Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 193587 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Nurra Kusumawardhany Hakim
"

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) merupakan sebuah tindakan penyalahgunaan kekuasaan dengan cara mengancam atau mengambil alih hak seseorang secara paksa. Riset ini menggunakan metode cross-sectional dan retrospective dengan data sekunder yang menghubungkan antara usia perkawinan dengan alasan mencari bantuan diantara pasien yang mengalami KDRT. Data diambil dari laporan jaga actoret psikiatri mengenai laporan KDRT dari tahun 2013-2017 dan juga dari rekam medik. Uji korelasi Gamma dilakukan untuk mencari korelasi koefisiensi dan juga hubungan diantara usia perkawinan dan juga alasan mencari bantuan. Dari total 58 subjek penelitian, rata-rata usia pernikahan adalah 8 tahun dengan alasan mencari bantuan dibagi menjadi tiga yaitu untuk bercerai (44,8%), menginginkan suami untuk dihukum (17,2%) dan menginginkan sikap suami untuk berubah (37,9). Data menunjukkan bahwa usia perkawinan kurang dari 5 tahun lebih banyak memilih untuk mencari bantuan agar sikap suami dapat berubah, kontras dengan usia perkawinan  diatas 15 tahun yaitu untuk bercerai. Nilai p = 0.179 menunjukkan tidak ada signifikansi diantara dua variabel dan uji korelasi Gamma menunjukkan hasil -0.221 yang mengindikasikan bahwa terdapat hubungan korelasi yang negatif dan lemah diantara dua variable. Masih terdapat kekurangan dalam studi, maka dari itu studi lebih lanjut diperlukan dengan menggunakan faktor-faktor lainnya seperti latar belakang budaya, latar belakang pekerjaan, dan sebagainya.


Domestic violence (DV) is an act of power abuse by threatening or taking control over a person, yet there is still lack of awareness from the society on the impact of DV to the victims. This is a cross-sectional and retrospective research by using secondary data taken from Domestic Violence Report Book from Psychiatric Department RSCM from 2013-2017 and also from the medical record. From total of 58 subjects of DV patients, the mean age of marriage is 8 years with different help-seeking reasons that were divided into: to get a divorce (44,8%), to get the husband sentenced (17,2%) and to change the husband’s behavior (37,9%). Marriage less than 5 years have the highest reason to seek for help as to want the husband’s behavior to change, while those who are married for more than 15 years have the tendency to seek for help as to get a divorce. The correlation test showed there is no significant between two variables as p value = 0.179 and there is a weak negative correlation between two variables as Gamma test shows the result of -0.221. There is still lack of studies on the relationship between help-seeking reasons and the age of marriage, thus further studies regarding other factors affecting the help-seeking reasons may be done to further investigate the reasons by increasing the research power or adding more factors such as cultural background, career background, etc.

"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amyra Andia Nissa
"ABSTRAK Kekerasan dalam rumah tangga merupakan salah satu masalah yang dalam prevalensi masih terus meningkat. Dilaporkan bahwa Indonesia pada jenjang tahun 2000 hingga 2014 angka terjadinya KDRT naik secara stabil dan pada 2016 kasus KDRT kepada istri mencapai 6.725 kasus di Indonesia. KDRT dapat mempengaruhi kesehatan jiwa bukan hanya pada korban namun juga pada anaknya. Penelitian ini mengambil data dari laporan jaga Departemen Psikiatri RSCM dan juga rekam medis pasien yang sudah menikah dan telah mengalami kasus KDRT dari tahun 2013 hingga 2017. Metode yang digunakan adalah cross sectional study dan menggunakan data dari pasien yang sudah menikah dan mengalami kekerasan dalam rumah tangga dari suaminya. Data yang diolah dalam riset ini merupakan tingkat pendidikan dan mental status (Speech, Mood, Thought Process, dan Perception). Data dengan jumlah 41 data yang dapat digunakan. Semua subjek merupakan perempuan dan umur yang dominan merupakan kisaran 31-40 tahun. Subjek lebih dominan mempunyai pendidikan di tingkat primer dan sekunder (72.7%). Mayoritas subjek mengalami gangguan pada mental statusnya (70.7%). Hasil analisis data menggunakan Contigiency Coefficient ditemukan bahwa hubungan antara tingkat pendidikan dan mental status pada korban KDRT tidak membuahkan signifikansi (p = 0,73). Tingkat pendidikan tidak mempunyai korelasi yang signifikan dengan mental status yang ditimbulkan oleh pasien KDRT.

ABSTRACT
Domestic violence cases are still increasing. In Indonesia, it is stated that in the range of 2000-2014 the prevalence of domestic violence is increasing and in 2016 domestic violence cases that happen to wives reach a number of 6.725 cases in Indonesia. Domestic violence may affect the mental health of not only the victim but also her surrounding. This research collects data from the Domestic Violence Report Book from Psychiatric Department of RSCM (Rumah Sakit Ciptomangunkusumo) and medical records of married patients that came due to domestic violence from the year 2013 until 2017. This research uses cross sectional method and only uses data from patients who are married and have experienced domestic violence from her husband. The data that will be analyzed are educational level and mental status. A number of 41 datas that can be used in this research. All of the subjects are woman and the dominant age is in the range of 31-40. Dominantly, subjects have pursued education at primary-secondary level (72.7%) and have their mental status disturbed (70.7%). Data analysis using Contigency Coefficient showed that there is no statistical significance between educational level and mental status among DV victims (p = 0,73).
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisha Emilirosy Roekman
"Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) merupakan isu yang penting di Indonesia, dengan penelitian yang sedikit. Beberapa faktor dianggap berkontribusi untuk memperparah kondisi pasien seperti usia ketika menikah (muda) dan lama kekerasan, serta rendahnya tingkat GAF score (fungsionalitas). Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk mencari korelasi antara usia ketika menikah, lama kekerasan, dan current GAF scale saat pasien mengalami kondisi KDRT. Metode cross sectional digunakan serta data diambil dari Buku Laporan Jaga KDRT dan Rekam Medis pada Departemen Psikiatri RSCM-FKUI (2013-2017). Data yang digunakan sebanyak 50 pasien dengan kekerasan fisik dimana rerata (SD) usia ketika menikah adalah 25.45 (6.26) tahun, dengan 1921.10 (2554.51) hari rerata periode kekerasan, dan 69.10 (7.93) rerata dari GAF Score. Uji komparasi antara GAF dan periode kekerasan ditemukan rerata GAF lebih tinggi pada periode kekerasan berjangka panjang, juga periode kekerasan jangka panjang merupakan nilai tertinggi pada nilai rerata usia ketika menikah. Pada uji korelasi tidak ditemukan korelasi antara usia ketika menikah dan GAF (p = 0.975) serta periode kekerasan dengan GAF (0.132). Maka dari itu, usia ketika menikah dan periode kekerasan serta GAF tidak memiliki korelasi yang bermakna secara statistik. Menggunakan variabel yang berbeda serta kekuatan penilitian yang dikuatkan diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih bermakna.

Domestic Violence has become an important issue in Indonesia with limited research. Several factors that contributes in affecting the patient's condition are early age at marriage, long term period of abuse, and low GAF. This study aims to find the correlation between age at marriage, period of abuse, and current GAF scale in responding to the domestic violence. Cross sectional study and data collection from the DV Report Book of Psychiatric Department and medical records at RSCM-FKUI (2013-2017) used in this research. Among 50 subjects, the mean (SD) age at marriage is 25.45 (6.26), with 1921.10 (2554.51) mean of period of abuse, and 69.10 (7.93) GAF mean. The comparison between mean of GAF and period of abuse shown higher long term physical abuse (26.16), and long term abuse is high in mean age at marriage (27.68). Moreover, there are no correlation between age at marriage and current GAF (p = 0.975) with no correlation between period of abuse and current GAF (p = 0.132). Thus, age at marriage, period of abuse, and GAF have no statistical significant correlation. It is recommended to use different variable that correlate with GAF, and increasing the power of research to give more meaningful result."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Muzanni
"Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) didominasi dalam relasi antara suami dengan istri yang tinggal dalam satu rumah. Dengan demikian korban secepatnya perlu diberikan ruang aman dari pelaku. “Rumah Aman” merupakan salah satu solusi pelindungan yang dapat diberikan untuk korban kekerasan dalam rumah tangga. Pemerintah maupun masyarakat secara umum berhak untuk membentuk Rumah Aman demi memberikan pelindungan bagi korban kekerasan. Dengan begitu, penelitian ini mengkaji kebijakan tentang Rumah Aman terkhusus bagi perempuan Korban KDRT di wilayah DKI Jakarta serta memberikan gambaran mengenai bentuk pemulihan dan pelindungan yang diberikan oleh Rumah Aman Dinas Sosial DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dan wawancara dalam pengumpulan data. Kemudian, teori utama yang digunakan untuk analisis adalah Teori Hukum Feminis yang dicetuskan oleh Catharine Alice MacKinnon. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengaturan mengenai Rumah Aman di DKI Jakarta masih terdapat frasa-frasa yang tidak mengedepankan kepentingan perempuan. Selanjutnya, mengenai penyelenggaraan Rumah Aman oleh pemerintah melalui Dinas Sosial DKI Jakarta masih memiliki beberapa catatan dalam proses perlindungan, pendampingan, dan pemulihan. Terhadap hal tersebut, perlu dibentuk standar secara nasional yang berpedoman pada ketentuan internasional mengenai Rumah Aman. Serta melakukan evaluasi dan penyempurnaan dalam proses kerja sama dalam pemulihan korban KDRT di Rumah Aman.

Victims of Domestic Violence (KDRT) are dominated in the relationship between husband and wife who live in one house. Thus the victim immediately needs to be given a safe space from the perpetrator. “Safe House” is one of the protective solutions that can be provided for victims of domestic violence. The government and society in general have the right to establish safe houses to provide protection for victims of violence. With this in mind, this research examines policies regarding safe houses especially for women victims of domestic violence in the DKI Jakarta area and provides an overview of the forms of recovery and protection provided by the DKI Jakarta Social Service Safe Houses. This research uses literature study and interview methods in collecting data. Then, the main theory used for analysis is Feminist Legal Theory initiated by Catharine Alice MacKinnon. The results of this study indicate that the policy regarding Safe Houses in DKI Jakarta still contain phrases that do not prioritize women's interests. Furthermore, regarding the implementation of Safe Houses by the government through the DKI Jakarta Social Service, there are still several notes in the process of protection, assistance and recovery. In this regard, it is necessary to establish national standards that are guided by international provisions regarding safe houses. As well as evaluating and improving the process of collaboration in the recovery of victims of domestic violence at Safe Houses."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amara Shena Ghayda
"Periode magang atau transisi dari pendidikan ke tempat kerja merupakan tahap kritis dalam karier seseorang sehingga diperlukan berbagai cara untuk beradaptasi, salah satunya dengan mencari bantuan. Atribut individu yang memengaruhi pencarian bantuan ialah efikasi diri. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara efikasi diri dan intensi mencari bantuan pada peserta magang dalam lingkungan kerja. Pengambilan data dilakukan melalui kuesioner dengan sampel individu yang sedang atau pernah mengikuti program magang, berusia 18–24 tahun, dan berkewarganegaraan Indonesia. Alat ukur yang digunakan adalah Occupational Self-Efficacy Scale-Short Form (OSS-SF) dan Theory of Planned Behavior Questionnaire (TPB Questionnaire). Hasil analisis korelasi terhadap 434 sampel menunjukkan bahwa efikasi diri (M = 5,05, SD = 0,49) dan intensi mencari bantuan (M = 5,12, SD = 0,44) berkorelasi positif secara signifikan, r (432) = 0,40, p < 0,01, one-tailed. Dapat disimpulkan, tingkat efikasi diri yang lebih tinggi akan disertai intensi mencari bantuan yang lebih sering. Sebaliknya, kurangnya efikasi diri akan disertai intensi mencari bantuan yang lebih jarang. Implikasi dari penelitian ini, yaitu menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya dengan topik serupa dan memberikan informasi mengenai strategi untuk organisasi meningkatkan efikasi diri dan intensi mencari bantuan peserta magang.

The internship period also called the transition from education to the workplace, is a critical stage in one's career. Hence, various ways are needed to adapt, one of which is through help-seeking. An individual attribute that influences help-seeking is self-efficacy. This study examines the relationship between self-efficacy and help-seeking intentions among interns in the workplace. Data collection was conducted through a questionnaire with a sample of individuals who are currently or have participated in an internship program, aged 18-24 years, and are Indonesian citizens. The measuring tools used are the Occupational Self-Efficacy Scale – Short Form (OSS-SF) and the Theory of Planned Behavior Questionnaire (TPB Questionnaire). Correlation analysis of 434 samples showed that self-efficacy (M = 5,05, SD = 0,49) and help-seeking intention (M = 5,12, SD = 0,44) were significantly positively correlated, r(432) = 0,40, p < 0,01, one-tailed. It can be concluded that a higher level of self-efficacy will be accompanied by help-seeking intention more often. Conversely, a lack of self-efficacy will accompany a less frequent help-seeking intention. The implication of this research is to become a reference for further research on similar topics and provide information on strategies for organizations to increase interns' self-efficacy and help-seeking intention.  "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifdah Salma Putri Miftana
"Saat menjalani magang, karyawan magang dituntut untuk mampu beradaptasi secara cepat dengan lingkungan, kegiatan, maupun sistem yang berlaku di tempat kerja. Hal tersebut membuat karyawan magang rentan mengalami stres dan dapat mengganggu kesejahteraan peserta magang di tempat kerja. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan mencari bantuan kepada atasan maupun rekan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara intensi mencari bantuan dalam konteks organisasi dan kesejahteraan karyawan pada peserta magang. Desain penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan strategi korelasional. Instrumen pengukuran yang digunakan adalah alat ukur yang diadaptasi dari Theory Planned Behavior Questionnaire (TPB Questionnaire) (Mo & Mak, 2009) dan Employee Well-Being Scale (EWBS) (Zheng et al., 2015). Partisipan penelitian merupakan 434 Warga Negara Indonesia yang sedang/telah mengikuti program magang dengan rentang usia 18—24 tahun (M = 21,19, SD = 1,39). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif dan signifikan antara intensi mencari bantuan dalam konteks organisasi dan kesejahteraan karyawan pada peserta magang, r(432) = 0,41, p < 0,01, one-tailed, r2 = 0,17. Hasil penelitian diharapkan dapat membangun motivasi bagi para peserta magang untuk berani mencari bantuan ketika mengalami kesulitan di tempat kerja. Selain itu, hasil penelitian juga dapat menjadi dasar organisasi dalam menciptakan program yang dapat mendorong serta mendukung para peserta magang untuk tidak segan mencari bantuan di tempat kerja.

When undergoing an internship, interns are required to adapt quickly to the environment, activities, and systems in the workplace. It makes interns vulnerable to stress and can interfere with interns’ well-being at work. A resolution to overcome these problems is to seek help from superiors and colleagues. The objective of this present study is to explore the relationship between help-seeking in an organizational context and employee well-being among interns. This study uses a quantitative approach with a correlational strategy as a research design. This research used measurement instruments adapted from the Theory Planned Behavior Questionnaire (TPB Questionnaire) (Mo & Mak, 2009) and the Employee Well-Being Scale (EWBS) (Zheng et al., 2015). Participants in this study are 434 Indonesian citizens who were/had attended internship programs with an age range from 18 to 24 years (M = 21.19, SD = 1.39). The result of this present study shows that there is a significant positive correlation between help-seeking in an organizational context and employee well-being among interns, r(432) = 0,41, p < 0,01, one-tailed, r2 = 0,17. The research result is expected to motivate the interns to have the courage to seek help when experiencing difficulties at work. In addition, it can also become the basis for the organization in creating programs that can encourage and support interns to seek help in the workplace."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hans Aditya Kusnadi
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara dukungan sosial dan sikap terhadap perilaku mencari bantuan pada caregiver dari individu yang berada pada tahapan perkembangan late adulthood (lansia) di Jakarta. Responden dalam penelitian ini adalah anak atau menantu yang berperan sebagai caregiver dari orang tua yang berusia lanjut. Pengukuran dukungan sosial menggunakan alat ukur social provisions scale (Cutrona & Russell, 1987) dan pengukuran sikap terhadap perilaku mencari bantuan psikologis dari profesional menggunakan alat ukur attitude towards seeking professional psychological help short form (Fischer & Farina, 1995). Partisipan berjumlah 32 orang caregiver dari lansia yang merupakan anak ataupun menantu dari lansia yang dirawat. Hasil penelitian ini menujukkan tidak terdapatnya hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dan sikap terhadap perilaku mencari bantuan psikologis dari profesional pada caregiver dari lansia yang merupakan anak atau menantu dari lansia yang dirawat (r=0,194 ; p=0,287, signifikan pada L.o.S 0,05). Artinya, dukungan sosial yang dirasakan oleh caregiver tidak langsung berhubungan dengan sikap caregiver terhadap perilaku mencari bantuan psikologis dari profesional. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk membedakan caregiver berdasarkan penyakit yang diderita oleh lansia.

This research was conducted to find the relationship between social support and attitudes towards seeking professional psychological help among caregivers of elderly in Jakarta. Respondents in this study was the child or children-in-law who act as caregivers for the elderly parents. Social support was measured using Social Provisions Scale (Cutrona & Russell, 1987) and the attitudes toward professional psychological help was measure using Attitude Towards Seeking Professional Psychological Help Short Form (Fischer & Farina, 1995). The participants of this research are 32 people which is the caregiver and child or the children-in-law of the elderly. The results of this study showed no significant relationship between the social support and attitudes towards seeking professional psychological help among caregivers of elderly which is the children or children-in-law of the treated elder (r = 0.194, p = 0.287, significant at 0.05 LoS) . That is, social support perceived by the caregiver is not directly related to caregiver attitudes toward seeking professional psychological help. For further research is recommended to distinguish caregiver based on disease that was suffered by the elderly."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55384
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hitijahubessy, Christy Natalia Magdalena
"ABSTRAK
Pentingnya dukungan sosial sangat membantu perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara dukungan sosial dengan kualitas hidup perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga. Desain penelitian ini yaitu cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 243 perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga, berusia 19-49 tahun. Penilaian dukungan sosial menggunakan kuesioner MSPSS, sedangkan penilaian terhadap kualitas hidup menggunakan kuesioner WHOQOL Bref versi bahasa Indonesia.
Hasil analisis menunjukan bahwa terdapat hubungan sangat kuat, arah hubungan positif antara dukungan sosial dengan kulitas hidup fisik dipengaruhi oleh pendidikan (R=0,994, p=0,000). Dukungan sosial dengan kualitas hidup hubungan sosial dipengaruhi oleh pendidikan dan riwayat perilaku kekerasan sebelumnya (R=.0.960, p=0,000). Dukungan sosial dengan kualitas hidup lingkungan dipengaruhi oleh pekerjaan (R=0,992, p=0,000). Dukungan sosial dapat djadikan salah satu intervensi untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga melalui program pendampingan dan konseling.

ABSTRACT
The importance of social support highly helps the women becoming the domestic violence victims to improve their quality of life. This research aims at identifying the correlation between social support and the quality of life of the women as the domestic violence victims. The research design is cross sectional. The research samples are 243 of women aged 19-49 years becoming the domestic violence victims. The marking of social support uses MSPSS questionnaires, while the marking of the quality of life uses WHOQOL Bref questionnaires in Indonesian version.
The analysis result shows that there is a very strong correlation. The direction of positive correlation between social support and physical life quality is influenced by education (R=0,994, p=0,000). The correlation of social support with the quality of life of social relation is influenced by the education and the history of previous violence behavior (R=.0.960, p=0,000). The correlation of social support with the environmental life quality is influenced by jobs (R=0,992, p=0,000). The social support can be one of the interventions to improve the quality of life of the women becoming the domestic violence victimsthrough mentoring program and counseling.
"
2016
T46365
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avia Okdiani
"Penelitian ini bertujuan melihat hubungan harga diri (self-esteem) terhadap intensi mencari bantuan (help-seeking) pada peserta magang dalam lingkungan kerja. Hipotesis utama yang diajukan adalah terdapat hubungan positif yang signifikan antara harga diri dan intensi mencari bantuan. Penelitian dilakukan menggunakan metode korelasional pada 434 partisipan WNI berusia 18—24 tahun yang sedang atau sudah melaksanakan magang. Alat ukur yang digunakan adalah Organization-Based Self-Esteem (OBSE) Scale untuk harga diri dan Theory of Planned Behavior (TPB) Questionnaire untuk intensi mencari bantuan. Penyebaran kuesioner dilakukan secara daring menggunakan platform Survey UI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga diri (M = 3,84, SD = 0,44) memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap intensi mencari bantuan (M = 5,12, SD = 0,44), r = 0,41, n=434, p<0,01, one tailed, r2=0,17. Hubungan tergolong memiliki effect size besar, yang berarti harga diri berhubungan kuat dengan intensi mencari bantuan. Kesimpulannya, hasil penelitian mendukung hipotesis, yaitu harga diri berkorelasi positif dengan intensi mencari bantuan. Individu dengan harga diri tinggi lebih mampu untuk mencari bantuan tanpa mengatribusikan persepsi negatif pada dirinya. Sebaliknya, individu dengan harga diri rendah mempersepsi perilaku mencari bantuan sebagai hal yang negatif sehingga mereka sungkan dan takut dinilai buruk apabila mencari bantuan kepada orang lain. Berdasarkan hasil penelitian, organisasi atau perusahaan magang disarankan untuk memastikan karyawannya menerima peserta magang dalam lingkungan sosialnya sehari-hari, melibatkan mereka dalam pekerjaan, dan mendampingi mereka sehingga mereka merasa berarti dan berguna dalam organisasi. Dengan begitu, harga diri dan intensi mencari bantuan peserta magang meningkat sehingga pengalaman dan performa kerja mereka lebih baik.

This study aims to examine the relationship between self-esteem and help-seeking intention among interns in the workplace. The hypothesis stated that there is a significant positive relationship between self-esteem and help-seeking intention. This study was conducted using correlational method on 434 Indonesian citizens aged 18-24 years who are currently in or have had an internship. The measuring instrument used is Organization-Based Self-Esteem (OBSE) Scale for self-esteem and Theory of Planned Behavior (TPB) Questionnaire for help-seeking intention. The questionnaire was distributed online using Survey UI platform. Results showed that self-esteem (M = 3.84, SD = 0.44) had a significant positive relationship with help-seeking intention (M = 5.12, SD = 0.44), r = 0.41, n = 434, p<0.01, one-tailed, r2=0.17. This relationship has a large effect size, which means that self-esteem is strongly related to help-seeking intention. In conclusion, the result of this study supports the hypothesis that self-esteem is positively correlated with help-seeking intention. Individuals with high self-esteem are better in seeking help without attributing any negative judgement to themselves. On the other hand, individuals with low self-esteem perceive help-seeking as negative, so they are concerned of negative judgements if they seek help from others. Based on the research results, internship organizations or companies are recommended to ensure that their employees include interns in their day-to-day social environment, involve them in some tasks, and guide them so that they feel meaningful and useful in the organization. That way, self-esteem and help-seeking intention in interns increases so that their work experience and performance are better."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chika Unique Putrinda
"Skripsi ini membahas mengenai permasalahan dan perkembangan makna kekerasan di masyarakat, yang secara khusus membahas mengenai kekerasan fisik terhadap anak yang terjadi dalam keluarga dan juga penerapan peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur mengenai permasalahan itu. Penulisan skripsi ini menggunakan metode yuridis normatif dengan menggunakan data sekunder dan dilakukan dengan teknik pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan.
Hasil penelitian ini menyimpulkan terdapat perkembangan mengenai makna dari kekerasan itu yang awalnya hanya mencakup kekerasan fisik semata, namun sekarang menjadi lebih luas mencakup kekerasan psikologis, kekerasan seksual, dan kekerasan ekonomi serta penelantaran. Adanya lebih dari satu peraturan perundang-undangan khusus yang mengatur permasalahan kekerasan terhadap dalam keluarga yaitu Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, sehingga adanya perbedaan penerapan kedua peraturan perundang-undangan yang khusus tersebut dalam kasus yang sama.

Abstract This thesis discusses about the problems and developments in the meaning of violence in society, which specifically about the physical violence against children occurs within families and also the implementation of legislation that specifically regulates the issue. This thesis using normative juridical method in the manner of using secondary data and be done with data collection by means of literature study.
The result of this study concluded there was development of the meaning of the violence that initially only includes physical violence, but now becoming more widely include physical violence, sexual abuse, economic abuse as well as neglect. The existence of more than on legislation specifically addressing the issues of violence against the family, namely Law No. 35 of 2014 on the Amendment to Law No. 23 of 2002 about Protection of Children and Law No. 23 of 2004 about the Elimination of Domestic Violence, which the differences in the application of legislation that is specifically mentioned in the same case.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>