Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114598 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ana Khumaeroh
"Pasien dengan Gagal Ginjal Terminal (GGT) membutuhkan terapi pengganti ginjal berupa hemodialisis (HD). Untuk mencapai keberhasilan HD diperlukan kepatuhan pasien terhadap pembatasan cairan. Kepatuhan cairan dapat tercapai saat pasien mampu melakukan penyesuaian diri dengan penyakit GGT dan terapi HD. Penyesuaian diri pasien HD terhadap penyakit GGT dan pembatasan cairan dapat berhubungan dengan penerimaan diri. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui hubungan penerimaan diri dengan kepatuhan pembatasan cairan pasien HD. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan consecutive sampling pada 121 responden. Pengumpulan data dengan kuesioner kepatuhan cairan dan self acceptance scale serta studi dokumentasi. Analisis yang digunakan yaitu Chi-Square dan regresi logistic. Hasil penelitian didapatkan responden yang patuh terhadap pembatasan cairan sebanyak 79,3% dan penerimaan diri sebanyak 78,5%. Hasil analisis didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara penerimaan diri dengan kepatuhan cairan (p=0,024) namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan diri dengan IDWG (p=0,154). Ada hubungan variabel konfonding lama menjalani HD dengan kepatuhan cairan (p=0,033), variabel konfonding adekuasi HD dengan IDWG (P= 0,011). Namun, pada variabel konfonding lainnya tidak terdapat hubungan signifikan dengan kepatuhan cairan, diantaranya adalah: usia, jenis kelamin, pendidikan dan komorbiditas. Selanjutnya pada analisis multivariat variabel yang paling dominan mempengaruhi kepatuhan cairan adalah penerimaan diri (p=0,006) setelah dikontrol variabel jenis kelamin dan lama menjalani HD serta mampu memprediksi sebesar 21% terhadap kepatuhan pembatasan cairan. Rekomendasi penelitian ini adalah perawat perlu mengidentifikasi serta melakukan upaya meningkatkan penerimaan diri pasien untuk meningkatkan kepatuhan cairan dengan intervensi seperti therapy reality dan terapi berpikir positif. Perawat harus lebih memperhatikan adekuasi HD dan berat badan kering pasien untuk menghindari peningkatan IDWG. Selain itu, rekomendasi untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan instrumen penelitian yang mampu melihat waktu yang dibutuhkan pasien HD untuk mencapai tahap acceptance serta melakukan analisis lanjutan pada hasil penelitian ini tentang kesenjangan hasil antara kepatuhan cairan yang tinggi berdasarkan kuesioner namun mayoritas responden pada IDWG berat.

Patients with End Stage Renal Disease (ESRD) requires a renal replacement therapy in the form of hemodialysis (HD). To achieve success of HD requires patient compliance with fluid restrictions. Fluid adherence can be achieved when the patients is able to adjust to ESRD and HD therapy. Adjustment of patients HD to ESRD and fluid restriction can be related to self acceptance. This study aimed to identify the relationship between self acceptance and fluid adherence in ESRD patients undergoing HD. This study used cross sectional design with consecutive sampling of 121 respondents. Data collection used fluid adherence questionnaires, self acceptance scale and documentation studies. The analysis used chi square and logistic regression. The result showed that 79,3% of respondents had adherence to fluid restriction and 78,5% of them had self acceptance. The analysis result also showed there was a significant relationship between self acceptance and fluid adherence (p=0,024), but no significant relationship between self-acceptance and IDWG (p=0.154). There was significant relationship between confounding variable of the length of time undergoing HD and fluid adherence (p=0.033), adequacy HD and IDWG (p=0,011). However, other confounding variables were not significant relationship with fluid adherence, which were: age, gender, education, and comorbidities. Furthermore, the multivariat analysis found that self acceptance was the most dominant variable affecting fluid adherence (p=0.006) after controlling by variables of the sex and the length of time undergoing HD, which can predicted 21% to fluid adherence. Recommendations for this study are nurses need to identify and make efforts to increase patient self-acceptance to improve fluid compliance with interventions such as reality therapy and positive thinking therapy. Nurses should more attention to HD adequacy and dry weight of the patient to avoid an increase in IDWG. In addition, recommendations for further researchers are expected to use research instruments that are able to see the time needed for HD patients to reach the acceptance stage and carry out further analysis on the results of this study regarding the gap in results between high fluid adherence based on the questionnaire but the majority of respondents on the IDWG severe."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Eva Chris Veronica
"Gagal ginjal terminal merupakan tahap akhir dari kondisi Chronic Kidney Disease (CKD) dengan nilai Glomerulus Filtrasi Rate (GFR) kurang dari 15 ml/menit/1,73m². Gagal ginjal terminal dapat ditangani dengan terapi hemodialisis (National Kidney Foundation, 2015;Thomas, 2014). Adanya hemodialisis ini memberikan pembatasan cairan pada pasien yang menjalaninya. Kepatuhan pembatasan cairan pada sebagian pasien sulit untuk dilakukan dengan alasan banyak faktor (Chironda&Bhengu, 2015). Faktor yang terbesar dan dominan adalah faktor psikologis, yakni self compassion. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan self compassion dengan kepatuhan pembatasan cairan pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis, dan faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan pembatasan cairan. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional, sebanyak 89 pasien pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis dalam tiga kali seminggu yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien memiliki self compassion tinggi (69,7%). Hubungan self compassion dengan kepatuhan pembatasan cairan tidak signifikan (p=0,076), faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan pembatasan cairan adalah adalah usia (p=0,033), jenis kelamin (p=0,937), status menikah (p=0,473), status bekerja (p=0,885), tingkat pendidikan (p=0,126), lama menjalani hemodialisis (p=0,425), dan dukungan sosial (p=0,206) Hasil analisis multivariat menunjukkan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan pembatasan cairan adalah usia. Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan acuan bagi perawat dalam mengembangkan pengkajian keperawatan pada pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis.

End Stage Renal Disease is the final stage of the Chronic Kidney Disease (CKD) with a Glomerular Filtration Rate (GFR) value of less than 15 ml/min/1.73m². End Stage Renal Disease can be treated with hemodialysis therapy (National Kidney Foundation). The hemodialysis provides fluid resctrictions for patients who undergo. There are many factors that make fluid restrictions adherence difficult to do. (Chironda & Bhengu, 2015). The biggest and dominant factor is psychological factor, which is self compassion. The purpose of this study was to identify the correlation between self compassion and fluid adherence in the end stage renal disease patients undergoing hemodialysis, and other factors that influence fluid adherence. This study used a cross sectional method, with 89 end stage renal disease patients who underwent hemodialysis three times a week and who were selected using a purposive sampling technique. The results showed that the majority of patients had high self compassion (69.7%). The correlation of self compassion with fluid adherence was not significant (p = 0.076), other factors affecting fluid adherence were age (p = 0. Is related to fluid restriction adherence was age. This research is expected to be a reference for nurses in developing nursing studies in align end stage renal disease patients undergoing hemodialysis."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Giri Susanto
"Hemodialisis (HD) merupakan metode terapi yang banyak digunakan oleh pasien gagal ginjal kronik. Hemodialisis membutuhkan waktu jangka panjang sehingga dapat menimbulkan munculnya berbagai komplikasi yang dapat menimbulkan penurunan kualitas tidur. Fatigue dan depresi diduga berpengaruh terhadap penurunan kualitas tidur pasien yang menjalani hemodialisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara fatigue dan depresi dengan kualitas tidur pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis di RSUD Pringsewu Lampung. Desain pada penelitian ini adalah cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 103 pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis. Analisa data menggunakan uji korelasi Chi square dan regresi logistik berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara fatigue (p value 0.002), dan depresi (p value 0.034) dengan kualitas tidur. Variabel konfonding: usia, pekerjaan, jadwal HD dan lama tidur siang berhubungan signifikan dengan kualitas tidur (p = 0.022, p = 0.041, p = 0.024 dan p = 0.041), namun jenis kelamin, pendidikan, lama HD, hemoglobin, status nutrisi, dan komorbid tidak signifikan berhubungan dengan kualitas tidur (p > 0.05). Hasil analisis regresi logistik berganda menunjukkan fatigue, depresi, pekerjaan, lama HD dan lama tidur siang berkontribusi terhadap kualitas tidur (OR: 5.911, 5.382, 0.142, 0.401 dan 0.164). Dalam satu model ketika diregresikan secara bersamaan, kelima variabel ini berkontribusi sebesar 44,4% terhadap kualitas tidur. Fatigue merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas tidur. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian terhadap fatigue dan pengembangan intervensi keperawatan untuk meningkatkan kualitas tidur pasien hemodialisis

Hemodialysis (HD) is a method of treatment that is widely used by chronic kidney failure patients. Hemodialysis takes a long time so that it can cause various complications, which one of them is a decrease in sleep quality. Fatigue and depression are considered affecting the quality of sleep in patients undergoing hemodialysis. This study aims to determine the relationship between fatigue and depression with sleep quality in end-stage renal failure patients undergoing hemodialysis in RSUD Pringsewu Lampung. The design in this study was cross sectional, recruited a total sample of 103 patients with end-stage renal failure undergoing hemodialysis. Data analysis used Chi square correlation test and multiple logistic regression. The results of this study indicated that there was a significant relationship between fatigue (p value 0.002) and depression (p value 0.034) with sleep quality. In addition, age, occupation, HD schedule and length of nap were significantly correlated with sleep quality (p = 0.022, p = 0.041, p = 0.024 and p = 0.041, respectively). However, there were not significantly correlated between gender, education, duration of HD, hemoglobin, nutritional status, and comorbidities with sleep quality (p > 0.05). The result of multiple logistic regression analysis showed that fatigue, depression, occupation, duration of HD and length of nap contributed to sleep quality (OR: 5.911, 5.382, 0.142, 0.401 and 0.164 respectively). In the same model, these variables when regressed together could explain 44.4% to sleep quality. The fatigue became the most influential factor on sleep quality. Therefore, the assessment of fatigue and develop nursing interventions to improve sleep quality hemodialysis patients is pivotal to be conducted in taking care of haemodialysis patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewiyanti Toding
"Banyak dampak dan perubahan akibat pandemi COVID-19 yang dapat dialami pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis. Hal ini dapat mempengaruhi kepatuhan mereka dalam menjalani proses hemodialisis yang nantinya dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien hemodialisis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi secara mendalam tentang pengalaman pasien yang menjalani hemodialisis di Indonesia di era pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode wawancara mendalam. Partisipan berjumlah 15 orang dari RS Wahidin Sudirohusodo dan RS Universitas Hasanuddin yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Terdapat 3 tema yang dihasilkan dalam penelitian ini yaitu munculnya berbagai respon pada awal pandemi, timbulnya berbagai dampak yang dialami selama pandemi, dan adanya strategi koping yang dibangun selama pandemi. Temuan tersebut menunjukkan bahwa pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis telah berupaya untuk membangun strategi koping yang adaptif di era pandemi COVID-19 tetapi mereka tetap memerlukan dukungan dari penyedia layanan kesehatan di unit hemodialisis untuk mengatasi berbagai masalah dan dampak akibat pandemi COVID-19 ini. Perawat hemodialisis diharapkan dapat melakukan pengkajian secara holistik dan evaluasi secara terus menerus agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dalam memenuhi kebutuhan pasien hemodialisis di era pandemi COVID-19 ini.

Many effects and changes due to COVID-19 pandemic experienced by patients with end-stage renal disease undergoing hemodialysis. This can affect their compliance to have hemodialysis treatment that will affect their quality of life. The aim of this study is to deeply explore the experience of patients with end-stage renal disease who were undergoing hemodialysis during COVID-19 pandemic. This study takes qualitative descriptive approach with in-depth interviews. The participants were 3 themes, as: the emergence of various responds in an early pandemic, the effects that were experienced during pandemic and the coping strategy built during the pandemic. These findings showed that patients with end-stage renal disease have been implementing adaptif coping strategy during the pandemic, but they still need a support from the health care providers in the hemodialysis unit to overcome various problems and impacts during COVID-19 pandemic. The role of nurses is needed to conduct holistic assessments and continuous evaluations in order to provide comprehensive nursing care for the needs of hemodialysis patients in this era of the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Megasari Yanuar Wisudawati
"ABSTRAK
Gagal Ginjal Terminal GGT merupakan penyakit yang menempati posisi kedua kasus yang menyebabkan kematian di Indonesia. Pasien dengan GGT harus menjalani hemodialisis rutin untuk terapi pengganti ginjal sementara. Pasien dengan hemodialisis harus melakukan pembatasan cairan agar tidak terjadi kelebihan cairan yang dapat berakibat kematian. Untuk menjaga keseimbangan cairan, diperlukan motivasi diri untuk pasien melakukan pembatasan cairan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran motivasi diri pada pasien hemodialisis dalam melakukan pembatasan cairan dengan menggunakan kuesioner TMQ. Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional dengan total responden sejumlah 94 pasien di RSAU dr. Esnawan Antariksa Jakarta. Teknik pengambilan sampling menggunakan consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 63,8 responden memiliki motivasi diri yang rendah dalam melakukan pembatasan cairan. Peneliti menyarankan rumah sakit untuk melakukan focus grup discussion mengenai pengetahuan dasar pembatasan cairan, cara pengontrolan pembatasan cairan dengan grafik IDWG serta sebagai sarana menggali dan berbagi motivasi diri pasien dalam melakukan pembatasan cairan.

ABSTRACT
End Stage Renal Disease ESRD is one of diseases that take as second causes of death in Indonesia. Patients with ESRD have to undergo routine hemodialysis for temporary renal replacement therapy. Patients who are undergoing hemodialysis should do fluid restrictions in order to avoid excess fluid. To maintain the fluid balance, patients need self motivation to make fluid restriction. The aim of this research was to determine of self motivation for patients undergoing hemodialysis with fluid restriction while using TMQ. This research was a descriptive study with cross sectional approach performed 94 patients undergoing hemodialysis consecutively at unit hemodialysis. The result showed 63,8 of patients undergoing hemodialysis have a low motivation of fluid intake restriction. Suggestion for hospital is to organize focus group discussion about basic knowledge of fluid restriction, how to maintain fluid restriction with IDWG graphs and to share patients self motivation of fluid restriction. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Hardianti
"Kepatuhan manajemen terapi hemodialisis berpengaruh terhadap kejadian komplikasi yang mungkin dapat muncul, kualitas hidup dan angka mortalitas pada pasien. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan tersebut adalah persepsi penyakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi penyakit dengan kepatuhan manajemen terapi hemodialisis pada pasien penyakit ginjal kronik. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik korelatif dengan jumlah sampel 103 responden yang dipilih berdasarkan teknik purposive sampling pada pasien hemodialisis. Data dikumpulkan melalui Brief Illness Perception Questionnaire B-IPQ untuk persepsi penyakit dan modifikasi End-Stage Renal Disease Adherence Questionnaire ESRD-AQ untuk kepatuhan manajemen terapi hemodialisis. Data tersebut diolah dengan menggunakan SPSS versi 23. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara persepsi penyakit dengan kepatuhan manajemen terapi hemodialisis r= -0.244; p value= 0.007 . Akan tetapi, jika ditinjau per-dimensi maka hanya kontrol personal r= 0.329; p value= 0.000 dan respon emosi r= -0.292; p value= 0.001 yang berhubungan dengan kepatuhan manajemen terapi hemodialisis. Dengan sebab itu, tenaga kesehatan perlu memperhatikan persepsi penyakit pada pasien untuk meningkatkan kepatuhan manajemen terapi hemodialisis pada pasien.

The adherence of hemodialysis therapy management influenced occurence rate of complication that might be appear, quality of life, and mortality rate in patient. One of the factors that affect adherence of hemodialysis therapy management is illness perception. This research aimed to identify the relation between illness perception and adherence of hemodialysis therapy management in patient with chronic kidney disease. Correlation analytic with purposive sampling technique was used for this research with 103 patients in hemodialysis as a sample. Data were collected by Brief Illness Perception Questionnaire B IPQ for illness perception and End Stage Renal Disease Adherence Questionnaire ESRD AQ for adherence of management hemodialysis therapy. Data were analyzed by SPSS ver. 23. Result shows that illness perception affect adherence to therapy management r 0.244 p value 0.007 . Yet, only control personal r 0.329 p value 0.000 and emotional response r 0.292 p value 0.001 that influence adherence to therapy management. Therefore, it is recommend to assess patient view of their illness to increase adherence rate to hemodialysis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Malina Luthfiana
"Latar Belakang: Kelebihan volume cairan pasien hemodialisis akan berakibat pada peningkatan angka morbiditas dan mortalitas pasien. Self-efficacy penting dalam peningkatan perilaku kesehatan yang tercermin dari kepercayaan pasien akan kemampuannya dalam membatasi asupan cairan. Tujuan: Penelitian ini mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan self-efficacy pembatasan cairan pasien hemodialisis.
Metode: Pendekatan cross sectional digunakan untuk mengidentifikasi hubungan usia, jenis kelamin, lama hemodialisis, pengetahuan, kualitas hidup, dukungan sosial, dan IDWG dengan self-efficacy pembatasan cairan. Responden adalah 100 pasien hemodialisis yang diambil dengan teknik simple-random sampling.
Hasil: Analisis korelasi Pearson menunjukkan faktor yang berhubungan dengan self-efficacy pembatasan cairan adalah usia (p<0,001), pengetahuan (p=0,015), kualitas hidup (p<0,001), dukungan sosial (p<0,001), dan IDWG (p<0,001). Analisis regresi linier menunjukkan usia kualitas hidup, dan dukungan sosial adalah faktor dominan (r2=0,7) dengan kualitas hidup merupakan faktor paling dominan (r=0,543).
Rekomendasi: Untuk meningkatkan self-efficacy pasien, perawat perlu meningkatkan pengkajian terhadap kualitas hidup dan dukungan sosial untuk pasien hemodialisis.

Background: Fluid overload in hemodialysis patients will increase patients morbidity and mortality. Self-efficacy is important for improving health behavior which reflects patients believe about their capability to restrict fluid intake.
Objective: This study identified factors related hemodialysis patients self-efficacy to restrct fluid intake. Method: Cross sectional approach was used to identify the relationship of age, sex, duration of hemodialysis, knowledge, quality of life, social support, and IDWG with self-efficacy of fluid restriction. Respondents were 100 hemodialysis patients who were taken using simple random sampling technique.
Results: Pearson correlation showed that factors related to self-efficacy of fluid restriction were age (p<0,001), knowledge (p=0,015), quality of life (p<0,001), social support (p<0,001), and IDWG (p<0,001). Linear regression analysis showed that age, quality of life, and social support were dominant factor (r2=0,7). Quality of life was the most dominant factor (r=0,543).
Recommendation: To improve patients self-efficacy, nurses need assessment the quality of life of hemodialysis patients and social support for hemodialysis patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51775
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Putra Ramadhan
"Interdialytic Weight Body Gains (IDWG) merupakan dampak sekunder dari asupan cairan dan/atau makanan yang berlebihan serta umum yang terjadi pada pasien hemodialisis karena adanya disfungsi ekskresi ginjal. saat pasien mengalami IDWG berat, maka jumlah cairan yang ditarik selama penarikan cairan akan ditingkatkan. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya komplikasi selama penarikan cairan pada hemodialisis Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan tingkat IDWG dengan risiko komplikasi selama penarikan cairan pada pasien yang menjalani hemodialisis. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara IDWG dengan perubahan tekanan darah pada penarikan cairan jam ke-1 (p value 0,043), terdapat dan hubungan antara tingkat IDWG dengan kram otot pada penarikan cairan jam ke-4 (p value 0,039). Studi ini menunjukkan, tidak terdapat hubungan antara tingkat IDWG dengan sakit kepala, mual, dan muntah pada penarikan cairan jam ke-1 sampai dengan jam ke-4. Berdasarkan penelitian ini, IDWG berhubungan dengan perubahan tekanan darah jam ke-1 dan kram otot pada jam ke-4 penarikan cairan. Berdasarkan penelitian ini, IDWG berhubungan dengan perubahan tekanan darah jam ke-1 dan kram otot pada jam ke-4 penarikan cairan.

Interdialytic Weight Body Gains (IDWG) is a secondary impact of excessive fluid and/or food intake. In addition, IDWG is common in hemodialysis patients due to the dysfunction of renal excretion which has an impact on fluid buildup. Interdialytic Weight Body Gains (IDWG) is a secondary impact of excessive fluid and/or food intake and is common in hemodialysis patients due to renal excretion dysfunction. If the patient has severe IDWG, it will have an impact that fluid withdrawal will be increased. This was increases the risk of complications during fluid withdrawal on hemodialysis. The study aimed to identify the relationship of IDWG levels with risks during fluid withdrawal in patients undergoing hemodialysis. This was a descriptive analytical study, which 90 patients undergoing HD was recruited using consecutive sampling. The results of this study showed that there is a relationship between IDWG and changes in blood pressure in the 1st hour fluid withdrawal (p value 0,043), there is a relationship between IDWG levels and muscle cramps in the withdrawal of fluid at the 4th hour (p value 0,039). This study showed there is no relationship between IDWG levels with headaches, nausea, and vomiting at the 1st to 4th hour fluid withdrawals. Based on this study, IDWG is associated with changes in blood pressure at the 1st hour and muscle cramps at the 4th hour of fluid withdrawal."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairul Huda Al Husna
"Hemodialisis adalah terapi pengganti ginjal yang paling banyak diberikan pada pasien Gagal Ginjal Terminal. Kepatuhan pasien hemodialisis terhadap pembatasan cairan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas dan angka harapan hidup serta mencegah dampak perburukan dari penyakit. Kepatuhan cairan dapat dipengaruhi berbagai macam faktor baik internal maupun eksternal. Tujuan penelitian: Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan cairan pasien HD di satu RS yang ada di Malang. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Jumlah sampel dalam penelitian 98 responden yang didapatkan dengan tehnik consecutive sampling. Metode pengumpulan data dengan kuesioner dan lembar pengumpulan data. Analisis hasil penelitian menggunakan uji korelasi Pearson dan Spearman dan analisis multivariat menggunakan regresi linier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan kepatuhan cairan adalah: Usia p=0,001 , komplikasi p=0,017 , agreeableness p=0,013 , dan dukungan keluarga p=0,001 . Hasil analisis multivariat didapatkan faktor yang berhubungan paling dominan dengan kepatuhan cairan adalah usia r=0,255.

Hemodialysis is the most widely used renal replacement therapy in patients with End Stage Renal Disease. Fluid adherence of hemodialysis patients is an important aspect in improving quality and life expectancy and preventing the deterioration of the disease. Fluid adherence can be influenced by both of internal and external factors. Objective To analyze factors associated with fluid adherence among HD patients in Malang Hospital. This study used cross sectional design. The number of samples in the study of 98 respondents obtained by consecutive sampling techniques. Methods of data collection with questionnaires and data collection sheets. Analysis of research results used Pearson and Spearman correlation and multivariate analysis with linear regression. The results showed that factors related to fluid adherence were age p 0.001, complications p 0.017, agreeableness p 0.013 , and family support p 0.001 . The result of multivariate analysis found that the most dominant correlated factor with fluid adherence was age r 0,255."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51090
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Tri Prakoso
"Latar Belakang: Penyakit Ginjal Kronis (PGK) merupakan penurunan fungsi ginjal secara progresif, komplikasi yang umum ditemukan pada PGK adalah anemia defisiensi besi. Untuk menanganinya, salah satu tatalaksana yang tersedia adalah epoetin alfa, sebuah agen rekombinan eritropoietin manusia. Studi ini spesifik melihat pengaruh dosis epoetin alfa pada pasien anemia dengan penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis.
Metode: Desain studi kohort retrospektif dengan melibatkan 240 pasien yang menjalani hemodialisis. Pengumpulan data primer diambil pada Juni 2022 dari rekam medis. Analisis uji beda proporsi akan dilakukan dengan uji Chi-Square alternatif Fisher dengan signifikansi p<0.05. Analisis multivariat dilakukan menggunakan Cox-Reggresion.
Hasil: Kelompok dengan dosis epoetin alfa 3000IU memiliki kemungkinan lebih kecil untuk mengalami peningkatan nilai Hb [RR: 0.789 (95% CI 0.696-0.895) dibandingkan dengan dosis epoetin alfa >3000IU. Status Gizi dan Jenis kelamin merupakan confounding yang paling berpengaruh dengan ∆RR >10%.
Kesimpulan: Pasien yang menerima dosis epoetin alfa >3000 IU memiliki kemungkinan meningkatnya nilai Hb 3.458 kali lebih tinggi dibandingkan dosis 3000 IU (95% CI 1.745 - 6.855)

Background: Chronic Kidney Disease (CKD) is a progressive loss of kidney function, a common complication found in CKD is iron deficiency anemia. To treat it, one of the available treatments is epoetin alfa, a recombinant human erythropoietin agent. This study specifically looked at the effect of epoetin alfa dose in anemic patients with chronic kidney disease undergoing hemodialysis.
Methods: Retrospective cohort study design involving 240 patients undergoing hemodialysis. Primary data collection was taken in June 2022 from medical records. The analysis of the different proportions test will be carried out using the Chi-Square Fisher alternative test with a significance of p<0.05. Multivariate analysis was performed using Cox-Reggression
Results: The group with 3000IU of epoetin alfa had a lower chance of increasing Hb values ​​[RR: 0.789 (95% CI 0.696-0.895) compared to >3000IU of epoetin alfa. Nutritional Status and Gender were the most influential confounding with RR >10%.
Conclusion: Patients with dose of epoetin alfa >3000 IU had the possibility of increasing the Hb value 3,458 times higher than the dose of 3000 IU (95% CI 1,745 - 6,855
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>