Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125083 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andi Tenri Faradiba
"Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara kepribadian dan resolusi konflik interpersonal yang dialami oleh remaja (N=227). Uji hipotesis satu arah antara variabel kepribadian dan resolusi konflik dilakukan dalam penelitian ini. Kepribadian dijelaskan menurut teori kepribadian Five Factor Model (McCrae & Costa, 2006) yang terdiri dari faktor openness to experience, conscientiousness, extraversion, agreeableness, dan neuroticism sedangkan resolusi konflik dijelaskan sebagai upaya penyelesaian konflik yang terbagi atas tiga kategori, yaitu resolusi konflik power assertion, negotiation,dan disengagement (Jensen-Campbell, Graziano & Hair, 1996). Semakin tinggi neuroticism remaja, semakin tinggi kemungkinan menggunakan resolusi konflik power assertion, negotiation, dan disengagement. Semakin tinggi conscientiousness remaja, semakin rendah kemungkinan menggunakan resolusi konflik power assertion dan disengagement. Remaja yang memiliki agreeableness tinggi cenderung tidak menggunakan resolusi konflik power assertion.

The aim of this research is to examine correlations between personality and interpersonal conflict resolution in adolescents (N=227). One tail hypothesized between personality and interpersonal conflict resolution is verified. Personality is explained by Five Factor Model (McCrae & Costa, 2006) and measured using NEOFive Factor Inventory: openness to experience, conscientiousness, extraversion, agreeableness, conscientiousness. Conflict resolution is explained as an effort to resolve conflict: power assertion, negotiation, and disengagement (Jensen-Campbell, Graziano, & Hair, 1996). Adolescents with high neuroticism tend to use power assertion, negotiation, and disengagement. On the other hand, adolescents with high conscientiousness tend to avoid power assertion and disengagement. Low-agreeable adolescents tend to implement power assertion.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T28996
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Chairuni
"Konflik interpersonal pada remaja merupakan hal yang tidak terlepas dalam kehidupan sosialnya. Dalam interaksi akan muncul pertentangan dan terkadang individu akan berselisih pendapat. Walaupun konflik dapat mengancam hubungan sosial namun konflik tidak selalu merusak hubungan sosial. Cara mengatasi konflik merupakan hal yang menentukan apakah konflik menjadi sesuatu yang fungsional ataupun disfungsional. Program intervensi resolusi konflik menggunakan metode skillstreaming merupakan salah satu cara untuk mengembangkan keterampilan resolusi konflik pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas program intervensi skillstreaming dalam mengembangkan keterampilan resolusi konflik pada seorang remaja. Setelah dilakukan analisis perbandingan hasil pre-test dan post-test dengan alat ukur Conflict Resolution Style Inventory (CRSI), diketahui bahwa program ini belum mampu mengembangkan resolusi konflik pada remaja.

Interpersonal conflict in adolescence is inevitable feature in their social relationship. When they interact, disagreement may arise. They sometimes disagree. Eventhough conflict may jeopardize social relationship, conflict is not necessarily detrimental. The way conflicts are handled is important in determining whether conflicts are functional or dysfunctional. Intervention program for conflict resolution using skillstreaming methods is a way to develop conflict resolution skill in adolescent. In the current research, the main focus is to see effectiveness of skillstreaming intervention program to develop conflict resolution skill in adolescent. After analyzing the result of pre-test and post test with Conflict Resolution Style Inventory (CRSI) on adolescent, the result shows this program has not been able to develop conflict resolution in adolescents.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T38927
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Valencia Astari Dewi
"Studi tentang faktor-faktor yang mempromosikan perdamaian dapat dianggap sebagai salah satu upaya penelitian yang paling penting karena lingkungan yang damai mendukung perkembangan individu, komunitas, dan bangsa. Telah diketahui bahwa seperlima dari populasi dunia adalah remaja dan sebagai anggota kelompok yang dinamis dalam masyarakat, remaja memainkan peran penting dalam mentransformasikan situasi konflik secara positif dan menjadi agen perubahan yang membangun fondasi masyarakat yang harmonis dan damai. Penelitian ini didasarkan pada penemuan studi terdahulu bahwa kepribadian cenderung mempengaruhi sikap terhadap perdamaian, dan studi ini menyelidiki apakah terdapat hubungan trait kepribadian dengan sikap terhadap perdamaian pada remaja. Secara lebih spesifik, penelitian mengkorelasikan lima subskala The Big Five Personality atau FFM dengan sikap terhadap perdamaian. Sebanyak 91 individu yang termasuk dalam kategori remaja (usia 10-24 tahun) dan berkewarganegaraan Indonesia berpartisipasi dalam mengisi kuesioner self-report yang terdiri skala IPIP-BFM-25-INDONESIA untuk mengukur trait kepribadian dan skala Peace Attitude Scale (PAS) untuk mengukur sikap terhadap perdamaian. Data yang terkumpul mengenai kedua variabel kemudian diolah menggunakan uji korelasi Pearson untuk mengetahui hubungan antara masing-masing dimensi trait kepribadian dengan nilai total keseluruhan sikap terhadap perdamaian. Hasil yang diperoleh membuktikkan bahwa dimensi Agreeableness dan Conscientiousness terbukti memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan sikap terhadap perdamaian. Meski demikian, tidak ditemukannya hubungan yang positif maupun signifikan pada korelasi antara dimensi Extraversion dan sikap terhadap perdamaian bertentangan pada hipotesis berdasarkan penelitian terdahulu.

The study of factors that promote peace can be considered one of the most important research endeavors as a peaceful environment supports the development of individuals, communities and nations.It is known that a fifth of the world's population are adolescents and as members of a dynamic group in society, adolescents play an important role in positively transforming conflict situations and becoming agents of change who build the foundations of a harmonious and peaceful society. Based on the findings of previous studies that personality traits tend to influence views toward peace among adolescents, this study investigated whether there is a relationship between personality traits and attitudes toward peace. More specifically, the study correlated the five subscales of The Big Five Personality or FFM with peace attitude. In this study, a total of 91 individuals who fall into the category of adolescents (aged 10-24 years) and who are Indonesian citizens participated in filling out a self-report questionnaire consisting of the IPIP-BFM-25-INDONESIA scale to measure personality traits and the Peace Attitude Scale (PAS) scale to measure peace attitude. The data collected on both variables were then processed using Pearson correlation test to determine the relationship between each personality trait dimension and the overall total score of peace attitude. The results obtained confirmed that Agreeableness and Conscientiousness were shown to have a positive and significant relationship with peace attitude. However, neither a positive nor significant relationship was found in the correlation between the Extraversion dimension and peace attitude, contradicting the hypothesis based on previous research."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Fadhilatul Mustajib
"Kepribadian, teman sebaya, dan nilai profesional diprediksi dapat meningkatkan perilaku caring. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepribadian, teman sebaya, dan nilai profesional pada mahasiswa profesi ners. Desain penelitian adalah cross sectional dan melibatkan 126 mahasiswa profesi ners di dua institusi pendidikan ners wilayah regional 5 Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI) yang dipilih secara consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan sedang dan positif kepribadian, perilaku caring teman sebaya, dan nilai profesional keperawatan dengan perilaku caring mahasiswa profesi ners (p <0,001; r berturut-turut 0,483, 0,567, dan 0,742). Kepribadian caring berkontribusi 22,7%, perilaku caring teman sebaya 31,7%, dan nilai profesional 54,7% dalam membentuk perilaku caring mahasiswa. Peneliti merekomendasikan adanya mata kuliah ataupun program yang dapat menjadi sarana penguatan kepribadian caring dan nilai profesional keperawatan, serta pembentukan kelompok caring dan bekerja dalam kelompok yang dapat meningkatkan perilaku caring teman sebaya.

Personality, peers, and professional values are predicted to enhance caring behavior. This study aims to determine the relationship of personality, peers, and professional values with caring behavior in nursing students. The research design was cross-sectional and involved 126 nursing students from two nursing education institutions in the 5th region of the Association of Indonesian Nurse Education Center (AINEC), which were selected by consecutive sampling. The findings of the study indicated a moderate and positive relationship between personality, the caring behavior of peers, and professional values of nursing with the caring behavior of nursing students (p < 0.001; r respectively 0.483, 0.567, and 0.742). The analysis revealed that a caring personality contributed 22.7%, peer caring behavior 31.7%, and professional values 54.7% in shaping students' caring behavior. The researcher proffers recommendations for courses or programs that have the potential to fortify the caring personality and professional values of nursing, in addition to the establishment of caring groups and the cultivation of peer caring behavior within professional contexts."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inderaswari Dina Astuti
"Penelitian ini melihat perbedaan gaya penyelesaian konflik yang digunakan oleh siswa sekolah-rumah dan siswa sekolah-formal yang sedang berada pada tahapan perkembangan remaja. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 89 orang, yaitu 67 siswa sekolah formal dan 22 siswa sekolah rumah, kesemuanya adalah siswa SMA. Pengambilan partisipan penelitian ini menggunakan teknik incidental sampling Alat ukur penelitian ini mengadaptasi kuesioner Rahim dan Mager (1995). Berdasarkan uji signifikansi menggunakan independent sample t-test didapatkan hasil signifikansi dua ujung (2-tailed) dan signifikan pada l.o.s 0,05 yaitu gaya penyelesaian konflik jenis collaboration sebesar 0,009, gaya penyelesaian konflik jenis competition sebesar 0,002, gaya penyelesaian konflik jenis avoidance sebesar 0,022, dan gaya penyelesaian konflik jenis accommodation sebesar 0,048. Pada gaya penyelesaian konflik jenis compromise didapatkan hasil sebesar 0,892. Maka didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada gaya penyelesaian konflik jenis collaboration, competition, avoidance, dan accomodation antara siswa sekolah-rumah dengan siswa sekolah-formal dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada gaya penyelesaian konflik jenis compromise antara siswa sekolah-rumah dengan siswa sekolah formal yang berusia remaja.

This research investigate the differences of resolution conflict styles between adolescents? homeschoolers and formal school students. This research use quantitative method. Participants whose involved in this research were 89 adolescents, which consists of 67 adolescents? formal school students and 22 adolescents? homeschoolers. This research use incidental sampling technique. Instrument to measure conflict resolution styles in this research was adapted from Rahim and Mager (1995) conflict resolution questionnaire. Based on independent sample t-test technique, was found a significance 0,009 on collaboration style, 0,002 on competition style, 0,022 on avoidance style, and 0,048 on accommodation style. Those scores significance on l.o.s 0,05, means there is a significance differences on those styless between adolescents? homeschoolers and formal school students. On compromise type t score was 0,892 and was not found significance on this category between two groups of participants.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Windiarsih
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kepribadian proaktif dan perilaku kerja inovatif. Penelitian dilakukan terhadap 135 karyawan BUMN X yang terdiri dari empat divisi kerja yang sedang mengembangkan inovasi pada aktivitas pekerjaannya. Pengukuran perilaku kerja inovatif mengacu pada alat ukur Skala Perilaku Kerja Inovatif dan terbukti reliabel ?= 0,97, sedangkan pengukuran kepribadian proaktif menggunakan alat ukur Skala Kepribadian Proaktif yang telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia dan terbukti reliabel ?=0,73.
Hasil analisis Pearson's Product Moment Correlation menunjukkan adanya hubungan antara kepribadian proaktif dan perilaku kerja inovatif r=0,49, p< 0,05. Dengan demikian, semakin tinggi kepribadian proaktif yang dimiliki karyawan, maka semakin tinggi intensitas karyawan dalam menampilkan perilaku kerja inovatif. Penelitian ini juga menemukan adanya hubungan yang signifikan antara faktor demografi berupa jenis kelamin dan masa kerja terhadap perilaku kerja inovatif.

This study investigates the correlation between proactive personality and innovative work behavior. This study was conducted among 135 employees working in 4 departemens in BUMN X that has been developing an innovation in their work activity. Measurement of IWB refers to Innovative Work Behavior Scale, with 0,97, and measurement of proactive personality used Proactive Personality Scale with 0,73.
The results using Pearson's Product Moment Correlation showed there is a significant relationship between proactive personality and innovative work behavior r 0,49, p 0,05. Thus, the higher the proactive personality, the higher intensity in displaying innovative work behavior. This study also found there are correlations between demografic factors such as gender and tenure organization with innovatif work behavior.
"
Depok: Fakultas Psikologi Unversitas Indonesia, 2017
S67198
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Luthfi Khairunnisa
"Kepuasan perkawinan dan strategi resolusi konflik menjadi faktor penting yang menentukan perkawinan dapat bertahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan strategi resolusi konflik dalam memprediksi kepuasan perkawinan pada tiga kelompok durasi perkawinan yaitu perkawinan lima tahun pertama, perkawinan pada durasi 5-15 tahun dan perkawinan di atas lima belas tahun khususnya pada perempuan. Penelitian ini dikhususkan pada partisipan perempuan dalam tiga rentang waktu dikarenakan pada setiap durasi perkawinan memiliki konflik yang berbeda dan hal tersebut mempengaruhi kepuasan perkawinan. Selama melewati tahapan perkembangan keluarga, ternyata pria tidak mengalami perubahan pola kepuasan perkawinan, sementara perempuan mengalami perubahan di setiap fasenya. Responden penelitian ini berjumlah 651 perempuan yang sedang menjalani perkawinan pertama. Pengambilan sampel yang digunakan menggunakan teknik convenience sampling yaitu pengambilan berdasarkan kesediaan responden. Pengukuran kepuasan perkawinan mengunakan alat ukur Quality Marital Inventory (QMI) dan strategi resolusi konflik menggunakan Conflict Resolution Style Inventory (CRSI). Hasil penelitian dari 651 orang partisipan menunjukan bahwa tidak ada perbedaan kepuasan perkawinan di ketiga kelompok durasi perkawinan. Terdapat perbedaan penggunaan strategi resolusi konflik dimana conflict engagement lebih sering digunakan oleh kelompok perkawinan lima tahun pertama dan compliance lebih sering digunakan pada kelompok perkawinan di atas lima belas tahun. Sedangkan untuk analisis regresi terkait prediksi antara strategi resolusi konflik dan kepuasan perkawinan, ditemukan bahwa strategi resolusi konflik positive problem solving, conflict engagement, withdrawl dapat memprediksi kepuasan perkawinan pada ketiga kelompok durasi perkawinan. Sedangkan strategi resolusi konflik compliance tidak dapat memprediksi kepuasan perkawinan di setiap kelompok.

Conflict Resolution Style Inventory (CRSI). The results of this study showed that there were no differences marital satisfaction in three categories duration of marriage. There are differences in use of conflict resolution strategies where conflict engagement is more often used in duration marriage less than five years and compliance is more often used in duration marriage over fifteen years. There is a significant correlation between positive problem solving, conflict engagement, and withdrawal to marital satisfaction. Meanwhile compliance no significant correlation between marital satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Layyina Humaira
"Perawat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan proses pemulihan pasien. Memperhatikan dan meningkatkan kepuasan kerja sangat penting demi meningkatkan kualitas perawat. Salah satu hal yang dapat menghambat kepuasan adalah timbulnya konflik. Oleh karena itu setiap individu perlu untuk menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan konflik yang dihadapinya. Ada lima macam gaya penyelesaian konflik yang dapat digunakan oleh individu, yaitu kompetisi, kolaborasi, kompromi, menghindar, dan akomodasi.
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti adanya hubungan antara gaya penyelesaian konflik dan kepuasan kerja pada perawat. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan desain non-experimental dan tipe field study. Partisipan penelitian ini berjumlah 87 perawat yang bekerja di dalam sebuah rumah sakit. Kepuasan kerja diukur dengan menggunakan Minnesota Staisfaction Questionnare, sedangkan gaya penyelesaian konflik dengan menggunakan Thomas-Kilmann MODE Instrument yang telah diubah menjadi bentuk skala.
Hasil yang di dapat dari perhitungan One Way Anova adalah bahwa gaya penyelesaian konflik tidak berhubungan dengan kepuasan kerja. Sementara itu gaya penyelesaian konflik yang paling banyak dipilih oleh partisipan adalah gaya kolaborasi.

Nurses are unseparated part of the entire patient?s recovery process. To increase the quality of nurses, it is important to pay attention to job satisfaction among them. Conflict can become a block of job satisfaction. That?s why it is important for individual to use the right strategy to solve the conflict. There are five conflict resolution styles that can be used by individual; competition, collaboration, compromise, avoidance, and accommodation.
The aim of this study is to seek the correlation between conflict resolution style and job satisfaction of nurses. This research is using quantitative method, nonexperimental design, and field study. The participants of this research were 87 nurses whose work in a hospital. Job satisfaction was measured by Minnesota Satisfaction Questionnaire, meanwhile conflict resolution style was measured by Thomas-Kilmann MODE Instrument which had been change in to scale.
By using One Way Anova, the result show that conflict resolution style was not correlated with job satisfaction. In the meantime, the conflict resolution style which has been most chosen by participant is collaboration style."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
303.69 HUM h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Setianingsih
"Remaja menjadi masa yang rentan terjadi perilaku menyimpang seperti perilaku delinkuen, penyalahgunaan obat terlarang, ancaman seks bebas, terlibat dalam geng, penyakit menular seksual, kehamilan yang tidak dikehendaki, aborsi dan lain sebagainya. Selain itu, kekerasan dan konflik antar ayah dan ibu sering terjadi dalam keluarga. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan persepsi remaja tentang Konflik antar ayah dan ibu terhadap perilaku delinkuensi remaja. Desain dalam penelitian adalah cross-sectional dan menggunakan kuesioner Children's Perception of Interparental Conflict (CPIC) dan Self-Report Delinquency Scale (SDRS). Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan 112 responden pelajar SMP X, SMA X, dan SMA Y di Kota Depok. Data dianalisis dengan uji pearson chi -square untuk mengetahui hubungan persepsi remaja tentang konflik antar ayah dan ibu terhadap perilaku delinkuensi remaja. Hasil menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna dengan nilai p value . Saran untuk memaksimal peran konselor sebaya untuk membantu manajemen persepsi yang menyebabkan cemas dan depresi.

Adolescents are a period that is vulnerable to deviant behavior such as delinquent behavior, drug abuse, threats of free sex, involvement in gangs, sexually transmitted diseases, unwanted pregnancies, abortions and so on. In addition, violence and conflicts between fathers and mothers often occur in families. The purpose of this study was to identify the relationship between adolescent perceptions of conflict between fathers and mothers on adolescent delinquency behavior. The design in this study was cross-sectional and used the Children's Perception of Interparental Conflict (CPIC) and Self-Report Delinquency Scale (SDRS) questionnaires. This research was conducted by involving 112 students of SMP X, SMA X, and SMA Y in Depok City. The data were analyzed by using the Pearson chi-square test to determine the relationship between adolescent perceptions of conflict between fathers and mothers on adolescent delinquency behavior. The results show that there is no significant relationship with the p value > 0.05. Suggestions to maximize the role of peer counselors to help manage perceptions that cause anxiety and depression."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Nugrahanti
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan kepribadian ekstravert dan kepribadian proaktif terhadap kesuksesan karier subjektif karyawan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan Career Satisfaction Scale untuk mengukur kesuksesan karier subjektif, IPIP versi singkat untuk mengukur kepribadian ekstravert, dan Proactive Personality Scale untuk mengukur kepribadian proaktif. Penelitian ini dilakukan pada 104 karyawan yang bekerja di bidang penjualan dan pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepribadian ekstravert B = .08 [-.07, .22], SE B = .07, p > .05 tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kesuksesan karier subjektif karyawan bidang penjualan dan pemasaran. Selain itu, kepribadian proaktif B = .18 [.03, .32], SE B = .07, p < .05 memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kesuksesan karier subjektif karyawan bidang penjualan dan pemasaran. Pembahasan dan saran untuk penelitian selanjutnya didiskusikan.

ABSTRACT
The aim of this research is to examine the relationship of extravert and proactive personality toward emlopyee rsquo s subjective career success. This is a quantitative study using Career Satisfaction Scale to measure subjective career success, IPIP short version to measure extravert, and Proactive Personality Scale to measure proactive personality. This research was conducted on 104 sales and marketing employee. Result indicated that extravert B .08 .07, .22 , SE B .07, p .05 did not have any effect and proactive personality B .18 .03, .32 , SE B .07, p .05 had a positive effect to sales and marketing employee rsquo s subjective career success. Discussion and suggestion for further research are discussed."
2017
S67567
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>