the change design as an improvement effort in the form of short,with lean kaizen, PDCA, 5S, Visual management and heijunka tools and medium and long term improvement designs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandry Tri Sumarni
"Rumah Sakit (RS) Kramat 128 Jakarta Pusat merupakan salah satu rumah sakit tipe B yang telah lama memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui fasilitas pelayanan rawat inap. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemanfaatan layanan rawat inap di RS Kramat 128. Masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah fluktuasi tingkat Bed Occupancy Rate (BOR) setiap tahunnya yang masih jauh dari target Kementerian Kesehatan. Penelitian ini akan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan pemanfaatan layanan rawat inap di RS Kramat 128 untuk mengoptimalkan upaya peningkatan pemanfaatan layanan tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi langsung untuk data primer serta telaah dokumen untuk data sekunder. Data yang dikumpulkan meliputi angka BOR, data kunjungan rawat jalan dan inap, serta faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pemanfaatan layanan rawat inap. Pada tahap input, analisis data dilakukan dengan menggunakan metode thematic content analysis untuk mengidentifikasi, menganalasis, dan menyajikan pola berdasarkan data yang telah terkumpul. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pemanfaatan layanan rawat inap di RS Kramat 128 serta memberikan sumbangan dalam pengembangan kebijakan dan manajemen pelayanan kesehatan yang lebih efektif di Rumah Sakit Kramat 128 dan RS lain.

Kramat 128 Hospital in Central Jakarta is type B hospital that has long provided healthcare services to the community, including through its inpatient care facilities. This study aims to analyze the utilization of inpatient services at Kramat 128 Hospital. The problem focused on in this research is the fluctuation in the Bed Occupancy Rate (BOR) each year, which is far from the target set by the Ministry of Health. This is a qualitative study where data collection is conducted through in-depth interviews and direct observations for primary data, as well as document review for secondary data. The collected data includes BOR figures, outpatient and inpatient visit data, as well as internal and external factors influencing the utilization of inpatient services. During the input phase, data analysis is carried out using the thematic content analysis method to identify, analyze, and present patterns based on the collected data. The results of this study are expected to provide a deeper understanding of the utilization of inpatient services at Kramat 128 Hospital. The findings of this research can also contribute to the development of more effective healthcare policies and management in Kramat 128 Hospital and potentially benefit other hospitals."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raudhatul Ulfa
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik pasien, kualitas layanan, dan hambatan pindah dengan loyalitas pasien. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Responden berjumlah 150 orang dan merupakan pasien yang telah melakukan pengobatan di pelayanan rawat jalan Rumah Sakit Tugu Ibu minimal dua kali. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan selama bulan Desember 2011 di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Tugu Ibu. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode analisis univariate, bevariate (pearson chi-square), dan analisis multivariate (logistic regretion).
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara karakteristik pasien berdasarkan usia, pendidikan, pekerjaan, sumber biaya pengobatan, jarak tempat tinggal pasien dari Rumah Sakit Tugu Ibu dengan loyalitas pasien, terdapat hubungan antara kualitas layanan dan dimensi kualitas layanan tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan emphaty dengan loyalitas pasien, terdapat hubungan antara hambatan pindah dengan loyalitas pasien, dan hambatan pindah adalah variabel yang memiliki keterikatan paling besar dengan loyalitas pasien.

This study aimed to determine the correlation between patient characteristic, service quality, and switching barrier, with patient loyalty. This study was a quantitative study with crosssectional design. Data was acquired from 150 respondents who had been visited this hospital for minimal two times before. The data was collected with questioner during Desember 2011 in the outpatient unit of Tugu Ibu Hospital. Those data analyzed in univariate analysis, bevariate analysis (pearson chi-square), and multivariate analysis (logistic regretion).
The results shown that there was a correlation between patient characteristic based on age, occupation, education, source of treatment cost, and distance between patient residence with the hospital with patient loyalty, there was a correlation between service quality and each dimensions of tangibles, reliability, responsiveness, assurance, and emphaty, with patient loyalty, there was a correlation between switching barrier and patient loyalty, and switching barrier was the variable that had the biggest correlation with patient loyalty.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T29590
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>