Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94783 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yosi Molina
"Studi ini meneliti tentang efektivitas intervensi dengan menggunakan prinsip-prinsip Parent-Child Interaction Therapy (PCIT) untuk mengatasi disruptive behavior pada anak usia prasekolah yang berumur 5 tahun. Untuk mengevaluasi efektivitas hasil intervensi digunakan angket Dyadic Parent-Child Interaction Coding System III (DPICS-III) yang akan digunakan sebelum dan pada setiap sesi sepanjang intervensi untuk melihat tingkat keberhasilan pelaksanaan PCIT. Melalui intervensi dengan menerapkan prinsip-prinsip PCIT selama sebelas sesi, diperoleh kesimpulan bahwa pemberian dua sesi untuk mengajarkan keterampilan PCIT dan sembilan sesi coaching keterampilan yang diajarkan efektif meningkatkan keterampilan ibu serta kualitas hubungan ibu dan H sehingga berhasil mengatasi disruptive behavior pada H.

This study examined efficacy of Parent-Child Interaction Therapy (PCIT) approach for treating disruptive behavior of a five years old preschooler boy. Efficacy evaluation of PCIT was examined by Dyadic Parent-Child Interaction Coding System III (DPICS-III) that given before and during intervention at the start of every session as a way of measuring treatment progress. Results indicated that PCIT approach with two teaching sessions and nine coaching sessions was effective to enhance parenting skills in mother and improves the parent-child relationship, with the results that treating disruptive behavior of a preschooler boy."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31085
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Dewi Paramita
"Perilaku disruptive merupakan suatu istilah yang memayungi serangkaian perilaku seperti temper tantrum, menangis dan mengeluh yang berlebihan, terus menerus menuntut perhatian, tidak patuh, melawan, agresif terhadap diri sendiri atau orang lain, mencuri, berbohong, merusak barang-barang, serta tindak kekerasan (Schroeder & Gordon, 2002). Pada penelitian ini, peneliti memberikan intervensi berupa pelatihan terhadap orangtua dengan Parent-Child Interaction Therapy. Intervensi ini terdiri dari dua kali sesi pemberian materi kepada orangtua dan sepuluh sesi pelatihan langsung kepada orangtua melalui media bermain dengan anak.
Hasil penelitian menunjukkan di akhir sesi anak berhasil menunjukkan penurunan perilaku disruptive dan peningkatan kepatuhan terhadap ibu. Di sisi lain, keterampilan ibu dalam memberikan perhatian positif kepada anak, memberikan perintah yang efektif, serta memberikan konsekuensi yang tepat atas sikap anak juga mengalami peningkatan.

Disruptive behavior is a term that covers areas such as series of temper tantrums, too much crying and complaining, continually demands attention, disobey and against parents’ rules, aggressive against themselves or others, stealing, lying, destructive, and violent (Schroeder & Gordon, 2002). In this research, a parent training is given to the mother of 3 years 4 months old boy, which is called Parent-Child Interaction Therapy. Treatment consist of 2 teaching sessions for the mother and 10 direct coaching sessions through playing with the children.
Results of the study showed that the boy managed to show less disruptive behavior and improving compliance to the mother. On the other hand, mother’s skills, in providing positive attention the children, giving effective commands, and giving the proper consequences as children respond with compliance or non-compliance, were also increased.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T38932
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azza Maulydia
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas penerapan prinsip-prinsip Parent-Child Interaction Therapy PCIT dalam mengatasi perilaku disruptive pada anak usia 7 tahun dengan Attention Deficit/Hyperactivity Disorder ADHD . PCIT digunakan untuk meningkatkan keterampilan orangtua dalam melakukan interaksi positif dengan anak dan keterampilan dalam mendisiplinkan anak. Kedua keterampilan tersebut kemudian akan meningkatkan kualitas pengasuhan orangtua, sehingga perilaku disruptive anak menurun. Perilaku disruptive diukur dengan menggunakan alat ukur Eyberg Child Behavior Inventory ECBI . Keterampilan orangtua diukur menggunakan Dyadic Parent-Child Interaction Coding System III DPICS-III . Hasil penelitian menunjukkan bahwa prinsip PCIT efektif dalam menurunkan perilaku disruptive dari rentang klinis menjadi rentang normal pada anak usia 7 tahun dengan ADHD.

This research was conducted to see the principle implementation of Parent Child Interaction Therapy PCIT effectivity to deal with disruptive behavior in school aged child with Attention Deficit Hyperactivity Disorder ADHD . PCIT used to increasing parents skills when interacting positively with their child and skill to dicipline their child. Both of those skills will increasing quality of their parenting, therefore disruptive behavior will reduce. To evaluate the effectiveness of the result, the study measured development of interaction between the mother and child using the Dyadic Parent Child Interaction Coding System III DPICS III and the disruptive behavior intensity using Eyberg Childhood Behavior Inventory ECBI . The result indicate that the principals used in PCIT effective to overcome disruptive behavior on 7 year old with ADHD."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T47347
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salfiana Nurita
"Studi ini menggunakan pendekatan PCIT untuk menurunkan perilaku disruptive pada anak laki-laki usia 7 tahun. Melalui pendekatan PCIT sebagai intervensi dyadic, orang tua (ibu) mendapatkan pengajaran dan pelatihan guna meningkatkan keterampilan untuk menciptakan interaksi ibu dan anak yang lebih hangat dan mendisiplinkan perilaku anak. Studi ini menggunakan desain penelitian singlesubject design. Guna mengevaluasi efektivitas hasil intervensi, peneliti menggunakan DPICS III untuk melihat perkembangan kualitas interaksi ibu dan anak serta Eyberg Childhood Behavior Inventory (ECBI) untuk mengukur penurunan intensitas perilaku disruptive anak. Hasil program intervensi menunjukkan bahwa terdapat perkembangan kualitas interaksi antara ibu dan anak serta adanya penurunan skor ECBI anak. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa penerapan penggunaan pendekatan PCIT efektif untuk menurunkan perilaku disruptive pada anak usia sekolah.

This study used Parent-Child Interaction Therapy approach to decrease disruptive behavior problems on a school aged boy at the age 7 years old. Throughout this dyadic intervention program, parent was taught and coached some specific skills in order to improve their parenting practices so that parent can build more warmth relationship with her child and discipline her child. This study used single-subject design. Efficacy of this intervention program was examined by DPICS-III that used to observe mother-child interaction and Eyberg Child Behavior Inventory (ECBI) that used to measure the level of disruptive behavior. Result showed improvement in the quality of mother-child interaction and a decrease in child behavior problems. PCIT seems to be an efficacious intervention for school aged boy with disruptive behavior problems."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31196
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titis Kusmawati
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan Parent-Child Interaction Therapy (PCIT) dalam menurunkan frekuensi perilaku disruptif pada anak usia sekolah. Target perilaku yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah perilaku sering menentang atau menolak untuk mematuhi aturan orangtua, seringkali berdebat dengan orang dewasa, sering atau mudah marah, dan sering kehilangan kontrol saat marah. Melalui PCIT orangtua diajarkan dan dilatihkan dua keterampilan dalam berinteraksi dengan anak, yaitu keterampilan dalam membangun interaksi yang hangat dengan anak dan keterampilan orangtua dalam meningkatkan kepatuhan anak pada orangtua. Penelitian yang menggunakan desain single-subject ini berlangsung selama 15 sesi. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eyberg Child Behavior Inventory (ECBI) untuk mengukur frekuensi perilaku disruptif anak dan Dyadic Parent-Child Interaction Coding System-III (DPICS-III) untuk menilai kualitas interaksi orangtua-anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan frekuensi perilaku disruptif anak dari rentang klinis menjadi rentang normal, dan juga terdapat penurunan frekuensi pada target perilaku. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan terdapat peningkatan keterampilan orangtua dalam berinteraksi dengan S. Dapat disimpulkan bahwa penerapan PCIT cukup berdampak positif pada anak.

ABSTRACT
This research examined the effectiveness of Parent-Child Interaction Therapy (PCIT) for reducing disruptive behavior of a school-aged child. Behaviors target of this research are often defies or resists complying with parents‘ rules, argues frequently with adult, often angry, and often loses temper. Throughout PCIT, parents were taught and coached two skills to interact with child effectively. These skills are skills for building warmth interaction with child and skills for improving child compliance to parents‘ rules. By using single-subject design, this research was conducted for total 15 sessions. This research utilized Eyberg Child Behavior Inventory (ECBI) to assess frequency of disruptive behavior and Dyadic Parent-Child Interaction Coding System-III (DPICS-III) to assess quality of parent-child interaction. The results indicated the child‘s disruptive behavior has been decreased from clinical range to normal range as well as frequency in behaviors target. Result also showed improvement in parent skills‘ when interacted with child. In conclusion, PCIT brings some positive changes to the child."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35973
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Deceiria Adventine
"ABSTRAK
Studi ini menggunakan prinsip Parent-Child Interaction Therapy (PCIT) untuk mengatasi masalah perilaku disruptive pada anak laki-laki usia 9 tahun. Melalui prinsip PCIT sebagai intervensi dyadic, ibu diajarkan dan dilatihkan kemampuan untuk menciptakan interaksi yang hangat dan cara pendisiplinan yang efektif.
Studi ini menggunakan desain penelitian single subject design. Guna mengevaluasi efektivitas hasil intervensi ini, peneliti menggunakan DPICS-III untuk mengukur perkembangan interaksi antara ibu dan anak, Eyberg Childhood Behavior Inventory (ECBI) dan Child Behavior Checklist (CBCL) untuk mengukur intensitas masalah perilaku disruptive. Hasil program intervensi menunjukkan bahwa terdapat perkembangan kualitas interaksi antara ibu dan anak, serta penurunan skor pada ECBI dan CBCL. Hasil yang didapatkan tersebut menunjukkan bahwa penerapan prinsip PCIT efektif untuk mengatasi perilaku disruptive pada anak usia middle childhood

ABSTRACT
The study used the Parent-Child Interaction Therapy (PCIT) to overcome disruptive behavior on 9 years old male child. Through the principals used in PCIT as the dyadic intervention, the mother taught and coached on the ability to create a warm interaction as the effective disciplinary. The study is a singlesubject study. To evaluate the effectiveness of the result, the study measured the development of interaction between the mother and child using the Dyadic Parent-Child Interaction Coding System – III (DPICS-III) and the disruptive behavior intensity using Eyberg Childhood Behavior Inventory (ECBI) dan Child Behavior Checklist (CBCL). The result shows that the intervention resulted in a quality development between the mother-child interaction and a decrease in the ECBI and CBCL score. The result indicate that the principals used in PCIT may the effective to overcome disruptive behavior on middlechild-aged child."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T41894
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mella Yusthiani
"Perilaku disruptif seperti berteriak-teriak, berperilaku agresif, kasar, melawan, dan merajuk merupakan perilaku-perilaku yang sering tampak pada anak yang mengalami ketidakmampuan intelektual (ID). Kemunculan perilaku disruptif ini semakin diperkuat oleh adanya faktor lingkungan, salah satunya adalah pola asuh yang mencakup interaksi antara anak dengan orangtua dan penerapan disiplin yang efektif terhadap anak. Perilaku disruptif memiliki efek buruk yang signifikan pada kondisi kesejahteraan hidup individu itu sendiri maupun orang lain. Apabila tidak segera ditangani, perilaku ini dapat berkembang menjadi semakin sulit ditangani, terutama pada masa remaja. Oleh karena itu, perilaku ini sebaiknya segera ditangani sejak usia dini. Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk mengatasi perilaku disruptif, penerapan intervensi Parent Child Interaction Therapy (PCIT) dinilai efektif untuk menurunkan perilaku disruptif pada anak, meskipun penelitian yang berfokus pada anak dengan ketidakmampuan intelektual jumlahnya masih terbatas. Pada penelitian ini, prinsip-prinsip Parent Child Interaction Therapy (PCIT) digunakan untuk mengurangi perilaku disruptif pada anak dengan ketidakmampuan intelektual taraf sedang. Melalui pengukuran yang dilakukan menggunakan instrumen The Eyberg Child Behavior Inventory (ECBI) dan Dyadic Parent-Child Interaction Coding System (DPICS), diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa penerapan PCIT berhasil menurunkan perilaku disruptif pada anak dengan ketidakmampuan intelektual taraf sedang.

Disruptive behavior such as yelling, aggressive behavior, rough behavior, fighting, and sulking are behaviors that are commonly seen in children with intellectual disability (ID). The emergence of these behavior reinforced by the presence of environmental factors, such as parenting style that includes the interaction between children and parents and the implementation of effective discipline towards children. Disruptive behavior have a significant effect to the condition of individuals wellbeing. If this condition leave not treated, these behaviors might be worse and difficult to handle, especially in adolescence. Therefore, this behavior should be treated at an early age. According to some studies that have been done to address disruptive behavior, the implementation of Parent Child Interaction Therapy (PCIT) is considered effective to reduce disruptive behavior in children, although number of research which focuses on children with intellectual disability are limited. In this study, Parent Child Interaction Therapy (PCIT) is used to reduce disruptive behavior in children with moderate intellectual disability. Through measurements using The Eyberg Child Behavior Inventory (ECBI) and Dyadic Parent-Child Interaction Coding System (DPICS), the results shows that the application of PCIT managed to reduce disruptive behavior in children with moderate intellectual disability."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46528
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Agustina Murpratiwi
"Disruptive behavior merupakan salah satu bentuk perilaku bermasalah pada anak. Disruptive behavior perlu mendapatkan intervensi sedini mungkin agar tidak berkembang menjadi gangguan yang lebih serius. Mengingat disruptive behavior secara signifikan dipengaruhi oleh hubungan yang tidak baik antara orang tua dan anak akibat pola asuh yang keliru menggunakan kekerasan fisik dan agresifitas verbal maka intervensi yang dilakukan harus melibatkan orang tua untuk memperbaiki hubungan orang tua dengan anak sehingga diharapkan dapat menurunkan disruptive behavior. Parent child interaction therapy PCIT dipilih karena PCIT menyasar pada terciptanya interaksi yang hangat dan positif antara anak dan orang tua melalui aktivitas bermain serta membentuk kepatuhan dan kedisiplinan pada anak yang diharapkan sejalan dengan penurunan disruptive behavior. Dengan menggunakan single subject design, penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi apakah penerapan prinsip-prinsip PCIT efektif dalam menurunkan disruptive behavior pada seorang anak perempuan berusia 7 tahun. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan disruptive behavior pada anak yang dipengaruhi oleh hubungan anak dan ibu yang membaik setelah ibu mendapatkan pengetahuan mengenai keterampilan dalam berinteraksi dan mendisiplinkan anak. Ini membuktikan bahwa PCIT efektif dalam menurunkan disruptive behavior pada anak.

Disruptive behavior is one of the behavior problems in children. Disruptive behavior needs an early intervention so it doesn rsquo t develop into a serious disorder. Some disruptive behaviors are significantly influenced by bad relationships between parents and children due to false parenting usually using physical violence and verbal aggressiveness so it needs an intervention that involve parents and improve parent child relationships to reduce disruptive behavior. Parent child interaction therapy PCIT aims in creating a warm and positive interaction between child and parent through play activities. PCIT also helps parent to shape compliance and discipline in their child which expected in line with reduction of disruptive behavior. Using single subject design, this study was conducted to evaluate whether the implementation of PCIT principles was effective in reducing disruptive behavior in a 7 years old girl. The results showed reduction in child disruptive behavior affected by improved child and maternal relationships after the mother gained knowledge on skills in interacting and disciplining children. This proves that PCIT was effective in reducing child disruptive behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T51607
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rayi Tanjung Sari
"Kemampuan regulasi diri merupakan aspek penting dari perkembangan anak. Regulasi diri yang berkembang dengan baik dapat mendukung perkembangan anak secara optimal dan adaptif. Anak belajar meregulasi dirinya melalui interaksi orangtua-anak sejak usia dini. Akan tetapi, tidak semua anak memiliki kemampuan regulasi yang baik. Anak yang tidak memiliki kemampuan regulasi diri seringkali menunjukkan masalah perilaku, seperti temper tantrum, menggunakan kekerasan fisik, tidak patuh, dan sebagainya. Pendekatan Parent- Child Interaction Therapy (PCIT) merupakan salah satu intervensi yang digunakan untuk meningkatkan perilaku yang adaptif melalui interaksi antara anak dan orangtua.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat efektivitas penerapan prinsip PCIT untuk meningkatkan interaksi anak dan orangtua sebagai upaya untuk mengatasi temper tantrum pada anak. Penelitian ini merupakan penelitian single-subject design. Partisipan penelitian ini melibatkan anak perempuan berusia 7 tahun 5 bulan yang telah didiagnosis intellectual disability dan memiliki kesulitan dalam meregulasi diri serta ibu dari sosial ekonomi menengah bawah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan prinsip PCIT dapat meningkatkan kualitas interaksi orangtua-anak yang terukur pada Dyadic Parent-Child Interaction Coding System?III (DPICS-III) dan menurunnya temper tantrum anak yang terukur pada skala Child Behavior Checklist, Eyberg Child Behavior Inventory (ECBI), serta Fast Track Project Child Behavior Questionnaire (FTP-CBQ).

Self regulations is an important aspect of a child development that can optimize his/her development. Parenting plays a major role in the development of child self regulation. Early parent-child interaction served as a medium for developing and nurturing early self regulation in children. Children with self regulation problem often time may display behavior such as temper tantrum or verbal dan physical violence. One of the interventions that have been widely used to decrease this negative behavior is Parent-Child Interaction Therapy (PCIT) through improving interaction between parent-child.
This study evaluates the effectiveness of PCIT to handle temper tantrum through improvement of parent-child interaction. The participant of this study is a 7 and a half years old girl from middle-low socioeconomic diagnosed with intellectual disability and difficulty in self regulation.
The results of the study shows that the PCIT is effective in improving the quality of interaction between parent and and also decrease the tantrum behavior where measured on Dyadic Parent-Child Interaction Coding System-III (DPICS-III), and the decrease of temper tantrum is measured on the scale of Child Behavior Checklist, Eyberg Child Behavior Inventory (ECBI), and Fast Track Project Child Behavior Questionnaire (FTP-CBQ.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42350
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melissa Magdalena
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas Parent-Child Interaction Therapy PCIT dalam mengurangi perilaku agresif anak usia sekolah. PCIT digunakan untuk meningkatkan keterampilan interaksi ibu dengan anak dan keterampilan dalam mendisiplinkan anak. Perilaku agresif diukur dengan menggunakan Eyberg Child Behavior Inventory ECBI . Keterampilan orangtua diukur menggunakan Dyadic Parent-Child Interaction Coding System III DPICS-III . Hasil penelitian menunjukkan bahwa PCIT efektif dalam mengurangi perilaku agresif pada anak usia 9 tahun.

This research was conducted to evaluate the effectiveness of Parent Child Interaction Therapy PCIT to decrease a nine year old child aggressive behavior.The PCIT interaction was used to increase mother rsquo s interaction skills and her ability to discipline her child. The Eyberg Childhood Behavior Inventory ECBI was used to measure aggressive behavior and the Dyadic Parent Child Interaction Coding System III DPICS III is for mother child interaction. The result indicate that PCIT effective to decrease a nine years old child aggressive behavior."
2017
T49616
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>