Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186502 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Imaniar Fhadjrin
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran psychological well-being pada perawat di Jakarta, Tangerang, dan Depok. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dimana pengolahan data menggunakan teknik statistik deskriptif. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 100 perawat di Jakarta, Tangerang, dan Depok dengan rentang usia dewasa muda dan dewasa madya Penelitian ini menggunakan alat ukur Ryff's Scale of Psychological well-being yang telah diadaptasi oleh payung psychological well-being pada tahun 2010-2012. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa psychological well-being pada perawat di Jakarta, Tangerang, dan Depok rendah.

The purpose of this research is to observe psychological well-being of nurses in Jakarta, Depok, and Tangerang. Quantitative method is employed in this research and a descriptive statistic technique is used to process data. A hundred of nurses in Jakarta, Depok, and Tangerang in their early and middle adulthood are the participant in this research. Ryff's scale of psychological well-being which had been adapted in 2010-2012 is used to measure psychological well-being. This research found that psychological well-being of nurses in Jakarta, Depok, and Tangerang "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45520
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hellen Citra Dewi
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran psychological well-being pada petugas pemadam kebakaran di Jakarta. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan pengumpulan data melalui kuesioner. Penelitian ini menggunakan alat ukur Ryff’s Scale of Psychological Well-Being yang telah diadaptasi oleh kelompok payung penelitian Psychological Well-Being 2012. Pengolahan data yang diperoleh dilakukan dengan menggunakan teknik statistik deskriptif. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 200 petugas pemadam kebakaran dari lima wilayah di Jakarta. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa skor mean psychological well-being petugas pemadam kebakaran di Jakarta tergolong tinggi.

This research aims to describe the psychological well-being of firefighters in Jakarta. The approach of this research is a quantitative approach by collecting data through questionnaires. This research uses Ryff’s Psychological Well-Being Scale, which is adopted from previous research by a research team of psychological well-being in 2012. The data is analyzed using descriptive statistic technique. Research participants are 200 firefighters from five regions in Jakarta. The results shows that the mean score of psychological well-being of firefighters in Jakarta is high. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45267
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Handini Chryssagiati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tawakal dan psychological well-being perempuan pada pernikahan yang belum memiliki anak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Subjek pada penelitian ini berjumlah lima orang . Data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan pada pernikahan yang belum memiliki anak cenderung dapat mencapai indikator tawakal dengan cukup baik. Dalam penelitian ini didapati bahwa subjek mendapatkan beberapa manfaat tawakal yang dimiliki berupa, ketenangan dan ketentraman jiwa, kekuatan, ridho serta tumbuhnya harapan. Dengan manfaat tersebut kelima subjek dalam penelitian ini masih dapat mempertahankan pernikahan dan dapat mengatasi masalah yang ada pada pernikahan mereka masing-masing. Subjek juga dapat mencapai psychological well-being (kesejahteraan psikologis) yang baik atau positif, ditandai dengan subjek mampu menerima keadaan diri, berhubungan positif dengan orang lain, mandiri, menguasai lingkungan, memiliki tujuan hidup yang jelas dan pertumbuhan pribadi yang positif. Pada penelitian ini ditemukan bahwa dukungan, pengertian, keterbukaan dan komunikasi yang baik dari suami, dapat membantu tercapainya tawakal dan psychological well-being (kesejahteraan psikologis) perempuan sehingga pernikahan yang belum memiliki anak dapat dipertahankan.

This study aims to determine how tawakal and psychological well-being of women in marriage who have not had children. This study used a qualitative approach with case study method. Subjects in this study amounted to five people. The data in this study were obtained through interviews and observations. The results of this study showed that women in marriage who have not had children tend to reach indicators tawakal pretty well. In this study it was found that subjects get some benefit from tawakal such as serenity and tranquility of soul, strength, blessing and growth in hopefulness. Through these benefits, five subjects in this study may still maintain the marriage and can overcome the existing problems in their marriage. Subjects can also achieve good or positive psychological well-being, characterized by the subject have good self-acceptance, positive relation with others, autonomy, environmental mastery, has a clear purpose in life and a positive personal growth. This study found that the support, understanding, openness and good communication of the husband, can help to achieve tawakal and psychological well-being so that women who have not had a child marriage can be sustained.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dara Meliza Zubir
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara psychological well-being dan college adjustment pada mahasiswa tahun pertama Universitas Indonesia. Tahun pertama di perguruan tinggi memberikan tantangan bagi mahasiswa terutama dalam proses penyesuaian diri. Pada masa ini psychological well-being bermanfaat bagi mahasiswa dalam menghadapi tantangan tersebut. Psychological well-being penting bagi individu yang sedang mengalami masa transisi dalam kehidupan. Pengukuran psychological well-being menggunakan alat ukur Ryff's Scale of Psychological Well-Being dan pengukuran college adjustment menggunakan alat ukur Student Adaptation to College Questionnaire yang disusun oleh Baker dan Siryk. Partisipan penelitian ini berjumlah 226 mahasiswa tahun pertama Universitas Indonesia. Data penelitian kemudian diolah dengan menggunakan teknik statistik Pearson Product-Moment Correlation. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara psychological well-being dan college adjustment pada mahasiswa tahun pertama Universitas Indonesia (r = 0.595; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01).

This research was conducted to find the correlation between college adjustment and psychological well-being among first-year college students of Universitas Indonesia. Psychological well-being was measured by using Ryff's Scale of Psychological Well-Being and college adjustment was measured by using the Student Adaptation to College Questionnaire by Baker and Siryk. The participants of this research were 226 first-year college students of Universitas Indonesia. Data was processed using Pearson Product-Moment Correlation technique. The main results of this research showed that psychological well-being positively correlated significantly with college adjustment (r = 0.595; p = 0.000, significant at L.o.S 0.01)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Septiani
"Penelitian ini membahas mengenai gambaran psychological well-being pada remaja yang tinggal di panti asuhan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian untuk menggambarkan keadaan populasi tertentu dengan menganalisis data yang diolah menggunakan perhitungan statistik. Responden dalam penelitian ini adalah 112 orang remaja berusia 11 sampai 21 tahun yang tinggal di panti asuhan. Pengukuran psychological well-being dilakukan menggunakan Ryff’s Scales of Psychological Well-Being yang berjumlah 18 item.
Hasil penelitian menunjukkan skor rata-rata psychological well-being seluruh responden sebesar 80,79 (SD=8,604). Dimensi psychologicial well-being yang menonjol adalah dimensi personal growth, sedangkan dimensi dengan skor paling rendah merupakan dimensi positive relations with others. Selanjutnya berdasarkan analisis tambahan ditemukan perbedaan yang signifikan antara skor psychological well-being remaja yang tinggal di panti asuhan dengan sistem asrama dan sistem cottage.

This research aims to depict psychological well-being in adolescents who live in orphanage. This is a descriptive research with a quantitative approach. Respondents of this research are 112 adolescents aged 11 to 21 years old who live in orphanage. The instrument that is used to measure psychological well-being is Ryff’s Scales of Psychological Well-Being which consists of 18 items.
The result shows that the mean score of psychological well-being is 80,79 (SD=8,604). The most prominent dimension is personal growth, while the dimension with the lowest score is positive relations with others. Furthermore, this research found a significant difference between respondents who live in orphanage with boarding system and cottage system.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45891
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusrina Ilmia Rosa
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara penerimaan kelompok teman sebaya dan kesejahteraan psikologis pada remaja dari keluarga miskin kota. Kesejahteraan psikologis sendiri didefinisikan Ryff (1989) sebagai apa saja yang dibutuhkan individu untuk sehat secara psikologis dengan memenuhi enam dimensi yang ada. Sedangkan penerimaan kelompok teman sebaya didefinisikan Hurlock (1993) didefinisikan sebagai keberadaan seseorang dinilai menyenangkan dan memberikan positive reinforcement bagi sekelompok teman sebayanya. Kesejahteraan psikologis diukur menggunakan Ryff's Psychological Well-Being (1989) yang merupakan hasil adaptasi dari penelitian sebelumnya oleh Fitri (2012). Kemudian variabel penerimaan kelompok teman sebaya diukur menggunakan alat ukur Penerimaan Peer yang dibuat oleh Ningrum (2009) serta dikonstruk berdasarkan teori Asher dan William (1987). Penelitian ini dilakukan kepada 122 partisipan dan berdomisili di Jakarta, Bogor, Depok, dan Tangerang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara penerimaan kelompok teman sebaya dan kesejahteraan psikologis pada remaja yang berasal dari keluarga miskin perkotaan yang berarti bahwa semakin tinggi penerimaan kelompok teman sebaya maka remaja juga cenderung memiliki kesejahterann psikologis yang tinggi.

The objective of this study is to examine the relationship between peer group acceptance and psychological well-being among adolescents from poor urban family. Psychological well-being itself was defined by Ryff (1989) as what it means to be in good psychological health by accomplish six dimension of psychological well-being, while Hurlock (1993) defined peer group acceptance as the extent to which the presence of a person judged to be fun and provide positive reinforcement for their peer. Psychological well-being was measured using Ryff's Psychological Well-Being (1989) which was adapted from previous study by Fitri (2012). Then peer group acceptance's variable was measured with Penerimaan Peer measuring instrument by Ningrum (2009) which is constructed based on Asher and William's theory (1987). This study was conducted to 122 participants who lived in Jakarta, Bogor, Depok and Tangerang. The result of this study shows that there is a positively significant relationship between peer group acceptance and psychological well-being among adolescents from poor urban family, it means that when the peer group acceptance in adolescents are high, the psychological well being in adolescents will be high too."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45514
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Herwibowo
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi kebebasan dalam waktu luang dengan subjective well-being pada mahasiswa Universitas Inonesia. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Indonesia pada program studi S1. 126 responden penelitian diminta mengisi instrumen penelitian, yaitu perceived freedom in leisure short form (Witt & Ellis, 1985), Satisfaction With Life Scale (Diener et al, 1985), dan Positive Affect ? Negative Affect Scale (Watson & Tellegen, 1985) secara online. Penelitian menemukan adanya korelasi positif antara persepsi kebebasan dalam waktu luang dan affect balance (r=-0,500, p<0,05) serta korelasi positif antara persepsi kebebasan dalam waktu luang dan kepuasan hidup (r= 0,203, p<0,05). Analisis tambahan menunjukkan bahwa terdapat data kontrol ,yakni jenis kelamin, berpengaruh terhadap hasil penelitian.

This research aimed to find the correlation between perceived freedom in leisure and subjective well-being among students of University of Indonesia. 126 respondents were asek to fill our instruments, perceived freedom in leisure short form (Witt & Ellis, 1985), Satisfaction With Life Scale (Diener et al, 1985), dan Positive Affect ? Negative Affect Scale (Watson & Tellegen, 1985) through internet. The finding of this research is that there is a positive correlation between perceived freedom in leisure and affect balance (r=-0,500, p<0,05) and also positive correlation between perceived freedom in leisure and life satisfaction (r= 0,203, p<0,05). Additional analyses showed that gender did have influence the result of this study."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57033
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Amalina Rozi
"Berdasarkan pendekatan Positive Youth Development (PYD) perkembangan remaja yang optimal ditentukan oleh berbagai faktor pada lingkup internal dan eksternal serta interaksi keduanya dalam kehidupan. Perkembangan optimal pada remaja dicerminkan dengan kesejahteraan psikologis yang baik. Sejalan dengan pandangan PYD, penelitian terdahulu menunjukkan bahwa beberapa faktor internal tersebut adalah gender, usia, kekuatan dan kesulitan psikologis, serta gejala trauma. Sedangkan beberapa faktor eksternal adalah indikator status sosial ekonomi keluarga, partisipasi dalam aktivitas terorganisir di sekolah, dan status daerah tempat tinggal. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah kontribusi berbagai faktor internal dan eksternal dalam memprediksi kesejahteraan psikologis remaja, baik secara bersamaan maupun mandiri di masa pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study dan merupakan studi skala nasional yang mencakup 13.072 siswa sekolah menengah pertama dan atas/sederajat dari seluruh Indonesia (Musia = 15,66, SD = 1,62). Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara daring. Pengukuran variabel dilakukan dengan menggunakan skala Pscyhological Well-Being Scale-18 (PWB-18), Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ), Children’s Revised Impact of Event Scale-13 (CRIES-13), dan data sosiodemografis. Analisis multiple linear regression menunjukkan hasil yang signifikan; kesejahteraan psikologis remaja dapat diprediksi secara bersamaan oleh kelompok variabel faktor internal (usia, perilaku prososial, hiperaktivitas, masalah kenakalan, masalah emosional, dan masalah pertemanan) dan eksternal (pendidikan ayah dan partisipasi dalam aktivitas terorganisir) (F(8,13063) = 710,39, p < ,001, R2 = ,303). Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini mendukung penelitian terdahulu bahwa berbagai faktor dalam keseharian remaja dapat berperan dalam menentukan kesejahteraan psikologis mereka. Informasi dari penelitian ini dapat digunakan oleh penelitian selanjutnya terkait kesejahteraan psikologis remaja dan dimanfaatkan oleh berbagai pemangku kepentingan dalam kehidupan remaja untuk melakukan upaya promotif terhadap kesejahteraan psikologis remaja.

According to Positive Youth Development (PYD) framework, positive outcomes of youth development are determined by various internal and external factors as well as their interactions in daily life. A positive outcomes of adolescents development is represented by a good psychological well-being. In line with PYD framework, research has indicated that the internal factors are gender, age, psychological strengths and difficulties, and symptoms of trauma. Meanwhile, the external factors are indicators of socioeconomic status of the family, participation in organized activities at school, and the status of the area of residence. This study aims to examine the contributions of various internal and external factors in predicting the psychological well-being of adolescents, both simultaneously and independently amidst the COVID-19 pandemic. Using a cross-sectional study design, a nationwide study was done comprising 13,072 middle and high school students from around Indonesia (Mage = 15.66, SD = 1.62). Data collection was done by distributing online questionnaires. Measurements were carried out using the Psychological Well-Being Scale-18 (PWB-18), Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ), Children's Revised Impact of Event Scale-13 (CRIES-13), and socio-demographic data. Multiple linear regression analysis showed a significant result; psychological well-being of adolescents could be predicted simultaneously by the groups of internal (age, prosocial behavior, hyperactivity, conduct problems, emotional problems, and peer problems) and external (father's education and participation in organized activities) factors (F(8,13063) = 710.39, p < .001, R2 = .303). The results obtained in this study supported the findings of the previous research that various factors in the daily lives of adolescents could play a role in determining their psychological well-being. Information from this study could be used by further research related to the psychological well-being of adolescents and by various stakeholders in adolescents’ life to promote the psychological well-being of adolescents."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Launa Qistie
"Pendidikan inklusif di tingkat sekolah dasar merupakan salah satu usaha untuk mendukung pendidikan formal yang merata bagi setiap anak. Namun, pada implementasinya tidak terlepas dari berbagai tantangan, sehingga penting bagi guru untuk memiliki karakter yang bersemangat dan berkomitmen terhadap pekerjaannya dalam jangka panjang terlepas dari tantangan yang dihadapi melalui kegigihan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif untuk mengetahui hubungan antar variabel yang melibatkan 111 partisipan. Karakteristik partisipan dalam penelitian ini terdiri dari: guru aktif di tingkat sekolah dasar (SD) atau madrasah ibtidaiyah (MI) inklusif, pernah atau sedang mengajar minimal 1 anak berkebutuhan khusus (ABK) di dalam kelas, berdomisili di Indonesia, dan telah mengajar selama minimal 1 semester (6 bulan). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur 12-Item Grit Scale (Duckworth dkk., 2007) dan alat ukur Teachers’ Subjective Well-being Questionnaire bahasa Indonesia (Saleh, dkk., n.d). Hasil uji korelasi menggunakan Spearman correlation menemukan bahwa kegigihan dan kesejahteraan subjektif guru memiliki korelasi positif yang signifikan dengan r=0.41**, p<0,01. Hasil penelitian juga menemukan bahwa komponen dalam kegigihan, yaitu: consistency of interest dan perseverance of effort memiliki korelasi positif dan signifikan dengan kesejahteraan subjektif guru di sekolah dasar (SD) inklusif.

Inclusive education at the primary school is one of the efforts to support equality in formal education for every child. However, the implementation cannot be separated from various challenges, such as: increasing teacher assignments, stress due to the diversity of students in the classroom, and lack of competence to deal with special education needs students which can affect the level of teachers' subjective well-being. To face it, teachers need to have passion and consistent character towards their work in the long term regardless of the challenges through grit. This study is a quantitative study to determine the relationship between variables involving 111 participants. The characteristics of the participants in this study consisted of: teachers at the primary inclusive school or madrasah ibtidaiyah (MI), had or was teaching at least 1 special education needs student in the classroom, domiciled in Indonesia, and being a teacher for at least 1 semester (6 months). In this study, researcher used 12-item Grit Scale (Duckworth, et.al., 2007) and Teachers’ Subjective Well-being Questionnaire Indonesian Version (Saleh, et.al, n.d). The results of Spearman correlation found that grit and teachers' subjective well-being had a significant positive correlation with r=0.41**, p<0.01. This research also finds positive correlation between components of grit (consistency of interest and perseverance of effort with teachers’ subjective well-being on inclusive primary school’s teachers."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tampubolon, Irene Natalia
"Penelitian ini bertujuan untuk mempcroleh gambaran kesejahteraan psikologis (psychological well-being) dari wanita Iajang yang berkarir. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Karakteristik subjck dalam penelitian ini adalah wanita berstatus lajang, berkarir yang herusia 28-40 tahun. Basil penyelidikan menunjukkan bahwa wanita lajang yang berkarir memiliki kesejahteraan psikologis yang tcrgolong cukup baik. Aninya, wzmita lajang dalam pcnclitian ini dapat mcnerima kekuatan dan kelemahan did apa adanya, memiliki hubungan positif dengan orang lain, mampu mengcmbangkan potensi cliri secara berkclanjulan, mampu untuk mcngarahkan tingkah laku scndiri, mampu mengalur Iingkungan, dan mcmiliki tujuan dalam hidup. Adapun dimensi pertumbuhan diri (personal growth) menunjukkan hasil yang paling tinge
The objective of this research is to capture a description of psychological well-being among single career women. The method applied in this research is quantitative. Characteristic of subject in this research is single women, with age ranging iiom 28 to 40 years old. Research result indicates that single career women have psychological well being that can be categorized as good). It can be interpreted that single women in this research accept both their strength and weakness as they are, maintain positive relationship with other individuals, capable of continuously developing their potential, of directing her own attitude/behavior, of putting order into their environment and have a sense of direction and purpose in life. Among others, 'personal growth' dimension yields the highest score."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>