Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187364 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dita Mayasari
"Kebutuhan produksi alas kaki dengan target harian yang telah ditetapkan mengharuskan pekerja bekerja dengan maksimal agar target dapat tercapai. Namun, aktivitas pekerjaan pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pengrajin alas kaki seperti melakukan pekerjaan dengan posisi duduk, membungkuk, leher menekuk, serta dalam waktu kerja yang lama dan tidak menentu dapat menimbulkan nyeri yang mengarah pada kondisi keluhan gangguan muskuloskeletal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko individu, faktor risiko pekerjaan, faktor risiko lingkungan kerja, dan faktor risiko peralatan kerja terhadap keluhan gangguan muskuloskeletal pada pekerja UMKM pengrajin alas kaki di Kecamatan Ciomas. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Keluhan gangguan musculoskeletal dinilai dengan lembar penilaian Nordic Muskuloskeletal Questionnaire (NMQ). Faktor risiko individu dinilai melalui kuesioner karakteristik responden, dan antropometri dilakukan pengukuran menggunakan meteran. Kemudian faktor risiko pekerjaan dinilai menggunakan lembar Quick Exposure Checklist (QEC). Lalu faktor risiko lingkungan kerja dinilai dengan pengukuran suhu menggunakan WBGT (Wet Bulb Globe Temperature) meter dan pengukuran pencahayaan menggunakan lux meter. Sedangkan faktor risiko peralatan kerja dinilai dengan mengukur workstation dan disesuaikan dengan standar antropometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 84,7% responden mengalami keluhan gangguan muskuloskeletal. Hasil penelitian pada faktor risiko individu menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara perilaku merokok dengan keluhan gangguan muskuloskeletal pada bahu. Hasil penelitian faktor risiko pekerjaan menunjukkan ada hubungan antara tingkat pajanan risiko punggung terhadap keluhan gangguan muskuloskeletal pada leher. Hasil pengukuran faktor risiko lingkungan kerja menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan dengan keluhan gangguan muskuloskeletal secara umum. Hasil pengukuran peralatan kerja pada workstation menunjukkan bahwa hanya terdapat beberapa workstation yang sesuai dengan standar antropometri yaitu meja open pada UMKM 4,5, dan 8, mesin jahit, dan meja finishing pada UMKM 8.

The need for footwear production with predetermined daily target requires worker to work optimally so the target can be achieved. However, work activity on footwear Micro, Small, and Medium Enterprises (MSMEs) such as sitting work position, bending down, neck bend, long duration of work and uncertain can cause pain that lead to musculoskeletal disorder complaint. This research aim to analyze individual risk factors, occupational risk factors, work environment risk factors, and work equipment risk factors against musculoskeletal disorder complaint on footwear MSMEs workers in Ciomas district. This research using cross sectional study design. Complain of musculoskeletal disorder were assessed using the Nordic Musculoskeletal Questionnnaire (NMQ). Individual risk factors through a questionnaire of respondent’s characteristics, and anthropometry were assessed by measuring tape. Occupational risk factors were assessed using the Quick Exposure Checklist (QEC). Then, work environment risk factors were assessed by measuring temperature using a WBGT (Wet Bulb Globe Temperature) meter and measuring lighting using a lux meter. While work equipment risk factors were assessed by measuring workstation and adjusted to anthropometric standards. The result of the research showed that 84,7% of respondent have a musculoskeletal disorder complaint. The result on individual risk factors showed that there was a significant relationship between smoking behavior and musculoskeletal disorder complaint on shoulder. The result on occupational risk factors showed that there was a significant relationship between back risk exposure level to musculoskeletal disorder complaint on neck. The result on work environment risk factors showed that there was no significant relationship with musculoskeletal disorder complaint in general. The result of measuring work equipment risk factors on workstations show that there are only a few workstations that comply with anthropometric standard, there are open’s table on 4th,5th, and 8th’s MSME, sewing machines, and finishing table’s at 8th MSME."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuri Evelina
"Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan pada pengrajin sepatu yang ada di Bengkel Sepatu Tata Kampung Ciomas, Bogor untuk mengetahui tingkat risiko ergonomi serta gambaran keluhan Muskuloskeletal Disorders (MSDs) pada pekerja.
Desain penelitian ini adalah Cross Sectional yang bersifat Deskriptif Analitik. Penelitian ini dilakukan dengan observasi dan memberikan kuesioner pada pengrajin.
Hasilnya penelitian menunjukkan tingkat risiko tinggi (skor 9) pada aktivitas pembuatan pola dan penjahitan, keluhan subjektif MSDs terbanyak pada leher bagian atas dan pinggang (77,4%). Gambaran keluhan MSDs berdasarkan umur paling banyak pada kategori < 30 tahun dengan keluhan terbanyak pada bagian leher bagian atas dan pinggang, jenis kelamin pada kategori laki-laki di bagian pinggang, masa kerja pada kategori < 5 tahun di bagian leher atas, dan kebiasaan merokok di bagian pinggang. Oleh karena itu, diperlukan perubahan dalam pelaksanaan proses kerja.

This research is conducted on the Shoe craftsman in Bengkel Sepatu Tata Kampung Ciomas, Bogor. The purpose of this research is to analysis of ergonomic risk level and overview of complaint subjective musculoskeletal disorders (MSDs) in the worker.
The design of this study is a Cross Sectional with the Descriptive Analytical research the research was done by observations and giving questionnaires for the craftsman.
Based on data, the high risk level (score 9)of pattern making and sewing the upper shoes. Complaint subjective MSDs langest at upper neck and waist is about 77,4%. Descriptions of MSDs complaints based on workers age category is < 30 years category for the largest MSDs complaints at upper neck and waist, sex category is male workers at waist, working periode category is < 5 years at upper neck and the worker with the smoking habits category at waist. Therefore, necessary changes in the implementation of the work process.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Mansyur
"ABSTRAK
Pekerja di pabrik pembuatan tempe di Desa Citeureup beresiko mengalami keluhan Musculoskeletal Disorders yang berasal dari proses kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran keluhan Musculoskeletal Disorders. Penelitian dilakukan pada 15 pekerja di 3 tempat dengan desain studi deskripstif observasional dengan pendekatan cross-sectional. Hasil penelitian menunjukkan proses kerja pembuatan tempe di Desa Citereup mempunyai tingkat risiko ergonomi yang cukup tinggi. Dari 10 (sepuluh) Terdapat 4 (empat) aktivitas yang mempunyai tingkat risiko tinggi. Keluhan paling dominan yang dirasakan pekerja yaitu pegal-pegal. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan postur tubuh kerja untuk meminimalisasi keluhan Musculoskletal Disorders dan faktor risiko ergonomi.

ABSTRACT
Workers of tempe factory in Desa Citeureup had a risk to experience musculoskeletal disorders complaints that derived from the process of working. The aim of this study is to obtain a description of musculoskeletal disorders complaints. The subject of the study was 15 workers in three places, and the method used was observational descriptive study with cross-sectional design. The result showed that the process of working in the manufacture of tempe have high level of ergonomics risk. There were 4 (four) activities from 10 (ten) that have high risk level. The most dominant complaints most dominant from the workers were stiff. The factory was suggested to improve body posture to minimize musculoskletal disorders complaints and ergonomic risk factor."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yenni Miranda Savira
"Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pembuatan alas kaki berperan penting dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia, namun sayangnya peran UMKM tersebut masih belum diimbangi dengan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) kepada para pekerjanya. Setiap hari para pekerja di UMKM pembuatan alas kaki terpajan dengan berbagai bahan kimia baik melalui inhalasi maupun dermal yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan, iritasi mata dan kulit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko kesehatan terkait penggunaan bahan kimia pada pekerja di UMKM pembuatan alas kaki di Ciomas Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan di tiga UMKM pembuatan alas kaki di Ciomas – Bogor dengan menggunakan desain penelitian cross sectional dan menggunakan metode Chemical Hazard Risk Assessment dari Department of Safety and Health Malaysia Tahun 2018. Bahan kimia yang dianalisis dibatasi hanya untuk benzene dan toluene. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mix-method, di mana tahap rekognisi bahaya dan evaluasi pajanan melalui dermal dilakukan dilakukan secara kualitatif, sementara evaluasi pajanan melalui inhalasi dilakukan secara kuantitatif berdasarkan pengukuran personal air sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa level risiko bahan kimia melalui pajanan inhalasi termasuk kedalam level risiko moderat dan tinggi, di mana pajanan inhalasi yang tinggi dapat menyebabkan efek karsinogenik. Sementara melalui pajanan dermal masuk kedalam level risiko moderat, dengan efek kesehatan yang dapat terjadi yaitu, iritasi kulit dan mata. Tingginya pajanan yang diterima pekerja di UMKM alas kaki diperburuk dengan minimnya pengendalian yang dilakukan UMKM terhadap pajanan bahan kimia.

Micro Small Medium Enterprises (MSME’s) in footwear manufacturing sector contribute to provide jobs in Indonesia, but the role is still not balanced with the protection of Occupational Health and Safety (OHS) for workers. Workers are daily exposed to extensive range of potential chemical occupational hazards either through inhalation or dermal which may lead to respiratory problem, eye and skin irritation. The research aimed to analyze health risks related to the use of chemicals among workers in MSME’s in footwear manufacturing. This research was conducted in three MSME’s in Ciomas - Bogor using cross sectional design and the Chemical Health Risk Assessment method by the Department of Safety and Health Malaysia Year 2018. The chemicals analyzed were limited to benzene and toluene. The data collection technique was carried out using mixmethod: qualitative method for hazard recognition and evaluation of exposure through dermal; and quantitative method for evaluation of exposure through inhalation, based on measurement of personal air sampling. The results showed that the level of risk of chemicals through inhalation exposure is included to the level of moderate and high risk, where high exposure can cause carcinogenic effects. While through dermal exposure is included to the level of moderate risk, with health effects that can occur, namely, skin and eye irritation. The high exposure received by workers in MSME footwear is exacerbated by the lack of control by MSMEs on exposure to chemicals."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yustika Itsnati Rahmah
"Hampir seluruh pekerjaan konstruksi memerlukan manual handling. Manual handling dianggap sebagai kontributor utama penyebab masalah pada punggung dan juga gangguan muskuloskeletal terkait kerja lainnya (Straker, 1999). Penelitian ini dilakukan pada pekerja aktivitas manual handling di proyek pembangunan gedung bertingkat PT X yang berlokasi di Cikini, Jakarta Pusat, dengan tujuan untuk melihat hubungan antara tingkat risiko ergonomi dan faktor individu terhadap keluhan gejala gangguan muskuloskeletal. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dan melibatkan 85 pekerja aktivitas manual handling. Metode yang digunakan dalam penlitian ini adalah Quick Exposure Check (QEC) dan Nordic Body Map (NBM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi keluhan terbanyak yang dialami oleh pekerja yaitu pada punggung (51,8%), bahu kiri (40%), dan bahu kanan (36,5%). Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara tingkat risiko dan usia terhadap keluhan gejala gangguan muskuloskeletal.

Almost every construction task needs manual handling. Manual handling considered as major contributor to back problems, as well as other work-related musculoskeletal disorders (Straker, 1999). This research was conducted on manual handling activity workers at the PT X multi-storey building project located in Cikini, Central Jakarta, with the aim of looking at the correlation between the level of ergonomics risk and individual factors on complaints of musculoskeletal disorders. This research used a cross-sectional study design and involved 85 manual handling activity workers. The methods used in this research are Quick Exposure Check (QEC) and Nordic Body Mp (NBM). The results showed that the location of the most common complaints experienced by workers was on the back (51,8%), left shoulder (40%), and right shoulder (36,5%). The results of bivariate analysis showed that there is a correlation between the level of risk and age on complaints of musculoskeletal disorders symptioms."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ummyatul Hajrah
"ABSTRAK
Pada proses produksi alas kaki, lem sering digunakan sebagai bahan perekat yang mengandung benzena. Benzena telah ditetapkan sebagai bahan karsinogen pada manusia dimana jalur pajanan utama melalui inhalasi.Pajanan benzena terhadap tubuh mempunyai dampak yang sangat buruk pada kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi tingkat risiko kesehatan pekerja menurut pajanan benzena udara di lingkungan kerja dan mengetahui gambaranintake non karsinogen dan intakekarsinogen pajanan benzena terhadap gejala gangguan pernapasan pekerja. Penelitian ini merupakan studi cross-sectional dan pendekatan analisis risiko pada pekerja di empat industri alas kaki informal di Desa Pagelaran, Ciomas, Bogor pada Agustus ndash; September 2017. Jumlah sampel sebanyak 96 pekerja yang diperoleh dengan metode purposif sampling. Sampel udara sebanyak 12 titik untuk mengukur konsentrasi benzena di dalam ruang kerja yang diukur dengan alat perangkap udara dan instrument Gas Chromatography GC . Data pekerja diperoleh melalui wawancara, pengukuran tinggi badan denganmicrotoise dan berat badan menggunakan alat timbangan. Hasil penelitian menujukkan 21pekerja memiliki risiko kanker ECR>1?10-4 dan11 pekerjamemiliki risiko non kanker real time RQ

ABSTRACT
In the production process of footwear, glue is often used as an adhesive material containing benzene. Benzene has been established as a carcinogenic substance in humans where the main exposure pathway is through inhalation. Benzene exposure to the body has a very bad impact on healtuat h. This study aims to estimate the level of occupational health risk by exposure to benzene in the work place and to know the scope of non carcinogenic intake and carcinogen intake of benzene exposure against respiratory symptoms. This study uses cross sectional study design and risk analysis approaches to workers in four informal footwear industries located in Pagelaran, Ciomas, Bogor in August to September 2017. The total sample is 96 workers obtained by purposive sampling method. Air samples of 12 points to measure benzene concentrations in the workspace as measured by air trapping device and Gas Chromatography GC instrument. Workers data obtained through interviews, measurements of height with microtoise and weight using the instrument weighing scale. The results showed 21 workers had cancer risk ECR 1 10 4 and 11 workers had non cancer risk real time RQ "
2018
T49669
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridcho Andrian Am
"Bagian terpenting yang tidak terpisahkan dalam proses pembuatan alas kaki adalahpenggunaan bahan perekat dan cat yang mengandung pelarut xilena. Apabila terpajanxilena, maka akan berakibat pada gangguan sistem saraf pusat. Tingkat pajanan xilenayang telah diterima oleh tubuh dapat dilihat melalui kadar Asam Metil Hipurat AMH dalam urin. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat risikodan peranan pajanan inhalasi xilena terhadap gangguan kesehatan. Penelitian inimenggunakan rancangan potong lintang. Lokasi penelitian berada di tiga bengkel alaskaki di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan dilakukan pada bulan September ndash;Oktober 2017. Adapun sampel penelitian terdiri dari pekerja sebanyak 40 orang; danlingkungan yaitu xilena di 9 titik pengukuran. Sampel pekerja diambil informasimengenai karakteristik, pola aktivitas, kadar AMH dalam urin, dan gejala neurotoksik.Seluruh informasi diambil pada saat jam kerja berlangsung melalui wawancara. Khususurin, diambil pada saat jam kerja berakhir dan dianalisis dengan UPLC MS/MS.Selanjutnya, pengukuran xilena dilakukan dengan menggunakan kromatografi gas.Kemudian, tingkat risiko RQ pajanan xilena dianalisis dengan menggunakanpendekatan ARKL. Analisis hubungan antar variabel menggunakan uji t independen konsentrasi xilena dengan gejala neurotoksik dan kadar AMH dengan gejalaneurotoksik dan regresi linier sederhana konsentrasi xilena dengan kadar AMH . Darihasil penelitian, konsentrasi xilena di seluruh bengkel adalah 3,58E-03 mg/m3 median dengan konsentrasi tertinggi di titik sampel 6 3,16E-02 mg/m3 dengan kadar AMHdalam urin seluruh pekerja adalah sebesar 1,00E-04 g/g kreatinin median dan lebihdari setengah 57,5 pekerja negatif gejala neurotoksik. Berdasarkan perhitungannilai RQ, seluruh pekerja tidak terdapat risiko RQ le;1 terhadap pajanan xilena. Batasmaksimum konsentrasi xilena yang direkomendasikan batas maksimum adalah selama25 tahun ke depan sebesar 0,2593 mg/m3 laki ndash; laki dan 0,30182 mg/m3 perempuan .Untuk hasil uji, secara statistik tidak terdapat hubungan antara konsentrasi xilena danAMH p = 0,511 , konsentrasi xilena pada pekerja dengan positif-negatif gejalaneurotoksik p = 0,969 , serta kadar AMH pada pekerja dengan positif-negatif gejalaneurotoksik.

The use of adhesives and paints containing xylenes play important rule in footwearmanufacturing. Xylene exposure can affect the central nervous system such assymptoms of headache, fatigue, short term memory disorders, time response disorders,numerical ability disorders, equilibrium and balance changes. To determine the levelof exposure can be conducted by measuring the levels of methylhippuric acids MHA in urine. The aim of this study was to describe the risk of xylenes exposure to workers 39 health. This study used cross sectional design and conducted in three footwearworkshops in Ciomas, Bogor Regency in September October 2017. The study sampleconsisted of 40 workers and 9 point measurements of xylenes in indoor air. For workersamples, information concerning characteristics, activity patterns, and neurotoxicsymptoms were taken during working hours through interviews. Especially, urine MHA was taken at the end of work hours and analyzed with UPLC MS MS.Furthermore, xylenes measurements were carried out using gas chromatography. Then,the risk level RQ of xylenes exposure was analyzed using ARKL approach. For theanalysis of relationships among variables using independent t test xylenes withneurotoxic symptoms and MHA levels with neurotoxic symptoms and simple linearregression xylenes with MHA levels . From the results, the concentration of xylenesin the workshops was 3.58E 03 mg m3 median with the highest concentration atsample point 6 3.16E 02 mg m3 . MHA in the urine of all workers were 0.000100 g gof creatinine median and more than half 57.5 of workers had negative neurotoxicsymptoms. All workers have no risk to health RQ le 1 and recommended maximumlimit of xylenes concentration over the next 25 years of 0.2593 mg m3 male and0.30182 mg m3 female. From the statistical results, there was no statisticallysignificant relationship between xylenes concentration and MHA p 0,511 , xylenesin workers with positive and negative neurotoxic symptoms p 0.969 , and MHAlevels in workers with positive and negative neurotoxic symptoms."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50606
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alleluia Victoria Aljonak
"Komputer merupakan alat kerja yang sudah tidak asing lagi bagi pekerja kantor. Aktivitas ini dapat meningkatkan risiko terjadinya ketidaknyamanan pada tubuh, hingga dapat menyebabkan keluhan nyeri muskuloskeletal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor individu (postur, usia, jenis kelamin, dan indeks massa tubuh) dan lingkungan kerja (suhu, pencahayaan, dan stasiun kerja) terhadap keluhan gangguan otot rangka akibat kerja (GOTRAK) di PT. X. Penelitian ini juga menilai ergonomi stasiun kerja pada PT. X berdasarkan PERMENKES no. 48 tahun 2016 tentang Standar K3 Perkantoran. Desain penelitian ini adalah potong lintang kepada 42 pekerja dan observasi langsung. Hasil yang didapatkan adalah 61,9% pekerja mengalami nyeri pada tubuh selama 1 bulan terakhir. Berdasarkan pengisian Nordic Body Map, keluhan terbanyak berada pada titik 5 (punggung) sebanyak 57,7%, titik 7 (pinggang) sebanyak 53,8%, dan titik 0 (leher atas) sebanyak 46,2%. Pada hasil analisis penelitian ini didapatkan bahwa pada faktor individu, hanya faktor indeks massa tubuh yang memiliki korelasi (rho = 0,330 = berpengaruh positif yang sedang) dan signifikan (p-value = 0,033) terhadap keluhan nyeri. Sedangkan pada faktor lingkungan kerja, hanya faktor pencahayaan yang memiliki korelasi (rho = -0,323 = berpengaruh negatif yang sedang) dan signifikan (p-value = 0,037) terhadap keluhan nyeri. Stasiun kerja pada PT. X membutuhkan beberapa perbaikan karena dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya keluhan GOTRAK pada pekerja.

Computers are work tools that are familiar to office workers. This activity can increase the risk of discomfort to body and become musculoskeletal pain. This study aims to analyse the relationship of individual factors (posture, age, sex, and body mass index) and work environment (temperature and lighting) on occurrence of work-related musculoskeletal disorders at PT. X. This paper is also assessing the ergonomics of work station at PT. X based on PERMENKES no. 48 of 2016 concerning Office K3 Standards. The design of this study was cross-sectional with 42 workers and direct observation. 61.9% of workers experienced pain in the body during the last 1 month. The results of Nordic Body Map questionnaire show the most pain occurrence are at point 5 (back) as much as 57,7%, point 7 (waist) as much as 53,8%, and point 0 (upper neck) as much as 46,2%. Through quantitative analysis, it is known that on the individual factors, only the body mass index factor has a correlation (rho = 0,330 = moderate positive correlation) and significant (p-value = 0,033) on pain occurrence. Meanwhile, on the work environment factor, only the lighting factor has correlation (rho = -0.323 = moderate negative correlation) and significant (p-value = 0.037) on pain occurrence. Work station at PT. X needs some improvements because an unergonomic work station can be one of the contributors of work-related musculoskeletal disorders occurrence complaints among workers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yan Fuadi
"Para pekerja divisi konstruksi di perusahaan minyak dan gas bumi PT ABC merupakan populasi yang memilki risiko ergonomi terhadap keluhan muskuloskeletal yang disebabkan oleh kondisi aktifitas kerjanya. Penelitian ini dilakukan untuk menilai risiko ergonomi dari postur tubuh yang dibentuk pekerja konstruksi saat bekerja dengan menggunakan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) dan untuk menganalisa keluhan musculoskeletal dengan faktor – faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor individual (usia, BMI, kebiasaan merokok, rutinitas berolahraga), faktor fisik (bekerja dengan posisi duduk, bekerja dengan posisi jongkok, bekerja dengan postur tubuh bending, bekerja dengan postur tubuh bending & twisting, penanganan beban manual 6 – 15kg, 16 – 25kg dan >25kg) serta faktor psikososial (decision latitude, phsycological job demand, workplace social support & physical job demand). Penelitian dilakukan terhadap 65 responden yang terdiri dari 18 orang welder, 11 orang pipe fitter, 14 orang helper, 15 orang scaffolder dan 7 orang fire watcher. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan skor penilaian REBA posisi jabatan yang paling berisiko secara ergonmi yaitu welder (10), scaffolder (9), helper (8), pipe fitter (7) dan fire watcher (3). Berdasarkan analisa chi square diketahui terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05) antara sebagian besar faktor individual, faktor fisik dan faktor individual dengan munculnya keluhan MSDs pada pekerja konstruksi di PT ABC. Kata Kunci : Pekerja konstruksi, REBA, keluhan muskuloskelatl, faktor individual, faktor fisik, faktor psikososial.

The workers in construction division in oil & gas company PT ABC are the populations who have ergonomic risk to MSDs symptoms due to their work condition. This research was conducted to assess ergonomic risk of body postures that made by construction workers during their works by using REBA (Rapid Entire Body Assessment) method and also to analyze MSDs symptoms with its involved factors, they are individual factors (age, BMI, smoking habit, sport/exercise habit), physical factors (working in sitting position, working in squatting position, working with bending posture, working with bending & twisting postures, manual handling 6 – 15kg, 16 – 25kg and > 25kg) and also psychosocial factors (decision latitude, physiological job demand, workplace social support, physical job demand). This research was conducted to 65 respondents that consist of 18 welders, 11 pipe fitters, 14 helpers, 15 scaffolders and 7 fire watchers. The research result shown that the most ergonomic risk work position based on REBA score sequentially are welder (10), scaffolder (9), helper (8), pipe fitter (7) and fire watcher (3). Based on chi square analysis know that there is significant association (p<0.05) between the most individual factors, physical factors and also psychosocial factors with MSDs symptoms occurrence among construction workers in PT ABC. Key Word: Construction Workers, REBA, MSDs Symptoms, individual factors, physical factors, psychosocial factors"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fea Firdani
"Toluena merupakan pelarut organik aromatik yang paling sering digunakan pada industri yang dapat menimbulkan risiko kesehatan bagi pekerja yang terpajan. Asam hipurat adalah biomarker penanda terjadinya pajanan toluena di dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pajanan toluena terhadap tingkat risiko RQ dan kadar asam hipurat urin pada pekerja industri alas kaki. Penelitian menggunakan desain cross sectional di tiga industri alas kaki yang berada di Ciomas Bogor. Jumlah sampel 40 pekerja dengan pemilihan sampel multistage random sampling. Sampel udara diambil sebanyak 9 titik untuk mengukur konsentrasi toluena di tempat kerja dan di analisis dengan Gas Chromatografi GC . Sampel urin diambil pada pekerja untuk mengukur kadar asam hipurat dengan menggunakan alat UPLC MS/MS. Tingkat risiko RQ dihitung dengan membandingkan nilai asupan intake dengan dosis acuan Reference Concentration . Data karakteristik individu diperoleh melalui wawancara. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsentrasi toluena di udara p value 0,001 , umur p value 0,004 , lama kerja p value 0,004 , tugas kerja p value 0,013 dengan tingkat risiko RQ , namun berat badan, jenis kelamin, status merokok dan kebiasaan minum kopi tidak ada hubungan dengan tingkat risiko RQ . Tidak ada hubungan antara konsentrasi toluena di udara, umur, lama kerja, tugas kerja, berat badan, jenis kelamin, status merokok dan kebiasaan minum kopi dengan kadar asam hipurat urin pekerja. Analisis multivariat menunjukan bahwa tingkat risiko RQ dipengaruhi oleh konsentrasi toluena, lama kerja dan tugas kerja secara bersamaan setelah dikontrol dengan variabel lainnya dengan persamaan regresi linear : Tingkat risiko RQ = -3,335 0,913 Konsentrasi toluena 1,07 Lama kerja ndash; 0,345 Tugas kerja . Disarankan pekerja menggunakan alat pelindung diri, melakukan rotasi kerja dan pekerja pengeleman ditempatkan diruangan dengan ventilasi terbuka.

Toluene is organic solvents aromatic most often used in industry that can give a health risk to exposed workers. Toluene exposure can be determined by measuring the biomarker in the urine is hippuric acid. This research to analysis effect of toluene exposure to risk quotient RQ and urinary hippuric acid on informal footwear industries workers. This study used cross sectional design in three informal footwear industries which are located in Ciomas Bogor. Number of samples is 40 workers with sample selection of multistage random sampling. Air samples were collected at 9 points to measure toluene concentrations in the workplace and analyzed with Gas Chromatography GC . Urine samples were collected on the workers to measures levels of hippuric acid using UPLC MS MS. Estimation risk quotient RQ is compare the value of intake with Reference Concentration RfC . The results showed that there was significant correlation between toluene concentration p value 0,001 , age p value 0,004 , length of work p value 0,004 , work assignment p value 0,013 with risk quotient RQ , but there was no relation weight, sex, smoking and drinking coffee with risk quotient RQ . There was no relation between toluene consentration, age, length of work, work assignment, weight, sex, smoking and drinking coffee with urinary hippuric acid. Multivariate analysis showed that risk quotient RQ was influenced by toluene concentration, length of work and work assignment after controlled with other variables with a linear regression equation Risk Quotient RQ 3,335 0,913 toluene concentration 1,07 length of work ndash 0,345 work assignment. Workers should use personal protective equipment, doing work rotation and workers who work using glue are placed in the room with open ventilation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T49076
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>