Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103013 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Susanaria Alkai
"ABSTRAK
Fungsi seksual pada perempuan merupakan suatu kondisi yang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah efikasi seksual diri. Perempuan dengan kondisi infertil rentan mengalami disfungsi seksual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan efikasi seksual diri dengan fungsi seksual pada perempuan infertil. Desain penelitian menggunakan cross sectional dengan jumlah responden 89 orang perempuan infertil. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner Female sexual Function Index dan kuesioner Sexual Self Efficacy for Female. Hasil penelitian adalah adanya hubungan antara domain sensualitas, komunikasi, penerimaan diri pada efikasi seksual diri dengan fungsi seksual pada perempuan infertil, dengan p value < 0,05. Penelitian ini merekomendasikan penelitian lanjutan tentang pengalaman dan mekanisme koping pada perempuan infertil dalam menghadapi kondisinya.

ABSTRACT
Sexual function in women is a condition that can be influenced by many factors, one of which is self sexual efficacy. Women with infertile conditions are susceptible to sexual dysfunction. This study aims to determine the relationship of sexual self efficacy with sexual function in infertile women. The design of the study was cross sectional with 89 infertile women. The instruments used were Female Sexual Function Index questionnaire and Sexual Self Efficacy for Female questionnaire. The result of the research is the relationship between sensuality domain, communication, self acceptance and sexual function in infertile women, with p value "
2018
T50584
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur`aini
"ABSTRAK
Dorongan seksual yang menurun karena kemunduran organ-organ seksual pada masa menopause cenderung menyebabkan perempuan menopause menghindari atau menolak aktivitas seksual bersama pasangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara sexual self-efficacy dengan fungsi seksual pada perempuan menopause. Penelitian berbentuk deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, dilakukan di Kelurahan Curug Cimanggis, Jawa Barat, dari bulan April-Mei 2018 dengan metode consecutive sampling sebanyak 360 responden. Pengukuran menggunakan kuesioner Sexual Self-efficacy for Female SSE-F , Female Sexual Function Index FSFI , dan kuesioner data demografi. Hasil penelitian ini menjelaskan sebagian besar perempuan menopause mengalami disfungsi seksual 82,8 dan penurunan rerata skor efikasi diri 55,3 . Uji Chi Square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara sexual self-efficacy dengan fungsi seksual pada perempuan menopause p value < 0,001 . Sexual self-efficacy perlu dipertimbangkan untuk menjadi salah satu referensi dalam melengkapi instrumen pengkajian seksualitas pada perempuan menopause.

ABSTRACT
Sexual drive decreased due to the decline of sexual organs during menopause, is the reason to reject sexual activity of menopausal women. This study aims to analyze the relationship of sexual self efficacy with sexual function in menopausal women. This research is an analytical descriptive research with cross sectional approach, conducted in Curug Cimanggis Village, using consecutive sampling method of 360 respondents. Measurements were made using the Sexual Self efficacy for Female SSE F questionnaire, the Female Sexual Function Index FSFI , and the demographic data questionnaire. The results of this study explain most of menopausal women experience sexual dysfunction 82,8 and decreased self efficacy score 55,3 . Chi Square test showed a significant relationship between sexual self efficacy and sexual function in menopausal women p value "
2018
T50332
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Yuliati
"Perilaku seksual berisiko merupakan perilaku seksual yang dapat menimbulkan dampak negatif seperti kehamilan, aborsi dan penyakit menular seksual. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pola asuh orang tua dan general self-efficacy dengan perilaku seksual berisiko. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif. Penelitian ini melibatkan 92 partisipan remaja di Sekolah Master Depok yang diseleksi dengan teknik quota sampling. Instrumen yang digunakan adalah The Parental Care Style Questionnaire, New General Self-Efficacy Scale dan Sexual Risk Survey: Instrument Development and Psychometrics. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan signifikan antara pola asuh orang tua dengan perilaku seksual berisiko remaja dan general self-efficacy dengan aktivitas seksual. Untuk menangani masalah seksual remaja, perlu diadakan program kesehatan reproduksi yang tidak hanya ditujukan kepada remaja, namun juga orang tua dan masyarakat.

Risky sexual behavior is sexual behavior which cause various negative impacts such as pregnancy, abortion, and sexually transmitted diseases. The purpose of this study was to identify the correlation between parenting style and adolescents? sexual behavior, as well as general self-efficacy and adolescents? sexual behavior. Design of this study was descriptive correlative. This study included 92 participants of adolescent in Sekolah Master Depok which were selected by quota sampling technique. This study used The Parental Care Style Questionnaire, New General Self-Efficacy Scale and Sexual Risk Survey: Instrument Development and Psychometrics as instruments. The result showed there were a significant correlation between parenting styles and adolescents? sexual behavior, also between general self-efficacy and adolescents? sexual activity. To overcome adolescents? sexual problem, it is recommended to implement reproductive health programs not only for adolescents but also parents and community."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S65068
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silvia Mareti
"ABSTRAK
Kualitas kehidupan seksual merupakan prediktor kesehatan mental dan kehidupan
individu. Penelitian cross sectional ini bertujuan mengidentifikasi hubungan
antara fungsi seksual dengan kualitas hidup perempuan. Pengambilan sampel
menggunakan proporsi sesuai kriteria inklusi dengan 305 responden perempuan
usia produktif di Provinsi DKI Jakarta. Uji regresi linier berganda menyatakan
bahwa ada hubungan antara domain lubrikasi dengan domain kesehatan fisik p =
0.00, ada hubungan antara domain gairah seksual dengan domain psikologis p =
0.06, ada hubungan antara domain gairah sekual dengan domain hubungan sosial
p = 0.00, ada hubungan antara domain kepuasan seksual dengan domain
lingkungan kualitas hidup perempuan p = 0.00. Adanya hubungan antara fungsi
seksual dengan kualitas hidup perempuan semakin memperkuat bahwa kualitas
hidup perempuan bergantung pada fungsi seksual perempuan sehingga pengkajian
tentang kebutuhan seksual dan pemberian edukasi seksualitas penting untuk
digalakkan baik di pelayanan rumah sakit maupun pelayanan maternitas
komunitas untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan

ABSTRACT
Sexual life quality is a predictor for mental health and individual life. This cross
sectional research aims at identifying the association between sexual function and
women's life quality. Sampling using the appropriate proportion of respondents
inclusion criteria with 305 respondents of women of reproductive age in Special
Capital Region of Jakarta. Multiple regression analysis shows that there is a
relation between lubrication domain with physical health domain p = 0.00, sexual
arousal domain with psychological domain p = 0.06, sexual arousal domain with
social relations domain p = 0.00, sexual satisfaction domain with environment
domain p = 0.00. There is association between sexual function and women’ life
quality reinforces that women’s life quality depends to female sexual function
there for the assessment sexual needs and education sexuality is important to be
encouraged both in hospital or maternal community care to improve the women’s
life quality"
2016
T45839
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melinda Harini
"LATAR BELAKANG. Disfungsi seksual dan kecemasan sering dialami oleh pasien pasca infark miokard akut (acute myocardial infarct, AMI) dan dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hubungan fungsi seksual dengan kecemasan pasien pasca AMI.
METODE. Desain studi deskriptif analitik dengan disain potong lintang (crosssectional). Responden merupakan pasien rawat jalan Poliklinik Jantung Terpadu RS. Cipto Mangunkusumo yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, bersedia mengikuti program penelitian dan menandatangani surat persetujuan untuk mengikuti penelitian setelah diberikan penjelasan mengenai tujuan dan manfaat program penelitian. Kemudian responden mengisi formulir International Index of Erectyle Function (IIEF) untuk menilai fungsi seksual dan dilakukan wawancara untuk menilai kecemasan dengan Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A).
HASIL. Pasien pasca AMI mengalami disfungsi ereksi (82,5%), disfungsi orgasme (72,5%), disfungsi libido (93,8%). Hampir seluruh responden menyatakan ketidakpuasan dalam hubungan seksual(97,5%) dan ketidakpuasan menyeluruh (90%). Proporsi kecemasan pasca AMI adalah 52,5%. Tidak terdapat hubungan antara fungsi seksual dengan kecemasan pasca AMI.
KESIMPULAN. Kecemasan dan disfungsi seksual merupakan masalah yang perlu diperhatikan pada pasien pasca AMI. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan dan disfungsi seksual pasca AMI perlu dieksplorasi lebih lanjut sehingga dapat disusun panduan tatalaksana yang terintegrasi.

BACKGROUND. Sexual dysfunction and anxiety frequently happens by patients after acute myocardial infarction (AMI) and can affect patients quality of life.
METHODS. It was analytic descriptive study, cross-sectional design. Respondents are outpatients in Integrated Cardiac Clinic of Cipto Mangunkusumo Hospital that meet the inclusion and exclusion criteria, who were willing to follow the research program and sign an agreement to participate in the study after being given an explanation of the purpose and benefits of the research program. Respondents then completed the International Index of Erectyle Function (IIEF) form to assess sexual function and were interviewed to assess anxiety using the Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A).
RESULTS. Post-AMI patients had erectile dysfunction (82.5%), orgasm dysfunction (72.5%), libido dysfunction (93.8%). Almost all respondents expressed sexual intercourse dissatisfaction (97.5%) and overall dissatisfaction (90%). The proportion of post-AMI anxiety was 52.5%. There was no relationship between sexual function after AMI with anxiety.
CONCLUSIONS. Anxiety and sexual dysfunction post-AMI is a considerable problem. Factors that affect anxiety and sexual dysfunction after AMI needs to be explored further so that an integrated management guidelines could be proposed.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apitri
"Seksualitas adalah kebutuhan dasar sepanjang hayat baik sehat maupun sakit Fungsi seksual yang baik menjadi indikator pencapaian kualitas hidupyang optimal. Penyakit gagal jantung mengubah fungsi seksual dan mempengaruhi kualitas hidup yang optimal. Tujuan penelitian kuantitatif ini adalah menggambarkan hubungan fungsi seksual denga kualitas hidup pasien gagal jantung. Sampel penelitian ini pasien gagal jantung di poliklinik gagal jantung Rs Jantung Harapan Kita, Desain penelitian menggunakan cross sectional dengan metode consecutive sampling yang melibatkan 444 responden.
Hasil penelitian dianalisa dengan uji spearman menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara fungsi seksual dengan kualitas hidup pada pasien gagal jantung laki-laki. pada perempuan ditemukan bahwa fungsi seksual tidak memepngaruhi kualiatas hidup. Rerata fungsi seksual laki-laki 46.33 dengan standar deviasi 7,50 dalam rentang kepercayaan 95 45.42-47.23 dan rerata fungsi seksual perempuan didapat 24.66 dengan standar deviasi 2.12 dalam rentang kepercayaan 95 24.34-24.97. fungsi seksual behubungan kuat dengan domain psikologi r=0.65.
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan keperawatan. Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan studi kualitatif mengenai fungsi seksual dengan kualitas hidup pasien gagal jantung.

Sexuality is basic need throughout life no matter healthy or sick. Good sexual function becomes an indicator of achievement of optimal quality of life. Heart failure disease alters sexual function and affects the optimal quality of life. The purpose of this quantitative study is to describe the relationship of sexual function premises quality of life of patients with heart failure. sample of this study is patient with heart failure in heart failure clinic Rs Jantung Harapan Kita, with cross sectional Design and consecutive sampling method that involving 444 respondents.
The results were analyzed by spearman test showed a significant relationship between sexual function with quality of life in men heart failure respondents. in women respondents it was found that sexual function does not affect the quality of life. The mean male sexual function was 46.33 with a standard deviation of 7.50 in the 95 confidence range 45.42 47.23 and the mean female sexual function was 24.66 with the standard deviation of 2.12 in the 95 confidence range 24.34 24.97. sexual function is strongly associated with the psychological domain r 0.65.
This study is expected to be useful for the development in nursing science. The next research is expected to conduct a qualitative study on the sexual function with the quality of life of patients with heart failure.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desti Anggraeni
"Fungsi seksual ibu hamil dapat mengalami perubahan. Hal tersebut dapat berdampak terhadap keharmonisan rumah tangga. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan fungsi seksual selama kehamilan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain deskirptif analitik pendekatan cross sectional. Hasil penelitian memaparkan bahwa dari 201 ibu hamil dengan mayoritas rerata usia 27,76 tahun SD=5,46 bahwa 46,8 94 orang mengalami resiko tinggi disfungsi seksual. Hal ini berhubungan dengan usia kehamilan yang semakin meningkat, tingkat pendidikan lebih rendah, tidak bekerja, dan kehamilan yang tidak direncanakan. Hasil penelitian ini memperkuat bahwa pengkajian mengenai faktor-faktor fungsi seksual dan pemberian edukasi seksualitas penting digencarkan, baik secara keilmuan atau pelayanan kesehatan untuk meningkatkan nilai fungsi seksual ibu hamil.

Sexual function in pregnant women perceived change and has a significant impact in a families tranquility. The purpose of this study to overview sexual function of pregnant women and the related factors. 201 pregnant women participated in the study. The study use quantitative methods to design descriptive analytic approach of cross sectional study. Results of study from 201 pregnant women participated in the study that mean age of participants was 27,76 years SD 5,46 . Over all 94 women 46,8 scored less than mean on sexual functioning. The results obtained from chi square model demonstrated that older age of women and husband, longer duration of marriage, older stageof pregnancy, lower education, house wife, and unwanted pregnancy were related factors contributing to disturbed sexual functioning among couples. Results of study reinforce assessment between related factors of sexual function and sexual education is important to be encouraged both in study and health service to improve the quality of sexual function.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muflih
"Perilaku seksual dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat dilihat dengan teori Pender's Health Promotion Model (HPM). Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan kepercayaan diri, paparan media internet, dan pendidikan kesehatan UKS dengan perilaku seksual remaja SMAN di Kotamadya Yogyakarta. Desain analisis korelasi dengan pendekatan cross sectional digunakan dalam penelitian pada 131 responden yang diperoleh dengan teknik stratified proportional random sampling. Hasil analisa chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna kepercayaan diri, paparan media internet, dan tidak ada hubungan bermakna pendidikan kesehatan UKS dengan perilaku seksual remaja (p = 0,000; 0,000; dan 0,178; CI 95%). Hasil uji regresi logistik didapatkan bahwa semua variabel independent memiliki hubungan bermakna yang didominasi oleh paparan media internet dengan (p = 0,000, OR = 16,519). Variabel counfounding yang mempengaruhi hubungan adalah jenis kelamin dan pengalaman berpacaran. Program pendidikan seksual perlu ditingkatkan di lingkungan sekolah yang berfokus pada pendidikan internet sehat dan kepribadian remaja.

Sexual behavior is influenced by a variety of factors that can be seen with the theory of Pender's Health Promotion Model (HPM). Research purposes was to identify relationships between Self-Efficacy, Internet Media Exposure, Health Education of School Health Program, and Adolescent Sexual Behavior of Senior High School in Yogyakarta City. The study design was correlation analysis with crossectional that used to 131 respondents were obtained by propotional stratified random sampling technique. Results of chi square analysis showed that significant relationships self-efficacy, internet media exposure and no significant relationship health education of school health program with adolescent sexual behavior (p = 0.000; 0,000; and 0,178; CI 95%). The result of logistic regression showed that all independent variables have significant relationships that dominated by the internet media exposure (p = 0,000, OR = 16,519). Counfounding variables that affect the relationships are sex and dating experiences. Sexual education programs need to be improved in the school environment that focused on healthy internet education and adolescent personality."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T36798
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deniswari Rahayu
"Latar belakang: Hiperandrogen merupakan fenotip yang seingkali ditemukan pada SOPK memiliki peran terhadap perubahan tampilan fisik (hirsutisme dan obesitas) juga infertilitas. Kondisi ini dilaporkan dapat menyebabkan gangguan citra tubuh, kecemasan hingga depresi sehingga juga dapat berkontribusi terhadap kejadian disfungsi seksual. Gangguan fungsi seksual pada wanita seringkali tidak dilaporkan. Sebagai langkah awal, dengan mengetahui hubungan perubahan fisik akibat hiperandrogen dan obesitas terhadap disfungsi seksual, maka diharapkan penatalaksanaan infertilitas pada kasus SOPK dapat dilakukan lebih komprehensif.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara hiperandrogenisme, profil antropometri (IMT dan rasio pinggang-pinggul), dan disfungsi seksual pada wanita infertil Indonesia dengan SOPK.
Metode: Penelitian menggunakan metode potong lintang (cross sectional). Subjek merupakan 71 wanita infertil dengan SOPK di Klinik Yasmin, Rumah Sakit Umum Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia yang berobat pada Desember 2021 – Desember 2022. Hiperandrogenisme biokimiawi dinilai dengan kadar androgen bebas dan rasio LH/FSH sedangkan hiperandrogenisme klinis dinilai menggunakan skor Ferriman-Gallwey dimodifikasi. Profil antropometri dinilai menggunakan IMT dan rasio pinggang-pinggul. Kami menggunakan kuesioner FSFI untuk mengevaluasi disfungsi seksual dan kuesioner HAM-A untuk menilai kecemasan.
Hasil: Sebanyak 53,3% subjek mengalami disfungsi seksual, namun tidak ditemukan hubungan yang signifikan secara statistik antara hirsutisme, profil antropometri, dan skor disfungsi seksual pada wanita infertil dengan SOPK (p >0,05). Analisis skor keseluruhan domain FSFI menunjukkan bahwa lubrikasi dan kepuasan lebih rendah pada pasien obesitas (p=0,02 dan p=0,03), tetapi ini tidak berkontribusi pada skor disfungsi seksual secara keseluruhan. Selain itu, subjek yang mengalami disfungsi seksual memiliki skor kecemasan yang lebih tinggi (p<0,005), dengan analisis korelasi menunjukkan bahwa skor FG memiliki korelasi positif yang signifikan terhadap kecemasan.
Kesimpulan: Hirsutisme dan profil antropometri tidak terkait dengan disfungsi seksual pada wanita infertil Indonesia dengan SOPK. Namun, hirsutisme dapat berperan dalam menyebabkan kecemasan pada wanita Indonesia dengan SOPK. Penelitian kolaboratif dan kualitatif diperlukan selanjutnya karena fungsi seksual wanita adalah subjek yang kompleks.

Background: Hyperandrogenism, a phenotype often found in PCOS, plays a role in physical changes (hirsutism and obesity) as well as infertility. This condition is reported to contribute to body image disturbances, anxiety, and even depression, thereby potentially contributing to the occurrence of sexual dysfunction and impacting infertility conditions. Sexual dysfunction in women is often underreported, leading to a lack of in-depth evaluation by clinicians. As a preliminary step, by understanding the relationship between physical changes due to hyperandrogenism and obesity with sexual dysfunction, it is hoped that the management of infertility in PCOS cases in Indonesia can be more comprehensive.
Objective: To evaluate the relationship between hiperandrogenism, anthropometric profile (BMI and waist to hip ratio), and sexual dysfunction in infertile Indonesian women with PCOS.
Methods: A cross-sectional study was conducted from December 2021 to December 2022 on 71 infertile women with PCOS at Yasmin Clinic, Dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital, Jakarta, Indonesia. Biochemical hyperandrogenism was assessed through free androgen levels and the LH/FSH ratio, while clinical hyperandrogenism was evaluated using the modified Ferriman-Gallwey score. The anthropometric profile was assessed using BMI and waist-to-hip ratio. We utilized the FSFI questionnaire to evaluate sexual dysfunction and the HAM-A questionnaire to assess anxiety.
Results: In this study, it was discovered that 53.3% of subjects experienced sexual dysfunction. However, there was no statistically significant relationship between hirsutism, anthropometric profile, and sexual dysfunction score in infertile women with PCOS (p >0.05). Analysis of the overall FSFI domain score revealed that lubrication and satisfaction were lower in patients with obesity (p=0.02 and p=0.03), but this did not contribute to an overall sexual dysfunction score. Also, we found that subjects who experienced sexual dysfunction had a higher anxiety score (p<0.005), with correlation analysis showing that FG scores have a significant positive correlation with anxiety.
Conclusions: Hirsutism and anthropometric profile are not associated with sexual dysfunction in infertile Indonnesian women with PCOS. However, hirsutism could play a role in causing anxiety in Indonesian PCOS women. Additional qualitative and collaborative investigation is required as female sexual function is a intricate subject.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Rizat Hanani
"Menopause merupakan salah satu titik dalam rangkaian tahapan kehidupan bagi wanita dan menandai berakhirnya masa reproduksi. Secara anatomi dan fungsi akan terjadi perubahan yang berpengaruh pada fungsi seksual pada perempuan menopause. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan fungsi seksual perempuan menopause dan hubungan karakteritik dengan fungsi seksual di Kelurahan Bedahan dengan menggunakan metode kuantitatif dengan desain  penelitian deskriptif menggunakan pendekatan study cross sectional (potong lintang) dengan menggunakan kuesioner Female Sexual Function Index. Jumlah responden sebanyak 122, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 74.59 % memiliki resiko disfungsi seksual dan 25.41% memiliki fungsi seksual yang normal. Hasil penelitian ini menggunakan Chi- Square dan Spearman Rank Correlation Coefficient menunjukan hubungan antara usia nilai p-value 0,047 dan tingkat pendidikan nilai p-value 0,041 dengan fungsi seksual pada perempuan menopause. Penyuluhan dan adanya konseling pada masalah seksual perlu dilakukan sebagai salah satu upaya memberikan pengetahuan dan pendidikan kesehatan bagi perempuan usia menopause maupun yang belum memasuki usia menopause agar memahami masalah seksual yang terjadi.

 

Kata Kunci : Female Sexual Function Index (FSFI), fungsi seksual, perempuan menopause.


Menopause is a point in a series of life stages for women and marks the end of their reproductive period.  Anatomically and functionally there will be changes that affect sexual function in menopausal women.  This study aims to describe the sexual function of postmenopausal women in Bedahan Village using a descriptive survey method with a cross-sectional method the instrument to be used in this study uses the Female Sexual Function Index (FSFI). With a total sample of 122 respondents.   The results of the study showed that 74.59% % had risk of sexual dysfunction and 25.41% had normal sexual function. The results of this study use analysis Chi- Square and Spearman Rank Correlation Coefficient is results that there is a relationship between age showed p-value 0.047 and  the level of education sexual which showed p-value 0.041. Counseling and discussions on sexual issues need to be carried out as an effort to provide knowledge and health education for women of menopausal age and those who have not yet entered menopause in order to understand sexual problems that occur. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>