Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126632 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Natasya Setyamarta
"ABSTRAK
Diabetes mellitus tipe 2 DM tipe 2 merupakan penyakit kronis yang membutuhkan perawatan berkelanjutan seumur hidup untuk mencegah komplikasi akut dan kronik. Manajemen perawatan diri merupakan aspek dasar dari perawatan diabetes. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan perilaku perawatan diri yaitu dukungan sosial yang diperoleh dari keluarga, tenaga kesehatan, teman, atau sesama pasien diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku perawatan diri pasien DM tipe 2 di Persadia Depok. Penelitian kuantitatif deskriptif ini menggunakan desain cross-sectional, melibatkan 52 responden pasien DM tipe 2 yang begabung di Persadia kota Depok. Instrumen yang digunakan untuk mengukur perilaku perawatan diri yaitu kuesioner The Summary of Diabetes Self-Care Activities. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas perawatan diri responden dalam satu minggu terakhir adalah 4,4 hari Median 4,4; Minimal-Maksimal 2,6-5,4; 95 CI 4,1-4,5 , dan hanya setengah 50 responden yang memiliki perilaku perawatan diri kategori baik. Perilaku yang sudah baik yaitu diet, latihan fisik, dan kepatuhan medikasi, sedangkan perilaku yang masih buruk yaitu pemantauan glukosa darah mandiri dan perawatan kaki. Penelitian ini merekomendasikan agar perawat dan tenaga kesehatan lainnya meningkatkan edukasi dan dukungan terkait perilaku perawatan diri pasien diabetes, terutama pemantauan glukosa darah dan perawatan kaki.

ABSTRACT
Type 2 diabetes mellitus type 2 DM is a chronic disease that requires long term management throughout the life to prevent acute and chronic complications. Self care is a fundamental and integral part of diabetes management. Social support obtained from family, health professional, friends, or diabetic peers may predict good self care behaviour. The purpose of this study is to evaluate the self care behaviour of adult with type 2 DM in Persadia Depok. This quantitative study used a cross sectional design. A consecutive sample of 52 subjects with type 2 DM who joined in Persadia Depok was included. The instrument used to measure self care behaviour is The Summary of Diabetes Self Care Activities questionnaire. The results showed that self care behaviour of participants in the last seven days is 4,4 days Median 4.4, Minimal Maximum 2.6 5.4, 95 CI 4.1 4.5 . Self care was described as ldquo good rdquo in only half of the participant 50 . Self care behaviour was reported good in diet, physical exercise, and taking medication, but it was poor in self monitoring of blood glucose SMBG and foot care. This study recommends that nurses and other health professionals should promote education and support to improve patients self care behaviour, especially SMBG and foot care."
2017
S67620
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rantung, Jeanny
"Kemampuan self-care merupakan hal penting dalam meningkatkan kualitas hidup pasien DM. Penelitian bertujuan mengidentifikasi hubungan self-care dengan kualitas hidup pasien DM. Rancangan penelitian cross sectional, melibatkan 125 anggota PERSADIA cabang Cimahi. Alat ukur self-care adalah Summary of Diabetes Self-Care Activities (SDSCA), Diabetes Quality Of Life (DQOL) dan Beck Depression Inventory II. Hasil penelitian menunjukkan hubungan self-care dengan kualitas hidup menjadi tidak bermakna (p value 0.164) setelah dipengaruhi oleh jenis kelamin (p value 0.006) dan depresi (p value 0.001). Peningkatan satu satuan self-care, akan meningkatkan kualitas hidup sebesar 6.1% setelah dikontrol oleh jenis kelamin dan depresi. Peningkatan self-care dapat dilakukan melalui pengembangan program edukasi yang terstruktur, meningkatkan kompetensi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien DM terkait aktivitas self-care, dan melakukan screening depresi terhadap pasien DM.

Self care ability is important in improving patient?s quality of life (QOL). Using cross sectional method, this research is designed to identify the relationship between self care and patient?s QOL in PERSADIA Cimahi, West Java. A hundred twenty five PERSADIA members were recruited and examined using Summary of Diabetes Self-Care Activities (SDSCA), Diabetes Quality Of Life (DQOL) and Beck Depression Inventory II. The results showed no significant correlation between self care activity and QOL (p=0,164) as influenced by gender (p=0,006), depression (p=0,001). Increase of one unit self-care was likely to increase 6,1% QOL after controlling by gender and depression. Self care improvement can be performed through developing structured education, improving nurse's competency in diabetes care and need diabetes screening program for DM patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T33035
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Wuri Kartika
"

ABSTRAK

Manajemen perawatan diri merupakan komponen penting dalam penatalaksanaan Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT2). Pengetahuan, kesadaran diri dan kepatuhan diabetesi menentukan keberhasilan dalam peningkatan kualitas hidup dan pecegahan komplikasi. Intervensi keperawatan komunitas melalui pendidikan kesehatan dengan Diabetes Self-management Education (DSME), pemanfaatan aplikasi DIMAS serta kelompok swabantu diharapkan dapat meningkatkan manajemen perawatan diri. Karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk memberikan gambaran implementasi program DIMAS (Diabetes Management Support) sebagai inovasi dalam asuhan keperawatan komunitas untuk meningkatkan perilaku perawatan diri kelompok diabetesi. Pelaksanaan intervensi DIMAS dilakukan pada keluarga dan komunitas di kelurahan Sukmajaya Kota Depok selama 8 bulan. Hasil evaluasi menunjukkan terjadi peningkatan perawatan diri dan penurunan gula darah sewaktu (GDS) pada diabetesi. Terdapat perubahan yang signifikan pada kelompok diabetesi (n=48) sebelum dan sesudah intervensi pada perawatan diri dan GDS (p=0,000 dan p=0,011). Program DIMAS diharapkan dapat diterapkan perawat sebagai salah satu strategi pelaksanaan program perawatan kesehatan masyarakat (PERKESMAS) di lingkup pelayanan kesehatan primer.

 

Kata kunci :

DSME, aplikasi smart-phone, kelompok swabantu, perawatan diri


ABSTRACT

Self-care management is an important component in the management of Diabetes Mellitus Type 2 (DMT2). Knowledge, self-efficacy and compliance in self-care are the main factor to improving quality of life and preventing complications. Community nursing interventions through health education with Diabetes Self-management Education (DSME), DIMAS applications and self-help groups are expected to improve diabetes self-care management. This paper aims is to provide an overview of the implementation of the DIMAS (Diabetes Management Support) as an innovation to improve the self-care management. The implementation was carried out on families and communities in Sukmajaya Depok City for 8 months. The results show an increase in self-care and a decrease in blood sugar (GDS). There were significant changes in the intervenstion group (n = 48) before and after the intervention in self-care and GDS (p = 0,000 and p = 0.011). The DIMAS program is expected to be implemented as a public health care strategy (PERKESMAS) in primary health services.

 

Key words:

DSME, smart-phone application, self-help groups, self-care

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universiats Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nuikita Wachid
"Gangguan pada fungsi insulin membuat pasien diabetes mellitus tipe 2 mengalami kondisi hiperglikemia. Kondisi tersebut membuat pasien diabetes mudah terbangun di malam hari karena nokturia dan mempunyai durasi tidur yang pendek. Penurunan kualitas tidur pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, perubahan emosional dan dapat menurunkan kualitas hidup pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara kualitas tidur dengan manajemen perawatan diri. Penelitian ini juga meneliti variabel yang dapat mempengaruhi manajemen perawatan diri seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama penyakit diabetes, tingkat stress, dukungan keluarga dan ulkus diabetikum. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional dengan menggunakan kuesioner karakteristik responden, pittsburgh sleep quality index, perceived stress scale, diabetes self-management questionnaire dan dukungan keluarga. Penelitian ini dilakukan pada 152 pasien diabetes mellitus tipe 2 yang terbagi menjadi 79 responden tanpa ulkus diabetikum dan 73 responden dengan ulkus diabetikum. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 63.2 responden memiliki kualitas tidur yang buruk, 59.2 responden memiliki stress ringan, 57.2 responden memiliki dukungan keluarga buruk dan 56.6 memiliki perilaku manajemen perawatan diri diabetes baik. Penelitian ini juga menemukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan manajemen perawatan diri diabetes p < 0.05. Hubungan yang bermakna juga ditemukan pada variabel lama penyakit DM dan tingkat stress p < 0.05. Tidak ada hubungan yang bermakna antara usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dukungan keluarga dan ulkus diabetikum dengan manajemen perawatan diri diabetes. Kesimpulan yang diambil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan manajemen perawatan diri diabetes pada pasien diabetes mellitus tipe 2.

Insulin disturbance on diabetes mellitus patients has lead them to have hyperglycemia. This condition makes diabetics had to wake up at night due to nocturia and they also had a short duration of sleep. Decreased sleep quality in patients with type 2 diabetes can interfere their daytime functions, alterations in emotions and decrease their quality of life. Purpose of this study was to examine relationship between sleep quality and self care management among diabetes type 2 patients. This study also added some variables that may affect management of self care such as age, gender, education level, duration of diabetes, stress levels, family support and diabetic foot ulcers. This research using cross sectional methods with questionnaire consist of patient characteristic, Pittsburgh sleep quality index, perceived stress scale, diabetes self management questionnaire and family support. This research has been conducted in 152 diabetes type 2 patients who were divided into 79 respondents without diabetic foot ulcers and 73 respondents with diabetic foot ulcers. Result of this study showed that 63.2 of respondents have poor sleep quality, 59.2 of respondents have mild stress, 57.2 of respondents have poor family support and 56.6 have good diabetes self management behavior. This study also found that there is a significant relationship between sleep quality with diabetes self care management p 0.05. This study also found that there is significant relationship between duration of diabetes and stress level p 0.05. There is no significant relationship between age, sex, education level, family support and diabetic ulcers with diabetes self management care. Conclusion of this study is significant relationship between sleep quality and diabetes self care management on diabetes type 2 patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apri Budianto
"Senam diabetes merupakan jenis latihan aerobik yang bermanfaat mengontrol kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini bertujuan mengetahui perubahan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 yang melakukan senam diabetes. Pada penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pengamatan pada serangkaian waktu (Time Series Design) dengan tehnik pengambilan sampel concecutive sampling. Besarnya sampel pada penelitian ini 87 orang, setiap responden mengikuti senam selama 60 menit, 3 kali seminggu, selama 1 minggu.
Hasil penelitian didapatkan ada perubahan yang signifikan terhadap penurunan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 yang melakukan senam diabetes (p value <0.05). Penelitian ini merekomendasikan bahwa senam diabetes dapat menurunkan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 serta perlu dikembangkan penelitan lebih lanjut.

Diabetes exercise is an aerobic exercise that help Diabetes Mellitus (DM) type 2 patient in maintaining normal blood sugar level. The purpose of this study is to examine the changes in DM type 2 patient’s blood sugar level when they are having diabetes exercise. This is descriptive quantitative study using time series observation design. Sample of 87 patients were recruited using consecutive sampling. Each participant had 60 minutes exercise and 3 times in a week.
The result shows significant changes in decreasing blood sugar level of DM type 2 patient after diabetes exercise (p value <0.05). This study recommends that diabetes exercise can decrease blood sugar level of DM type 2 significantly, and can be continue to further studies.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T38699
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Candra Citra Sari
"Penderita DM (diabetesi) tidak hanya kalangan lansia tetapi juga sudah banyak diderita oleh kalangan pada usia produktif. Permasalahan terkait dengan perawatan diri sering ditemukan pada diabetesi yang baru saja didiagnosa atau sudah lama didiagnosa DM. Beberapa hambatan yang terjadi pada diabetesi dalam melaksanakan perilaku peraatan diri yaitu keterbatasan dalam pengetahuan dan keterampilan dalam penyusunan menu, kekurangan informasi kurangnya aktivitas fisik, kepatuhan terhadap pengobatan yang rendan dan juga dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar yang minim.Pengendalian DM pada diabetesi sangata diperlukan untuk mengurangi komplikasi DM. Berdasarkan kondisi tersebut dikembangkan program GEPARI. Tujuan dari program ini adalah meningkatkan perilaku perawatan diri para diabetesi. Metode yang digunakan yaitu studi kasus keluarga dan aggregate dewasa DM menggunakan pendekatan proses keluarga dan komunitas yang melibatkan 10 keluarga dan 34 diabetesi dewasa. Program ini didasarkan pada lima pilar pengendalian DM yaitu edukasi, manajemen nutrisi, aktivitas fisik, pengobatan dan juga pemeriksaan gula darah yang dilaksanakan selama 12 sesi. Evaluasi terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan dan tingkat kemandirian keluarga menggunakan kuesioner sedangkan gula darah sewaktu diukur menggunakan glucometer yang dilaksanakan sebelum dan sesudah pelaksanaan program GEPARI. Hasil implementasi didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan (p>0,05), penurunan glukosa darah sewaktu dan peningkatan kemandirian keluarga. Program GEPARI disarankan dapat dilaksanakan dalam pelayanan kesehatan komunitas. 

People with DM (diabetes) are not only among the elderly but also have suffered by many people of productive age. Problems related to self-care are often found in people with diabetes who have just been diagnosed or have been diagnosed with diabetes for a long time. Some of the obstacles that occur in diabetes in carrying out self-care behavior are limitations in knowledge and skills in preparing menus, lack of information, lack of physical activity, low adherence to medication and also minimal support from family and the surrounding environment. reduce DM complications. Based on these conditions, the GEPARI program was developed. The aim of this program is to improve self-care behavior of diabetics. The method used is a family case study and aggregated adult DM using a family and community process approach involving 10 families and 34 adult diabetes. This program is based on the five pillars of DM control, namely education, nutrition management, physical activity, medication and also blood sugar checks which were carried out for 12 sessions. Evaluation of knowledge, attitudes and skills and level of family independence using a questionnaire, while blood sugar is measured using a glucometer which is carried out before and after the implementation of the GEPARI program. The results of the implementation showed that there was an increase in knowledge, attitudes and skills (p>0.05), a decrease in blood glucose and an increase in family independence. The GEPARI program is recommended to be implemented in community health services."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Kusuma Hanindita
"Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit metabolik yang bersifat kronis yang tidak dapat sembuhkan namun dapat dikendalikan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Pengendalian diabetes melitus tipe 2 dilakukan dengan melaksanakan upaya yang dapat mengontrol kadar glukosa darah. Keadaan pandemi Covid-19 telah memengaruhi banyak aspek kehidupan, termasuk kesehatan khususnya kemampuan pasien beradaptasi melakukan manajemen kesehatannya di masa pandemi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran manajemen kontrol glikemik pasien diabetes melitus tipe 2 di Kota Depok pada masa pandemi Covid-19. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan analisis univariat, yang melibatkan 50 responden penyandang diabetes melitus di Kota Depok. Instrumen yang digunakan adalah Diabetes Self-Managemen Questionnaire Revised (DSMQ-R) yang telah dimodifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor rata-rata manajemen kontrol glikemik pasien DM tipe 2 di kota Depok pada masa pandemi Covid-19 adalah 47,56. Sebanyak 56% pasien DM tipe 2 memiliki manajemen kontrol glikemik yang buruk dan terdapat 44% sisanya yang memiliki manajemen kontrol glikemik yang baik. Indikator manajemen kontrol glikemik yang tergolong baik adalah terapi farmakologi, aktivitas fisik, dan terapi nutrisi/diet. Sedangkan manajemen kontrol glikemik yang tergolong buruk adalah aktivitas pemeriksaan glukosa darah mandiri (PGM) dan kontrol rutin. Penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen kontrol glikemik pasien diabetes melitus tipe 2 pada masa pandemi Covid-19 tergolong buruk. Perlu adanya penelitian lanjutan yang dapat membahas faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen control glikemik pasien diabetes melitus tipe 2 pada masa pandemi.

Type 2 diabetes mellitus (T2DM) is a chronic metabolic disease that cannot be eliminated but can be controlled in order to prevent it’s complications. The controlling of T2DM is carried out by controlling blood glucose levels. The Covid-19 pandemic has affected many aspects of life, including health, especially adaptation ability of T2DM patients to manage their health. The purpose of this study is to determine the glycemic control management of T2DM patients in Depok during the Covid-19 pandemic. The type of research is a quantitative descriptive study with univariate analysis involving 50 respondents with type 2 diabetes mellitus in Depok. The instrument used was the modified Diabetes Self-Management Questionnaire-Revised (DSMQ-R). The result showed that the average score of glycemic control management of type 2 DM patients in Depok during the Covid-19 pandemic was 47.56. There were 56% of type 2 DM patients had poor glycemic control management while the remaining 44% had good glycemic control management. Indicators of glycemic control management that was classified as good were pharmacological therapy, physical activity, and nutritional/dietary therapy. Meanwhile, the management of glycemic control that was classified as poor were the activity of self-monitoring of blood glucose (SMBG) and routine control. This study showed that the management of glycemic control in type 2 diabetes mellitus patients in Depok during the Covid-19 pandemic was poor. Further research should be conducted to investigate influencing factors of the management of glycemic control in patients with type 2 diabetes mellitus"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eni Tri Fatimah
"ABSTRACT
Depresi merupakan gangguan kejiwaan yang banyak terjadi pada pasien Diabetes Mellitus DM . Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 beresiko tinggi mengalami depresi ringan dan depresi berat. Gejala komplikasi diabetes, durasi diabetes, dan perilaku manajemen diri merupakan faktor ndash; faktor yang diduga mempengaruhi depresi pada pasien DM tipe 2. Metode analisis regresi logistik ordinal digunakan untuk menentukan faktor ndash; faktor yang paling mempengaruhi depresi dan mendeteksi tingkat depresi berdasarkan faktor ndash; faktor yang paling mempengaruhi depresi. Hasil dari penelitian ini adalah 43.6 pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo mengalami depresi, yang terdiri dari 22.7 mengalami depresi ringan, dan 20.9 mengalami depresi berat. Depresi pada pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo hanya dipengaruhi oleh gejala komplikasi diabetes yang tediri dari hipoglikemia, opthalmologi, dan neuropati sensorik, sehingga faktor ndash; faktor tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi depresi.

ABSTRACT
Depression is a mental disorder that often exists within patients with diabetes mellitus. Several studies displays that the patients with type 2 diabetes mellitus has an increased risk of minor and major depression. The symptom of diabetes complications, duration diabetes, and the self management behavior are predicted to be the contributing factors that influence depression in the patient with type 2 diabetes mellitus. This research employs ordinal logistic regression method to determine the most prominent factor affecting depression and to detect the level of depression according to the said factors. The result of this research displays that depression occurs in 43.6 of the patient with type 2 diabetes mellitus in Cipto Mangunkusumo hospital, with the following breakdown 22.7 patients that suffer from minor depression and 20.9 patients suffer from major depression. Depression in the patients of Cipto Manungkusumo hospital with type 2 diabetes mellitus is only affected by the symptoms of diabetes complication which constitute of hypoglycemia, ophthalmology, and sensory neuropathy. Thus, these factors can be used to detect depression."
2017
S69572
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shania Adhanty
"Menurut WHO, penyakit DM merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat yang disebabkan karena terjadi peningkatan kasus selama beberapa dekade terakhir dan telah menyumbang 4,2 juta kematian pada tahun 2019 dimana proporsi penderita DM terbanyak adalah DM tipe 2. Di Indonesia, penyakit DM merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang menyebabkan kematian utama. Diet merupakan salah satu komponen penatalaksanaan DM dan penting untuk mencegah terjadinya komplikasi penyakit. Kepatuhan terhadap diet menjadi perilaku yang sangat penting dan diperlukan kendali diri untuk melakukannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan lokus kendali diri untuk sehat baik dimensi internal, orang berpengaruh dan keberuntungan dengan kepatuhan diet pada pasien DM tipe 2 di RSUD Kota Depok tahun 2020 beserta faktor lain yang mempengaruhi. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif dan pengambilan data dilakukan melalui convenience sampling pada 52 pasien DM tipe 2 yang berkunjung ke poli penyakit dalam RSUD Kota Depok. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner kepatuhan diet, multidimensional health locus of control form C, Diabetes Knowledge Questionnaire dan kuesioner dari peneliti sebelumnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien memiliki nilai kepatuhan diet yang cukup yaitu sebesar 66,23 dari skala 100. Hasil uji korelasi pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dengan kekuatan sedang dan positif antara lokus kendali untuk sehat dimensi internal dengan kepatuhan (r= 0,46) diikuti dengan dimensi orang berpengaruh yang menunjukkan hubungan dengan kekuatan sedang dan positif terhadap kepatuhan diet (r= 0,28) dan dimensi keberuntungan menunjukkan kekuatan sedang dan negatif terhadap kepatuhan diet (r= -0,28). Variabel usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, lama menderita DM dan pengetahuan DM tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kepatuhan diet. Namun variabel jenis kelamin memiliki hubungan dengan kepatuhan diet (0,029) dan diduga menjadi variabel pengganggu hubungan antara lokus kendali diri untuk sehat dengan kepatuhan diet. Oleh karena itu diperlukan adanya penyuluhan dan edukasi yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab pasien terhadap kepatuhan diet.

According to WHO, Diabetes Mellitus (DM) is a disease that have been concerned as public health problem because of the number of cases continuously increased for decades and contributed 4,2 million deaths in 2019 where the largest proportion are people with type 2 diabetes. In Indonesia, DM is one of the non-communicable disease that cause major death. Diet is one of the important components of DM management to prevent disease complications. Adherence to diet becomes a very important behavior and requires self control to perform it. The purpose of this study is to determine the relationship between health locus of control on internal, powerful others and chance dimensions with dietary adherence among patients with type 2 DM at Depok City Hospital in 2020 along with another influencing factors. This study used a cross-sectional design with quantitative approach and data collection carried out through convenience sampling on 52 patients with type 2 DM who visited internist poly. The instrument used in this study are dietary adherence questionnaire, multidimensional health locus of control form C, diabetes knowledge questionnaire and questionnaire from the previous research. The results of this study indicate that patients have adequate dietary adherence values of 66,23 from scale of 100. Pearson correlation test results indicate that there are a significant relationship between health locus of control internal dimension with moderate and positive relationship with dietary adherence (r= 0,46) followed by powerful-others dimension which show moderate and positive relationship with dietary adherence (r= 0,28) while chance dimension show moderate and negative relationship with dietary adherence (r= -0,28). The other variables such as age, level of education, occupation, duration of DM and knowledge did not show a significant relationship with dietary adherence. However, sex variables show a significant relationship with dietary adherence with p value (0,029) and thought to be a disturbing variable of the relationship between health locus of control with dietary adherence. Therefore, an intervention and education are needed to increase awareness and patient responsibility towards adherence to diet."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aan Sutandi
"ABSTRAK
Pasien Diabetes Melitus (DM) tipe 2 akan mengalami perubahan atau ketidakseimbangan
yang meliputi biologi, psikologi, sosial dan spiritual, yang akan memberikan dampak pada
kehidupan pasien dan keluarganya. Perlu sebuah model pemberdayaan diri dari pasien dalam
upaya meningkatkan kemampuan perawatan diri untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Tujuan penelitian ini adalah teridentifikasinya pengaruh model pemberdayaan diri pasien DM
tipe 2 terhadap peningkatan kemampuan perawatan diri pasien sehari-hari. Penelitian ini
menggunakan desain experimental research dengan 2 tahapan. Tahap 1 adalah
mengembangkan model pemberdayaan diri pasien DM tipe 2 untuk meningkatkan
kemampuan perawatan diri. Tahap 2 adalah menguji pengaruh model pemberdayaan diri
pasien DM tipe 2 terhadap kemampuan perawatan diri. Hasil penelitian pada tahap 1
adalah tersusunnya draft model pemberdayaan diri melalui alat e-nose sebagai media
visual pendidikan kesehatan. Tahap kedua didapatkan hasil uji coba model
pemberdayaan diri memberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan
perawatan diri responden melalui uji t-test dengan hasil Pvalue 0,000 < 0,05.
Pengembangan model pemberdayaan diri memberikan pengaruh terhadap peningkatan
kemampuan perawatan diri pasien DM tipe 2. Saran : pengembangan model
pemberdayaan diri dapat dijadikan rujukan dalam pengembangan asuhan keperawatan yang
komprehensif khususnya bagi pasien DM tipe 2.

ABSTRACT
Type 2 Diabetes Mellitus (DM) patients will experience changes or imbalances that include
biology, psychology, social and spiritual aspects, which will have an impact on the lives of
patients and their families. There is a need of a model of self-empowerment for patients DM
type 2 as an effort to improve the ability of self-care in improving their quality of life. The
purpose of this study is to identify the influence of the self-empowerment model of type 2
DM patients on improving patients' self-care abilities. This study used experimental research
design with 2 stages. Stage 1 is to develop a draft self-empowerment model of type 2 DM
patients to improve self-care abilities. Stage 2 is to examine the effect of the selfempowerment
model of type 2 DM patients on self-care ability. The results of the research in
stage 1 is the development of a self-empowerment model through e-nose as a visual media
for health education, whereas, on the second stage, the development of an empowerment
model has an influence on the improvement of the respondent's self-care ability through a ttest
with p value of 0.000 <0.05. Development of self-empowerment model has an influence
on improving self-care abilities in type 2 DM patients. Suggestion: the development of selfempowerment
model can be used as a reference in the development of comprehensive
nursing care especially for patients with type 2 DM."
2019
D2652
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>