Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 210660 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Handono Fatkhur Rahman
"Efikasi diri dan kepatuhan merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan kualitas hidup pasien DM tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat efikasi diri dan kepatuhan dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2 yang menjalani rawat jalan di Rumah Sakit di Jakarta.
Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional, dengan jumlah sampel 125 pasien DM tipe 2. Alat ukur yang digunakan adalah Diabetes Management Self-Efficacy (DMSES), the Diabetes Activities Questionare (TDAQ), dan Diabetes Quality Of Life (DQOL).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efikasi diri (0,0005), dan kepatuhan (0,0005) berhubungan secara signifikan dengan kualitas hidup dengan variabel yang paling dominan adalah kepatuhan.
Hasil uji multivariat menunjukkan bahwa variabel efikasi diri, kepatuhan, tingkat pendidikan, dan depresi menentukan kualitas hidup pasien DM. Perlunya dikembangkan pengkajian dan intervensi keperawatan yang berfokus pada efikasi diri dan kepatuhan pasien DM tipe 2.

Self-efficacy and adherence are important factor in improving the quality of life of patients with type 2 diabetes. This study aimed to determine the relationship between self-efficacy and adherence to the quality of life of patients with type 2 diabetes mellitus in an outpatient unit of a Hospital in Jakarta.
This study was a cross-sectional, with sample of 125 patients with type 2 diabetes mellitus. The Diabetes Management Self- Efficacy (DMSES), the Diabetes Activities Questionare (TDAQ), and the Diabetes Quality of Life (DQOL) were employed as instruments.
The results showed that selfefficacy (0.0005), and adherence (0.0005) were significantly associated with quality of life and the most dominant variable is adherence.
Multivariate test results indicate that the variable self-efficacy, adherence, education level, and depression determines quality of life of diabetic patients. This study suggestsis the need fornursing assessment and interventions that focus on the self-efficacy and adherence diabetes mellitus patient.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42400
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Katuuk, Mario Esau
"Komplikasi kronis pada diabetes melitus berupa ulkus kaki diabetik dapat dicegah dengan melakukan perawatan kaki mandiri. Salah satu faktor yang berperan dalam perilaku perawatan kaki adalah efikasi diri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan efikasi diri dengan perilaku perawatan kaki pada individu dengan diabetes melitus tipe 2 (DMT2).
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif observasional analitik dengan pendekatan crossectional, melibatkan 74 individu dengan DMT2. Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner karakteristik demografi, Foot Care Confidence Scale, Nottingham Assessment of Functional Footcare, dan pengetahuan perawatan kaki.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif yang bermakna antara efikasi diri dengan perilaku perawatan kaki (r = 0.303; p = 0.009). Hasil analisis multivariat didapatkan efikasi diri menjadi prediktor terhadap perilaku perawatan kaki setelah dikontrol oleh pengetahuan dan tingkat pendidikan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah perlunya upaya untuk memperbaiki perilaku perawatan kaki pada individu dengan DMT2 dengan meningkatkan efikasi diri menggunakan sumber-sumber efikasi diri yang ada.

Chronic complications of type 2 diabetes mellitus such as diabetes foot ulcer could be prevented by performing foot self care. Self efficacy is the most important role in foot care.
This study aims to investigate the relationship between self efficacy and foot care behavior.
This study was observational analytic with cross-sectional approach, recruited 74 people with type 2 diabetes mellitus using consecutive sampling method. Data collection was done using demographic questionnaire, Foot Care Confidence Scale, Nottingham Assessment of Functional Foot-care and diabetic foot self care knowledge.
The result showed that there was a positive relationship between self efficacy and foot care behavior (r = 0.303; p = 0.009). Multivariate analysis showed that self efficacy became a strong predictor of foot self care behavior along with knowledge and educational level.
In conclusion, it is needed to improve foot self care in people with type 2 diabetes mellitus through increasing self efficacy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42416
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Suci Lestari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diet DM. Penelitian ini menggunakan disain studi cross sectional yang dilakukan pada 19 Maret ? 5 April 2012 di Klinik Gizi dan Klinik Edukasi Diabetes RSUP Fatmawati dengan 100 orang pasien DM tipe 2 usia ≥ 20 tahun. Pengumpulan data melalui wawancara dengan kuesioner, food recall 1x24 jam, dan FFQ.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 56% responden yang patuh diet. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan (OR=12,5), persepsi (OR=11), motivasi diri (OR=8,8), dukungan keluarga (OR=5,5), dan keikutsertaan penyuluhan gizi (OR=7,8) dengan kepatuhan diet DM.

The objective of this study was to identify factors which associated with dietary adherence on diabetes mellitus. The method used in this study is cross sectional design which was conducted by 100 respondents aged 20 years and older with type 2 diabetes at Nutrition Clinic and Diabetes Education Clinic at Fatmawati Hospital Center in March 19th until April 5th 2012. Data were collected through interview referring to the questionnaire, a food recall 24 hours, and FFQ.
The result of this study showed that 56% people in a good dietary adherence of diabetes mellitus. There were significant association between knowledge level (OR=12,5), perception (OR=11), self-motivation (OR=8,8), family support (OR=5,5), and following nutrition education (OR=7,8) with dietary adherence.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S1981
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Natasya
"Diabetes Melitus DM penyakit kronis yang membutuhkan terapi jangka panjang dan intervensi untuk adaptasi perubahan gaya hidup dan pengobatan untuk meningkatkan target terapi. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh konseling oleh apoteker pada perbaikan kepatuhan, kadar HbA1c dan kualitas hidup pasien DM tipe 2 di RSUD Kota Depok. Penelitian dilakukan dengan desain pretest-posttest control group design pada 81 responden dengan alat ukur pill count untuk kepatuhan, pemeriksaan darah untuk kadar HbA1c dan kuesioner EQ-5D-5L untuk kualitas hidup. Karakteristik sosiodemografi dan klinis responden DM tipe 2 di RSUD Kota Depok antara kelompok uji dan kontrol tidak terdapat perbedaan yang signifikan p>0,05 . Pasien kelompok uji menunjukkan peningkatan kepatuhan terapi, penurunan kadar HbA1c dan peningkatan kualitas hidup secara signifikan, sementara pada kelompok kontrol hanya kadar HbA1c peningkatan yang signifikan sementara kepatuhan dan kualitas hidup tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Kepatuhan terapi responden dipengaruhi oleh konseling apoteker secara signifikan. Kadar HbA1c responden dipengaruhi oleh kepatuhan terapi dan pola makan secara signifikan. Kualitas hidup responden berdasarkan nilai deskriptif dan nilai VAS dipengaruhi oleh kadar HbA1c secara signifikan. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan konseling oleh apoteker menyebabkan perbaikan pada kepatuhan, kadar HbA1c dan kualitas hidup responden pasien DM tipe 2 di RSUD Kota Depok.

Diabetes Mellitus DM a chronic disease requiring long term therapy and interventions for the adaptation of lifestyle changes and medications to improve therapeutic targets. The aim of this research is to know the influence of counseling by pharmacist on improvement of adherence, HbA1c level and quality of life of DM type 2 patient in RSUD Kota Depok. The research was done by pretest posttest control group design design on 81 respondents with pill count methods for adherence, blood tests for HbA1c levels and EQ 5D 5L questionnaires for quality of life. Sociodemographic and clinical characteristics of DM type 2 respondents in RSUD Kota Depok between test and control group were not significantly different p 0,05 . Patients in the test group showed improved adherence to therapy, decreased HbA1c levels and improved quality of life significantly, while in the control group only HbA1c levels were a significant increase while adherence and quality of life did not show significant change. Adherence of respondents influenced by pharmacist counseling significantly. HbA1c levels of respondents is influenced by adherence of therapy and diet significantly. The quality of life of respondents based on descriptive value and VAS value influenced by HbA1c level significantly. The results of this study can be concluded by the pharmacist counseling led to improvements in adherence, HbA1c levels and quality of life of DM type 2 patients in Depok City Hospital. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
T51627
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusiani Septika Sari
"Indonesia merupakan negara terbanyak keempat kematian akibat diabetes Mellitus dan penyakit jantung diantara negara-negara Asia Tenggara. Penelitian dengan desain studi cross sectional ini bertujuan untuk mengetahui gambaran biaya akibat sakit serta kualitas hidup pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan penyakit jantung dengan sampel 110 orang di RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu. Rata-rata biaya pasien akibat sakit diabetes mellitus tipe 2 dengan penyakit jantung selama setahun adalah Rp. 6.081.572 dimana komposisi biaya langsung adalah (81,54%) dan biaya tidak langsung (18,46%). Proporsi terbesar adalah biaya obat (37,05%). Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya akibat penyakit tersebut adalah Lama Hari Rawat (LHR) dan jenis pekerjaan sedangkan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien adalah Lama/durasi sakit. Disarankan agar RSUD.dr.M.Yunus Bengkulu menyusun clinical pathway dan formularium rumah sakit. Pemerintah perlu merevisi formularium nasional dengan memperhatikan kondisi lokal dan mengembangkan program peningkatan kualitas hidup pasien.

Indonesia is the fourth most deaths due diabetes mellitus and heart disease among south Asia countries. This study with cross-sectional design is aiming to describing the cost of illness and quality of life of patients with type 2 diabetes mellitus with heart disease in dr.M.Yunus public hospital. Number of samples was110 patients. The annual cost of illness due to type 2 diabetes mellitus with heart disease perpatient was Rp. 6,081,572, with direct cost is reached (81.54%) and indirect cost (18.46%). The largest proportion of the cost was drug (37.05%). Factors that affect COI were Length of Stay (LOS) and the type of work, and factor affect quality of life was duration of illness. It is recommended that dr.M.Yunus Public Hospital Bengkulu should prepare clinical pathways and hospital formulary. The central government needs to revise national formulary with considering variability of country situation and develop program to improve quality of DM patient."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catur Mei Astuti
"Diabetes Melitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit yang memerlukan pengelolaan berkelanjutan khususnya dalam pengendalian kadar glukosa darah untuk mencegah atau memperlambat terjadinya komplikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengendalian kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 yang meliputi umur, jenis kelamin, durasi penyakit, kepatuhan minum obat, kepatuhan diet, asupan (karbohidrat, protein, lemak, serat), indeks glikemik, aktivitas fisik, pengetahuan dan dukungan keluarga. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dengan responden 86 pasien DM tipe 2 rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang pada bulan April-Mei 2013. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara kuesioner, food recall 1x24 jam, pengukuran berat badan dan tinggi badan serta pencatatan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dari catatan medik pasien. Analisis statistik menggunakan uji Chi square dan Anova. Hasil penelitian menunjukkan 61,6% responden memiliki pengendalian kadar glukosa darah buruk. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara kepatuhan minum obat, kepatuhan diet, pengetahuan, asupan lemak dan dukungan positif keluarga dengan pengendalian kadar glukosa darah. Berdasarkan hasil tersebut, diharapkan petugas kesehatan dapat meningkatkan edukasi dan evaluasi terkait diet pasien kepada pasien dan keluarga pasien serta memberikan motivasi bagi pasien dan keluarga pasien mengenai pentingnya peran keluarga dalam pengelolaan diabetes.

Type 2 Diabetes Mellitus is a disease that requires continuous management particularly in blood glucose control to prevent or slowing complication. The objective of this study was to identify factors related to blood glucose control in type 2 Diabetes Mellitus includes age, gender, duration of disease, medication adherence, dietary adherence, intake (carbohydrate, protein, fat, fiber), glycemic index, physical activity, knowledge and family support. The design used in this study is cross sectional, with 86 outpatients at Internal Medicine Clinic Prof. Dr. Soerojo Psychiatric Hospital Magelang in April-May 2013 as respondent. Data were collected through interview with questionnaire, 1x24 hour food recall, weight and height measurement and record blood glucose assessment result from patient medical record. Statistical analysis used Chi square and Anova test. The result of this study showed that 61,6% respondents have poor blood glucose control. Bivariate analysis indicated that there were significance association between medication adherence, dietary adherence, knowledge, fat intake, and positive family support with blood glucose control. Based on that result, health workers are expected to improve education and evaluation for patient and their family regarding patient dietary and improve education and motivation for patient and their family regarding the importance of family support in diabetes management."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46439
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Digdho Nugroho
"Pengetahuan dan pemahaman dari pasien-pasien Diabetes Melitus (DM) tipe 2 tentang penyakit dan pengobatannya adalah faktor penting untuk mempengaruhi kepatuhan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa edukasi kepada pasien adalah dasar untuk mewujudkan kepatuhan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara tingkat pengetahuan tentang terapi antidiabetes oral dengan kepatuhan dalam menjalani terapi pada pasien DM tipe 2. Penelitian ini menggunakan desain crosssectional/ potong lintang dengan mewawancarai responden berdasarkan kuisioner yang disusun. Responden adalah 96 pasien DM tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSCM Jakarta yang berusia 40 tahun ke atas dan telah menjalani terapi antidiabetes oral sedikitnya selama tiga bulan. Informasi yang diperoleh yaitu tentang karakteristik, tingkat pengetahuan dan tingkat kepatuhan pasien DM tipe 2 dalam menjalani terapi antidiabetes oral. Data dianalisis dengan menggunakan metode statistik Kai-kuadrat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan tentang terapi antidiabetes oral dengan kepatuhan dalam menjalani terapi pada pasien DM tipe 2.
Knowledge and comprehension of patients with type 2 Diabetes Mellitus about their disease and treatment are important factor to influence adherence. Whereas, adherence to antidiabetic oral therapy to be required for successful treatment of type 2 Diabetes Mellitus. Studies have shown that education is a cornerstone for establishing adherence. Therefore, the aim of this study is to carry out the correlation between level of knowledge about antidiabetic oral therapy and level of adherence to antidiabetic oral therapy in pasients with type 2 Diabetes Mellitus. This research used cross-sectional study design with interview respondents based on questionaire. Respondents were ninety-six type 2 Diabetes Mellitus at the interna clinic of RSCM Jakarta at age more than 40 years and have been carrying out antidiabetic oral therapy at last three months. Informations which were gotten characteristic, level of knowledge about antidiabetic oral therapy and level of adherence. Data was analyzed by using Chi-Square statistic method. The result showed that there was significant correlation between level of knowledge about antidiabetic oral therapy and level of adherence to antidiabetic oral therapy."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32694
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
N. Yune Yohana, auhtor
"ABSTRAK
Latar belakang : Penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke merupakan penyebab
kematian utama baik di negara Barat maupun di Indonesia terutama di daerah
perkotaan. Setiap tahun lebih banyak orang meninggal karena penyakit
kardiovaskular dibandingkan penyakit lain. Diabetes melitus merupakan faktor
risiko independen untuk penyakit kardiovaskular. Gangguan aliran darah yang
mengakibatkan PJK maupun stroke disebabkan oleh trombosis arteri. Aktivasi
trombosit diduga terjadi pada pasien diabetes melitus. Ketika trombosit teraktivasi
akanterjadi beberapa perubahan diantaranya pelepasan kandungan granula dan
pembentukan tromboksan A2. Pengukuran tromboksan A2 sulit dilakukan karena
sifatnya yang tidak stabil, maka dilakukan pengukuran terhadap metabolitnya 11-
dehidro tromboksan B2. tujuan penelitian ini adalah menukur kadar 11 dehidro
TxB2 di urin pada pasien diabetes melitus sebagai suatu petanda dini aktivasi
trombosit dan mengkorelasikannya dengan hemoglobin A1c (HbA1c).
Metoda : Empat puluh lima pasien diabetes melitus tipe 2 dan 30 non diabetes
sebagai kontrol diambil pada penelitian ini. Pengukuran kadar 11 dehidro TxB2 di
urin dengan tehnik competitive EIA menggunakan reagen dari Cayman Chemical.
Kadar 11-dehidro tromboksan B2 urin disajikan dalam bentuk rasio dengan
kreatinin urin. Pengukuran HbA1c dilakukan dengan metode akfinitas boronik
menggunakan NycocardR.
Hasil : Pada kelompok diabetes melitus median kadar 11 dehidro TxB2 di urin
1216,56 pg/mg kreatinin (70,53 – 12167,72 pg/mg kreatinin). Terdapat perbedaan
bermakna dibanding kelompok non diabetes dengan median 200,55pg/mg kreatinin
(57,19-602,46 pg/mg kreatinin). Terdapat korelasi yang kuat antara kadar 11
dehidro TxB2 pada kelompok diabetik dengan indeks glikemik (HbA1c).
Kesimpulan : 11 dehidro TxB2 di urin dapat dipakai sebagai petanda dini aktivasi
trombosit pada pasien diabetes melitus dan mempunyai korelasi yang kuat dengan
HbA1c.

ABSTRACT
Background: It is widely known that heart disease and stroke are the main cause of
death in Western countries. This issue found in Indosesia especially in the urbam ares.
Diabetes mellitus is one of the independentbrisk faktor for cardiovaskular. Cirulatory
disorder that result in coronary heart disease and stroke is arterial thrombosis. Platelet
play an important role in the pathogenesis of arterial thrombosis. Some report stated
that platelet activation occurred in diabetes mellitus. When platelet are activated, some
change happened, i.e : released of granule content and thromboxane A2 (TxA2)
formation. Measurement of TxA2 as a marker for platelet activation was hampered by
the instability of this substance. Therefore it is preferred to measure their stable
metabolite 11-dehydro thromboxane B2 in urine. The aim of this study is to measure
urine 11-dehydro thromboxane B2 in diabetes mellitus as an early of platelet activation
and to correlate this value with hemoglobin A1c.
Methode: Forty five patients with type 2 diabetes mellitus and 30 non diabetic as
control group were enrolled in this study. Measurement of urine 11 dehidro TxB2 was
done by competitive EIA using reagent from Cayman Chemical. The level of urine 11-
dehydro TxB2 was expressed as ratio with urine creatinine. Measurement of HbA1c
was performed by boronic affinity method using NycocardR.
Result : In diabetics group the median rate for urine 11 dehydro TxB2 was 1216,56
pg/mg creatinine ( 70,53 - 12167,72 pg/mg creatinine). It was significantly higher than
that of non diabetic group, which median was 200,55 pg/mg creatinine ( 57,19 -
602,46 pg/ mg creatinine). the level of urine 11-dehydro TxB2 in diabetics group
showed a strong correlation with HbA1c as glycemic index.
Conclusion: Urine 11-dehydro TxB2 can be used as an early marker of platelet
activation in diabetes mellitus patients and there was a strong correlation with HbA1c."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Tumonglo
"Pasien diabetes melitus tipe 2 berisiko tinggi mengalami penurunan fungsi kognitif yang dapat berkembang menjadi penyakit Alzheimer dan memperburuk manajemen mandiri pasien, termasuk manajemen pengobatan mandiri. Akan tetapi, tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan primer tidak rutin melakukan pemeriksaan fungsi kognitif. Selain itu, belum diketahui faktor lain yang memengaruhi penurunan fungsi kognitif. Maka dari itu, diperlukan analisis faktor-faktor yang memengaruhi fungsi kognitif pasien diabetes melitus tipe 2 agar menjadi dasar dalam pengambilan langkah tindak lanjut yang tepat. Penelitian potong lintang ini dilakukan untuk menilai prevalensi penurunan fungsi kognitif pada pasien diabetes melitus tipe 2 dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi fungsi kognitif pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan. Sebanyak 101 subjek penelitian diperoleh menggunakan metode consecutive sampling. Data diperoleh melalui observasi rekam medis, wawancara, dan pengukuran langsung. Instrumen asesmen fungsi kognitif yang digunakan adalah The Montreal Cognitive Assessment (MoCA) yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia atau MoCA-INA. Subjek penelitian dengan skor MoCA-INA di bawah 26 dinyatakan mengalami penurunan fungsi kognitif. Prevalensi tinggi (81,2%) penurunan fungsi kognitif ditemukan pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan. Pasien diabetes melitus tipe 2 memiliki penurunan subdomain fungsi eksekutif atau visuospasial, bahasa, dan memori tunda. Faktor-faktor yang memengaruhi fungsi kognitif pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Pasar Minggu Jakarta Selatan adalah usia (r=-0,351, p=0,001), waktu tempuh pendidikan (r=0,320, p=0,001), durasi menderita diabetes melitus (r=-0,374, p<0,001), durasi konsumsi metformin (r=-0,405, p<0,001), aktivitas fisik (p=0,005), dan diet (p=0,039).

Diabetes mellitus type 2 patients are at high risks of developing cognitive function impairment that can progress to Alzheimer’s disease and impair patients’ self-management, including self-medication management. However, primary care physicians do not routinely assess cognitive function. On the other hand, the other factors affecting cognitive function impairment have not been known. Therefore, analysis of factors affecting cognitive function is needed to take appropriate follow-up steps. This cross-sectional study aimed to assess prevalence of cognitive function impairment among diabetes mellitus type 2 patients at Pasar Minggu Community Health Center, South Jakarta and analyze the affecting factors. A total of 101 study subjects were selected by the consecutive sampling method. Data were obtained by medical record observation, interview, and direct assessment. The instrument used to assess cognitive function was The Montreal Cognitive Assessment (MoCA) which was translated to Bahasa Indonesia or MoCA-INA. Study subjects with MoCA-INA score below 26 were stated as having cognitive function impairment. A high prevalence (81,2%) of cognitive function impairment was found in diabetes mellitus type 2 patients at Pasar Minggu Community Health Center, South Jakarta. Diabetes mellitus type 2 patients was found to have impairments in executive or visuospatial function, language, and delayed recall subdomains. Factors affecting cognitive function of diabetes mellitus type 2 patients at Pasar Minggu Community Health Center, South Jakarta were age (r=-0,351, p=0,001), years of education (r=0,320, p=0,001) duration of diabetes mellitus (r=-0,374, p<0,001), duration of metformin consumption (p<0,001), physical activity (r=-0,405, p=0,005), and diet (p=0,039)."
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S70499
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Sinulingga, Elysabeth
"Gangguan pada system endokrin menimbulkan dampak yang kompleks pada system tubuh dan salah satunya adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus merupakan penyakit kronis dan jumlahnya terus meningkat di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Pencegahan komplikasi memerlukan peran dari berbagai multidisiplin ilmu, salah satunya perawat spesialis medikal bedah dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan model adaptasi Roy. Model adaptasi Roy dapat dijadikan dalam acuan dalam memberikan asuhan keperawatan yang holistik dan komprehensif dengan meminimalkan stimulus yang mempengaruhi adaptasi agar tercapai perilaku yang adaptif. Komplikasi kronik yang banyak terjadi adalah masalah kaki DM sehingga diperlukan pencegahan dengan melakukan praktek berdasarkan bukti (evidence based practice): pengaruh masase kaki secara manual terhadap sensasi proteksi, nyeri, dan Ankle Brachial Indek (ABI) pasien DM tipe 2. Peran perawat spesialis juga sebagai innovator untuk mengkaji pengetahuan pasien sebelum memberi edukasi dengan menggunakan format evaluasi edukasi sehingga dapat diketahui tingkat pengetahuan pasien. Perawat cukup memberi edukasi sesuai kebutuhan yang diperlukan pasien.

Endocrine system disorders create complex impacts towards body systems and one of those is Diabetes Mellitus. Diabetes mellitus is a choronic disease and its prevalence is continuously increasing worldwide including Indonesia. A multidisciplinary approach is essential to prevent DM complications and improve patient's quality of life. The medical surgical nurse specialist is expected to have a central role in diabetes care, and to perform nursing care based on Roy's adaptation model. Roy adaptation model can be utilized as a framework for nurses in providing a holistic and comprehensive nursing care by minimizing stimuli that affect patient's ability to become adaptive. Mostly chronic complication of DM is foot ulceration, so prevention with evidence based practice is needed: the effect of manual foot massage for protective sensation, pain, and Ankle Brachial Index (ABI) patient DM type 2. The medical surgical nurse specialist took park as the innovator to assess patient's knowledge before giving health education with evaluation format to see the level of patient knowledge. The nurse only educates the patient as needed."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>