Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187862 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanifah Arief
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena keadaan pasien penyakit jantung koroner (PJK) di Rumah Sakit Jantung Dan Pembuluh Darah Harapan Kita yang mengalami kecemasan dalam menghadapi kematian. Serangan penyakit jantung koroner bisa kapan saja terjadi, dengan gejala rasa sakit dan nyeri pada dada, camas, tercekik atau rasa terbakar. Dapat pula terjadi palpitasi (jantung berdebar), berkeringat dingin, posing atau sampai kehilangan kesadaran. Bagi seorang mukmin kematian adalah beristirahat ditempat yang penuh kedamaian (QS Al-Fajar : 27-29). Artinya kematian tidak perlu dicemaskan, karena kematian adalah gerbang memasuki dunia baru yang lebih indah, dan bahagia bagi mereka yang meiliki bekal. Variabel yang diduga dapat menetralisir kecemasan menghadapi kematian adalah salat tahajjud dan sabar. Hal ini sebagaimana yang di isyaratkan dalam QS Al-Baqarah : 153. jadi penelitian ini mempertanyakan apakah Peranan Salat Tahajjud Dan Sabar terhadap Kecemasan Menghadapi Kematian? (Studi Kasus Penyakit Jantung di Rumah Sakit Jantung Dan Pembuluh Darah Harapan Kita).
Penelitian ini dilakukan terhadap 6 (enam) orang pasien rawat inap dimana tiga orang subyek melaksanakan salat tahajjud dan sabar, dan sebagai pembandingnya diambii tiga orang sabyek sisanya yang tidak melaksanakan salat tahajjud, atau tidak sabar, atau tidak kedua-duanya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus dalam mengungkap fakta di lapangan, yang menggunakan alat penelitian melalui wawaneara sebagai instrumen utama dalam mengumpulkan data dan observasi sebagai metode penunjang.
Hasil penelitian di temukan bahwa pasian rawat inap yang menjadi subyek merasakan sebagian gejala yang berbeda tentang PJK, terutama gangguan kecemasan menghadapi kematian. Subyek yang melakukan salat tahajjud merasakan unsur meditasi dan relaksasi cukup tinggi, sehingga merasakan ketenanggan. Apalagi kalau dilakukan secara khusyu, dapat mengurangi gangguan berbagai mental, diantaranya gangguan kecemasan menghadapi berbagai kecemasan, karena dalam sabar mengandung unsur-unsur dapat mengendalikan diri, tidak mengeluh, menerima kenyataan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa salat tahajjud dan sabar berperan terhadap kecemasan menghadapi kematian. Hal ini dapat dilihat perbandingan antara tiga orang subyek yang melaksanaka salat tahajjud dan sabar, tga orang subyek yang tidak melaksanakan salat tahajjud dan tidak sabar, atau tidak kedua-duanya.

The phenomenon of coronary heart disease patient condition at RSJPD HK that experiencing anxiety facing dying time (terminally ill) has been the background of this research. Coronary attack might take place at anytime with the symptoms' such as ; chest hurt, anxiety, choke or feeling like burning. Sometimes the following symptoms also happen : palpitation, cool perspiration, headache or unconciousness. For mu'min, to die is to rest in a fully peace place (Q.S. Al Fajar : 27-29). To die is not necessary to be worried of because it is a gate to enter a more beautiful new life and brings happiness for those who have enough preparation (fully prepared). Anxiety towards dying time can probably be netralized by salat tahajjud and patiency, a couple of independent variables, these are indicated in QS. AI Baqarah : 153. Therefore, this study attempt to answer the question of what is the role of salat tahajjud and facing on anxiety facing dying time (Case Study on Heart Disease Patient at RSJPD HK).
This study involves six hospitalized patients, three of them rutinely do the salat tahajjud and be patient, in contrary three others don't do the salat Tahajjud or inpatient or not salat and inpatient simultaneously.
This study uses qualitative approach with case study with using facts through interview as the main instrument in collecting data and observation as the supporting methods.
Based on the result, it is found that the hospitalized patient as the subject of this research pointing out themselves differently on a variety of symptoms of coronary heart disease, especially anxiety facing dying time. The salat tahajjud subjects feels that the meditation and relaxation elements are high enough to make them calm and peace, especially if they do it intensively (khusyu'). It can reduce mental disturbancy such as anxiety facing dying time.As well as patient subject feel themselves have the ability to overcome the anxiety because patiency contains elements such as self control, incomplaint, stay with the fact.
The result of this research indicates that salat tahajjud and patiency play their roles on reducing anxiety facing dying time. This is reflected on the comparation between three subject that do salat tahajjud and being patient and the others three subject that don't do salat Tahajjud and/or impatient, nor both.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17608
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Lianasari
"Penyakit Jantung Koroner PJK adalah penyakit pada jantung yang terjadi karena otot jantung mengalami penurunan suplai darah. Kurangnya pengetahuan pasien mengenai faktor risiko penyakit jantung koroner berkaitan dengan terjadinya serangan jantung berulang yang akan berdampak pada meningkatnya biaya perawatan dan psikologis pasien yaitu depresi, bahkan dapat menyebabkan komplikasi ataupun kematian. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif komparatif dengan pendekatan cross- sectional. Sampel penelitian berjumlah 67 orang dengan diagnosis penyakit jantung koroner. Pengambilan sampel dengan metode non- probability sampling yaitu consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan faktor risiko penyakit jantung koroner dengan serangan jantung berulang p= 0,43, 0,05. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan faktor risiko penyakit jantung koroner dengan frekuensi serangan jantung berulang p=0,57, 0,05 . Penelitian ini merekomendasikan pemberian edukasi yang disertai dengan motivasi kepada pasien untuk dapat mengubah perilaku sehingga memiliki kesadaran yang tinggi untuk mengontrol faktor risiko dengan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari agar terhindar dari serangan jantung berulang.

Coronary Artery Disease (CAD) is a disease caused by an imbalance between blood supply and heart muscle oxygen demand. Insufficient knowledge about risk factors contributing to CAD is associated with higher recurrence of heart attack, causing the rise of the hospitalitation cost, depression, others complications even death. This study employed comparative descriptive design with cross sectional method, involving a consecutive sample of 67 patients with CAD as their primary diagnosis. Our study showed that there was no relationship between knowledge of CAD risk factors with the recurrence of heart attacks p 0,43, 0,05. Similarly, the study revealed that there was no relationship between risk factors for coronary heart disease and the frequency of heart attack's recurrence p 0,57 0,05 . This study suggested nurses to provide health education along with continuous and effective motivation in order to help patients controlling their risk factors in order to avoid the recurrence of heart attack."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S68824
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Dwi Octavianie
"Skripsi ini menjelaskan tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kejadian penyakit jantung koroner pada wanita. Penelitian dilakukan menggunakan desain cross-sectional dan data sekunder berasal dari rekam medis di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Dari 224 responden yang diteliti, variabel penelitian berupa status obesitas, merokok, konsumsi alkohol, umur, pendidikan dan status pekerjaan ternyata tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian penyakit jantung koroner yang dialami pasien wanita di Rumah Sakit tersebut. Untuk aktivitas fisik tidak dapat diteliti karena data yang dibutuhkan tidak tersedia.

This thesis describes the factors that influence the incidence of coronary heart disease in women. This study uses a cross-sectional study design with secondary data derived from medical records at the National Cardiovascular Center Harapan Kita. The number of samples studied was 224 inpatients in that hospital. The study found that there was not a significant relationship between variables (obesity, smoking, alcohol consumption, and sociodemographic) with the incidence of coronary heart disease in women. For physical activity can not be investigated because the required data was not available."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44658
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
May Ratih Wulandari
"Perkembangan operasi katup jantung telah banyak membantu penderita untuk menjalani hidup aktif dan berguna. Katup jantung prostetik mekanik maupun bioprostetik telah memajukan kualitas hidup dan angka survival pada penderita dengan kelainan katup jantung yang parah. Dengan adanya katup jantung prostetik, pemberian antithrombotik untuk pencegahan trombosis pada katup prostetik dan embolisasi sistemik telah terbukti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan kepatuhan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pasien pasca operasi katup jantung mekanik dalam pengobatan dengan antitrombosis di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pengambilan sampel secara accidental sampling. Data yang dipergunakan diperoleh dari hasil pengisian kuesioner oleh pasien pasca operasi katup jantung mekanik tahun 2011 yang kontrol ke poliklinik. Hasil penelitian didapatkan variabel tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap responden, efek samping obat, peran keluarga dan peran petugas kesehatan menunjukkan hubungan bermakna dengan kepatuhan responden pasca operasi katup jantung mekanik terhadap pengobatan antithrombosis di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Berdasarkan penelitian ini, disarankan penyuluhan yang intensif untuk meningkatkan kepatuhan pasien Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita hendaknya mengadakan konseling dan penyediaan media informasi dalam bentuk cetak untuk meningkatkan kepatuhan pasien dengan pengobatan antithrombosis pasca operasi katup jantung mekanik.

Development of heart valve surgery has helped many people to lead an active and useful life. Mechanical prosthetic heart valves or bioprosthetic been advancing the quality of life and survival rate in patients with severe heart valve disorder. With a prosthetic heart valve, giving antithrombotic for the prevention of thrombosis in prosthetic valve and systemic embolization has been proven. The purpose of this study was to describe adherence and factors associated with postoperative patient compliance in the treatment of mechanical heart valve with antithrombotic at Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. This research is a descriptive analytic with accidental sampling. The data used is obtained from the results of questionnaires by patients after mechanical heart valve surgery in 2011 which controls to the clinic. The results of this study obtained variable level of education, knowledge, attitudes, respondents, drug side effects, the role of the family and the role of health workers showed significant correlation with adherence respondents postoperative mechanical heart valve for the treatment antithrombosis at Rumah sakit Jantung dan Pembuluh darah Harapan Kita. Based on this study, it is suggested that extensive counseling to improve patient compliance. Rumah sakit Jantung dan Pembuluh darah Harapan Kita should conduct counseling and the provision of information in the form of print media to improve patient compliance with treatment antithrombosis postoperative mechanical heart valves."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S45156
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rea Ariyanti
"Penyakit Jantung Koroner merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang menjadi sorotan utama. Di Indonesia, PJK merupakan penyebab kematian utama dari seluruh kematian, dengan angka mencapai 26,4 , dimana angka ini empat kali lebih besar jika dibandingkan angka kematian yang diakibatkan oleh kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dislipidemia dengan kejadian Penyakit jantung koroner di Rumah Sakit Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Desain penelitian adalah case control. Sampel berjumlah 164 responden, terdiri dari 82 kelompok kasus dan 82 kelompok kontrol. Analisis data menggunakan regresi logistik. Pada kelompok PJK, persentase responden dengan dislipidemia sebesar 50 sedangkan pada kelompok yang tidak menderita PJK, persentase responden dengan dislipidemia sebesar 17,1 . Hubungan dislipidemia dengan kejadian Penyakit Jantung Koroner berbeda menurut status hipertensi. Setelah dikontrol usia, pada responden yang hipertensi, dislipidemia memiliki peluang 19,8 kali lebih tinggi untuk terjadi PJK dibandingkan responden yang tidak dislipidemia, sedangkan pada responden yang tidak hipertensi, dislipidemia memiliki peluang 2,5 kali lebih tinggi untuk terjadi PJK dibandingkan responden yang tidak dislipidemia. Direkomendasikan kepada masyarakat untuk melakukan cek kesehatan secara berkala dan mengubah gaya hidup dengan melakukan diet makanan sehat guna mengontrol profil lipid dan tekanan darah.

Coronary heart disease CHD is one of the major cardiovascular disease in the spotlight. CHD is the leading cause of death from all deaths, reaching 26,4 , where this figure is four times greater when compared with deaths caused by cancer. This study aims to determine the relationship of dyslipidemia and coronary heart disease in the National Cardiovascular Center Harapan Kita. Research design is case controll. The sample amounted to 164 respondents, consisting of 82 case groups and 82 control groups. Data analysis using logistic regression analysis. The finding shows, in patients with CHD, the percentage of respondents with dyslipidemia is 50 , while non CHD is 17,1 . The relationship of dyslipidemia with coronary heart disease differs according to hypertension status. After controlled by age, in hypertension respondents, dyslipidemia were 19,8 times more likely to have CHD than resondents who had not dyslipidemia. While in non hypertensive respondents, dyslipidemia were 2,5 times more likely to have CHD than respondents who had not dyslipidemia. It is recommended to the public to carry out regular medical checkup, and changing lifestyles by consuming healthy foods to control lipid profiles and blood pressure."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50597
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin
"Tingginya angka kejadian rawat inap pasien gagal jantung memiliki resiko kejadian rawat ulang yang sama bila manajemen diri pasien gagal jantung tidak baik. Manajemen diri dipengaruhi oleh berbagai faktor yang beragam dan penelitian ingin mengetahui faktor yang berhubungan dengan manajemen diri pasien gagal jantung. Penelitian ini adalah penelitian cross sectional dengan metode pengambilan data retrospektif pada 70 pasien gagal jantung di ruang rawat jalan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor dukungan keluarga dan faktor aktifitas pelayanan keperawatan merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi kemampuan manajemen diri pasien gagal jantung (p value=0.000, OR=50.1, CI 95% dan p value=0.013, OR=7.3, CI 95%). Hasil penelitian menyarankan agar pelayanan keperawatan pasien gagal jantung mengutamakan program manajemen diri baik di institusi pelayanan kesehatan hingga sampai di rumah sehingga dukungan keluarga lebih optimal.

The high incidence of hospitalized patients with heart failure will have a risk of re-hospitalization rate if the self-management of patiens with heart failure is insufficient. Self-management is influenced by many factors. This study investigated factors associated with self-management of patients with heart failure.The study used a cross-sectional approach with retrospective data collection method in 70 respondents in outpatient clinics.
The results found that the factor of family support and nursing care activities are the most dominant factors influencing the ability of self-management in patients with heart failure (p value=0.000, OR=50.1, 95%CI and p value=0.013, OR=7.3, 95%CI). The results of this study suggested that in providing care of patients with heart failure, a self-management program should become a priority both for health care institutions and patients at home so that the family support is more optimal.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35786
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amran
"Gagal jantung merupakan salah satu jenis penyakit jantung dengan insiden, prevalen serta mortalitas yang terus meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keteraturan berobat terhadap kesintasan lima tahun penderita gagal jantung kongestif (GJK). Desain penelitian adalah kohort retrospektif. Sampel sebanyak 402 orang penderita baru GJK yang didiagnosis antara tahun 2001 s.d. 2002 dan dirawat di Rumah Sakit Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Ditemukan penderita GJK yang meninggal selama lima tahun follow up adalah 78 orang (19,4%). Probabilitas kesintasan penderita GJK adalah sebesar 88,65% (tahun pertama), 80,11%(tahun ke dua). 72.22% (tahun ke tiga), 63,75% (tahun ke empat) dan 54,41% (tahun ke lima). Penderita GJK yang tidak teratur berobat mempunyai risiko kematian lebih tinggi dari pada yang berobat teratur. Pada analisis Cox regression keteraturan berobat merupakan yariabel independen pada kesintasan penderita GJK (HR:1,95; 95% Cl: 1.23-3.11). Faktor-faktor Iain yang juga bermakna terhadap kesintasan penderita GJK adalah Ejection Fraction (HR:1,91; 95% Cl:1,18-3,08), Diabetes Melitus (HR:1,85; 95% Cl:1,08-3,18). Beberapa variabel pada penelitian ini hubungannya tidak bermakna terhadap kesintasan penderita GJK yaitu: umur, rokok,functional, riwayat PJK , hipertensi , kreatinin dan tindakan pengobatan. Keteraturan berobat terbukti mempengaruhi probabilitas kesintasan penderita GJK. Penderita GJK disarankan untuk senantiasa melakukan pemeriksaan dan pengobatan secara teratur.

Heart failure is one of cardiovascular disease which incidence, prevalence and mortality remain height and increased. The purpose of this study was to evaluate the effect of routine medical evaluation (compliance) on five year survival rate of patients hospitalized due to congestive heart failure. The Study design used in this study is retrospective cohort with 402 patients of newly diagnosis congestive heart failure (CHF) admitted in year 2000 to 2001 at National Cardiovascular Center - Harapan Kita, Jakarta. During 5 year follow-up, 78 patients died. Survival at 1 to 5 years was in order of 88,65%, 80,11%, 72,22%, 63,75%, and 54,41%, respectively. CHF patients who did not underwent routine medical evaluation had higher prognostic of death than CHF patients who had medical evaluation routinely. By Cox regression analyses, the independent predictors of mortality were routine evaluation (HR:1,95; 95% CI: 1.23-3.11). low ejection fraction (HR:1,91; 95% CI:1,18-3,08), and diabetes mellitus (HR:1,85; 95%CI:1,08-3,18). Other predictors were not statistically significant, i.e: age, gender, smoking, functional class, coronary heart disease, creatinine, and the medication. The status of compliance is an independent predictor of survival for patients with CHF, besides low ejection tiaction and diabetes mellitus. These evaluation, like the other research, suggested the importance of compliance in the treatment of CHF."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amran
"Latarbelakang: Gagal jantung merupakan salah satu jenis penyakit jantung dengan insiden, prevalen serta mortalitas yang tenis meningkat.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keteraturan berobat terhadap kesintasan lima tahun penderita gagal jantung kongestif (GJK).
Desain: Desain penelitian adalah kohort retrospektif. Sampel sebanyak 402 orang penderita baru GJK yang didiagnosis antara tahun 2001 s.d. 2002 dan dirawat di Rumah Sakit Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.
Hasil dan Diskusi: Ditemukan penderita GJK yang meninggal selama lima tahun follow up adalah 78 orang (19,4%). Probabilitas kesintasan penderita GJK adalah sebesar 88,65% (tahun pertama), 80,11%(tahun ke dua), 72,22% (tahun Ice tiga), 63,75% (tahun ke empat) dan 54,41% (tahun ke lima). Penderita GJK yang tidal( teratur berobat mempunyai risiko kematian lebih tinggi dari pada yang berobat teratur. Pada analisis Cox regression keteraturan berobat merupakan variabel independen pada kesintasan penderita GJK (HR: 1,95; 95% CI: 1.23-3.1 I). Faktor-faktor lain yang juga bermakna terhadap kesintasan penderita GJK adalah Ejection Fraction (HR:1,91; 95% CI:1,1 8-3,08), Diabetes Melitus (HR:1,85; 95%C1:1,08-3,18). Beberapa variabel pada penelitian ini hubungannya tidak bermakna terhadap kesintasan penderita GJK yaitu: umur, rokok,functional, riwayat PJK, hipertensi , kreatinin dan tindakan pengobatan.
Kesimpulan dan saran: Keteraturan berobat terbukti mempengaruhi probabilitas kesintasan penderita GJK. Penderita GM( disarankan untuk senantiasa meiakukan pemeriksaan dan pengobatan secara teratur.

The effect of compliance on five year survival rate of congestive heart failure patients at National Cardiovascular Center Harapan Kita. xviii + 99 pages, 8 tables, 6 figures, 9 appendices. ABSTRACT Background. Heart failure is one of cardiovascular disease which incidence, prevalence and mortality remain height and increased.
Aims. The purpose of this study was to evaluate the effect of routine medical evaluation (compliance) on five year survival rate of patients hospitalized due to congestive heart failure.
Design. The Study design used in this study is retrospective cohort with 402 patients of newly diagnosis congestive heart failure (CHF) admitted in year 2000 to 2001 at National Cardiovascular Center - Harapan Kita, Jakarta.
Results. During 5 year follow-up, 78 patients died. Survival at 1 to 5 years was in order of 88,65%, 80,11%, 72,22%, 63,75%, and 54,41%, respectively. CHF patients who did not underwent routine medical evaluation had higher prognostic of death than CHF patients who had medical evaluation routinely. By Cox regression analyses, the independent predictors of mortality were routine evaluation (FIR: 195; 95% Cl: 1.23- 3.11), low ejection fraction (HR:1,91; 95% CC:1,18-3,08), and diabetes mellitus (HR:1,85; 95%C1:1,08-3,18). Other predictors were not statistically significant, i.e: age, gender, smoking, functional class, coronary heart disease, creatinine, and the medication.
Conclusion. The status or compliance is an independent predictor or survival for patients with CHF, besides low ejection fraction and diabetes mellitus These evaluation, like the other research, suggested the importance of compliance in the treatment of CHF.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34316
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Hermawan
"Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian utama penduduk dunia (30%). Untuk menghadapi masalah ini perlu diketahui distribusi penyakit kardiovaskuler terhadap faktor-faktor risikonya secara lebih spesifik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penyakit kardiovaskuler pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita Tahun 2012. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari rekam medik RSJPD Harapan Kita menggunakan desain studi cross sectional dengan jumlah sampel 339 orang dianalisis secara univariat.
Hasil menunjukkan Ischemic Heart Diseases merupakan penyakit dengan proporsi terbesar yaitu 43,36%. Berdasarkan letak lesi, penyakit jantung memiliki proporsi terbesar yaitu 87,02%. Penyakit kardiovaskuler cenderung mengenai kelompok usia 51-60 tahun dengan proporsi 29,79%. Penyakit kardiovaskuler cenderung menyerang laki-laki dan orang dengan tingkat pendidikan menengah. Diketahui bahwa proporsi pasien hipertensi dan diabetes mellitus cenderung lebih besar di antara pasien penyakit pembuluh darah otak daripada pada pasien penyakit jantung ataupun pasien penyakit pembuluh darah perifer.

Cardiovascular disease is the most common death cause (30%) . To face the problem it’s necessary to know the distribution of cardiovascular disease specifically to its risk factors. This research aims to describe the cardiovascular disease among the hospitalized patients in Harapan Kita Cardiovascular Hospital in 2012. This research uses the secondary data from Harapan Kita Cardiovascular Disease medical record and also uses cross sectional design with 339 sample and analyzed in univariate.
The results show that among the cardiovascular diseases in inpatient unit in Harapan Kita Cardiovascular Hospital, Ischemic Heart Diseases is the diseases with the biggest proportion which is 43,36%. According to lesion location, heart disease has the biggest proportion which is 87,02%. Cardiovascular diseases tend to affect the 51-60 years old group of age by 29,79% among other age groups. Cardiovascular diseases tend to affect men and those who have middle educational level. The results also show that proportion of patients with hypertension and Diabetes Melitus tends to be bigger among cererovascular diseases patients than heart diseases patients or peripheral vascular diseases patients.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46020
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Asyrofi
"Pasien heart failure sering mengalami masalah intoleransi aktifitas dan keletihan yang membutuhkan intervensi manajemen energi untuk menghasilkan toleransi aktifitas, ketahanan, konservasi energi, dan self-care activity daily living. Penelitian bertujuan menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan manajemen energi pasien heart failure. Desain cross sectional, sampel 132 responden, teknik consecutive sampling.
Hasil menunjukkan hubungan signifikan antara pengetahuan, ansietas, dan dukungan sosial dengan manajemen energi, dan ansietas menjadi faktor dominan. Penelitian ini merekomendasikan untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan ansietas, dan meningkatkan dukungan sosial pasien heart failure, sehingga diharapkan dapat meningkatkan manajemen energi pasien heart failure.

Patients with heart failure often experienced activity intolerance and fatique which need energy management intervention in order to gain activity tolerance, endurance, energy conservation, and self-care; activity daily living. This research aims was analyzing the factors dealing with energy management of the patients with heart failure. This research was using cross-sectional design and consecutive sampling technique with 132 respondents.
The finding of this research showed a significant association between knowlege, anxiety, and social support factors with energy management, among these variables anxiety becomes the dominant factor. This study recommends to improve knowledge, reduce anxiety and improve social support of the heart failure patients, which is expected to improve energy management of the heart failure patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T34868
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>