Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136449 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Sulistiani
"Seorang pemimpin adalah penentu jalannya suatu organisasi atau perusahaan. Organisasi/perusahaan akan hidup dan berkembang di bawah satu pimpinan, tetapi pada suatu saat akan menurun kredibilitasnya karena adanya penggantian pimpinan. Untuk menjadi pemimpin yang tangguh yang dapat diterima oleh semua bawahan tidaklah mudah, karena ada kriteria-kriteria tertentu yang harus diperhatikan dan dipenuhi oleh pemimpin.
Dalam tesis yang berjudul "Peranan Gaya Kepemimpinan terhadap Iklim Komunikasi : Kasus dalam Sebuah Lembaga Penelitian" ini, peneliti mencoba mengkaji bagaimana persepsi bawahan terhadap sikap dan perilaku pimpinan dalam menghadapi dan mengelola bawahan yang terdiri dari selain karyawan aciminsitrasi juga para sfaf peneliti dan pengajar, di mana bawahan staf merupakan individu yang cenderung biasa mandiri dan serba tahu, serta bagaimana pengaruh gaya tersebut terhadap iklim komunikasi.
Dalam melaksanakan fungsinya, pemimpin tidak bisa tidak melakukannya dengan komunikasi dan dapat lebih mengarah kepada komunikasi interpersonal. Dengan komunikasi interpersonal diharapkan masing-masing pihak akan lebih saling terbuka dan percaya, bila pihak yang terlibat dapat menyamakan atau paling tidak memahami kebutuhan, persepsi dan harapan yang lama. Selain itu dalam hubungan semacam itu pemimpin harus dapat lebih bertindak sebagai pendengar untuk menyimak keluhan, saran/opini bawahan baik mengenai suatu masalah maupun mengenai diri pemimpin sendiri, dan bertindak lebih suportif dan empati. Pemimpin yang merupakan pendengar yang baik, cenderung akan mempunyai hubungan yang baik dan dipercaya oleh bawahan dan ini akan membawa iklim yang mendukung bagi semangat kerja serta peningkatan kinerja bawahan. Dengan komunikasi yang merupakan salah satu prinsip memotivasi bawahan, pemimpin memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengutarakan imbalan apa yang diharapkan dari "effort" yang telah dikeluarkannya. Sehingga bawahan akan merasa puas dan lebih bersemangat dalam melakukan tugas-tugasnya.
Dari hasil temuan dapat disimpulkan bahwa hal yang baku dalam masalah yang dihadapi para bawahan terutama staf adalah kurangnya hubungan interpersonal dan komunikasi yang efektif, sehingga informasi dan penjelasan tentang kebijakan-kebijakan yang berlaku di Lembaga tidak diterima dengan semestinya oleh bawahan yang menimbulkan ketidak pastian juga keraguan. Ketidak jelasan informasi dapat pula menyebabkan perbedaan persepsi terhadap informasi tersebut, dan akhirnya akan berakibat pula menyebarnya "gosip" yang telah menyimpang dari informasi yang sebenarnya. Hal ini bisa terlihat dalam sikap bawahan (staf) terhadap visi, misi dan arah tujuan organisasi serta gaya kepemimpinan partisipatip dan orientasi pada tugas yang diterapkan di Lembaga, di mina tanggapan mereka kurang selaras dengan kebijakan pimpinan mengenai pemahaman hal-hal tersebut.
Di dalam jaringan komimikasi yang "all channel" berarti adanya keterbukaan dan kepercayaan. Tetapi bila keterbukaan dan kepercayaan sifatnya "selektif?, maka kecenderungan munculnya jaringan komunikasi lain ("grapevine") di dalam jaringan formal yang ada, yang akhirnya dapat membentuk kelompok. Dan jaringan maupun kelompok lain ini memang diperlukan oleh bawahan, karena kelompok iui dapat merupakan wadah tempat bawahan berkeluh kesah, tempat memperoleh informasi yang tidak diperoleh dari saluran resmi dan menupakan pendukung mereka sebagai anggota kelompok.
Dari hasil temuan penelitian, didapat kesimpulan secara keseluruhan bahwa gaya kepemimpinan bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi iklim komunikasi, tetapi karena organisasi merupakan suatu sistem di mana setiap elemen saling tergantung satu sama lainnya, maka elemen-elemen dalam organisasi termasuk lingkungan yang sifatnya dinamis juga ikut berperan dalam mempengaruhi iklim komunikasi."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christopher Kevin Arthur
"[ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan yang diterapkan oleh
perusahaan terhadap pembentukan tingkat job embededdness karyawan. Pengukuran
kepemimpinan dalam penelitian ini menggunakan Multifactor Leadership Questionnaires
(MLQ form 5x) yang dikembangkan oleh Bass & Avolio (1990), sementara variabel job
embeddedness diukur dengan menggunakan Job Embedded Scale yang dikembangkan oleh
Mitchell (2001). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan memiliki
pengaruh terhadap pembentukan job embeddedness karyawan jika pihak perusahaan
menerapkan kepemimpinan yang bersifat transformasional. Maka dari itu agar tercipta job
embeddednes yang tinggi dari para karyawan sebaiknya manajemen madya menerapkan gaya
kepemimpinan yang bertanggung jawab, berkharisma dan bisa menjadi teladan yang baik
serta memperhatikan, menghargai dan mampu memotivasi dan mendorong karyawan untuk
bekerja lebih baik lagi.

ABSTRACT
This study aims to analyze the influence of leadership on job embeddedness of the employees
in PT. X. This study used a measuring tool Multifactor Leadership Questionnnaires (MLQ
form 5x) by Bass & Avolio (1990), and and Job Embedded Scale developed by Mitchell
(2004). The results of this study suggest that transformational leadership has significant
effects toward job embeddedness. Therefore, in order to grow job embeddedness within
employees, middle management should applied a leadership style that has responsibility,
charisma, and capable of becoming role model and motivating their subordinates to work
better.;This study aims to analyze the influence of leadership on job embeddedness of the employees
in PT. X. This study used a measuring tool Multifactor Leadership Questionnnaires (MLQ
form 5x) by Bass & Avolio (1990), and and Job Embedded Scale developed by Mitchell
(2004). The results of this study suggest that transformational leadership has significant
effects toward job embeddedness. Therefore, in order to grow job embeddedness within
employees, middle management should applied a leadership style that has responsibility,
charisma, and capable of becoming role model and motivating their subordinates to work
better., This study aims to analyze the influence of leadership on job embeddedness of the employees
in PT. X. This study used a measuring tool Multifactor Leadership Questionnnaires (MLQ
form 5x) by Bass & Avolio (1990), and and Job Embedded Scale developed by Mitchell
(2004). The results of this study suggest that transformational leadership has significant
effects toward job embeddedness. Therefore, in order to grow job embeddedness within
employees, middle management should applied a leadership style that has responsibility,
charisma, and capable of becoming role model and motivating their subordinates to work
better.]"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Angelia Suwignjo
"ABSTRAK
Kepemimpinan tranformasional menjadi faktor yang paling penting dalam
membangun iklim keselamatan pasien demi pelayanan kesehatan yang
mengutamakan keselamatan pasien dan mengurangi kejadian tidak diharapkan
(KTD). Indikator kepemimpinan transformasional adalah stimulasi intelektual,
motivasi inspirasional, idealisasi pengaruh, dan konsiderasi individual. Indikator dari
iklim keselamatan pasien adalah komitmen manajemen, pemberdayaan pegawai,
sistem pelaporan, sistem hadiah, dan identitas organisasi. Tujuan penelitian adalah
memperoleh faktor-faktor kepemimpinan yang berpengaruh dalam iklim keselamatan
pasien dan faktor kepemimpinan yang paling dominan berpengaruh dalam iklim
keselamatan pasien di Rumah Sakit Sentra Medika Cibinong. Penelitian kuantitatif
ini dirancang menggunakan metode cross sectional dengan menggunakan kuesioner
dan pengamatan sebagai alat ukur. Hasil penelitian menunjukkan hubungan
signifikan antara faktor kepemimpinan, yaitu motivasi inspirasional dan idealisasi
pengaruh terhadap iklim keselamatan pasien di Rumah Sakit Sentra Medika Cibinong
Faktor kepemimpinan yang paling dominan dalam iklim keselamatan pasien adalah
idealisasi pengaruh. Dari Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melakukan
pelatihan-pelatihan dan menanamkan identitas organisasi melalui perkenalan visi
misi, falsafah rumah sakit dari pimpinan kepada karyawan.

ABSTRACT
Transformational leadership as one of leadership style become the most important
factor to build a patient safety culture in hospital environment and ensure the
program will run succesfully to promote patient safety hospital services. The
transformational leadership style indicator is intellectual stimulation, inspirational
motivation, idealized influence, and individual consideration. Indicator of patient
safety climate is management commitment, employee empowerment, reporting
system, reward system and organizational identity. The aim of the study was to obtain
every leadership factor that affect patient safety climate and which one is the most
prominent leadership factor that influenced the patient safety climate in Sentra
Medika Cibinong Hospital. This quantitative study was design with cross section
design, the measurement tools for this study was questionnaires and observation. The
result showed a significant correlation between the leadership factors such as
inspirational motivation and idealization influence build the patient safety climate in
Sentra Medika Cibinong Hospital. The prominent leadership factor that shown in this
study is idealization influence. Conclusion of this study is idealization influence and
inspirational motivation to empower the employee through training and instill
organization identity from top management would be beneficial factor."
2014
T38599
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anis Zuraidah
"Tesis ini membahas implementasi Program Pertukaran Pemuda Indonesia (PPIK) tahun 2009/2010 yang dilaksanakan di Desa Cikandang, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat, model kepemimpinan yang berlangsung, dan faktor-faktor internal dan ekstemal yang membentuk model kepemimpinan tcrsebut terjadi. Penelitian ini ada1ah penelitian kualitatif dengan metode wawancara, Hasil peneiHian ini menunjukkan adanya implementasi program yang memenubi tiga dari empat criteria, model kepemimpinan menurut Kouzes dan Posner Leadership Practices, dan faktor-faktor yang mcmbcntuk adanya model yang muncul. Penulis menyarankan agar konseptor PPIK meningkatkan kefokusan dalam pengembangan kepemimpinan sehingga dapat tercipta output karakter dan modei kepemimpinan yang kuat, dalam implementasi program diperiukan jaringan yang luas agar pelaksanaannya lebih optimal dan optimalisasi komunikasi dan sosialisasi antara PPIK dan warga sehingga terbentuk adaptasi budaya yang baik lL'ltuk mendukuug model kepemimpinan dan kesuksesan program.

The focus of this study is program implementation of Indonesia Canada Youth Exchange Program 2009/2010 (ICYEP) that was hold in Cikandang, Cikajang, Gamt, West Java. leadership model that was happened there, and internal and external factors that influence the leadership model. This research is qualitative by dopt'l interview method to collect the data, The researcher found that there are three from four criterias in program implementation, some kinds of leadership model by Kouzes and Postner, and some factors to build the leadership model. It is also suggested that the coneeptor of ICYEP inereasing the focus of leadership development so that will get good and strong output in character and model of leadership, huge network to implement ICYEP for more optimal, and optimalir.e communication and socialization between the participants of ICYEP and the villagers of Cikandang, so that it will get good culture adaptation to create leadership model and the succeed of the program."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2010
T33507
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Riva`i
"Jawara dan kejawaraan merupakan salah satu bentuk dan sumber kekuaaaan dalam tradisi masyarakat X. Jawara dan kejawaraan merupakan budaya lokal sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam tatanan masyarakat X. Dalam implementasinya, budaya Jawara dan Kejawaraan nampak secara nyata dan intensif menyumbangkan dasar-dasar moralitas bagi masyarakat X. Begitu pula pada proses pembuatan keputusan pemerintah di wilayah X memperlihatkan adanya pengaruh budaya politik lokal jawara dan kejawaraan tersebut. Hal ini berkaitan bahwa nilai-nilai politik lokal yang pada hakikatnya merupakan tuntunan dari persepsi, kepercayaan dan sikap-sikap masyarakat yang masih memegang teguh tradisi kepemimpinan lokal. Namun demikian persepsi masyarakat secara umum tengah mengalami pergeseran, sebab masalah jawara atau kejawaraan semakin kerap mernberi kesan budaya kekerasan.
Sehubungan dengan peran jawara dalam proses pembentukan kebijakan pemerintah di wilayah X, bersama-sama dengan pemimpin formal dan informal lainnya, peran jawara terlihat dalam pelbagai bentuk, khususnya partisipasi untuk menentukan figur-figur pemimpin formal dalam struktur pemerintahan di wilayah X. Pemimpin-pemimpin formal pada umumnya memperoleh restu dari para jawara sebelum mereka diangkat menduduki jabatan formal. Dengan adanya mekanisme budaya restu tadi terjadilah saling memanfaatkan Walaupun demikian, pejabat-pejabat pemerintah nampaknya memanfaatkan peran jawara untuk kepentingan melindungi kepentingan-kepentingan umum dalam mengatasi atau menekan gejolak-gejolak yang bernuansa kekerasan.
Peran jawara telah menjadi suatu fenomena yang unik. Peran para jawara dalam perumusan kebijakan dan implementasinya tidak lepas dari konflik-konflik kepentingan yang dalam dari para oknum jawara. Hal-hal ini telah menimbulkan munculnya opini yang mengatakan bahwa nilai-nilai luhur kejawaraan tengah mengalami pergeseran. Artinya perilaku para jawara yang telah memasuki arena politik tidak seluruhnya mencerminkan kredibilitas seorang jawara sebagaimana dimaksudkan oleh istilah jawara itu sendiri, yang berarti ksatria, berani dan berpegang teguh pada prinsip-prinsip kebenaran dalam mengemban tugas menegakkan keadilan.
Kepatuhan kepada kalangan jawara ini terutama "dipakai" untuk mengurangi dampak buruk seperti untuk mengatasi adanya penolakan masyarakat atas kebijakan pemerintah, khususnya yang menyangkut langkah-langkah pemerintah dalam meningkatkan ketertiban sosial. Sebaliknya sejumlah oknum jawara memanfaatkan hubungan ini untuk memperoleh manfaat-manfaat atau imbalan berupa fasilitas dan kemudahan.
Guna memahami fenomena kepemimpinan jawara, maka perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai pengaruh budaya lokal kejawaraan dalam proses pembuatan kebijakan pemerintah."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12081
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Irwana
"Komunitas Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi adalah komunitas yang warganya berasal dari gusuran Kali Angke (Pejagalan dan Kapuk Muara) dalam rangka Prokasih (Program Kali Bersih) yang dilakukan Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta.
Komunitas ini mempunyai kompetensi komunitas yang rendah ditandai dengan rendahnya kemampuan keterampilan dasar kepemimpinan dalam komunitas. Untuk meningkatkan kompetensi komunitas maka dilaksanakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kemampuan keterampilan dasar kepemimpinan. Target kegiatan intervensi ini adalah kelompok pemuda.
Metode yang dipakai dalam kegiatan intervensi sosial ini adalah the four-step method, yang merupakan empat langkah untuk menentukan strategi yang efektif dalam merencanakan perubahan. The four step method ini terdiri dari empat langkah yaitu : open the door, meet each other, talk to each other dan work together for change. Kegiatan intervensi yang dilakukan memakai dasar teori belajar sosial dari Albert Bandara. Prinsip dari teori ini disebut reciprocal determinism, bahwa komponen kognisi, lingkungan, dan tingkah laku saling mempengaruhi. Usaha mengubah kognisi akan turut mempengaruhi lingkungan dan tingkah laku.
Program dirancang dalam 4 tahap kegiatan, mulai dari tahap open the door sampai tahap work together for change. Tulisan ini menjabarkan sekilas pelaksanaan kegiatan intervensi kelompok tahap I dan kelanjutannya yaitu tahap II, dengan fokus pada pelatihan mengenai keterampilan dasar kepemimpinan.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pelaksanaan program berjalan sesuai rancangan yang telah dibuat. Tujuan kegiatan terpenuhi, ditandai dengan tercapainya indikator keberhasilan, yaitu terjadi peningkatan pengetahuan tentang keterampilan dasar kepemimpinan. Pelatihan ini mendapat tanggapan positif dari target intervensi.

Tzu Chi Loving and Care Housing Community is a community, of which members are the evictees of Kali Angke (Pejagalan and Kapuk Muara) as a result of Prokasih (Program Kali Bersih) which was undertaken by the City Government of DKI Jakarta Province.
This community has a low level of community competency, which is signaled by the low basic leadership skills in the community. To increase the community's competency, a series of activities has been placed to increase the basic leadership skills. The target of these intervention activities is the youth group.
The method utilized in this social intervention activity is the four-step method, which comprised of four steps to determine the effective strategy in planning the change. This four-step method consists of four steps, which are; open the door; meet each other; talk to each other; and work together for change. The undertaken intervention activity is applied based on the basic theory of social learning by Albert Bandura. The principle of this theory is called reciprocal determinism, where cognitive component, environment and behavior affect one another. The effort to change cognitive, will also impact environment and behavior.
The program is constructed in 4 steps of activities, starting from open the door to work together for change. This report will briefly outline the actual operation of intervention activities at first period and the continuation in second period, focusing in the training in regards to basic leadership skills. The result of the evaluation shows that the operation of the program was in-line with the structure planned. The objectives of the activity are achieved, indicated by the achievement in success indicator, which is the increase in knowledge of basic leadership skills. This training receives a positive feedback from the intervention's target.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18740
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jajang Setiawan
"ABSTRAK
Pada era globalisasi atau era pasar bebas organisasi dinmtut umuk bisa berkompefisi
dan mempunyai daya saing Puskesmas merupakan organisasi yang memberikan
pelayanan kesehatan terdepan kepada masyarakat tidak terlepas dari timtutan
tersebut.
Pimpinan puskesmas sangat berperan dalam kemajuan organisasi, karena pelayanan
kesehatan yang dibelikan oleh puskesmas mcrupakan hasil keljasama antara staf
beserta pimpinan. Pimpinan puskesmas harus mampu memberikan kepuasan kepada
setiap individu dalam organisasi dan dapat menggabungkan tujuan-tujuan individu
menjadi bagian dari tujuan organisasi. Pegawai atau staf yang tidak puas tidak akan
mau dan mampu untuk menghasilkan suatu pekeijaan yang bcrmutu, juga tidak akan
pemah mendapatkan pelanggan yang terpuaskan, sehingga pimpinan puskesmas
harus bisa memberilcan dukungan fungsi~fungsi utama manajemen kepada pelanggnn
intemal atau staf dan pelanggn ekstemai atau konsumen. Salah satu fungsi
manajemen dalam organisasi adalah gaya Icepemimpinan dari pimpinan puskesmas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempcroleh gambaran pengaruh gaya
kepemimpinan terhadap kepuasan kcnja staf puskesmas di Kabupaten Majalengka.
Penelitian ini mcnggunakan desain cross sectional dengan pendekatan lcuantitatif
dengan jumlah sampel 127 staf puskesmas. Pengumpulan data dengan menggunakan
kuesioner yang didistribusikan kepada 127 staf puskesmas.
Hasil peneiitian memperlihatkan bahwa kepuasan keija (total) staf puskesmas dengan
menggunakan cuz of point median dalam menilai kepuasan kemja tertinggi azhlah
50,4%. Kepuasan kelja tcrtinggi pada peniiaian kepedulian pimpinan (94,5%) dan
terendah pada penilaian motivasi pimpinan (S0,4%). Dari basil uji bivariat diperoleh
adanya hubungan yang bermakna antara gaya kepemimpinan tcrhadap kcpuasan
kerja staf puskesmas (p= 0,00l). Dimensi gaya kepemimpinan yang mempimyai
hubungan yang bermakna terhadap kepuasan kexja adaiah dimcnsi komunikasi (p=
0,00l), dimensi motivasi (p= 0,002) dan dimensi koordinasi (p= 0,002). Hanya
faktor confolmding lama keija saja yang bermakna (p=0,005) terhadap gaya
kepemimpinari Hasil uji statistik multivariat didapatkan faktor yang paling dominan
berhubungan dcngan kepuasan kerja staf puskesmas adalah dimensi koordinasi dan
pimpinan (p Wald = o,005) dan nnai OR (2,95). Persepsi gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh terhadap kepuasan
kerja staf, perbaikan fungsi koordinasi dad pimpinan puskesmas bisa diadopsi untuk
memperbaiki gaya kepemimpinaxmya sekaligus memperbaiki organjsasi secam
keseluruhan sehingga akhirnya diperoleh kepuasan kelja staf puskesmas.

ABSTRACT
At globalization era or organizational free market era is claimed competition to be
able to and has competitiveness. Puskesmas is organization giving health service of
the iirst to public is not quit ofthe demand
Head of puskesmas so central in organization progress, because health service given
by puslcesmas is result of cooperation between staives along with learder. Head of
puskesmas must be able to give satisfaction to every individual in organization and
can merge purposeof individuals to become part of organization.Unsatis?ried officer
or staff will not will and eble to yeild a certiiiable work, nor would have ever got
cutomer client which left nothing to be desired. So leader puskesmas should be able
to give main functions support from of management to internal cutomer client or
staff and cutomer client of extemal or consumer. One of tixnction of management in
organization is leadership style from leads' puskesmas.
Purpose of this research is to obtain image of leadership style influence to job
satisfaction of staff puskesmas in Majalengka district. this research applies design
cross sectional with quantitative approach with number of sample 127 stafves
puskesmas.
Result of research shows that job satisfaction total staff puskesmas by using cut of
median point in assessing highest job satisfaction is 50,4%. Highest job satisfaction
at assessment of leader caring (94,5%) and low of motivation of leader (50,4%)
From bivariatc test result is obtained existence of relationship having a meaning of
between leadership styles toward job satisfaction of staff puskesmas
(p=0,00l). Dimension leadership style having relationship having a meaning to job
satisfaction is communications dimension (p=0,001), motivation dimension
( p=0,002) and coordination dimension ( p=0,002). Only factor counfonding having a
meaning just duration of action ( p=0,005) to leadership style. Statistic test result
multivariat yields factor that is most dominant related to job satisfaction Of staff
puskesmas is coordination dimension from leader ( p Wald = 0,005) and value OR
(2,95). Perception of leadership style has influence to job satisfaction of staff; repair
function of coordination from leader puskesmas can be adopted to improve;repair
its(the leadership style is at the same time improve;repair organization as whole so
that finally is obtained job satisfaction of staipuskesmas.

"
2007
T34510
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahrir Natsir
"Commencing from the year of eighties, the contemporary management study has started to switch from its narrow outlook on leadership into a larger dimension. Leadership is no longer viewed merely as leader to human being only, but also as leader to a change. A leader does not only influence the employees, but also becomes a central point in determining the direction of the company in its relation with various possibilities of change in company environment. It isfor this reason thatthe banking industry, as one of the industries facing the very dynamic and complex competition, requires flexible leaders capable of dealing with various problems encountered. Outputs of research indicate that transformational leadership have negative and insignificant path coefficient of (-0.24). Meanwhile, charismatic leadership influences the work behavior and employee performance in positive and significant path coefficient of consecutively (0.84) and (0,80). The transformational leadership have negative influence to the employee performance with the significant but negative path coefficient of (-0.64), and have the work behavior with positive influence to the employee performance with the positive significant path coefficient of (0,87) at the banking industry in Central Sulawesi. Benefit of this research is that it can be used as scientific information regarding the variables of transformational leadership, and charismatic leadership upon the work behavior and employee performance at the banking industry in Central Sulawesi. It can also be used as a basis to motivate improvement of the work behavior and employee performance related to the leadership application at banking industry, particularly in Central Sulawesi."
2006
MUIN-XXXV-1-Jan2006-36
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Wijaya
"Kelompok dengan berbagai indikatornya ternyata memang masih rendah atau kurang efektif, walaupun dalam beberapa indikator tertentu menunjukkan angka yang cukup positif. Demikian halnya terhadap kajian karakteristik kepemimpinan yang efektif belum menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan perilaku kepemimpinan.
Hal ini diukur dari karakteristik consideration, Initiating Structure, Relasi, Visi serta Kemampuan dan Keahlian. Dalam mengelola organisasi khususnya masalah kepemimpinan dimasa yang akan datang diperlukan kemampuan dan keahlian yang memadai seining dengan kemajuan pesat dibidang teknoiogi informasi. Untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan seseorang, diperlukan kemampuan untuk mengakomodasi saran dan keluhan dari bawahan dan senantiasa melibatkan bawahan dalam proses pengambilan keputusan organisasi. Hanya dalam team work masalah-masalah akan dapat diatasi dengan lebih bijaksana yang memberikan muara terhadap peningkatan efektivitas kepemimpinan."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T16710
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romanna Renteria
"Memasuki pasar bebas tahun 2003, tiap usaha dituntut untuk mencari strategi-strategi terbaik untuk menghadapi persaingan yang semakin keras. Termasuk juga bidang sumber daya manusia (atau yang dikenal sebagai SDM). Semua perusahaan pasti berusaha untuk meningkatkan keterikatan pada organisasi dan keteribatan kerja dari karyawannya. Mengapa ? karena keterikatan dan keterlibatan tinggi akan membuat karyawan berpikir positif tentang pekerjaan, bersikap positif serta bertingkah laku positif yang pada akhirnya meningkatkan kinerja dan produktifitas mereka.
Salah satu variabel yang mempengaruhi keterikatan dan keterlibatan kerja adalah faktor hubungan atasan dan bawahan atau yang bahasa awamnya kepemimpinan. Ada dua model kepemimpinan terbaru yaitu kepemimpinan transformasional dan model kepemimpinan transaksional. Pendekatan kepemimpinan transformasional berusaha meningkatkan kesadaran bawahan akan hasil-hasil atau kinerja yang bemilai (valued outcomes). Sedangkan kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang ditandai dengan proses pertukaran antara imbalan dengan kinerja yang ditetapkan.
Jadi penelilian ini melihat pengaruh dari model kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan transaksional terhadap keterikatan kerja serta keterlibatan kerja. Keterikatan kerja yang akan digunakan disini adalah keterikatan kerja dari Allen Meyer yaitu keterikatan afeksi, keterikatan raslonal dan keterikatan nonnative. Sedangkan keterlibatan kerja yang digunakan adalah dari Kanungo.
Hasil analisa data menunjukkan bahwa ada pengaruh dari model kepemimpinan terhadap keterikatan pada organisasi tertentu dan keterlibatan kerja terutama kepemimpinan transformasional. Model kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap keterikatan afektif. Model kepemimpinan berpengaruh terhadap keterikatan rasional, dan normative pada level signifikansi <0.05. Model kepemimpinan berpengaruh terhadap keterlibatan kerja pada level signitikansi<0.05.
Hasil ini menunjukkan akan adanya pergeseran nilai di dunia kerja. Nilai-nilai emosionil mulai hilang digantikan oleh nilai rasional seperti pertukaran materi serta normative yaitu rasa bersalah dan takut. Dalam hal kepemimpinan, umumnya karyawan masih mempersepsikan model kepemimpinan transformasional yang terbaik untuk menghasilkan keterikatan serta keterlibatan kerja. Pendekatan karisma, individual serta stimulasi intelektual ternyata secara signifikan meningkatkan derajat keterikatan pada organisasi karyawan dan keterlibatan kerja mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T6514
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>