Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98806 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asrianti
"Diabetes Melitus (DM) adalah masalah kesehatan yang besar merupakan penyebab penting dari angka kesakitan, kematian, kecacatan, dan kerugian ekonomi di seluruh dunia termasuk Indonesia. Provinsi DKI merupakan provinsi DM tertinggi secara nasional. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan diabetes Melitus berdasarkan surveilans penyakit tidak menular tahun 2018. Penelitian ini menggunakan desain Cross sectional. Data dari surveilans Faktor Risiko PTM Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat tahun 2018. Sampel yang dianalisis sebesar 115.475 respoden berumur ≥ 15 tahun. Hasil analisis menunjukkan prevalensi DM sebesar 2,8% dan terdapat hubungan antara sumur, pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, riwayat keluarga, konsumsi sayur dan buah, aktivitas fisik, merokok, obesitas abdominal, hipertensi dan status perceraian dengan DM berdasarkan surveilans penyakit tidak menular. Perlu adanya peningkatan kualitas pelayanan surveilans PTM dari pemerintah serta kesadaran warga Jakarta Pusat yang berumur ≥ 15 tahun untuk pemantauan faktor risiko serta deteksi dini PTM.

Diabetes mellitus (DM) is a major health problem that is an important cause of morbidity, mortality, disability, and economic losses worldwide including Indonesia. DKI Province is the highest DM province nationally. The study study aims to determine the risk factors associated with diabetes mellitus based on surveillance of non-communicable diseases in 2018. This research used a cross sectional design. Data from NDC Risk Factor Central Jakarta Health Surveillance 2018. The samples analyzed were 115,475 respondents aged ≥ 15 years.DM prevalence of 2.8% and there was a relationship between wells, education, employment, gender, family history, vegetable and fruit consumption, physical activity, smoking, abdominal obesity, hypertension and divorce status with DM based on non-communicable disease surveillance. It was necessary to improve the quality of NDC surveillance implementation from the government and  the awareness of Central Jakarta citizens aged ≥ 15 years for risk factor monitoring and early detection of NDC."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Anita Dianara Arini
"Latar belakang : Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang berada di 10 negara dengan jumlah penderita diabetes melitus tertinggi di dunia. Prevalensi diabetes melitus di DKI Jakarta berada pada rentang 2,38 – 3,42 %. Wilayah dengan prevalensi diabetes melitus tertinggi di provinsi DKI Jakarta pada tahun 2021 adalah kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu yaitu sebesar 3,42%. Tingginya prevalensi diabetes melitus di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes melitus di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu tahun 2022. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional menggunakan data sekunder skrining faktor risiko PTM pada penduduk berusia ≥15 tahun di Suku Dinas Kesehatan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Hasil: Prevalensi diabetes melitus di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Tahun 2022 sebesar 2,9%. Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diabetes melitus (p value <0,005) diantaranya umur (POR 3,5;95% CI 2,8 – 4,4), jenis kelamin (POR 2.0;95% CI 1,6 – 2,4), riwayat keluarga (POR 1,6; 95% CI 1,19 – 2,2), merokok (POR 0,6;95% CI 0,5 – 0,9), variabel konsumsi gula berlebih (POR 1,5; 95% CI 1,1 – 2,2), garam berlebih (POR 2,5; 95% CI 1,5 – 3,9) lemak berlebih (POR 0,5; 95% CI 0,3 – 0,8), dan pendidikan (POR. 2,1; 95% CI 1,7 – 2,6). faktor risiko yang tidak berhubungan yaitu kurang aktivitas fisik (p value 0,343; POR 0,8; 95% CI 0,5 – 1,2) dan kurang konsumsi buah dan sayur (p value 0,720; POR 0,9; 95% CI 0,7 – 1,2). Kesimpulan dan Saran: Terdapat hubungan faktor risiko yang tidak dapat diubah (umur, jenis kelamin, riwayat keluarga) dan faktor yang dapat diubah (obesitas, obesitas sentral, hipertensi,merokok, konsumsi gula garam lemak, dan pendidikan) terhadap kejadian diabetes melitus. Tidak terdapat hubungan pada faktor yang tidak dapat diubah (aktivitas fisik dan konsumsi buah sayur). Masyarakat yang memiliki risiko DM perlu menjaga pola makan, melakukan aktivtias fisik, serta rutin melakukan skrining PTM di Posbindu. Perlu memperdetail pertanyaan kuesioner pada variabel konsumsi buah sayur, konsumsi gula garam lemak berlebih, dan melakukan aktivitas fisik. Penelitian dengan analisis lebih lanjut diperlukan dalam penelitian ini.

Background: Indonesia is the only country in Southeast Asia with the highest number of people with diabetes mellitus in the world. The prevalence of diabetes mellitus in DKI Jakarta is in the range of 2.38–3.42%. The region with the highest prevalence of diabetes mellitus in DKI Jakarta province in 2021 is Kepulauan Seribu Regency, which is 3.42%. The high prevalence of diabetes mellitus in the Seribu Islands Administrative Regency makes researchers interested in conducting research related to factors associated with the incidence of diabetes mellitus in the Seribu Islands Administrative Regency in 2022. Methods: This study uses a cross-sectional design using secondary data on screening for NCD risk factors in the population ≥ 15 years at Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Health Service. Results: The prevalence of diabetes mellitus in the Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu in 2022 was 2.9%. Risk factors associated with the incidence of diabetes mellitus (p-value < 0.005) include age (POR 3.5; 95% CI 2.8 – 4.4), sex (POR 2.0; 95% CI 1.6 – 2.4), family history (POR 1.6; 95% CI 1.1 – 2.2), smoking habit (POR 0.6; 95% CI 0.5 – 0.9), variable consumption of excess sugar (POR 1.5; 95% CI 1.1 – 2.2), excess salt (POR 2.5; 95% CI 1.5 – 3.9) excess fat (POR 0.5; 95% CI 0.3 – 0.8), and education (POR. 2.1; 95% CI 1.7 -2.6). Unrelated risk factors were lack of physical activity (p-value 0.343; POR 0.8; 95% CI 0.5 – 1.2) and lack of fruit and vegetable consumption (p-value 0.720; POR 0.9; 95% CI 0.7 – 1.2). Conclusions and Recommendations: There is an association between unchangeable (age, gender, family history) and changeable (obesity, central obesity, hypertension, smoking, excessive sugar, salt, fat consumption, and education) to the incidence of diabetes mellitus. People at risk of developing DM need to maintain their diet, physical activity, and routinely do early detection for NCD at Posbindu. It is necessary to detail the questionnaire on the variables of fruit and vegetable consumption, excessive sugar, salt, fat consumption, and physical activity. Research with further analysis is needed in this research."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gratcia Ayundini
"

Latar Belakang. Akumulasi lemak yang berlebihan dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai penyakit metabolik termasuk Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2). Lipid Accumulation Product (LAP) merupakan rumus yang dikembangkan untuk mengestimasi lemak ektopik dalam tubuh pada populasi Kaukasia dan memiliki nilai prediksi yang baik terhadap kejadian kardiovaskular maupun DMT2.

 

Tujuan. Penelitian ini dibuat untuk mengetahui apakah LAP dapat digunakan sebagai prediktor DMT2 pada populasi Indonesia serta apakah LAP merupakan prediktor DMT2 yang lebih baik daripada indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar perut (LP).

 

Metode. Penelitian ini merupakan studi kohor retrospektif menggunakan data sekunder dari Studi Kohor Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular Litbangkes di Bogor dalam kurun waktu 2011-2016. Subyek dengan usia 25-65 tahun yang belum terdiagnosis DMT2 di awal penelitian diobservasi selama 5 tahun untuk dievaluasi kejadian DMT2 baru pada akhir masa observasi. Uji hipotesis yang dilakukan adalah uji multivariat cox regression. Analisis dipisah berdasarkan gender.

                                                                                   

Hasil. Subyek yang terinklusi penelitian sebesar 2907 orang (748 laki-laki dan 2159 perempuan). Sebanyak 131 kejadian DMT2 baru tercatat selama masa observasi. Analisis multivariat pada subyek perempuan menunjukkan nilai LAP kuartil 4 merupakan prediktor independen terhadap kejadian DMT2 (RR 3,19 (KI 95% 1,63 – 6,26); p<0,01). LAP kuartil 4 juga merupakan prediktor kejadian DMT2 yang lebih baik apabila dibandingkan dengan IMT dan LP pada perempuan.

 

Kesimpulan. LAP dapat digunakan sebagai prediktor terhadap kejadian DMT2 baru pada perempuan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan IMT dan LP.


Background. Excess lipid accumulation may results in metabolic diseases, one of which is type 2 diabetes mellitus (T2DM). Lipid Accumulation Product (LAP) is an index developed in Caucasian population to estimate ectopic lipid accumulation and has high predictive value in estimating cardiovascular diseases and T2DM incidence

                                             

Objective. This study aims to evaluate LAP as a predictor of T2DM in Indonesian population and whether its predictive value superior to body mass index (BMI) and waist circumference (WC).

 

Methods. This is a retrospective cohort using secondary data from Cohort Study of Non Communicable Disease in Bogor City 2011-2016. Subjects aged 25-65 years old who did not meet criteria of T2DM in the beginning of the study were observed for five years to evaluate T2DM incidence in the end of observation period. Multivariate cox regression is used for hypothesis test. The analysis was separated between gender.

 

Result. 2907 subjects were included in this study (748 males and 2159 females). A total 131 new cases of T2DM were observed during the observation period. Multivariate analysis in female showed that fourth quartile of LAP value is an independent predictor of DMT2 incidence (RR 3,19 (CI 95% 1,63 – 6,26); p<0,01). It is also a better predictor of T2DM compared to BMI and WC.

 

Conclusion. LAP may be used as a predictor of DMT2 in female compared to BMI and WC.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dyvia Mega
"Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang memberikan dampak pada keseimbangan cairan dalam tubuh. Poliuria akibat diuresis osmotik menyebabkan pasien diabetes rentan kekurangan cairan sehingga kebutuhan cairannya pun bertambah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gambaran tingkat pengetahuan kebutuhan cairan dan status hidrasi pada pasien diabetes melitus tipe II di Kota Depok. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan desain penelitian deskriptif. Sampel yang digunakan adalah pasien diabetes melitus tipe II usia dewasa di Kota Depok sebanyak 85 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner pengetahuan kebutuhan cairan dan grafik warna urin untuk menentukan status hidrasi. Hasil penelitian menunjukan 74.1% responden memiliki pengetahuan kebutuhan cairan yang baik dan 54.1% responden memiliki status hidrasi terhidrasi dengan baik. Hasil tersebut menunjukan pasien diabetes melitus tipe II di Kota Depok telah memiliki pengetahuan kebutuhan cairan dan status hidrasi yang baik, namun dengan kondisi diabetes yang fluktuatif maka diperlukan penelitian lanjutan untuk menilai pengetahuan pada tingkat yang lebih tinggi sehingga kebutuhan cairan pasien diabetes terjaga.

Diabetes mellitus is a chronic disease that has an impact on fluid balance in the body. Polyuria due to osmotic diuresis leaves diabetic patients prone to lack of fluids so that their fluid needs also increase. The purpose of this study was to identify the level of knowledge of fluid needs and hydration status in patients with type II diabetes mellitus in Depok City. The study was conducted with a quantitative approach and descriptive research design. The sample used was adult type II diabetes mellitus patients in Depok as many as 85 people. The instrument used was a fluid needs knowledge questionnaire and urine color chart to determine hydration status. The results showed 74.1% of respondents had good knowledge of fluid needs and 54.1% of respondents had a well hydrated hydration status. These results show that patients with type II diabetes mellitus in Depok City already have good knowledge of fluid needs and good hydration status, but with fluctuating diabetes conditions, further research is needed to assess knowledge at a higher level so that the fluid needs of diabetic patients are maintained."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hapizatul Mardhiah
"Diabetes melitus merupakan penyakit kronik serius yang menyebabkan masalah kesehatan masyarakat. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah diatas nilai normal. Prevalensi global diabetes meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1980 dari 4.7% menjadi 8.5%. Kejadian diabetes melitus di DKI Jakarta dari tahun ke tahun terus meningkat, bahkan pada tahun 2018 DKI Jakarta merupakan provinsi tertinggi dengan kejadian diabetes melitus di Indonesia yaitu sebesar 3.4%, dimana kejadian diabetes melitus di DKI Jakarta melebihi angka nasional yaitu 2%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan diabetes melitus. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, uji statistik menggunakan chi square untuk meihat prediktif faktor yang berhubunagn dengan diabetes melitus. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari program skirining Faktor Risiko PTM berbasis Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU) Penyakit Tidak Menular (PTM) Dinas Kesehatan DKI Jakarta tahun 2018. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara umur (POR 6.6 95%CI 6.125-7.151), jenis kelamin (POR 1.5 95%CI 1.411-1.614), tingkat pendidikan (POR 1.6 95%CI 1.549-1.770), riwayat keluarga (POR 18.6 95%CI 17.393-19.954), indeks massa tubuh (POR 2.1 95%CI 2.046-2.356), tekanan darah (POR 5.5 95%CI 5.219-5.942) dan obesitas sentral (POR 2.04 95%CI 1.914-2.188) dengan diabetes melitus. Status merokok bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan diabetes melitus.

Diabetes mellitus is a serious chronic disease that causes public health problems. Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disease that is a collection of symptoms that arise in a person because of an increase in blood glucose levels above normal values. The global prevalence of diabetes has increased since 1980 from 4.7% to 8.5%. The incidence of diabetes mellitus in DKI Jakarta has increased from year to year, Diabetes melitus even in 2018 DKI Jakarta is the highest province with the incidence of diabetes mellitus in Indonesia which is 3.4%, where the incidence of diabetes mellitus in DKI Jakarta exceeds the national figure of 2%. This study aims to determine factors associated with diabetes mellitus. This study uses a cross sectional design, statistical tests using chi square to see the predictive factors associated with diabetes mellitus. This study uses secondary data from the Integrated Coaching Post-based PTM Risk Factor screening program (POSBINDU) of the DKI Jakarta Health Office in 2018. The results of the bivariate analysis showed an association between age (POR 6.6 95% CI 6.125-7.151), gender (POR 1.5 95% CI 1,411-1,614), education level (POR 1.6 95% CI 1,549-1,770), family history (POR 18.6 95% CI 17,393-19,954), body mass index (POR 2.1 95% CI 2,046-2,356), blood pressure (POR 5.5 95% CI 5.219-5,942) and central obesity (POR 2.04 95% CI 1,914-2,188) with diabetes mellitus. Smoking status is not a factor associated with diabetes mellitus."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Youvita Indamaika
"Tingkat kepatuhan diet di Indonesia rata-rata masih rendah. Diet dalam menjaga makanan seringkali menjadi kendala karena masih tergoda dengan segala makanan yang dapat memperburuk kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional. Sampel yang diteliti adalah seluruh penderita diabetes melitus tipe 2 dengan rentang usia 25-65 tahun yang sedang rawat jalan, sampel diambil dengan metode non-random sampling dengan teknik purposive sampling sebanyak 130 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran antropometri, pengisian kuesioner, form food recall 1x24 jam dan semiquantitative food frequency questionnaire (SFFQ).
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 13,8% responden yang patuh diet. Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2 dengan jenis kelamin (p=0,008) dan lama menderita (p=0,044). Hasil uji regresi logistik menunjukkan lama menderita merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kepatuhan diet diabetes melitus tipe 2. Penderita diabetes melitus diharapkan untuk memperhatikan pola makan yang dianjurkan dan melaksanakannya dengan baik, mampu secara aktif untuk meningkatkan pengetahuannya terkait penyakit diabetes melitus dan faktor-faktor terkait lainnya dan tetap mempertahankan pola makan yang sudah dijalankan bagi yang sudah lama menderita diabetes melitus tipe 2.

The level of dietary adherence in Indonesia is still low. Diet in maintaining food is often become an obstacles because the patient is still tempted by all food that can worsen their health. The purpose of this study is to determine the factors that associated with dietary adherence in type 2 diabetes mellitus patients. This study was using a cross-sectional design. The samples studied were all type 2 diabetes mellitus type 2 with the age range 25-65 years was outpatient, samples were taken with non-random sampling method with purposive sampling of 130 people. Data were collected through anthropometric measurements, filling-out questionnaires, 1x24 hour food recall and dan (semiquantitative food frequency questionnaire) SFFQ form.
The results showed 13.8% of respondents were diet-compliant. There were significant relationship between gender (p=0.008) and length of suffering (p=0.044) with between dietary adherence. The result of logistic regression test showed that the duration of suffering is the dominant factor associated with dietary adherence in type 2 diabetes mellitus patients. Type 2 diabetes mellitus patients were expected to pay attention to the diet recommended and carry it out well, to actively to improve the knowledge related to the disease diabetes mellitus and related to the other factors and still preserve diet that has been run for who has long been suffering from type 2 diabetes mellitus.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52016
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randy Nusrianto
"ABSTRAK
Penelitian yang ada memperlihatkan bahwa lemak visceral memiliki peran yang lebih penting dibandingkan lemak subkutan dalam patogenesis resistensi insulin dan Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2). Visceral Adiposity Index (VAI) merupakan rumus yang dikembangkan untuk mengestimasi akumulasi lemak visceral pada populasi Kaukasia dan memiliki nilai prediksi yang baik terhadap kejadian DMT2.

Tujuan. Untuk mengetahui apakah VAI dapat digunakan sebagai prediktor DMT2 pada populasi Indonesia.

Metode. Penelitian ini merupakan studi Kohort retrospektif, menggunakan data sekunder dari Studi Kohort PTM Litbangkes di Bogor tahun 2011-2016. Subyek dengan usia 25-65 tahun yang tidak menderita DMT2 di awal penelitian diobservasi. Insiden DMT2 baru dicatat, Uji Hipotesis yang dilakukan adalah uji cox regression multivariat. Analisis statistik dipisah berdasarkan gender.

Hasil. Subyek yang terinklusi penelitian 2852 orang (834 pria dan 2018 wanita). Didapatkan 149 kejadian DMT2 baru dalam observasi. Analisis multivariat VAI kuartil 4 merupakan prediktor independen terhadap kejadian DMT2 (HRadj Pria : 3,592 (1,34-9,6; p 0,001); Wanita: 2,95 (1,24-5,69; p 0,008)) dengan Attributable risk laki-laki AR: 74/1000; AR%: 75% dan  perempuan AR: 65/1000; AR%: 72%.

Kesimpulan. Visceral Adiposity Index (VAI) merupakan prediktor independen terhadap kejadian DMT2 pada populasi di Indonesia.


ABSTRACT
It has been reported that visceral fat plays a relatively more significant part in the progression to type 2 diabetes (T2DM) than subcutaneous fat. Visceral Adiposity Index (VAI) is an equation model developed in Caucasian to estimate visceral fat accumulation, and has been reported to better predict the development of T2DM.

Objective. To assessed whether VAI can be used as a predictor of T2DM in Indonesian population.

Method. We analysed a secondary data from the Bogor Non-communicable Diseases Cohort Study 2011-2016 which involved participants aged 25-65 years old without T2DM at baseline. Newly occurred diabetes were observed. DMT2 is define as having fasting plasma glucose ≥126 mg/dL, and or 2 hours post prandial blood glucose ≥ 200 mg/dL, or was diagnosed as DMT2 by a healthcare professionals. The role of VAI as the predictor for T2DM was analysed using Multivariate Cox regression.

Result.  We observed 2852 subjects (834 male and 2018 female). A total number of new DMT2 case were 149. Multivariate analysis shown that 4th quartile of VAI were independent predictor to DMT2 incidence (HRadj Male: 3,592 (1,34-9,6; p 0,001); Female: 2,95 (1,24-5,69; p 0,008)) with attributable risk within male population AR: 74/1000; AR%: 75% and female  AR: 65/1000; AR%: 72% respectively.

Conclusion. VAI is an independent predictor for T2DM in Indonesian population."

2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ihsan
"Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis dimana kadar gula dalam darah tinggi (> 200 mg/dL). Salah satu faktor risiko diabetes melitus adalah gaya hidup tidak sehat yang banyak ditemukan pada masyarakat perkotaan, seperti pola makan tidak baik dan jarang berolahraga. Diabetes melitus yang tidak terkontrol akan menyebabkan komplikasi ke organ-organ tubuh lainnya seperti jantung, ginjal, bahkan mengenai saraf. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menggambarkan pelaksanaan intervensi latihan senam kaki diabetik pada klien diabetes. Pemberian intervensi senam kaki menunjukkan telapak kaki lebih sensitif, lebih nyaman dan gula darah stabil setelah 6 minggu. Perawat keluarga diharapkan dapat mengembangkan program olahraga yang sesuai dengan kondisi klien sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan sensitivitas kaki dan mengontrol kadar gula darah.

Diabetes mellitus is a chronic disease where blood sugar levels are high (> 200 mg / dl). One of the risk factors for diabetes mellitus is an unhealthy lifestyle that is found in many urban communities, such as poor diet and rarely exercising. Uncontrolled diabetes mellitus will cause complications to other organs such as the heart, kidneys and even nerves. This scientific work aims to describe the implementation of diabetic foot gymnastic training interventions for diabetic clients. Foot exercise interventions results client felt the soles of the feet were more sensitive, more comfortable and blood sugar is stable after 6 weeks. Thus, it is expected that family nurses develop a sports program that is in accordance with the clients condition as an effort to increase foot sensitivity and control blood sugar levels.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Chaya Annisa
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku manajemen diri diabetes melitus tipe 2 pada peserta Prolanis di Klinik Swasta Jakarta Selatan. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini menggunakan data primer dengan cara menyebarkan kuesioner ke responden penelitian. Hasil penelitian menunjukkan 53,2 responden memiliki perilaku manajemen diri diabetes melitus tipe 2 yang baik. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku manajemen diri diabetes melitus tipe 2 meliputi efikasi diri P Value = 0,006, keaktifan peserta Prolanis P Value = 0,035, dan dukungan keluarga P Value = 0,014.

This study aims to determine factors associated with diabetes type 2 self management behaviour in Prolanis participants at South Jakarta Private Clinics. Type of this study is a quantitative research with cross sectional design. This study used primary data obtained by spreading questionnaires to respondents. The result of this study shows that 53,2 respondents have a good diabetes type 2 self management. Factors associated with diabetes type 2 self management behaviour are self efficacy P Value 0,006, Prolanis attendance P Value 0,035, and family support P Value 0,014."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zamrina Adilafatma
"Latar Belakang. Peningkatan kasus diabetes melitus (DM) secara global disertai denganmeningkatnya tren onset DM pada populasi dewasa muda. Sebagian besar DM pada usia muda tidak terdiagnosis dan memiliki risiko paparan komplikasi kronis yang lebih panjang. Khususnya di Indonesia, belum banyak data mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan DM pada populasi usia muda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan DM pada populasi usia muda di Indonesia.
Metode. Penelitian ini merupakan studi observasional potong lintang, dengan komponen deskriptif dan analitik pada subjek penelitian berusia 18-40 tahun. Analisis data sekunder dari registrasi data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Dilakukan pencatatan faktorfaktor yang berhubungan dengan DM, antara lain usia, jenis kelamin, indeks masa tubuh (IMT), obesitas sentral, dislipidemia, inaktivitas fisik, pola diet tidak sehat, kebiasaan merokok, hipertensi, area tempat tinggal, dan tingkat pendidikan. Analisis berdasarkan bobot (weights) dan PSU (primary sampling unit). Analisis bivariat dilanjutkan analisis multivariat pada variabel dengan p<0,25. Analisis multivariat menggunakan regresi logistik dengan metode backward stepwise sampai didapatkan model akhir dengan p<0,05.
Hasil. Sebanyak 11.401 subjek usia 18-40 tahun masuk dalam penelitian ini dengan 62,7% subjek adalah perempuan. Prevalensi DM pada subjek penelitian adalah 12,8%. Faktor-faktor yang berhubungan dengan DM pada populasi usia muda adalah hipertensi (OR=1,253; IK 95% 1,078-1,455), dislipidemia (OR=1,306; IK 95% 1,135-1,502), perokok aktif (OR=1,338; IK 95% 1,141-1,569), usia >33 tahun (OR=1,229; IK 95% 1,065-1,417) dan tempat tinggal perkotaan (OR=1,342; IK 95% 1,156-1,558).
Kesimpulan : Faktor hipertensi, area tempat tinggal perkotaan, dislipidemia, perokok aktif, dan usia 33-40 tahun berhubungan dengan DM pada populasi usia muda di Indonesia.

Background. The increasing number of diabetes mellitus (DM) cases globally was in line with the increasing number of DM in the young adult population. Most of DM cases at a young age were underdiagnosed yet have a longer risk of exposure to chronic complications. There was not much data regarding factors associated with DM in the young age population, especially in Indonesia. This study aimed to determine the factors associated with DM in the young adult population in Indonesia.
Methods. This was a cross-sectional observational study, with descriptive and analytic components. We analysed study subjects who were 18-40 years old and were registered in the secondary data of the 2018 Indonesian Basic Health Research (Riskesdas). Data according to factors associated with DM in young age population was recorded and analysed (age, gender, body mass index, central obesity, dyslipidaemia, physical inactivity, unhealthy diet patterns, smoking habit, hypertension, residential area, and education level), along with analysing weights and primary sampling unit (PSU). Bivariate followed by multivariate analysis on variables with p<0.25 was performed. Multivariate analysis used logistic regression with the backward stepwise method until the final model was obtained with p <0.05.
Results. A total of 11,401 subjects aged 18-40 years were included in this study with 62.7% subjects were female. The prevalence of DM in this study was 12.8%. Factors independently associated with DM in young adults were hypertension (OR=1.253; 95% CI 1.078-1.455), dyslipidaemia (OR=1.306; 95% CI 1.135-1.502), active smokers (OR=1.338; 95% CI 1.141-1.569), age 33-40 years (OR=1.229; 95% CI 1.065-1.417) and urban residential area (OR=1.342; 95% CI 1.156-1.558).
Conclusion. Factors hypertension, urban living area, dyslipidaemia, active smokers, and age 33-40 years groups are independently associated with DM in young adult population in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>