Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186797 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rania Putri Adyan
"Penelitian korelasional ini bertujuan untuk melihat hubungan antara beban pengasuhan dan resiliensi keluarga pada perempuan dari keluarga pengasuh lansia. Sebanyak 146 family caregiver perempuan yang sedang merawat lansia, baik yang tinggal bersama lansia maupun tidak, berpartisipasi dalam penelitian ini. Alat ukur Zarit Burden Interview (ZBI) digunakan untuk mengukur beban pengasuhan, sedangkan alat ukur Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) digunakan untuk mengukur resiliensi keluarga. Berdasarkan uji korelasi menggunakan teknik analisis Pearson Correlation dengan metode bootstrap, terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara beban pengasuhan dan resiliensi keluarga pada family caregiver perempuan yang mengasuh lansia (r(146) = 0,36; p < 0,01). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin kuat resiliensi keluarga yang dimiliki oleh family caregiver, semakin rendah beban pengasuhan yang dipersepsikan. Begitu pula sebaliknya. Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi para praktisi dalam mengembangkan intervensi beban pengasuhan yang fokus pada pengembangan resiliensi keluarga bagi family caregiver perempuan.

This correlational research aims to examine the relationship between caregiver burden and family resilience on female family caregivers of elderly during the COVID-19 pandemic. A total of 146 female family caregivers participated in this research. Zarit Burden Interview (ZBI) is used to measure caregiver burden and Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) is used to measure family resilience. According to the correlation test using the Pearson Correlation technique with bootstrap method, it is found that there’s a significant, negative relationship between caregiver burden and family resilience amongst female family caregivers of elderly (r(146) = 0,36; p < 0,01). This result indicates that the higher family resilience, the lower caregiver burden will be perceived, and vice versa. Therefore, this research can be used as a reference for practitioners in developing caregiving interventions that focus on developing family resilience for female family caregivers."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathasha Ainaya Pramesti
"COVID-19 menghadirkan tantangan baru bagi keluarga, tidak terkecuali perempuan bekerja yang menjadi family caregiver lansia. Hal ini dapat menimbulkan stres pada caregiver tersebut. Perawatan lansia yang optimal dapat terwujud apabila semua anggota keluarga dapat bekerja sama. Meskipun demikian, kerjasama ini dapat membawa konflik yang mengganggu adaptasi dari anggota keluarga dan mengancam resiliensi keluarga. Penelitian menggunakan metode korelasional untuk melihat hubungan antara resiliensi keluarga dan stres. Alat ukur Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) digunakan untuk mengukur resiliensi keluarga dan alat ukur Perceived Stress Scale (PSS-10) digunakan untuk mengukur stres. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian adalah non-probability dengan jenis convenience sampling. Berdasarkan uji korelasi yang dilakukan menggunakan teknik analisis statistik Pearson Correlation, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara resiliensi keluarga dan stres pada perempuan bekerja yang menjadi family caregiver lansia. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin kuat resiliensi keluarga yang dimiliki oleh caregiver, maka akan semakin rendah stres yang dialaminya. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sebesar 8 persen varians dari stres dapat dijelaskan oleh resiliensi keluarga. Dengan demikian, penelitian ini dapat menjadi acuan bagi para praktisi dalam mengembangkan intervensi stres yang fokus pada pengembangan resiliensi keluarga bagi perempuan bekerja yang menjadi family caregiver.

COVID-19 presented new challenges for families, particularly working women doubling as Caregivers for the elderlies in the family. This could cause stress for said women. Optimal care for the elderly can be achieved if all family members work together. Even so, this cooperation could still cause conflict between family members that would jeopardize family resilience. This Research was performed using correlational methods to observe correlations between family resilience and stress. The Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) and the Perceived Stress Scale (PSS-10) were used to measure family resilience and stress respectively. Non-Probability Convenience Sampling technique was also used in this research. Based on the correlation test performed using the Pearson Correlation statistics analysis technique, it was observed that there’s a significant negative correlation between family resilience and stress in families with working females doubling work as caregivers to the elderly in the family. This results shows that less stress is present when the family resilience is high with the vice versa applying as well. Therefore, it can be concluded that family resilience explains the 8% variance of observed stress levels. In short, this research can be used as a benchmark for practitioners to develop stress interventions which focuses on the development of family resilience for families with working women who are also caregivers of the elderly."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tsania Alicia Rafli
"Merawat anggota keluarga yang memiliki penyakit kanker dapat menjadi sebuah tantangan bagi seorang family caregiver. Tidak jarang family caregiver merasakan caregiver burden atau beban perawatan selama proses perawatan berlangsung. Caregiver self-efficacy atau kepercayaan diri caregiver terhadap kemampuannya dalam melakukan tugas perawatan dengan baik dipercaya dapat menjadi salah satu faktor protektif bagi family caregiver dari caregiver burden. Dengan begitu, penelitian korelasional ini bertujuan untuk menguji hubungan antara caregiver self-efficacy dan caregiver burden pada family caregiver pasien kanker. Penelitian ini melibatkan 86 family caregiver pasien kanker di Indonesia yang diperoleh dari convenience sampling dengan menyebarkan tautan kuesioner kepada teman, keluarga terdekat, dan beberapa komunitas kanker di Indonesia melalui media sosial. Hasil penelitian dengan menggunakan alat ukur Caregiver Inventory dan Zarit Burden Interview menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara caregiver self-efficacy dan caregiver burden pada family caregiver pasien kanker. Dengan arti, apabila family caregiver pasien kanker memiliki tingkat caregiver self-efficacy yang tinggi maka tingkat caregiver burden akan menurun dan sebaliknya. Peneliti menduga partisipan memiliki tingkat caregiver self-efficacy yang tinggi diakibatkan oleh beberapa faktor dan karakteristik partisipan, salah satunya adalah memiliki perasaan mampu untuk dapat menyelesaikan tugas perawatan dengan baik sehingga memiliki kemampuan untuk menghadapi situasi yang sulit dan mengalami caregiver burden yang lebih rendah. Temuan ini dapat menjadi landasan penelitian selanjutnya mengenai pentingnya caregiver self-efficacy pada family caregiver pasien kanker untuk mencegah dan menghadapi caregiver burden.

Caring for a family member who has cancer can be a challenge for a family caregiver. It is not uncommon for the family caregiver to feel caregiver burden or burden of care during the treatment process. Caregiver self-efficacy or caregiver’s confidence in their ability to perform caring tasks well can be one of the protective factors for family caregiver from caregiver burden. Thus, this correlational study aimed to examine the relationship between caregiver self-efficacy and caregiver burden among family caregiver of cancer patient. This study involved 86 family caregivers of cancer patients in Indonesia obtained from convenience sampling by distributing questionnaires to friends, closest family, and several cancer communities in Indonesia through social media. The results of the study used the Caregiver Inventory and Zarit Burden Interview measuring instruments showed that there was a significant negative relationship between caregiver self-efficacy and caregiver burden among family caregiver of cancer patient. In other words, if the family caregiver of cancer patient has a high level of caregiver self-efficacy, the caregiver's burden will decrease and vice versa. Researchers suspected that participants have a high level of caregiver self-efficacy due to several factors and participant characteristics, one of which is having a feeling of being able to complete care tasks well so that they have the ability to be able to deal with difficult situations and experience a lower caregiver burden. This finding can be the basis for further research regarding the importance of caregiver self-efficacy for family caregiver of cancer patient to prevent and deal with caregiver burden."
Depok: Fakultas Psikologi Univeraitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Malika Adila Fitra
"Caregiver keluarga dengan kanker mengalami perubahan hidup yang besar yang menuntutnya untuk menjalani serangkaian kewajiban untuk mengasuh pasien, dan juga untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Kondisi tersebut membuat caregiver keluarga dengan kanker tidak bisa memenuhi rekomendasi olahraga yang memadai untuk tubuhnya, padahal caregiver keluarga dengan kanker rentan dengan berbagai penyakit tidak menular dan kondisi kesehatan lainnya. Selain itu, caregiver keluarga dengan kanker juga rentan mengalami stres akibat kewajiban yang harus dipenuhinya. Stres menjadi salah satu faktor yang memiliki hubungan dengan olahraga seseorang. Reaksi emosi negatif yang ditimbulkan dari stres akibat tuntutan perawatan yang dihadapi oleh peran caregiver menimbulkan dampak negatif seperti terpaku pada pemikiran tertentu, dan kehilangan kesenangan pada aktivitas yang biasa dinikmati. Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat hubungan antara stres dan olahraga, serta peran moderasi strategi coping pada hubungan antara perceived stress dan olahraga caregiver keluarga dengan kanker. Sejumlah 168 partisipan yang didominasi dari Pulau Jawa telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian yang dilakukan secara daring ini menggunakan alat ukur Perceived Stress Scale, The Brief COPE, dan pengukuran frekuensi serta durasi mingguan untuk olahraga. Analisis dilakukan menggunakan Pearson Correlation dan Analisis Regresi PROCESS Model 1 Hayes. Analisis tersebut menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara perceived stress dan olahraga (r=-0,221; p<0,01, one-tailed), dan tidak terdapat peran moderasi strategi coping pada emotion-focused coping maupun problem-focused coping.

Cancer family caregivers go through major life changes that requires them to undergo series of obligation to take care of the patient, as well as to care for their own needs. This condition makes cancer family caregiver unable to meet the physical activity recommendation, even though they are vulnerable to various non-communicable disease and other health related condition. Cancer family caregivers are also prone to stress due to the life demand they need to fulfil. Stress is one of the factors that has a relationship with a person’s exercise habit. The negative emotional reactions that arise from stress due to the caregiving demands faced by the caregiver have negative impacts such as fixating on certain thoughts and losing pleasure in activities that are usually enjoyed. This study aims to look at the relationship between stress and exercise, as well as the moderating role of coping strategies on the relationship between perceived stress and exercise by cancer family caregiver. A total of 168 participants predominantly form Java participated in this study. The research was conducted online using Perceived Stress Scale, The Brief COPE, and the weekly duration and frequency of participants’ physical activities. The analysis was performed using Pearson Correlation and Hayes PROCESS Model 1 Regression Analysis. A significant relationship was found between perceived stress and exercise (r=-0,221; p<0,01, one-tailed). Thus, no moderating effect of coping was found for both emotion-focused coping and problem-focused coping."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ani Priastami
"Merawat anggota keluarga yang menderita penyakit kanker merupakan pengalaman traumatis bagi family caregiver sehingga tak jarang mereka merasakan beban. Strategi koping dipercaya dapat menjadi salah satu faktor protektif bagi family caregiver dalam mencegah terjadinya beban caregiver. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara strategi koping dan beban caregiver pada family caregiver pasien kanker. Peneliti menggunakan alat ukur Ways of Coping Questionnaire dalam mengukur strategi koping dan Zarit Burden Interview dalam mengukur beban caregiver. Penelitian ini menggunakan analisis pearson correlation pada 90 partisipan dan didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara beban caregiver dan total skor problem-focused coping maupun emotion-focused coping yang digunakan oleh family caregiver pasien kanker. Walaupun demikian, peneliti menemukan adanya hubungan positif yang signifikan antara escape avoidance dengan beban caregiver. Artinya, ketika strategi escape avoidance digunakan lebih sering, maka family caregiver akan mengalami beban merawat yang lebih besar. Temuan ini dapat menjadi landasan penelitian lebih lanjut mengenai pentingnya strategi koping terhadap pengalaman family caregiver di seluruh fase spesifik penyakit kanker untuk menentukan titik waktu kritis dalam mencegah beban caregiver.

Caring for family members who suffer from cancer was a traumatic experience for family caregivers so that they often feel the burden. Coping strategies were believed to be one of the protective factors for family caregivers from caregiver burden. This study aimed to determine the relationship between caregiver burden and coping strategies used by family caregivers in cancer patient. Coping strategies were assessed using the Ways of Coping Questionnaire and caregiver burden was assessed using Zarit Interview Scale. This study used the Pearson correlation analysis on 90 participant. The results showed that there was no significant relationship between caregiver burden and the total score of problem-focused coping and emotion-focused coping used by family caregivers of cancer patients. However, this research found a significant positive relationship between one type of emotion-focused coping, namely the escape avoidance strategy with the caregiver burden. This shows when the escape avoidance strategy used more often, the family caregiver will experience a greater caregiver burden. This finding can be the basis for further research on the importance of coping strategies used by family caregivers at specific stages along the cancer illness trajectory to determine critical time points in preventing caregiver burden."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tesalonika Sih Mardi Bekti
"Stroke adalah penyakit dengan tingkat disabilitas dan mortalitas yang tinggi. Pasien stroke mengalami berbagai gejala yang mengakibatkan disabilitas sehingga pasien tidak mampu beraktivitas dan memenuhi kebutuhannya seorang diri. Kondisi ini membuat pasien sangat bergantung pada family caregiver dalam beraktivitas dan memenuhi kebutuhan sehari-hari, perawatan stroke yang kompleks dan membutuhkan waktu yang lama dapat menyebabkan family caregiver mengalami beban caregiver. Dalam hal ini, kesiapan merawat dapat menjadi bekal bagi individu dalam mencegah beban caregiver karena persepsi bahwa individu siap untuk merawat dapat memfasilitasi individu dalam melakukan tugasnya sebagai caregiver dan menghadapi tantangan yang dialami ketika merawat pasien stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kesiapan merawat pada beban caregiver pasien stroke. Penelitian ini melibatkan 67 family caregiver pasien stroke dengan rentang usia 18-65 tahun. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indonesian Preparedness for Caregiving (I-PCS) dan Zarit Burden Interview (ZBI-22). Analisis statistik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kesiapan merawat berperan secara negatif dan signifikan pada beban caregiver pasien stroke (p<0,05, R²=0,21). Hasil penelitian mengimplikasikan bahwa caregiver perlu memiliki kesiapan merawat untuk meminimalisasi beban caregiver. Hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi pihak tenaga kesehatan, psikolog serta pihak terkait lainnya untuk menyelenggarakan sebuah program pelatihan dan kolaborasi untuk membantu caregiver dalam mempersiapkan dirinya baik secara praktis maupun emosional untuk mencegah beban caregiver.

Stroke is a disease with a high rate of disability and death. Stroke patients experience various symptoms that cause disability so that patients become unable to carry out activities and meet their own needs. This condition makes the patients very dependent on family caregivers to carry out activities and meet daily needs. Stroke treatment is complex and time-consuming, these conditions can lead caregivers to experience a heavy burden on caregivers. In this case, the preparedness to provide care is one of the things that can prevent caregiver burden because the perception that someone is ready to care can make it easier for that person to carry out their duties and challenges as a caregiver when taking care of stroke patients. This study aims to examine the role of preparedness to caregiving in caregiver burden on caregivers of stroke patients. This study involved 67 family caregivers of stroke patients with an age range from 18-65 years old. The instruments used in this study were Indonesian Preparedness to Caregiving (I-PCS) and Zarit Burden Interview (ZBI-22). Statistical analysis in this study shows that preparedness to caregiving has a negative and significant role on caregiver burden on stroke patients (p < 0.05, R² = 0.21). The research findings indicate that caregivers need to be prepared to provide care in order to reduce the burden on caregivers. This can be a consideration for health workers, psychologists and other related parties to organize training and collaboration programs to help caregivers prepare practically and emotionally to prevent caregiver burden."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rania Salsabila
"Kanker merupakan salah satu penyakit dengan tingkat mortalitas tinggi yang dapat memengaruhi kualitas hidup individu. Selama proses perawatan, pasien kanker membutuhkan family caregiver yang dapat membantunya menjalani aktivitas sehari-hari. Perawatan kanker yang cukup kompleks dapat mengarahkan family caregiver pada beban caregiver (Hsu dkk., 2014). Dalam hal ini, welas diri dapat memfasilitasi individu untuk beranjak dari kondisi penuh tekanan dan membantu individu untuk membentuk regulasi diri yang lebih adaptif (Pinto‐Gouveia dkk., 2014). Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh welas diri terhadap beban caregiver pada family caregiver pasien kanker. Penelitian ini melibatkan 80 family caregiver pasien kanker usia dewasa. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Skala Welas Diri (SWD-SF) dan Zarit Burden Interview (ZBI-22). Analisis statistik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan dari welas diri terhadap beban caregiver pada family caregiver pasien kanker (F=26,087, p<0,05, R2=0,251). Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam pengembaangan program edukasi welas diri bagi family caregiver pasien kanker untuk mencegah maupun menanggulangi dampak fisik dan psikologis dari beban caregiver.

Cancer is one of the diseases with a high mortality rate that can affect the quality of life of individuals. During the treatment process, patients need a companion who can help them carry out their daily activities. Cancer care which is quite complex can direct family caregivers to the caregiver burden (Hsu et al., 2014). In this case, self-compassion is one of the things that can facilitate individuals to move from stressful conditions and help individuals to form more adaptive self-regulation (Pinto-Gouveia et al., 2014). This study aimed to examine the effect of self-compassion on caregiver burden on family caregivers of cancer patients. This study involved 80 adult cancer family caregivers. The instruments used in this study were the Self-Compassion Scale (SWD-SF) and the Zarit Burden Interview (ZBI-22). Statistical analysis in this study showed that there was a negative and significant effect of self-compassion on caregiver burden on families caring for cancer patients (F=26,087, p<0.05, R2=0,251). The results of this study are expected to be used in developing self-compassion education programs for cancer caregivers to prevent and overcome the physical and psychological impacts of caregiver burden."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marisya Putri Andina
"Kanker payudara adalah penyakit kronis yang banyak diderita oleh perempuan di Indonesia. Ketika menjalani proses pengobatan kanker payudara, pasien membutuhkan bantuan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Keluarga sebagai unit terdekat seringkali berperan sebagai family caregiver bagi pasien kanker payudara. Ketika menghadapi kanker, keluarga seringkali menghadapi berbagai masalah, khususnya terkait family functioning Wozniak Izycki, 2014. Selain itu, akibat dari perubahan atau bertambahnya peran yang dimiliki oleh anggota keluarga akan berdampak pada caregiver burden yang dimiliki oleh family caregiver. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara family functioning dan caregiver burden pada family caregiver pasien kanker payudara yang telah melakukan caregiving selama minimal tiga bulan. Family functioning diukur dengan menggunakan Family Assessment Device FAD Epstein, Bishop Levin, 1978 dan caregiver burden menggunakan Zarit Interview Scale ZBI Zarit, 1980. Terdapat 35 partisipan dalam penelitian ini yang merupakan family caregiver pasien kanker payudara. Berdasarkan analisis, penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara family functioning dan caregiver burden. Artinya, semakin tinggi skor FAD maka semakin rendah skor ZBI yang dimiliki oleh family caregiver pasien kanker payudara.

Breast cancer is the most common chronic disease among Indonesian women. When the treatment is being taken, patients need assistance in carrying out daily activities. Family as the basic unit usually become the caregiver for breast cancer patients. As a caregiver, family member is sometimes facing various problems, particularly on family functioning Wozniak Izycki, 2014. In addition, the changing or multiple role the family member play have impact on the caregiver burden for family caregiver. The purpose of this study is to investigate the correlation between family functioning and caregiver burden among family caregiver breast cancer pasient who have been caregiving for at least three months. Family functioning is assessed using Family Assessment Device FAD with Epstein, Bishop Levin, 1978 and caregiver burden is assessed using Zarit Interview Scale ZBI Zarit, 1980. In this study there are 35 participants who are family caregiver of breast cancer patient. This study found that there is a significant negative correlation between family functioning and caregiver burden. That is, the higher FAD score then the lower ZBI score issued by family caregiver of breast cancer patients."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Muri Cahyono
"Pendahuluan : Prevalensi orang dengan gangguan jiwa terutama gangguan jiwa berat atau skizofrenia setiap tahun mengalami peningkatan sedangkan fasilitas pelayanan kesehatan jiwa tidak sebanding dengan jumlah orang dengan skizofrenia selain itu juga pengobatan orang dengan skizofrenia membutuhkan waktu yang lama dan berkelanjutan artinya perawatannya berlanjut di rumah hal ini membutuhkan pelaku rawat untuk merawat orang dengan skizofrenia di rumah. Tujuan : penelitian ini mengetahui gambaran dukungan emosional dan koping spiritual pelaku rawat yang merawat anggota keluarga dengan skizofrenia. Metode : penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan tehnik wawancara in-dept interview. Jumlah partisipan 12 orang dengan kriteria inklusi merawat anggota keluarga dengan skizofrenia lebih dari satu tahun, pelaku rawat berumur minimal tujuh belas tahun yang merupakan suami/istri, anak saudara kandung, orang tua Bapak/Ibu dan saudara kandung Bapak/Ibu dan mampu berbahasa Indonesia. Hasil : pada penelitian ini terdapat lima tema yaitu Kemampuan beradaptasi, Obat berperan menurunkan gejala, Strategi koping religius, Bentuk dukungan emosional, dan Beban merawat. Kesimpulan : pengobatan orang dengan skizofrenia memerlukan waktu yang lama oleh sebab itu kualitas hidup pelaku rawat juga harus diperhatikan terutama dukungan emosional dan kebutuhan spiritual agar pelaku rawat tidak mengalami kecemasan, stres, dan ketidakberdayaan.

Introduction: The prevalence of people with mental disorders, especially severe mental disorders or schizophrenia, has increased every year, while mental health service facilities are not comparable to the number of people with schizophrenia. Besides that, the treatment of people with schizophrenia takes a long time and is sustainable, meaning that the treatment continues at home, this requires caregivers to care for people with schizophrenia at home. Purpose: this study describes the emotional support and spiritual coping of caregivers who care for family members with schizophrenia. Methods: this study used a qualitative descriptive approach with in-dept interview techniques. The number of participants was 12 people with inclusion criteria caring for family members with schizophrenia for more than one year, caregivers aged at least seventeen years who are husband/wife, children of siblings, parents of father/mother and siblings of father/mother and are able to speak Indonesian. Results: In this study there are five themes, namely adaptability, drugs play a role in reducing symptoms, religious coping strategies, forms of emotional support, and burden of care. Conclusion: the treatment of people with schizophrenia requires a long time, therefore the quality of life of caregivers must also be considered, especially emotional support and spiritual needs so that caregivers do not experience anxiety, stress, and helplessness."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vesdiana
"Pelaku rawat lansia stroke mengalami berbagai masalah kesehatan baik fisik maupun psikologis. Kondisi tersebut menyebabkan caregiver burden pada pelaku rawat. Perawat komunitas perlu memberikan intervensi untuk mengendalikan beban pada pelaku rawat yang merawat lansia stroke. Karya ilmiah akhir spesialis ini bertujuan untuk memberikan gambaran penerapan CAREGIVER BERDAYA sebagai bentuk praktik keperawatan berbasis fakta pada keluarga dan kelompok pelaku rawat. Intervensi EBP yang dipilih dalam keluarga adalah intervensi yang bertujuan untuk mengoptimalkan lima tugas kesehatan keluarga. Intervensi CAREGIVER BERDAYA untuk kelompok merupakan intervensi yang diberikan dengan pengajaran, edukasi dan psikoterapi keperawatan, serta support group. Metode yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah studi kasus terhadap keluarga dan kelompok binaan. Hasil evaluasi terhadap 10 keluarga binaan menunjukkan terjadinya peningkatan kemandirian keluarga, setelah diintervensi selama 6 bulan. Selain itu baik pada pelaku rawat dalam keluarga maupun kelompok pelaku rawat yang dilakukan intervensi CAREGIVER BERDAYA menunjukkan terjadi peningkatan perilaku meliputi peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam merawat lansia stroke, penurunan stres dan cemas serta beban pada pelaku rawat. Intervensi CAREGIVER BERDAYA dapat direkomendasikan dalam meningkatkan perilaku, penurunan stres dan cemas, serta penurunan beban pada pelaku rawat lansia stroke. 

Family caregiver of stroke elderly has experience various health problems, both physical and psychological. This condition causes caregiver burden on caregivers. Community nurses need to provide interventions to control the burden on caregivers who care for stroke elderly. This specialist final scientific work aims to provide an overview of the application CAREGIVER BERDAYA as a form of fact-based nursing practice in families and groups of caregivers. The selected EBP intervention in the family is an intervention that aims to optimize the five health tasks of the family. CAREGIVER BERDAYA intervention for groups is an intervention that is provided with nursing teaching, education and psychotherapy, as well assupport group. The method used in this scientific work is a case study of families and target groups. Results an evaluation of 10 assisted families showed an increase in family independence, after 6 months of intervention. Besides that, both the caregivers in the family and the group of caregivers who were intervened CAREGIVER BERDAYA shows an increase in behavior including increasing knowledge, attitudes and skills in caring for elderly strokes, reducing stress and anxiety and the burden on caregivers. Intervention CAREGIVER BERDAYA can be recommended in improving behavior, reducing stress and anxiety, and reducing the burden on stroke elderly caregivers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>