Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 75254 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Devia Putri Lenggogeni
"Perubahan kualitas tidur sering dikeluhkan oleh pasien yang menjalani hemodialisis. Beberapa faktor-faktor diketahui berhubungan dengan kualitas tidur pasien yang menjalani hemodialisis antara lain faktor demografi, patofisiologis dan psikologis. Disamping faktor tersebut terdapat sebuah faktor baru yang berhubungan dengan kualitas tidur yakni faktor spiritual. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur pasien yang menjalani hemodialisis. Desain penelitian ini adalah analitik cross sectional dengan jumlah sampel 100 orang. Analisis data menggunakan Chi-square dan Regresi Logistik.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara usia p= 0,003, jadwal hemodialisis p=0,001, adekuasi hemodialisis p=0,000, interdialytic weight gain IDWG p=0,004, depresi p=0,000 dan spiritualitas p=0,000 . Depresi merupakan faktor yang paling berhubungan dengan kualitas tidur pasien yang menjalani hemodialisis p=0,002; OR=23,063 . Perlu dipertimbangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur dalam menyusun intervensi keperawatan untuk meningkatkan kualitas tidur pasien yang menjalani hemodialisis.

The changing of sleep quality is often being complained by hemodialysis patients. Several influencing factors of sleep quality in hemodialysis patients included demographic, pathophysiological and psychological factors. In addition, there is a new related factor of sleep quality which is spirituality factor. This study is aimed to identify and explain the influencing factors of sleep quality in hemodialysis patients. This study used cross sectional analytic with 100 hemodialysis patients. Chi square and Logistic Regression was used to analyze data.
The results showed there was a relationship between age p 0,003, hemodialysis schedule p 0,001, hemodialysis adequacy p 0,000, interdialytic weight gain IDWG p 0,004, depression p 0,000 and spirituality p 0,000 with sleep quality in hemodialysis patients. Depression is the most influencing factor of sleep quality in hemodialysis patients p 0,002 OR 23,063 . It is necessary to consider influencing factors of sleep quality in developing nursing interventions to improve sleep quality in hemodialysis patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47654
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Rachmayani
"Kualitas tidur yang baik merupakan salah satu faktor kualitas hidup yang baik. Stres emosional seperti depresi menjadi penyebab kualitas tidur buruk. Depresi dan kualitas tidur secara tidak langsung dapat mempengaruhi kejadian morbiditas dan mortalitas penyakit gagal ginjal terminal. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan antara tingkat depresi dengan kualitas tidur pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan metode cross sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 92 responden dengan teknik purposive sampling. Dengan analisis bivariat menggunakan uji spearman, korelasi antara tingkat depresi dengan kualitas tidur tidak bermakna dengan nilai p 0,332. Penelitian ini menyimpulkan bahwa mayoritas responden tidak memiliki tanda klinis depresi dan kualitas tidur baik. sehingga perlu dikembangkan intervensi yang dapat meningkatkan kualitas tidurnya.

Good sleep quality is one of the factors of quality of life. Emotional stress such as depression causes poor sleep quality. Depression and sleep quality indirectly may affect the incidence of morbidity and mortality of end stage renal disease. The purpose of this study was to identify the relation between depression and sleep quality in patients on end stage renal disease with hemodialysis. This research is was descriptive and correlation design with cross sectional study. There were 92 respondents that were selected by purposive sampling method. The study result shows correlation between depression and sleep quality not significant with p value 0,332 that were analysed by bivariate analysis and spearman test. The study conclude that the majority of respondents had no clinical signs of depression and good sleep quality. Therefore, it is recommended to develop nursing interventions that can improve sleep quality.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neni Junaeni
"Hemodialisis merupakan terapi pengganti fungsi ginjal terbanyak yang dijalani pasien gagal ginjal tahap akhir. Pasien yang menjalani terapi hemodialisis rutin seringkali memiliki kualitas tidur yang buruk. Kualitas tidur yang buruk pada pasien hemodialisis dapat menurunkan kualitas hidup, meningkatkan penyakit autoimun, infeksi dan risiko kardiovaskular yang pada akhirnya dapat juga meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Keluhan tidur pada pasien hemodialisis diduga karena efek dari hemodialisis dan progresifitas penyakit gagal ginjal itu sendiri. Terapi untuk mengatasi gangguan tidur dilakukan dengan metode sleep hygiene. Sleep hygiene merupakan modifikasi perilaku kesehatan atau membangun kebiasaan sebelum tidur yang mencakup aktivitas, waktu tidur dan lingkungan yang tenang dengan tujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas tidur. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan sleep hygiene dengan kualitas tidur pada pasien hemodialisis. Desain penelitian menggunakan cross sectional dengan consecutive sampling terhadap 106 responden yang menjalani hemodialisis rutin di Unit HD PJT RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan (p<0,05) antara sleep hygiene dengan kualitas tidur (p=0,046). Perawat perlu mengajarkan intervensi sleep hygiene secara terprogram beserta evaluasinya untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas tidur yang baik pada pasien hemodialisis.

Hemodialysis is the most common renal replacement therapy for end stage renal disease patients. These patients who undergoing regular hemodialysis often experience a poor of sleep quality. Poor sleep quality can reduce their quality of life, since increasing autoimmune diseases, infections and cardiovascular risks, ultimately can also increase morbidity and mortality. Sleep complaints in hemodialysis patients are thought to be due to the effects of hemodialysis and the progression of kidney failure itself. Therapy to treat sleep disorders is carried out using the sleep hygiene method. Sleep hygiene is a modification of health behavior or building habits before sleeping that include activities, sleep time and a calm environment to increase the quantity and quality of sleep. This study aims to identify the relationship between sleep hygiene and sleep quality in hemodialysis patients. The research design used is cross sectional with a consecutive sampling of 106 respondents undergoing regular hemodialysis at the PJT HD Unit, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Based on the research results, it shows that there was a significant relationship (p<0.05) between sleep hygiene and sleep quality (p=0,046). Therefore, nurses need to carry out and teach the patients sleep hygiene interventions and their evaluation to improve and maintain a good sleep quality in hemodialysis patients. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hazrina Adelia
"Gangguan tidur merupakan masalah yang umum terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisis. Anak yang memiliki kualitas tidur yang buruk memiliki potensi masalah kesehatan mental dan fisiologis. Resiliensi dan tidur diketahui memiliki hubungan satu sama lain. Teori Resiliensi Polk digunakan untuk mengidentifikasi atribut resiliensi dan memberikan arahan intervensi keperawatan untuk meningkatkan kualitas tidur melalui edukasi sleep hygiene. Karya ilmah ini bertujuan untuk menganalisis lima kasus kelolaan anak yang menjalani hemodialisis dengan masalah tidur. Upaya peningkatan asuhan keperawatan dilakukan melalui proyek inovasi edukasi sleep hygiene diberikan kepada 15 orang anak yang menjalani hemodialisis untuk meningkatkan kualitas tidur anak. Hasil analisi menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan kualitas tidur anak antara sebelum dan setelah dilakukan edukasi sleep hygiene. Edukasi sleep hygiene dapat dijadikan salah satu intervensi keperawatan untuk meningkatkan kualitas tidur anak.

Sleep disorders are a common problem in patients undergoing hemodialysis. Children who have poor sleep quality have the potential for mental and physiological health problems. Resilience and sleep are known to be related to each other. Polk's Resilience Theory is used to identify resilience attributes and provide direction for nursing interventions to improve sleep quality through sleep hygiene education. This scientific work aims to analyze five cases of management of children undergoing hemodialysis with sleep problems. Efforts to improve nursing care were carried out through a sleep hygiene education innovation project given to 15 children undergoing hemodialysis to improve the quality of children's sleep. The results of the analysis showed that there was a significant difference in children's sleep quality between before and after sleep hygiene education was carried out. Sleep hygiene education can be used as a nursing intervention to improve children's sleep quality."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Renditya Anggana
"Latar belakang: Hemodialisis merupakan terapi pengganti ginjal yang menjadi penanganan paling umum pada pasien gagal ginjal. Gejala yang dapat terjadi pada pasien hemodialisis salah satunya gangguan tidur. Dalam perannya, perawat merupakan care provider dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, termasuk yang memiliki kualitas tidur yang buruk. Foot massage merupakan terapi komplementer yang aman, mudah diberikan, merelaksasi otot serta memberikan rasa nyaman.
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh dari terapi foot massage terhadap kualitas tidur pasien hemodialisis.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen dengan sampel sebanyak 24 responden pada kelompok intervensi dan 24 responden pada kelompok kontrol. Teknik snowball sampling digunakan dengan kriteria inklusi pasien berusia 18-60 tahun, mengalami gangguan tidur, kesadaran composmentis, tidak mengalami cedera pada kaki dan tidak mengkonsumsi obat tidur.
Hasil: Diperoleh skor pre-test 11,96 dan skor post test 9,17 pada kelompok intervensi sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh skor pre-test 10,08 dan skor post test 9,83. Hasil analisis uji statistik menunjukkan ada perbedaan rerata kualitas tidur pada pre-test dan post-test pada kelompok intervensi dan kontrol dengan nilai p = 0,001.
Kesimpulan: Terapi foot massage berpengaruh dalam meningkatkan kualitas tidur pasien hemodialisis.
Rekomendasi: Perawat dengan pendidikan minimal Diploma Keperawatan dapat menerapkan terapi foot massage kepada pasien hemodialisis yang mengalami gangguan tidur.

Background: Hemodialysis has become a renal replacement therapy which is the most common treatment for patients with kidney failure. Symptoms that can occur in hemodialysis patients include sleep disturbances. In their role, nurses have become care providers in providing nursing care to patients, including those with poor sleep quality. Foot massage has become a complementary therapy that is safe, easy to administer, relaxes muscles and provides a sense of comfort.
Objective: To determine the effect of foot massage therapy on sleep quality in hemodialysis patients.
Method: This study used a quasi-experimental design with a sample of 24 respondents in the intervention group and 24 respondents in the control group. The snowball sampling technique was used with the inclusion criteria of patients aged 18-60 years, experiencing sleep disturbances, composmentis awareness, not experiencing leg injuries and not taking sleeping pills.
Results: Obtained a pre-test score of 11.96 and a post test score of 9.17 in the intervention group, while the control group obtained a pre-test score of 10.08 and a post test score of 9.83. The results of statistical test analysis showed that there was a difference in the mean sleep quality in the pre-test and post-test in the intervention and control groups with a value of p = 0.001.
Conclusion: Foot massage therapy has an effect on the sleep quality of hemodialysis patients. Recommendation: Nurses with a minimum education of a Diploma in Nursing can apply foot massage therapy to hemodialysis patients who experience sleep disorders.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rasmiati
"Pasien yang menjalani hemodialisis akan mengalami beban gejala (syndrome burden) yang salah satunya adalah kesulitan tidur. Kondisi ini tentunya akan berpengaruh terhadap kualitas tidur pasien. Kejadian kualitas tidur yang buruk lebih tinggi ditemukan pada pasien yang menjalani hemodialisis dibandingkan dengan populasi umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh relaksasi Benson terhadap peningkatan kualitas tidur pasien hemodialisis. Penelitian ini merupakan quasi eksperimen pre dan post test desain with control group, yang melibatkan 44 orang responden. Selama 4 minggu kelompok intervensi mendapatkan intervensi relaksasi Benson dan pada kelompok kontrol mendapatkan intervensi standar. Kualitas tidur dinilai sebelum dan setelah pemberian intervensi menggunakan instrumen Pittsburgh Sleep Quality Indeks. Hasil pengukuran diperoleh nilai median skor kualitas tidur pada kelompok intervensi setelah pemberian relaksasi Benson adalah 4, sedangkan pada kelompok kontrol setelah pemberian intervensi standar adalah 10. Hal ini berarti terdapat pengaruh pemberian relaksasi Benson terhadap skor global kualitas tidur pada kelompok intervensi dibandingkan dengan skor global kualitas tidur pada kelompok kontrol (p value 0,000, α= 0,05). Dengan demikian, relaksasi Benson secara klinis dan statistik memberikan pengaruh terhadap peningkatan kualitas tidur pasien. Relaksasi Benson diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan terapi komplementer keperawatan dalam meningkatkan kualitas tidur pasien yang menjalani hemodialisis rutin.

Burden of symptoms will be experienced by patients undergoing hemodialysis, which one of them is difficulty of sleeping. This condition affect on the quality of the patient's sleep. The incidence of poor quality of sleep among hemodialysis patients are higher than general population. This study aims to determine the effect of Benson's relaxation on improving the quality of sleep of HD patients. This study was a quasi-experimental pre-test and post-test design with control group, which involved 44 respondents. The intervention was conducted for 4 weeks, where the intervention group received Benson's relaxation and the control group received standard intervention. Sleep quality assessed before and after providing the intervention using the Pittsburgh Sleep Quality Index instrument. The measurement results obtained that the median score of sleep quality in the intervention group after giving Benson relaxation was 4, while in the control group was 10. This means that there is an effect of giving Benson relaxation on the global score of sleep quality in the intervention group compared to the global score of sleep quality in the control group (p value of 0.000, α= 0,05). It can be concluded that Benson's relaxation has clinically and statistically effect on increasing the patient's sleep quality. Expectedly, Benson's relaxation can be used as a complementary nursing therapy to overcome problems related to sleep quality in patients undergoing hemodialysis."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elizabeth Yasmine Wardoyo
"Pendahuluan: Kekakuan arteri merupakan prediktor mortalitas pasien hemodialisis. Hemodialisis merupakan proses yang menginduksi inflamasi, ditandai dengan peningkatan penanda inflamasi, Pentraxin 3 (PTX3), intradialisis. Rerata kekakuan arteri pada pasien HD dua kali seminggu di Indonesia menunjukkan hasil yang lebih rendah daripada literatur.
Tujuan: Mengetahui faktor risiko kekakuan arteri pada pasien hemodialisis kronik dengan berfokus pada frekuensi hemodialisis dan PTX3.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang di RS Cipto Mangunkusumo, RS Fatmawati, dan RS Medistra pada pasien yang menjalani hemodialisis minimal 1 tahun dengan frekuensi dua dan tiga kali seminggu. Kekakuan arteri diukur dengan carotid-femoral pulse wave velocity. Pemeriksaan PTX3 dilakukan sebelum hemodialisis dimulai.
Hasil: Penelitian dilakukan pada 122 subjek, 82 subjek diantaranya menjalani hemodialisis dua kali seminggu. Tidak ada perbedaan kekakuan arteri antara pasien HD 2x dan 3x seminggu. PTX3 > 2,3 ng/ml berhubungan dengan kekakuan arteri (p=0,021). Pada analisis multivariat, PTX3 berhubungan dengan kekakuan arteri (adjusted OR 5,18; IK 95% 1,07-24,91), demikian juga penyakit kardiovaskular (adjusted OR 3.67; IK 95% 1.40-10.55), kolesterol LDL (adjusted OR 3.10; IK 95% 1.04-9.24), dan dialysis vintage (adjusted OR 2.72; IK 95% 1.001-7.38).
Simpulan: PTX >2,3 ng/ml berhubungan dengan kekakuan arteri. Tidak terdapat perbedaan kekakuan arteri antara pasien HD dua kali dan tiga kali seminggu.

Introduction: Arterial stiffness is a mortality predictor in hemodialysis patients. Hemodialysis induces inflammation, marked by intradialysis increment of inflammatory marker, Pentraxin 3 (PTX3). The mean arterial stiffness in twice-weekly hemodialysis patients in Indonesia is lower than studies done in thrice-weekly patients.
Objective: To determine factors associated with arterial stiffness in hemodialysis patients, focusing on the role of hemodialysis frequency and PTX3.
Methods: This study is a cross-sectional study conducted in Cipto Mangunkusumo Hospital, Fatmawati Hospital, and Medistra Hospital Jakarta in twice- and thrice-weekly hemodialysis patients. Arterial stiffness is measured by carotid-femoral pulse wave velocity.
Results: The study is conducted in 122 subjects, 82 of them undergo twice-weekly hemodialysis. There is no difference in arterial stiffness between twice- and thrice-weekly subjects. PTX3>2.3 ng/ml is associated with arterial stiffness (p= 0.021). In multivariate analysis, PTX3 is associated with arterial stiffness (adjusted OR 5.18; 95% CI 1.07-24.91), as well as cardiovascular disease (adjusted OR 3.67; 95% CI 1.40-10.55), LDL cholesterol (adjusted OR 3.10; 95% CI 1.04-9.24), and dialysis vintage (adjusted OR 2.72; 95%CI 1.001-7.38).
Conclusions: Predialysis PTX3 level above 2.3 ng/ml is associated with arterial stiffness. There is no difference in arterial stiffness between twice- and thrice-weekly hemodialysis patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfiya Aini
"Kualitas tidur yang buruk pada pasien diabetes melitus akan berdampak pada kualitas hidupnya. Kualitas tidur yang buruk disebabkan oleh tanda gejala serta komplikasi diabetes melitus yang mengakibatkan gangguan tidur pada penderitanya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur pada pasien diabetes melitus.
Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional, melibatkan 106 pasien diabetes melitus di Puskesmas Cimanggis Depok yang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Pengambilan data penelitian dilakukan dengan pengisian kuesioner. Kualitas tidur diukur dengan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI).
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden memiliki kualitas tidur yang buruk dan dari beberapa faktor yang diteliti hanya kondisi cahaya saat tidur (p=0,007), insomnia (p<0,001) dan restless leg syndrome (p=0,019) yang berhubungan dengan kualitas tidur. Penelitian ini merekomendasikan kepada perawat agar memberikan intervensi yang sesuai untuk mengatasi gangguan tidur yang dialami pasien diabetes melitus agar kualitas tidurnya semakin baik.

Poor sleep quality may negatively impact on the quality of diabetic patient‟s life, resulting from the signs, symptoms, and complications of diabetes experienced by the patients. This study aimed to identify factors associated with sleep quality among patients living with diabetes.
This descriptive study used cross sectional design, involving 160 respondents in the Cimanggis Health Center who were selected by using consecutive sampling technique. Data were collected by questionnaires to measure the respondent‟s sleep quality.
The study revealed that the majority of respondents had poor sleep quality according to the Pittsburgh Sleep Quality Index. The study further showed that lighting (p = .007), insomnia (p < .001), and restless leg syndrome (p = .019) were significantly associated to sleep quality. Interventions to enhance sleep quality can be suggested to patients by nurses as part of diabetes nursing care.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S65430
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reny Deswita
"ABSTRAK

Abstrak Latar belakang: Insomnia umum ditemukan pada pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis. Insomnia berdampak negatif pada aspek fisiologis, fisik, psikologis dan sosial, bahkan menjadi ancaman kematian bagi pasien. Faktor biologis, psikologis dan gaya hidup serta dialisis diduga menjadi penyebab insomnia pada populasi ini. Metode: Menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional, sampel 105 responden, melalui consecutive sampling technique. Insomnia dievaluasi dengan menggunakan The Minimal Insomnia Symptom Scale (MISS). Hasil: Insomnia dialami oleh 54 responden (51,4%), insomnia berhubungan signifikan dengan kram otot (p value=0,047), nyeri, (p value=0,034), stress (p value=0,005), sleep hygiene (p value = 0,018), dan strategi koping (p value = 0,015). Strategi koping merupakan faktor yang dominan berhubungan dengan insomnia (p value= 0,015; OR: 2,9), kesemua faktor tersebut 97% berpeluang mempengaruhi insomnia. Rekomendasi: diperlukannya penelitian lanjutan mengenai intervensi yang dapat meningkatkan strategi koping untuk menurunkan angka insomnia pada pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialsis. Kata kunci: hemodialisis, gagal ginjal terminal, insomnia, strategi koping.


ABSTRACT


Abstract Background: Insomnia is commonly occur in end stage kidney disease patients who undergoing hemodialysis. Insomnia has negative impacts on physiological, physical, social, psychological aspects and furthermore, cause death threats in those patients. There are various factors are related to insomnia in this population, which are biological, psychological and lifestyle, dialysis. Method:This study used a Cross Sectional design, recruited 105 patients, selected by consecutive sampling technique. Insomnia was evaluated by using The Minimal Insomnia Symptom Scale (MISS). Results: Insomnia was experienced by 54 respondents (51.4%) and had significant associated with muscle cramps (p value=0.047), pain (p value=0.034), stress (p value=0.005), sleep hygiene (p value=0.018), and coping strategies (p value=0.015). Coping strategies was the dominant factor associated with insomnia (p value= 0,015; OR: 2.9), all these factors have 97% the chance to determine insomnia. Recommendation: further research needs to focus on interventions which may improve coping strategies to reduce insomnia incidence in end stage kidney diseases patients who undergoing hemodialsis. Keyword:hemodialysis, end stage kidney disease, insomnia, coping strategy

"
2019
T52123
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Haveleia
"Ulkus Diabetikum menyebabkan berbagai gangguan kenyamanan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kualitas tidur dan faktor-faktor yang mempengaruhi pada pasien ulkus diabetikum. Desain penelitian menggunakan cross-sectional dengan sampel 97 pasien ulkus diabetikum. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara kualitas tidur subjektif dengan kualitas tidur yang diukur menggunakan PSQI p: 0,001. Faktor yang mempengaruhi tidur yaitu penghasilan p: 0,014, tingkat stress p: 0,001, medikasi p: 0,026, tingkat nyeri p: 0,048, dan diet p: 0,009. Penelitian menunjukkan pentingnya melakukan pengkajian kualitas tidur dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi untuk mengatasi masalah tidur pasien ulkus diabetikum.

Diabetic ulcer cause various comfort disorders. This research was to identify sleep quality and factors that influence in patients with diabetic ulcer. This research design used cross sectional study with a sampel of 97 diabetic ulcer patients. The results showed that there was a significant difference between subjective sleep quality and sleep quality measured using PSQI p 0,001. Factors that affect sleep are income p 0,014, stress levels p 0,001, medications p 0,026, pain levels p 0,048, and diet p 0,009. The results of this study indicate that the importance of conducting sleep quality assessment with factors that influence to overcome sleep problems in diabetic patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S68189
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>