Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181038 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Fadhillah
"Perusahaan Teknologi Lokapasar Logistik (PTLL) merupakan perusahaan teknologi yang bergerak di industri lokapasar logistik. PTLL menggunakan Scrum sebagai metode pengembangan produk perangkat lunak. Akan tetapi, PTLL mengalami kendala berupa kepatuhan praktik Scrum yang tidak terpenuhi, sehingga peluncuran produk perangkat lunak mengalami keterlambatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kepatuhan praktik Scrum pada tim Scrum PTLL dengan asesmen berdasarkan dokumen ISO/IEC 29110. Indikator asesmen berdasarkan standar tersebut dipadankan dengan praktik Scrum pada Scrum Guide yang kemudian dijadikan alat untuk evaluasi praktik tim Scrum PTLL. Didapatkan hasil asesmen bahwa 2 dari 6 tim Scrum PTLL termasuk ke dalam Basic profile, dan 4 dari 6 tim Scrum tidak dapat ditentukan profil asesmennya karena tidak mencapai tingkat kapabilitas proses ALPHA. Pencapaian kepatuhan praktik Scrum berdasarkan ISO/IEC 29110 pada dimensi proses Project Management ISO/IEC 29110 diurutkan dari tim Scrum terendah hingga tertinggi adalah tim Scrum TD, SM, B, S, T, P. Selanjutnya, pada dimensi proses Software Implementation diurutkan dari terendah hingga tertinggi adalah tim Scrum TD, S, SM, T, B, P. Usulan rekomendasi juga disusun bagi tim Scrum untuk meningkatkan kepatuhan praktik Scrum guna mengatasi keterlambatan peluncuran produk.

Logistic Marketplace Technology Company (LTMC) is a technology company, specializing on logistic marketplace industry. LTMC uses Scrum for developing their software products. However, LTMC faces issue in regards of their incomplete Scrum practices compliance, which leads to delayed product delivery. This study aims to evaluate Scrum practices compliance in LTMC Scrum team with the help of assessment based on ISO/IEC 29110 document. Assessment indicators based on that standard is matched with the Scrum practices in Scrum Guide which then used as a tool to evaluate the LTMC Scrum practices. The result shown that 2 out of 6 LTMC Scrum teams achieve Basic profile and 4 out of 6 Scrum team can’t be determined what the assessment profile is due to inability to achieve ALPHA process capability level. Scrum teams’ achievements on Scrum compliance based on Project Management ISO/IEC 29110 process dimension sorted from lowest to highest is TD, SM, B, S, T, TD. Then, based on the Software Implementation process dimension process from lowest to highest is TD, S, SM, T, B, P. Recommendation suggestions are also established for the Scrum teams to improve their Scrum practices compliance to overcome the delayed product delivery."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nala Freedrikson Arifin
"PT. Telekomunikasi Selular merupakan salah satu penyedia jasa layanan jaringan Internet dengan jangkauan paling luas, yang menjangkau hingga daerah terpencil, pulau terluar hingga perbatasan wilayah negara. Tahun 2019 PT Telekomunikasi Selular meluncurkan produk by.U, yang ditujukan untuk segmen anak muda yang bebas. Produk by.U sendiri memiliki slogan “SemuanyaSemaunya”, yang menggambarkan paket kepada pelanggan tanpa di-bundle seperti produk telekomunikasi lainnya. Dalam pengembangan produknya, tim by.U menggunakan Scrum sebagai pedoman. Hal ini dikarenakan sifat Scrum yang cepat dalam merespon perubahan. Namun dalam pelaksanaannya terjadi beberapa masalah, sehingga tujuan awal digunakannya Scrum tidak dapat tercapai. Proses identifikasi masalah menunjukkan bahwa salah satu akar permasalahan yang terjadi adalah penambahan Sprint Backlog di tengah Sprint. Selain itu terjadi perubahan konten Sprint Backlog di tengah sprint yang menyebabkan beban kerja tim development bertambah. Hal ini membuat estimasi beban kerja di awal sprint tidak tercapai, serta menimbulkan beban kerja tambahan untuk Sprint berikutnya. Oleh karena itu, penelitian ini melakukan pengukuran kematangan proses Scrum dengan menggunakan Scrum Maturity Model, yang telah diperbarui berdasarkan Scrum Guide 2017 dan SBOK v3. Hasil penilaian menunjukkan tim produk by.U memperoleh tingkat kematangan satu (Initial). Setelah itu disusun rekomendasi perbaikan seluruh praktik yang belum mencapai peringkat Fully Achieved, serta dikelompokkan berdasarkan komponen Scrum, yaitu Scrum Roles, Scrum Artifacts, dan Scrum Events. Kemudian praktik tersebut dipetakan ke Scrum Guide 2017, SBOK v3, dan pengalaman pakar Scrum. Dengan demikian diperoleh dokumen rekomendasi perbaikan implementasi Scrum, sesuai dengan kondisi tim produk by.U. Dokumen tersebut dapat menjadi dasar untuk melakukan perbaikan praktik Scrum pada tim produk by.U.

PT. Telekomunikasi Selular is one of the Internet network service providers with the broadest range that reaches to remote areas, outer islands to the borders of the country. In 2019, PT. Telekomunikasi Selular launches by.U products aimed at the free youth segment. The by.U product itself has the slogan "Everything at Will", which describes the package given to the customer without being bundled like other telecommunications products. In developing their products, the by.U team used Scrum as a guide. It is due to the nature of Scrum, which is fast in responding to changes. However, several problems occurred in the implementation. As a result, the initial purpose of using Scrum cannot be achieved. The problem identification process shows that one of the root causes is the addition to the Sprint Backlog or changes in the Sprint Backlog content in the middle of the sprint. As a result, it increases the development team's workload. It makes the estimated workload at the beginning of a sprint missed. Consequently, it raises the workload for the next sprint. Therefore, this study measures the maturity of the Scrum process using the updated Scrum Maturity Model based on the 2017 Scrum Guide and SBOK v3. The assessment results show that by.U product team gets a maturity level of one (Initial). Recommendations for improvement are made for all practices, which are not in the Fully Achieved level, are grouped based on Scrum components. These are Scrum Roles, Scrum Artifacts, and Scrum Events. The practice is mapped to the 2017 Scrum Guide, SBOK v3, and the experience of Scrum experts. Therefore, the recommendations for improvement of the Scrum implementation following the conditions of the by.U product team. This document is the basis for improving Scrum practices on the by.U product team."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ega Javier Harwenda
"PT XYZ adalah salah satu perusahaan teknologi yang bergerak dibidang teknologi keuangan. Perusahaan berdiri sejak tahun 2018 dan memiliki produk digital yang terbagi ke dalam dua jenis pengguna yaitu B2B dan B2C. Sebagai perusahaan digital produk digital dikembangkan dengan implementasi Scrum. Namun pada praktiknya implementasi tidak berjalan mulus. Pada tahun 2021 diketahui tingkat keterlambatan sprint mencapai 64%. Puncaknya perusahaan harus menghentikan implementasi Scrum mereka karena adanya tingkat keterlambatan yang mencapai 100%. Penelitian ini mengidentifikasi faktor kunci kesuksesan implementasi Scrum pada perusahaan serta memberikan rekomendasi terhadap implementasi Scrum tersebut. Penelitian ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process sebagai metode untuk memperingkat faktor kunci kesuksesan yang paling utama pada perusahaan. Berdasarkan hasil dari penelitian ini, faktor kunci dengan peringkat tertinggi adalah komunikasi tim, diikuti oleh komitmen tim, kapabilitas tim, proses manajemen proyek, komunikasi antara pemangku kepentingan, proses pengembangan perangkat lunak, dan komitmen manajemen. Dari penelitian ini, diketahui bahwa komunikasi tim merupakan faktor kunci kesuksesan yang paling berpengaruh pada implementasi Scrum pada perusahaan.

PT XYZ is a technology company engaged in financial technology since 2018. The company has digital products that categorized based on two types of users, namely B2B and B2C. As a digital company, they development their digital products by implementing Scrum. However, in practice, the implementation did not run smoothly. By 2021 the sprint delay rate reaches 64%. The peak was the company need to stop its Scrum implementation because of the delay rate reaches 100%. This study identifies the key factors for the successful implementation of Scrum and provides recommendations for the Scrum implementation. This study uses the Analytical Hierarchy Process method as method to rank the most important key success factors at the company. Based on the results of this study, the key factor with the highest ranking was team communication, followed by team commitment, team capability, project management process, communication between stakeholders, software development process, and management commitment. From this research, team communication is the key success factor that most influences the implementation of Scrum in companies "
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Julianasari
"Chickin adalah sebuah startup teknologi di bidang poultry yang memiliki sebuah departemen teknologi informasi (TI) yang dipimpin oleh seorang CTO. Departemen TI Chickin memiliki tiga tim Scrum yang membangun produk TI berupa aplikasi mobile dan IoT untuk menunjang kegiatan peternakan. Masalah utama yang ditemukan pada proses pengembangan aplikasi ini adalah persentase ketepatan waktu hanya mencapai 50% sehingga mengganggu pencapaian target. Tujuan penelitian ini adalah evaluasi proses implementasi Scrum untuk menilai tingkat ketangkasan implementasi Scrum dan membuat rekomendasi perbaikan implementasi Scrum untuk meningkatkan ketepatan waktu pengembangan aplikasi. Penelitian merupakan case based research yang dilakukan menggunakan mixed method, yaitu paduan kuantitatif dan kualitatif dengan instrumen Agile Assessment. Metode kuantitatif dilakukan dengan survei terhadap 21 responden dari tim produk Chickin (Product Manager, Developer, dan Scrum Master) untuk mengukur tingkat ketangkasan implementasi Scrum. Metode kualitatif dilakukan dengan wawancara kepada Technology Lead dan Scrum Master untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi tingkat ketangkasan implementasi Scrum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketangkasan implementasi Scrum mencapai 81.4% dengan interpretasi Largely Achieved. Namun, masih ditemukan 14 masalah dari empat area implementasi. Penyusunan rekomendasi dilakukan dengan memetakan 14 masalah pada praktik Scrum Guide 2020 untuk meningkatkan proses dan pada praktik Software Craftsmanship mengatasi masalah teknis. Dari pemetaan masalah menghasilkan rekomendasi proses untuk 13 masalah dan rekomendasi teknis untuk 9 masalah. Rekomendasi diharapkan dapat membantu perusahaan meningkatkan ketepatan waktu pada proses pengembangan produk dengan mengimplementasikan Scrum secara lebih tangkas.

Chickin is a poultry’s technology startup that has an information technology (IT) department led by a CTO. Department IT of Chickin has three Scrum teams that build IT products in the form of mobile and IoT applications to support livestock activities. The main problem in the application development process is that the timeliness percentage only reaches 50%, which disrupts in achieving the target. The purpose of this study is to evaluate the Scrum implementation process to assess the agility level of Scrum implementation and make recommendations for improving Scrum implementation to increase the timeliness of IT product development. The research is a case-based-research conducted using a mixed method, namely a combination of quantitative and qualitative with Agile Assessment instruments. The quantitative method was carried out by surveying 21 respondents of the Chickin product team (Product Manager, Developer, and Scrum Master) to measure the level of agility in Scrum implementation. The qualitative method is carried out by interviewing the Technology Lead and the Scrum Master to identify factors that influence the level of agility of Scrum implementation. The results showed that the agility of Scrum implementation reached 81.4% with the Largely Achieved interpretation. However, 14 problems still needed to be found from the four implementation areas. The recommendations are prepared by mapping these 14 problems on the Scrum Guide 2020 practice to improve processes and Software Craftsmanship practices in overcoming technical problems. The problem mapping resulted in process recommendations for 13 problems and technical recommendations for 9 problems. The recommendations are expected to help companies improve the timeliness of the product development process by implementing Scrum more agile."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Nabilah Muhammad
"Perusahaan XYZ merupakan perusahaan tech-based yang berfokus pada pembangunan solusi digital. Dengan adanya kebutuhan akan produk digital Human Resource (HR) dan pengalaman serta resources yang dimiliki, perusahaan membangun aplikasi PX. PX melakukan otomatisasi proses HR yang mencakup dari awal seseorang berstatus kandidat hingga karyawan yang ingin mengundurkan diri dari perusahaan. Pada pengembangan PX, digunakan Scrum sebagai framework dalam mengembangkan perangkat lunak. Implementasi Scrum pada pengembangan PX ternyata terdapat kendala yang menyebabkan target Sprint Backlog tidak tercapai sehingga menghambat penyelesaian employee journey PX. Pada identifikasi masalah menunjukkan bahwa salah satu akar permasalahnnya adalah praktik Scrum belum berjalan dengan baik. Oleh karena itu, penelitian ini melakukan pengukuran kematangan Scrum pada pengembangan produk PX dengan menggunakan Scrum Maturity Model yang acuannya telah diperbarui dari Scrum Guide 2010 menjadi Scrum Guide 2020. Peneliti menggunakan wawancara, studi dokumen, observasi, dan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Penelitian menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif diolah untuk menghasilkan tingkat kematangan Scrum dan data kualitatif digunakan sebagai data pendukung dalam memperkuat data kuantitatif. Hasil penelitian didapatkan bahwa Tim PX memperoleh tingkat kematangan satu (Initial). Setelah didapatkan hasil pengukuran, peneliti memberikan sasaran perbaikan untuk praktik wajib yang belum mendapatkan interpretasi Fully Achieved yaitu 15 praktik pada tingkat dua (Managed) dan 16 praktik pada tingkat tiga (Defined). Rekomendasi perbaikan disusun berdasarkan Scrum Guide 2020, SBoK v3, dan pendapat pakar Scrum eksternal. Hasil penelitian ini berupa dokumen rekomendasi perbaikan praktik yang telah divalidasi oleh praktisi Scrum di PX yaitu Product Owner. Dokumen ini dapat menjadi dasar perbaikan praktik Scrum pada Tim PX.

XYZ Company is a tech-based company that focuses on building digital solutions. With the need for Human Resource (HR) digital products and the experience and resources they have, the company builds the PX application. PX automates HR processes, from candidates to employees who want to leave the company. In PX development, Scrum is used as a framework for developing software. The implementation of Scrum in PX development turned out to have obstacles that caused the Sprint Backlog target not to be achieved, thus hampering the completion of the PX employee journey. The problem identification shows that one of the root problems is that Scrum practices have not been implemented well. Therefore, this study measures Scrum maturity in PX product development using the Scrum Maturity Model, whose reference has been updated from Scrum Guide 2010 to Scrum Guide 2020. Researcher used interviews, document studies, observations, and questionnaires as research instruments. The study used qualitative and quantitative data. Quantitative data is processed to produce Scrum maturity level and qualitative data is used as supporting data in strengthening quantitative data. The results showed that the PX Team obtained a maturity level one (Initial). After obtaining the measurement results, the researcher provides improvement targets for required practices that have not received a Fully Achieved interpretation, namely 15 practices at level two (Managed) and 16 practices at level three (Defined). Recommendations for improvement are based on the Scrum Guide 2020, SBoK v3, and the opinions of external Scrum experts. The results of this study are in the form of a practice improvement recommendation document that Scrum practitioners have validated at PX, namely the Product Owner. This document can be the basis for improving Scrum practices for the PX Team."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Rizki Yana
"Hasil observasi dan survei penilaian tingkat kematangan implementasi manajemen proyek agile menggunakan kerangka kerja scrum di VCTD menunjukkan bahwa VCTD telah mencapai tingkat kematangan level 3. Proses implementasi scrum yang ada di VCTD dapat ditingkatkan lagi agar bisa mencapai level 4 dengan cara melengkapi variabel-variabel yang belum terpenuhi. Masalah utama yang terdapat di VCTD adalah belum tercapainya target rilis pada produk Non-GDS dikarenakan belum idealnya beberapa variabel saat implementasi scrum pada divisi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat kematangan implementasi scrum di VCTD saat ini dan mengetahui berapa level kematangan yang telah didapatkan, setelah itu, diberikan rekomendasi untuk mencapai tingkat kematangan yang lebih tinggi. Penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara dan observasi untuk menentukan variabel penilaian dengan cara mengumpulkan data dari artefak-artefak scrum, dokumentasi perusahaan serta tools yang dipakai dalam manajemen proyek agile saat menerapkan kerangka kerja scrum. Setelah tahap pertama selesai, kemudian dilakukan survey kepada seluruh tribe pada produk Non-GDS di VCTD untuk mendapatkan nilai kematangan di VCTD saat ini.

The results of observations and surveys on the assessment of the maturity level of the implementation of agile project management using the scrum framework in VCTD show that VCTD has reached a maturity level of level 3. The scrum implementation process in VCTD can be improved again so that it can reach level 4 by completing the missing variables fulfilled. The main problem with VCTD is that the release target for Non-GDS products has not been achieved because some variables were not ideal when implementing Scrum in the division. This study aims to assess the maturity level of the current scrum implementation in VCTD and to find out how many maturity levels have been obtained, after which, recommendations are given to reach a higher maturity level. This research was conducted by means of interviews and observations to determine the assessment variables by collecting data from Scrum artifacts, company documentation and tools used in agile project management when implementing the Scrum framework. After the first phase was completed, a survey of all the tribes in the Non-GDS product in VCTD was conducted to obtain the maturity value in the current VCTD."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gusti Raditia Madya
"Effort estimation perlu dilakukan dalam proses pengembangan perangkat lunak dengan menggunakan Scrum. Hal tersebut untuk menentukan waktu yang diperlukan oleh tim pengembang untuk menyelesaikan user stories dan juga menentukan tingkat kompleksitas sprint yang akan dijalankan. Estimasi yang tidak akurat dapat berdampak user stories pada sprint sebelumnya harus dibawa kembali ke sprint berikutnya, pembengkakan anggaran, keterlambatan pengiriman proyek, serta perkiraan jadwal yang salah. Penelitian ini merancang suatu alur metode yang selanjutnya dinamakan PREP, yang dapat digunakan untuk meningkatkan ketepatan proses estimasi yang berfokus pada peningkatan kualitas user stories. Rancangan PREP dievaluasi dengan melihat penurunan jumlah bugs dan penghitungan akurasi estimasi dengan Balanced Relative Errorbias (BREbias). Implementasi PREP menunjukkan hasil pengurangan bugs dari 46,7% menjadi 15,9% dan meningkatkan akurasi estimasi sebesar 23,63%. Hasil validasi PREP menunjukkan tren yang positif untuk aspek kesukaan/sukacita (delight), tingkat usaha (effort), dan tingkat penerapan (functionality), tetapi memerlukan waktu dan pemahaman yang tinggi untuk mengimplementasikannya.

Effort estimation needs to be done in the software development process using Scrum. This is to determine the time needed by the development team to complete user stories and determine the level of complexity of the sprint. Inaccurate estimates can result in user stories from the previous sprint having to be carried over to the next sprint, budget overruns, project delivery delays, and incorrect schedule estimates. This study designed a method, referred to as PREP, which can be used to improve the accuracy of the estimation process that focuses on improving the user stories' quality. The PREP design is evaluated by looking at the reduction in the bugs amount and calculating the accuracy of the estimate with Balanced Relative Error bias (BREbias). The implementation of PREP shows the results of reducing bugs from 46.7% to 15.9% and increasing the estimation accuracy by 23.63%. The results of the PREP validation show a positive trend for aspects of delight, effort, and functionality, but require a lot of time and understanding to implement them."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Noviana Pramitasari
"Bank XYZ mengembangkan Mobile Apps ABC, sebuah aplikasi Super Apps, yang digunakan untuk mendukung kebutuhan nasabah dan pencapaian target bisnis. Metode Scrum yang digunakan dalam pengembangan ABC belum optimal. Dari data terlihat bahwa belum tercapainya target bisnis dan IT Bank XYZ, salah satunya karena terdapat keterlambatan implementasi fitur penting produk ABC. Penelitian mixed method ini melakukan evaluasi proses yang berjalan dengan menggunakan Capability Maturity Model Integration (CMMI V2.0). Mengacu pada Common Business Problem dalam dokumen Adoption and Transition Guidance terpilih 8 practice area dengan total 73 praktik. Berdasarkan Standard CMMI Appraisal Method for Process Improvement (SCAMPI) dihasilkan capability level untuk practice area sebagai berikut: IRP, PLAN, GOV, II di level 3; RDM, EST, MC di level 2; serta RSK di level 1. Dari 73 praktik, 59 praktik telah tercapai berdasarkan CMMI V2.0 atau sekitar 80% dari ruang lingkup practice area pada penelitian ini. Rekomendasi disusun dengan analisis weakness dari SCAMPI dan Underlying Causes dari CMMI V2.0 didapatkan 11 rekomendasi perbaikan yang telah divalidasi oleh perwakilan bank studi kasus. Saran untuk penelitian berikutnya dilakukan tahap Deploy Improvement, dan Assess Capability sesuai Adoption and Transition Guidance Circle CMMI V2.0, untuk mengukur kembali impact rekomendasi yang telah diberikan.

XYZ Bank developed Mobile Apps ABC, a Super Apps application, which is used to support customer needs and business target. The Scrum method used in ABC development is not optimal. From the data it can be seen that Bank XYZ's business and IT targets have not been achieved, partly due to delays in the implementation of important ABC features. This mixed method research evaluates the running process using Capability Maturity Model Integration (CMMI V2.0). Referring to Common Business Problems in the Adoption and Transition Guidance document selected 8 practice areas with a total of 73 practices. Based on the Standard CMMI Appraisal Method for Process Improvement (SCAMPI), the ability levels for practice areas are: IRP, PLAN, GOV, II at level 3; RDM, EST, MC at level 2; and RSK at level 1. Of the 73 practices, 59 practices have been achieved based on CMMI V2.0 or around 80% of the scope practice areas in this study. Recommendations were compiled using weakness analysis from SCAMPI and Underlying Causes from CMMI V2.0 found 11 recommendations for improvement that have been validated by bank representative case studies. Suggestions for further research are to carry out the deployment improvement stage, and assessment capability according to the Adoption and Transition Guidance Circle CMMI V2.0, to remeasure the impact of the recommendations that have been given."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Istidana Harjanti Ismed
"Dengan memanfaatkan teknologi perangkat lunak sebagai enabler, PT BZCI (BZCI) mengembangkan sebuah situs jual beli daring (online marketplace) berkonsep business to business (B2B) sebagai produk dari model bisnisnya. Dalam proses pengembangan produknya, BZCI memilih menerapkan metode Scrum. Namun, dalam mengimplementasi Scrum ternyata tidak semudah mempelajari teorinya, banyak masalah yang terjadi di BZCI dalam menjalankan praktik Scrum seperti keterlambatan waktu rilis dari setiap Sprint, individu dalam tim yang merasa praktik Scrum tidak begitu penting dilaksanakan sepenuhnya karena dirasa banyak menyita waktu. Maka agar dapat mengatasi berbagai kendala terkait implementasi Scrum di BZCI, dilakukan pengukuran tingkat kematangan implementasi Scrum di BZCI menggunakan Scrum Maturity Model (SMM). Peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner dan pengamatan lapangan menggunakan SMM pada tingkat 2 dan 3 yang praktiknya telah disesuaikan dengan Scrum Guide tahun 2017 dan Scrum Body of Knowledge (SBoK) v.3. Kemudian pengolahan data menggunakan perhitungan KPA Rating pada Agile Maturity Model.
Hasil pengolahan data menunjukan bahwa BZCI memperoleh nilai kematangan tingkat 1 (Initial) yang mana pada tingkat ini proyek dalam organisasi seringkali menghadapi keterlambatan dan perubahan requirements yang sulit dikendalikan, sehingga dibuat rekomendasi perbaikan implementasi Scrum pada tingkat 2 (Managed) dan 3 (Defined). Terdapat total 26 praktik pada tingkat 2 (Managed) dan 3 (Defined) yang bernilai rendah dan tidak sesuai dengan panduan Scrum sebagai praktik yang perlu diperbaiki. Kemudian peneliti memetakan praktik yang perlu diperbaiki tersebut dengan teori dari Scrum Guide tahun 2017, SBoK v.3 dan pendapat praktisi Scrum sehingga menghasilkan dokumen rekomendasi perbaikan implementasi Scrum sesuai dengan kondisi organisasi di BZCI. Dokumen ini kemudian dapat diimplementasi untuk memperbaiki jalannya praktik Scrum di BZCI."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Rahmat Kurniawan
"PT. XYZ merupakan sebuah startup yang menerapkan scrum dalam pengembangan produknya. Hal ini dikarenakan sifat scrum yang cepat dalam merespon perubahan. Namun dalam pelaksanaannya, terjadi beberapa masalah sehingga tujuan awal digunakannya scrum tidak dapat dicapai. Proses identifikasi masalah menunjukkan bahwa salah satu akar permasalahan yang terjadi adalah prioritas PBI (Product Backlog Item) yang masih salah karena PBI belum secara detail didefinisikan ketika dimasukan dalam suatu sprint, akibatnya terjadi pelebaran requirements dari yang diekspektasikan diawal. Hal ini membuat persentase PBI yang selesai dalam satu sprint hanya mencapai 58.37%. Oleh karena itu pada penelitian ini akan dilakukan peningkatan proses scrum dengan menerapkan beberapa process area dalam CMMI. Penentuan process area yang akan digunakan dilakukan melalui evaluasi tingkatan proses scrum di PT. XYZ pada Scrum Maturity Model.
Hasil evaluasi menunjukkan proses scrum di PT. XYZ masih berada pada level 1 karena pada level 2 intepretasi nilai yang didapatkan adalah Largely Achieved dan pada level 3 intepretasi nilai yang didapatkan adalah Partially Achieved. Praktik scrum yang paling banyak mengalami masalah adalah product backlog. Oleh karena itu, sesuai dengan akar masalah yang diangkat pada penelitian ini, penulis kemudian memberikan rekomendasi peningkatan yang utama untuk artefak product backlog dan beberapa scrum ceremonies yang dapat mendukung terciptanya product backlog yang baik. Dengan menerapkan process area CMMI REQM, RD, PP, IPM, QPM, RSKM, OPD dan PMC, didapatkan 95 rekomendasi akhir untuk meningkatkan proses scrum dalam pengembangan produk di PT. XYZ sehingga proses scrum dapat berjalan lebih baik lagi dan tujuan awal digunakannya scrum dapat tercapai.

PT. XYZ is a startup that use scrum in the development their product. This is because the nature of scrum is fast in responding to the changes. But in its implementation, several problems occured so that the initial purpose of using scrum cannot be achieved. The problem identification process shows that one of the root problems that occured is the PBI (Product Backlog Item) priority is still wrong because PBI has not been detaily defined when it included in a sprint, as a result there has been a requirements creep. This makes the percentage of PBIs completed in one sprint only reaching 58.37%. Therefore in this study an improvement in the scrum process will be carried out by applying several process areas in CMMI. The determination of the process area to be used is done through evaluating the level of the scrum process in PT. XYZ with the Scrum Maturity Model.
The evaluation results show that the scrum process at PT. XYZ is still at level 1 because in level 2 the interpretation of the values obtained is Largely Achieved and on level 3 the interpretation of the values obtained is Partially Achieved. The practice of scrum that has the most has problems is product backlog. Therefore, according to the root problem raised in this study, the authors then provide the main improvement recommendations for product backlog artifacts and several scrum ceremonies that can support the creation of a good product backlog. By applying the CMMI REQM, RD, PP, HDI, QPM, RSKM, OPD and PMC process areas, 95 final recommendations were obtained to improve the scrum process in the development of PT. XYZ so that the scrum process could run better and the initial objectives of Scrum use could be achieved."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>