Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163051 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adinda Tri Wardhani
"ABSTRAK
Program yang disusun dalam tulisan ini bertujuan membantu F, seorang siswa
kelas 6 SD yang menunjukkan gejala underachiever di sekolah untuk meningkatkan
performa akademisnya terutama dalam menghadapi U AS BN (Ujian Akhir Sekolah
Berstandar Nasional). Berdasarkan prinsip yang dikemukakan oleh Zimmerman,
Bonner & Kovach (1996), program ini menerapkan empat proses dalam Self
Regulcited Learning (SRL) , yaitu Evaluasi Diri dan Pengawasan, Perencanaan Target
dan Strategi, Penerapan Strategi dan Pengawasan serta Evaluasi Penerapan Strategi
untuk Meningkatkan Keterampilan Membuat Perencanaan Belajar dan Pengaturan
Waktu.
Konsep SRL dipilih karena dapat mendorong siswa untuk secara aktif
mengatur kognisi, motivasi dan perilaku mereka sendiri untuk mencapai tujuan yang
mereka inginkan dan berprestasi dengan lebih baik (Schunk & Zimmerman, 1998).
Dengan demikian, kemampuan SRL merupakan hal yang penting bagi siswa
underachiever dalam peningkatan prestasi akademis siswa karena SRL
memungkinkan siswa untuk melihat proses belajar sebagai suatu tantangan, berusaha
untuk memahami dan mempraktekkan apa yang mereka pelajari serta mampu
menampilkan usaha yang lebih baik untuk mencapai prestasi yang optimal (Perry
et.al, 2006).
Secara umum, program ini berjalan dengan lancar dan membantu F untuk
membuat target belajar yang realistis serta menumbuhkan inisiatif belajarnya secara
mandiri untuk menghadapi UAS BN. Meskipun demikian, kemampuan pengaturan
waktu yang baik belum dapat terbentuk dalam diri F mengingat terbatasnya waktu
pelaksanaan program menjelang UAS BN. Saran penting yang diajukan sebagai
evaluasi dari pelaksanaan program adalah pemantauan lebih lanjut yang dapat
dilakukan orang tua terhadap kebiasaan belajar F di tingkat SMP.

ABSTRACT
An intervention program is designed to help F, a sixth grader who shows
underachievement symptomps at school, in order to improve his academic
performance in facing final exams given by his shool. This program uses Self
Regulated Learning (SRL) process based on the principal of Zimmerman, Bonner &
Kovach (1996). SRL consists of four processes namely Self Evaluation and
Monitoring, Goal Setting and Strategic Planning, Strategy Implementation and
Monitoring and Strategic Outcome Monitoring to Increasing Planning in Learning and
Time Management Skill.
SRL has been chosen for the intervention because it can motivate students to
actively regulate their cognition and behavior to achieve their goals and gain better
achievements (Schunk and Zimmerman, 1998). Therefore, students’ ability to regulate
themselves is important for underachiever students in increasing academic
achievements because SRL help students to look at learning process as a challenge,
try to understand and apply what they have studied and to show better effort in
gaining fully optimized achievement (Perry et. al, 2006).
In general, this program has been successfully implemented and helped F in
making realistic study goals and built his initiative to study independently in facing
the final examination. On the other hand, F has not master good time management
skill because the lack of time in implementing the intervention program. In the future,
it is suggested that parents monitor F’s study habits in the secondary school."
2008
T37937
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carla Adi Pramono
"ABSTRAK
Siswa underachiever adalah siswa yang sebenarnya memiliki potensi
kecerdasan yang berada pada taraf rata-rata bahkan cerdas, tetapi memiliki
prestasi yang rendah. Salah satu tipe siswa underachiever adalah coasting
underachiever, tipe yang paling umum dialami siswa. Karakteristik khas dari
mereka adalah perilaku prokrastinasi yang ekstreem. Penelitian ini bertujuan
untuk membuktikan apakah pemberian program penetapan tujuan dan
perencanaan strategi belajar efektif untuk meningkatkan keterampilan penetapan
tujuan dan perencanaan strategi belajar pada siswa coasting underachiever.
Subjek dalam penelitian ini adalah seorang siswa coasting underachiever berusia
13 tahun 4 bulan. Hasilnya menunjukkan bahwa program berhasil menyentuh
aspek kognitif, tetapi belum menyentuh aspek afektif dan psikomotor. Subjek
menjadi tahu adanya kriteria dalam penetapan tujuan dan macam-macam strategi
belajar baru yang dapat dilakukannya. Perlunya waktu pemberian program yang
lebih panjang disarankan untuk mendorong perubahan dalam aspek afektif dan
psikomotor juga.

Abstract
Underachievers are students who actually have the potential of intelligence
that are on the average level of even intelligent, but have low achievement.
Coasting underachievers are the most common types of underachievers. These
individuals are easily identified by their extreme procrastination. This study aims
to prove whether the goal-setting and learning strategic planning program is
effective to enhance coasting underachiever goal-setting and learning strategic
planning skill. Subject in this study is a coasting underachiever aged 13 years 4
months. The result shows that the program succeeded to touch the cognitive
aspect, failed to touch the affective and psychomotor aspects. The subject came to
know the criteria in goal-setting and a variety of new learning strategies that can
be done. The need for the provision of a longer program is recommended to
encourage changes in affective and psychomotor aspects as well."
2012
T31195
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Swatika Wulan Pahlevi
"ABSTRAK
Borderline Intellectual Functioning adalah suatu kondisi taraf kecerdasan
individu dengan skor IQ berkisar antara 71 sampai 84, suatu tingkat yang berada
di bawah rata-rata normal, namun tidak termasuk sebagai keterbelakangan mental
(Sattler, 1987). Anak-anak pada taraf kecerdasan ini seringkali kurang
mendapatkan perhatian di dalam dunia pendidikan. Padahal anak-anak ini
memiliki banyak keterbatasan walaupun biasanya tidak tertampil secara nyata
seperti anak-anak dari golongan kecerdasan lain (retardasi mental). Shaw (2006)
menjelaskan bahwa individu dengan borderline intellectual functioning dapat
dimaksimalkan dengan cara meningkatkan waktu belajar yang lebih lama,
meningkatkan kemampuan self-instruction, pengajaran secara khusus dari guru,
serta pemberian instruksi secara khusus. Selain itu, kebiasaan belajar yang buruk
juga dapat menyebabkan kegagalan atau prestasi yang rendah di sekolah (Schaefer
& Millman, 1987). Oleh karena itu, intervensi harus dilakukan pada anak-anak ini.
Dengan adanya intervensi bagi anak-anak borderline maka diharapkan resiko
kegagalan di sekolah dapat diminimalkan. Salah satu intervensi yang bisa
dilakukan berupa bimbingan untuk mengembangkan kebiasaan belajar (Ninivaggi,
2001).
Perilaku belajar yang buruk bisa terjadi baik pada siswa dengan
kecerdfl-san rata-rata mupun di bawah rata-rata. Namun demikian, memang ada
kecenderungan bahwa anak-anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata (borderline) biasanya kurang dapat melakukan perencanaan. Selain itu, mereka
tidak mengetahui bagaimana caranya belajar (Bocsa, 2003) sehingga pada
akhirnya hal ini akan berimbas pada kemampuan untuk merencanakan kegiatan
belajar dan mengerjakan tugas.
Program intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah modifikasi
perilaku dengan menggunakan positif reinforeement dengan token ekonomi dan
fading untuk membantu subyek memulai belajar.
Subyek penelitian ini duduk di kelas VI sekolah dasar, akan mengikuti
ujian akhir sekolah dan berencana melanjutkan sekolah ke tingkat SLTP. Subyek
berjenis kelamin perempuan berusia 12 tahun. Saat ini subyek belum memiliki
kebiasaan belajar yang teratur setiap harinya yang dapat mendukung subyek baik
saat ujian sekolah maupun untuk proses belajar di jenjang selanjutnya. Selain itu,
keluarga subyek juga tidak dapat menyediakan model yang dapat dijadikan
panutan bagi subyek untuk dapat belajar dengan teratur. Subyek belajar hanya jika
akan ulangan atau ada PR.
Berdasarkan intervensi yang dilakukan sebanyak 12 kali, didapatkan
kesimpulan bahwa program intervensi pembiasaan belajar terhadap anak
borderline ini dapat dikatakan berhasil. Subyek mulai terbiasa untuk belajar
dengan teratur dengan durasi waktu tertentu serta pada waktu-waktu tertentu
setiap harinya. Selain itu, durasi belajar subyek juga meningkat selama program
intervensi berlangsung. Sebagai tambahan, subyek mulai menguasai beberapa
materi pelajaran matematika seperti perkalian dan pembagian di bawah angka 10
serta konsep bilangan positif negatif dan pecahan yang sebelumnya belum ia
kuasai. Namun demikian sesuai dengan karakteristik anak borderline, subyek
membutuhkan waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat memahami
materi-materi tersebut."
2007
T38136
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feni Sarinta Permatasari
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah pemberian program intervensi efektif mengembangkan regulasi diri dalam belajar pada siswa underachiever. Program intervensi yang dilaksanakan merupakan modifikasi dari Self-Regulated Empowerment Program (Cleary & Zimmerman, 2004). Penelitian menggunakan single subject design dengan melibatkan satu orang siswa SMP underachiever yang berusia 12 tahun. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa program intervensi efektif memberikan perubahan pada level kognitif. Agar program intervensi efektif untuk perubahan perilaku regulasi diri dalam belajar siswa, waktu pelaksanaan perlu lebih panjang disertai dengan pendampingan pada siswa.

This study was conducted to see whether the provision of effective intervention program make underachiever student have self-regulation in learning. Intervention program was a modification of Self-Regulated Empowerment Program (Cleary & Zimmerman, 2004). This study was using single subject research design involving a junior high underachiever aged 12 years old. Results showed that the intervention program effective at the cognitive level. Longer time with program administration and accompanimed with mentoring program recommended for encouraging changes in the student?s self-regulated learning behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45294
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berlian Damenia Manuella
"ABSTRAK
Underachievement pada pelajaran Matematika adalah fenomena dimana siswa tidak menampilkan prestasi Matematika sebaik potensinya untuk belajar Matematika. Dua faktor krusial dari diri siswa yang menyebabkan siswa mengalami underachievement adalah rendahnya motivasi dan regulasi diri siswa dalam belajar matematika. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Program Pembelajaran Regulasi Diri dalam meningkatkan kemampuan regulasi diri dan motivasi subjek dalam belajar Matematika. Penelitian ini menggunakan desain single-subject AB. Alur program disusun berdasarkan alur Self Regulation Empowerment Program yang disusun oleh Cleary, et al., 2008 dan diintegrasikan dengan berbagai strategi peningkatan motivasi dan regulasi diri untuk belajar Matematika. Uji efektivitas program dilakukan dengan menggunakan analisis Reliability Change Index RCI untuk alat ukur Motivated Strategies of Learning Questionnaire MSLQ serta analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan pada motivasi RCI=2.56, p

ABSTRACT
Underachiement in Mathematics is a phenomenon when a student rsquo s Mathematical achievement falls belows his her learning potential. Two crucial factors regarding student rsquo s underachievement are motivation and self regulation. Using single subject AB design, this study aims to examine the effects of Self Regulation Learning Program to enhance student rsquo s motivation and self regulation in learning Mathematics. This program designed by adapting the Self Regulation Empowement Program for the session plot, and also integrating other strategies for enhancing student rsquo s motivation and self regulation, specifically in learning Mathematics. The effctiveness of Self Regulation Learning Program will be analyzed using Reliability Change Index to examine the difference between Motivated Strategies of Learning Questionnaire MSLQ pre test and post test scores. The RCI results will be supported with qualitative analysis. This study prove that there is a significant enhancement in student rsquo s motivation RCI 2.56, p"
2017
T48493
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haniva Az Zahra
"[Underachiever adalah kondisi yang banyak terjadi di kalangan pelajar, termasuk siswa SMP. Baslanti dan McCoach (2006) serta Bondurant (2010) menyatakan bahwa kondisi underachievement terjadi karena siswa tidak mampu melakukan regulasi diri di dalam belajar yang baik. Oleh karena itu, Zimmerman, Bonner, dan Kovach (1996) mengajukan model intervensi untuk siswa dengan underachievement melalui pengajaran 5 keterampilan akademik. Keterampilan akademik tersebut diajarkan kepada siswa guna meningkatkan kemampuan regulasi diri dalam belajar yang mereka miliki. Peneliti menggunakan model
tersebut untuk memberikan intervensi kepada P, siswa SMP dengan tipe
disorganized underachiever. Keterampilan akademik yang diajarkan kepada P adalah keterampilan manajemen waktu dan belajar yang lebih efektif. Model intervensi tersebut dikombinasikan dengan sistem organisasi informasi sekolah oleh Peters (2000). Efektivitas dari program intervensi ini dilihat dari kenaikan skor pre dan post-test yang diukur dengan Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) karya Pintrich dan DeGroot (1990). Peneliti menggunakan versi adaptasi dalam Bahasa oleh Puteri (2013), sehingga lebih sesuai dengan kondisi di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program intervensi manajemen waktu meningkatkan kemampuan regulasi diri dalam
belajar pada diri P.;Underachiever is a condition that is quite common among students, including junior high school students. Baslanti and McCoach (2006) and Bondurant (2010) states that the condition of underachievement occurs because students are not capable to do self-regulated learning. Therefore, Zimmerman, Bonner, and Kovach (1996) propose a model of intervention for students with underachievement through teaching academic skills. There are five academis skills. The academic skills taught to students in order to improve their ability to do
self-regulated learning. Researchers used the model to provide intervention to P, junior high school students with disorganized underachiever type. One of academic skills which taught to P is a time-management skills. The intervention model is combined with a system of organization of school information by Peters (2000). The effectiveness of this intervention program be seen from the increase
in scores pre and post-test were measured with the Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) works by Pintrich and DeGroot (1990). Researchers use the Bahasa version, adaptation version by Putri (2013), so it is more appropriate to the conditions in Indonesia. The results showed that the time management intervention program increases the ability of self-regulated learning., Underachiever is a condition that is quite common among students, including
junior high school students. Baslanti and McCoach (2006) and Bondurant (2010)
states that the condition of underachievement occurs because students are not
capable to do self-regulated learning. Therefore, Zimmerman, Bonner, and
Kovach (1996) propose a model of intervention for students with
underachievement through teaching academic skills. There are five academis
skills. The academic skills taught to students in order to improve their ability to do
self-regulated learning. Researchers used the model to provide intervention to P,
junior high school students with disorganized underachiever type. One of
academic skills which taught to P is a time-management skills. The intervention
model is combined with a system of organization of school information by Peters
(2000). The effectiveness of this intervention program be seen from the increase
in scores pre and post-test were measured with the Motivated Strategies for
Learning Questionnaire (MSLQ) works by Pintrich and DeGroot (1990).
Researchers use the Bahasa version, adaptation version by Putri (2013), so it is
more appropriate to the conditions in Indonesia. The results showed that the time
management intervention program increases the ability of self-regulated learning.]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T44624
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hayati Rahmah
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
T38320
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurwulan Eka Wahyuni
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38774
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inti Nusaida Awaningrum
2010
T37946
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agstried Elisabeth Piether
"ABSTRAK
Penelitian eksperimental ini dilakukan untuk melihat efektivitas penetapan sasaran
dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa underachiever. Seorang siswa
kelas X pada sebuah SMA di Jakarta adalah subyek pada penelitian ini. Siswa ini
didiagnosa sebagai siswa underachiever, karena prestasi akademiknya tidak sesuai
dengan potensinya. Dari hasil pengukuran baseline didapati bahwa subyek tidak
memiliki perencanaan, mudah menyerah dalam mengeijakan tugas, bergantung
pada bantuan dari orang lain, dan memiliki hasil keija yang kurang baik.
Pemberian program penetapan sasaran SMART dilakukan dalam lima tahap
(Cunningham, Krull, Land, dan Russel, 2000), yaitu preliminary, setting the
tones, teaching the skills, applying and assessing the skills, dan evaluasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penetapan sasaran SMART efektif dalam
meningkatkan perilaku positif subyek yang berkaitan dengan motivasi. Melalui
penetapan sasaran, SMART subyek mengalami perubahan dalam pola pikir,
perilaku, dan kebiasaan belajar.

ABSTRACT
This experimental research is held to see the effectiveness of goal setting
to improve tenth grade student’s motivation. The subject of this experiment is a
tenth grade student in Jakarta. This student was diagnosed as an underachiever
because she didn’t perform as well as her ability. She was unmotivated to learn
and to get a good grade. The baseline showed she has no plan in learning, has a
quitting behavior, depends on others help, and poor quality work results. The
SMART goal setting program have five steps (Cunningham, Krull, Land, dan
Russel, 2000), preliminary, setting the tone, teaching the skills, applying and
assessing the skills, and evaluation. This research found that SMART goal setting
intervention was effective to improve participant’s behaviors that correlated to
motivation. Through this program, participant showed that there were changed in
her mind set, behavior, and study habits."
2010
T37593
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>