Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137628 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mona Saparwati
"ABSTRAK
Kepala ruang adalah manajer operasional yang merupakan pimpinan yang secara langsung
mengelola seluruh sumber daya di unit perawatan untuk menghasilkan pelayanan yang
bermutu. Penelitian ini bertujuan bertujuan untuk memperoleh gambaran arti dan makna
pengalaman kepala ruang dalam mengelola ruang rawat inap di RSUD Ambarawa. Desain
penelitian yang digunakan adalah metode fenomenologi deskriptif, pengumpulan data dengan
FGD dan wawancara mendalam. Partisipan pada penelitian ini diambil secara purposive
sampling, analisa data menggunakan metode Collaizi. Hasil penelitian teridentifikasi lima
belas tema tentang gambaran respon kepala ruang terhadap peran dan fungsinya sebagai
manajer lini, persepsi kepala ruang dalam menjalankan fungsi manajemen, hambatan dalam
mengelola ruang rawat inap, dukungan dan harapan yang diperoleh kepala ruang agar
perannya optimal. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, kepala ruang perlu
memahami, melaksanakan fungsi manajemen guna mendukung kelancaran pelayanan di
ruang rawat inap yang menjadi tanggungjawabnya dan diharapkan meningkatkan
perencanaan dan ketenagaan di ruangan.

ABSTRACT
Head?s nurse is operational manager that directly lead all resources to meet nursing quality
services. This research aimed to identify the meaning of experiences head?s nurse in
managing inpatient room at RSUD Ambarawa. This research designed using a descriptive
phenomenological, the data collected by FGD and in-depth interviews. Participants selected
by purposive sampling, data analysis using Collaizi?s methods. This research find 15 themes
such as rules and functions as first line manager, perception of management functions,
limitation in managing inpatient room, and support and wises to optimal the rules manager.
It could be conclude that the head?s nurse must improve the understanding and managing
rules as first line manager especial in planning and staffing"
2012
T30332
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Sugiarti
"Sejalan dengan akan didirikan bangsal keperawatan kelas VIP, kelas I, dan RS Swadana maka pertama kali yang harus dipersiapkan adalah mutu pelayanan keperawatan karena baik buruknya suatu rumah sakit ditentukan oleh bagaimana pelayanan keperawatannya. Oleh karena itu Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong harus mempersiapkan sumber daya keperawatannya yang memegang peranan panting dalam pelaksanaan proses keperawatannya.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik perawat terhadap proses asuhan keperawatan. Penelitian ini merupakan penelitian survei. Evaluasinya menggunakan perhitungan statistik sederhana. Penelitian dilakukan di 4 ruang perawatan inap Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong. Jenis data variabel bebas dan variabel terikat adalah data primer. Variabel bebas dipergunakan formulir pengamatan dari kegiatan proses asuhan keperawatan. Formulir berpedoman pada suatu standard penilaian yang disusun oleh American Nursing Association dan National League for Nursing. Analisa data dilakukan dengan analisa univariat dan bivariat.
Berdasarkan analisa data Bari kuesioner menunjukan bahwa pelaksanaan proses asuhan keperawatan berlangsung dengan balk. Tetapi menurut data-data dokumentasi yang bersumber pada data tertulis rekam medis, menunjukan proses asuhan keperawatan di RSUD Cibinong adalah sangat buruk (rata-rata total 18,2%). Pelaksanaan proses keperawatan di RSUD Cibinong belum berjalan dengan baik. Hal ini terjadi karena beberapa kemungkinan yaitu perawat pada umumnya melaksanakan proses asuhan keperawatan dengan baik (sesuai kuesioner), tetapi setiap tahapan proses tidak direkam dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka perlu dibuat suatu sistem perekaman tahapan keperawatan yang sederhana dan mudah dilaksanakan oleh perawat. Perlu penambahan sumber daya keperawatan minimal 2 orang utama setiap jaga.

In line with constructing the nursing housing of VIP, Class I, and Self-funding Hospital (Rumah Sakit Swadana), then firstly that should be prepared is the quality of nursing services due to the condition of hospital determined by its nursing services. Thus General Hospital of Cibinong Region should prepare its nursing resources which have important role in acting the nursing process.
In general the research has aims to get information on the characteristics of nurses over nursing process. It is a survey research. Its evaluation uses simple statistics calculation. The research was done in four in-patient rooms of General Hospital of Cibinong Region. The questionaire form was guided by the valuation standard of American Nursing Association and National League for Nursing.
Based on data analysis of the questionaire indicated that the actions of nursing process went on properly. However according to documentation data in medical records, it indicated that nursing process in General Hospital of Cibinong Region was worst (total average 18.2 percent). The action of nursing process in General hospital of Cibinong Region did not go on well. It occurred because of some possibilities, that is nurses in general acted nursing process properly (in accordance with the questionnaire), but every process step was not recorded well. Based on the research results, it should be'made a recording system with simple and easy nursing process acted by nurses. It should make the addition of nursing resources minimally 2 main nurses on every duty.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ati Nirwanawati
"Di rumah sakit pelayanan gizi diberikan kepada pasien untuk mencapai kondisi yang optimal guna memenuhi kebutuhan gizi orang sakit. Kebutuhan gizi digunakan untuk metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan maupun untuk mengoreksi kelainan metabolisme dalam upaya penyembuhan pasien rawat Inap. Pelayanan gizi saat ini dilakukan oleh tim kesehatan yang kegiatannya dipusatkan pada pasien. Tujuannya adalah agar pelayanan gizi dapat tepat guna dan berhasil guna. Tim tersebut adalah group profesi kesehatan yang terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi yang memberikan pelayanan gizi di ruang rawat Inap. Namun demikian belum semua rumah sakit melaksanakan pelayanan gizi yang dilakukan oleh tim kesehatan. Pada kenyataannya fungsi tim kesehatan sangat membantu mendorong proses penyembuhan pasien di ruang rawat Inap . Pelayanan gizi yang dilakukan di ruang rawat inap yaitu menyediakan makanan yang sesuai dengan keadaan penyakit, kemampuan pasien untuk menerima makanan dan kebiasaan makanan pasien. Dengan melihat pentingnya pelayanan gizi untuk membantu mempercepat penyembuhan pasien, maka per1u diketahui peran pemberi layanan gizi di ruang rawat inap untuk mencapai kondisi gizi yang optimal.
Penulis mencoba untuk melakukan penelitian mengenai peran dan tanggung jawab petugas pemberi layanan gizi di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo, Jakarta Timur. Penelitian ini adalah survei yang dilakukan secara cross sectional. Sampel penelitian adalah seluruh petugas yang memberikan pelayanan gizi di ruang Anggrek, ruang Melati dan ruang Dahlia, Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo. Hasil penelitian ini didapat bahwa sudah ada struktur organisasi di instalasi gizi tetapi belum terlihat hubungan kerja, tanggung jawab , kewenangan dengan unit lain dalam hubungannya melakukan kegiatan pelayanan gizi di ruang rawat inap. Peran dan tanggung jawab ahli gizi di ruang rawat inap juga belum terlihat sebagai anggota tim kesehatan. Uraian tugas yang sudah ada di instalasi gizi belum semuanya dilaksanakan.

The Study on Role and Responsibility of Nutritional Feeding Officers in the In-Patient Rooms of General Hospital Pasar Rebo Region, East Jakartain hospital, the nutritional services are given to patients to reach optimal condition in order to fulfill nutritional needs of a sick person. Nutritional needs are used for metabolism of body, health improvement or correcting abnormality of metabolism so as to make the recovery efforts of patients in the in-patient rooms. The purposes are that nutritional services can be effective and efficient. The team is a health profession group comprising doctors, nurses, nutritionists managing nutritional services in-the patient rooms. Nevertheless not all hospital do make nutritional services managed by health team. In fact the function of health team is very supporting to make the recovery process of patients in the in-patient rooms. Nutritional services managed in the in-patient rooms are to serve food in accordance with sickness condition, a patient's capability to receive food and a patient's food habit. By observing the importance of nutritional services to help to speed up a patient's recovery, then it is necessary to know the role of nutritional feeding officers in the in-patient rooms in order to reach optimal condition.
The writer made a research on role and responsibility of nutritional feeding officers in the in-patient rooms of General Hospital Pasar Rebo Region, East Jakarta. The research was a survey done through cross-sectional method. The research sampel was all officers serving nutritional services in Anggrek rooms, Melati rooms and Dahlia rooms, General Hospital Pasar Rebo Region. The research result was found that there already had been an organizational structure in the nutritional installation, but was not seen work relationship, responsibility, authority of other units in their relationship to make nutritional service activities in the in-patient rooms. The role and responsibility of nutritionists in the in-patient rooms also were not yet observed as the members of health team. Not all job description having already existed in the nutritional installation was implemented.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuar Hamid
"Jasa Pelayanan adalah suatu imbalan atau kompensasi yang diterima oleh pelaksana pelayanan di rumah sakit atas perlakuan yang diberikannya kepada klien atau pasien. Oleh karena belum ada aturan baku yang mengatur pola pembagian Jasa Pelayanan di RSUD Sumatera Barat, khususnya RSUD Kelas C, sehingga dijumpai variasi pola pembagian Jasa Pelayanan.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan pola pembagian Jasa Pelayanan di Unit Rawat inap RSUD Kelas C dcngan pendekatan kualitatif. Suatu studi komparatif dilakukan pada 3 (tiga) RSUD Kelas C yang hampir sama kinerjanya. Dengan adanya faktor internal dan faktor eksternal yang berhubungan dengan pola pembagian Jasa Pelayanan, dicari dokumen/arsip dan beberapa orang informan yang mengetahui tentang pola pembagian Jasa Pelayanan di RSUD.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa Pola Pembagian Jasa Pelayanan di RSUD yang diteliti masih bervariasi, tergantung dari kebijakan Direktur masing-masing dan secara garis besar masih mengacu pada SK Menkes No.66/II/1987. Faktor tenaga profesional terutama Dokter Spesialis mendominasi pola pembagian Jasa Pelayanan di ketiga RSUD. Dokter spesialis mengusulkan pola fee for service, sedangkan lainnya dapat dibuat berdasarkan bobot.
Peneliti menyarankan agar pihak manajemen selalu mensosialisasikan pemahaman tentang kerja tim di rumah sakit sehubungan dengan pembagian Jasa Pelayanan.

The Analysis of Health Service Incentive Patterns at Inpatients Unit of General District Hospital (RSUD) Class C West Sumatra (A Comparative Study) Health services incentive are compensations accept by the administration of services at hospitals for the treatment they give to the client or patients. There have not been any fixed rules regulating the patterns of health services incentive at District Hospital (RSUD) in West Sumatra, especially those categories in Class C.
The research is conducted to obtain some patterns of health services incentive at Inpatients Unit of RSUD Class C by employee qualitative approach. A comparative study was conducted at 3 (three) District Hospitals (RSUD) Class C whose performance are nearly similar. Having some internal and external factors related to health services incentive patterns, some documents/ file and some informants knowing the patterns of health service incentive at RSUD were searched.
The result of this study is found that the patterns of health services incentive at District Hospital (RSUD) investigated is still widely varied, depending on the policy of respective directors. In generally, it still refers to the regulation of health ministry No.66/II/1987. The factor of professional, especially medical specialist, dominates the patterns of health services incentive at the three District Hospital.
It is recommended that the health services incentive for medical specialist is separated based on fee for services, while for the others a pattern of health services incentive can be made based on score system. The conclusion of thus study is that the pattern of health services incentive still varied, medical specialist want to fee for services and there have not been fixed rules regulation the patterns of health services incentive.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T2521
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy Pou
"ABSTRAK
Penelitian dilatarbelakangi sering ditemukan ketidaklengkapan berkas rekam medis di
unit rawat inap RSUD Kota Bekasi. Bertujuan menentukan pengaruh serta besarannya
perilaku kepatuhan dan kompetensi dokter dalam mengelola rekam medis di unit rawat inap
RSUD Kota Bekasi tahun 2013. Desain penelitian kuantitatif, cross-sectional, analisa
Structural Equation Modeling-Partial Least Square. Uji chi-square variasi total jawaban
variabel perilaku dan variabel kompetensi terhadap karakteristik responden dengan tingkat
signifikansi α = 0,05 (CI 95%) menunjukkan P-values (asymp sign > 0,05). Hasil PLS
pengaruh (rho) perilaku (69%) dan kompetensi dokter (38%) terhadap kinerja pengisian
rekam medis. R-square 0,43 dan Q-square predictive 33%.

ABSTRACT
Backed by the research often found incomplete medical record file in unit inpatient
hospitals city of Bekasi. Determining the magnitude and influence the behavior of
compliance and competence in managing physician medical record unit inpatient hospitals in
Bekasi by 2013. Quantitative research design, cross-sectional, Structural Equation Modeling
analysis-Partial Least Square. Chi-square test variations total answer variable and variable
behavior competence with respect to the characteristics of the respondents with a level of
significance of α = 0.05 (CI 95%) shows P-values (asymp sign > 0.05). Results PLS influence
(rho) behavior (69%) and competence of physicians (38%) against performance charging
medical record. R-square value of 0.43 and Q-square predictive 33%."
Universitas Indonesia, 2013
T35938
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bandriyo
"Rumah Sakit merupakan institusi layanan kesehatan masyarakat yang mempunyai sifat yang unik yang berbasis bisnis sekaligus sosial. Perawat merupakan tenaga kerja inti di Rumah Sakit yang mempunyai beban kerja berlebih dibanding dengan tenaga kerja lainnya. Disamping merawat pasien, perawat juga mempunyai tugas lain yang harus dilakukan hampir setiap hari yaitu beban angkat dan pindah pasien dari satu tempat tidur ke tempat tidur yang lainnya. Karena tugasnya yang kedua tersebut perawat mempunyai risiko untuk terjadinya trauma termasuk Hernia Nucleus Pulposus (HNP). Hal ini terbukti dengan ditemukannya angka kesakitan cukup tinggi di Rumah Sakit Pusat Pertamina yaitu didapatkan 24 perawat terkena HNP dari 76 perawat sebagai sampel.
Setelah melakukan wawancara, pengisian kuesioner, dan pemeriksaan fisik terhadap 76 perawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Peneliti mendapatkan model yaitu bahwa beban angkat dan pindah pasien yang menyebabkan penyakit HNP sangat dingaruhi oleh faktor usia. Kesimpulan ini didapat setelah dalam setiap penelitian, usia merupakan variabel yang selalu melekat dan sangat sulit untuk dihindari atau di hilangkan dari variabel penganggu. Model ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan pendalaman terhadap terjadinya penyakit HNP. Didalam penelitian ini Peneliti masih menemukan banyak faktor yang menyebakan terjadinya bias atau penyimpangan diantaranya recall bias. Recall bias adalah bias yang disebabkan karena seorang responden selalu menjawab hal-hal yang dirasa paling diingat dan paling berkesan meskipun keluhan yang dirasakan sudah berulang kali. Namun demikian peneliti sudah berusaha meminimalisasi faktor tersebut dengan mengkonfirmasikan dengan catatan medis (Medical Record) responden yang bersangkutan.
Ketika dilakukan analisa hubungan dua variabel yaitu antara status gizi dengan penyakit HNP, tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara dua variabel tersebut yaitu dengan p=0,488. Persamaan multivariat antara usia dengan beban angkat dan pindah pasien terhadap kejadian penyakit HNP adalah Logit Y=3,517 (Usia)+1,534 (beban angkat dan pindah) artinya Old Ratio (OR) untuk usia sebesar 33,691 (CI 95% interval 5,262-215,722) dan OR untuk beban angkat sebesar adalah 4,637 (Cl 95% interval 0,826-26,021). Hal ini bisa diartikan bahwa beban angkat dan pindah yang dilakukan oleh seorang perawat dengan dibantu hanya satu sampai dua orang lainnya mempunyai risiko sebesar 4,637 kali lebih besar bila dibanding dengan perawat yang mengangkat dan memindahkan yang dibantu lebih dari 3 orang lainnya.

Case Control Study, The Correlation between Lifting Load and Physically Work Moving of Nurse in Inpatient's Room and Outpatient's Room and Hernia Nucleus Pulposus (HNP) Disease in Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP Hospital) in 1990-2002Hospital is an institution for public health services, which is unique. It has both business and social proposes. In the hospital, nurse is an essential worker who has not only nursing task but also lifting load and moving patient from one room to another. The nurses must do lifting load and moving patient almost everyday. Therefore, the nurses have a high risk for injury especially HNP disease. As evidence, in my research, I have found 24 of 76 nurses who work in RSPP hospital suffer HNP disease.
After I have done the research by pooling questioners, interview and physically examination to 76 nurses of RSPP hospital, I came with an conclusion, becoming a model, that age factor influences lifting load and moving patient from room to room as causing HNP disease. This conclusion is taken because the age factor always shown in each exercise. Hopefully, this model can be used for further study of HNP disease. In this research, I found that there are still many factors, which cause bias such as recall bias. This kind of bias occurred because most of respondent did not remember every single suffering that they have suffered. But I have tried to minimize that bias by confirmation the result to medical record of each respondent. Analyzing about correlation two variables between nutrition status and HNP disease, there is no significant correlation. The correlating result is P= 0,488. By using multivariate equation disease s logic Y=3,517 for age and 1,534 for lifting load and moving patient. It shows that odd ratio (OR) for age equal to 33,671 and OR for lifting load and moving patient is 4,637. This result can be read that the nurse who doing lifting load and moving patient with one or two other person help has 4,637 times higher risk than the nurse with more than three person help.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T1012
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tatiek Wahjuningtyas
"Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis deskriptif elemen yang terdapat pada proses pelayanan medik dokter jaga rawat inap yang diduga berhubungan dengan Perubahan Klinis dan menganalisis korelasinya.
Metodologi. Penelitian ini merupakan studi Cross Sectional terhadap 172 kasus yang ditangani langsung oleh Dokter Jaga Rawat Inap dan tidak dikonsulkan kepada Konsultan (Dokter Spesialis) selama masa pengamatan 1 bulan. Seluruh kasus dijadikan sampel penelitian (172 kasus). Data yang digunakan adalah data primer yang terdapat pada status (dokumen medik) pasien. Analisis statistik yang digunakan adalah tabel frekuensi, distribusi dan statistik deskriptif untuk analisis univariat serta uji Chi t dan analisis korelasi Rank dari Kendall untuk analisis bivariat.
Hasil. Analisis deskriptif variabel independen yang terdiri dari pemeriksaan penunjang dan terapi (keduanya mewakili aplikasi keahlian); penulisan kriteria diagnosa dan penulisan diagnosa banding (keduanya mewakili kedisiplinan menulis dokumen medik) memberikan indikasi rendahnya ketaatan Dokter Jaga Rawat Inap terhadap SOP (Standard of Operating Procedure) yang telah ditetapkan oleh rumah sakit. Analisis deskriptifvariabel dependen perubahan klinis menunjukkan hanya 47.1% yang mengalami perubahan klinis dengan penanganan pasien langsung oleh Dokter Jaga Rawat Inap. Analisis evaluatif bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup signifikan antara elemen proses pelaksanaan pelayanan medik dokter jaga rawat inap dengan perubahan Medis.
Kesimpulan. Konsep penelitian yang disusun hanya mampu menerangkan kemaknaan hubungan antara proses pelaksanaan pelayanan medik dengan perubahan klinis yang terjadi. Sedangkan hubungan yang mungkin terdapat di antara masing-masing elemen yang terdapat di dalam proses pelaksanaan pelayanan medik tersebut tidak dianalisa. Dari analisis deskriptif dapat disimpulkan bahwa ketepatan pelaksanaan pelayanan medik terhadap SOP RSUP Fatmawati masih rendah (rata-rata 34.88%), hal ini menunjukkan perlunya dilakukan intervensi oleh pihak rumah sakit untuk memperbaiki kinerja Dokter Jaga Rawat Inap ini. Upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain dapat berupa pendidikan berkelanjutan untuk Dokter Jaga Rawat Inap, pembinaan kedisiplinan melalui Komite Medik, peningkatan peran Dokter Konsultan (Spesialis) dalam melakukan supervisi, peningkatan sosialisasi SOP dan pembaharuan tatalaksana kerja dokter jaga rawat inap.

Introduction. Medical services in hospital is conducted for 24 hours per day. As a part of it, Dokter Jaga Rawat Inap (general practitioner) take an Important role as they conduct a 16 after office hours medical services. Since there is an assumption that DokterJaga Rawat Inap's performance in their medical case handling doesn't meet the requirements, it is necessary to study their ability in gaining inpatient clinical improvement.
Objectives of the study. The objectives are to get some information?s about expertise application aspect and medical document writing compliance aspect of Dokter Jaga Rawat Inap that correlates to clinical improvement.
Metodology of the study. This is a cross sectional study of 172 cases those are directly handled by Dokter Jaga Rawat Inap not consulted to the specialists. All of them are used as a sample (172 cases).The data analyzed are all primary ones, took from patient's medical document. Statistical analysis used in the study are the table of frequency distribution, the descriptive analysis of univariate and the bivariate analysis by Chit test and Kendall's Rank Correlation test.
Result of study. Descriptive analysis for variables of process indicates Dokter Jaga Rawat Inap's compliances in implementing SOP ( Standard of Operating Procedure) is low. Those variables consist of supporting test and therapy conducted ( represent the expertise application) and writing the diagnosis criterion and the differential diagnosis (represent the compliance in medical document writing). While the analysis for variable of Output indicates 47% of patients had clinical improvements."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pudjiati
"Rumah sakit sebagai pemberi jasa pelayanan harus dapat memuaskan masyarakat sebagai pengguna jasa. Kepuasan adalah perbandingan antara harapan klien dengan kenyataan yang diterima oleh klien.
RSU FK-UKI Jakarta dengan BOR tahun 2001 (51%) masih lebih rendah dari BOR tahun 2000 (52%), target BOR Rumah Sakit 60%. Belum tercapainya BOR yang ditargetkan dan hasil pelatihan komunikasi terapeutik yang belum memuaskan (47%), merupakan salah satu indikator ketidakpuasan klien. Kepuasan klien belum pernah dilakukan penelitian di rumah sakit. Selanjutnya penulis ingin mengetahui lebih lanjut tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan klien terhadap hubungan terapeutik perawat klien. Tujuan penelitian ini adalah diidentifikasinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan klien terhadap hubungan terapeutik perawat klien di ruang rawat inap RSU FK-UKI Jakarta.
Metode penelitian adalah deskriptif korelasi dengan desain cross sectional, dan menggunakan 2 kuesioner yaitu kuesioner A untuk mengukur data demografi, pribadi, keluarga, sosial ekonomi, budaya dan berat ringannya penyakit klien dengan isian. Kuesioner B mengukur harapan dan kenyaaan klien terhadap hubungan terapeutik perawat klien pada fase perkenalan/orientasi, kerja dan terminasi dengan isian skala Likert. Uji coba kuesioner B dilakukan pada 30 orang klien yang dirawat inap di RSU FK-UKI Jakarta yang tidak termasuk ke dalam responden penelitian. Untuk menguji validitas dilakukan tehnik korelasi product moment dengan hasil kuesioner tentang harapan r 0,368 - 0,791 dan kenyataan r 0,383 - 0,725 terhadap hubungan terapeutik perawat klien, sedangkan uji reliabilitas dilakukan Alpha Cronbach dengan hasil kuesioner tentang harapan a 0,9460 --0,9430; dan kenyataan a 0,9411 - 0,9385 terhadap hubungan terapeutik perawat klien. Artinya kuesioner B tersebut mempunyai tingkat validitas dan reabilitas yang tinggi.
Populasi dalam penelitian berjumlah 109 orang, sedangkan jumlah sampel yang diikutsertakan penelitian sebanyak 95 orang klien, dengan kriteria inklusi: klien dewasa dan yang dinyatakan pulang, kesadaran klien composmentis, klien mampu berkomunikasi verbal. Pengambilan sampel dari: kelas I, II dan III, dan Cara pengambilan sampel secara random.
Analisis data penelitian terdiri dari analisis univariat, bivariat, multivariat dan analisis diagram kartesius. Hasil penelitian sebagai berikut: sebagian besar klien mempunyai umur antara 20-40 tahun, perempuan, pendidikan menengah (tamat SLTA), pekerjaan wiraswasta/swasta, penghasilan antara 500 ribu - I juta, suku Jawa, dirawat di kelas III, lama dirawat lebih dan 5 hari, belum pernah sakit, penyakit sedang. Harapan paling tinggi pada fase terminasi dengan skor rata-rata 3,35 dan harapan paling rendah pada fase kerja dengan skor rata-rata 3,26. Kenyataan paling tinggi pada fase terminasi dengan skor rata-rata 2,99 dan kenyataan paling rendah pada fase kerja dengan skor rata-rata 2,85: Total rerata harapan 3,31 dan total rerata kenyataan 2,92 terhadap hubungan terapeutik perawat klien. Kepuasan terhadap hubungan terapeutik dengan rata-rata skor 88,37, dan 25 orang klien (26,3%) mengatakan puas terhadap hubungan terapeutik perawat klien, artinya ada sebagian klien yang mencapai nilai 100 untuk kepuasan. Selanjutnya berdasarkan analisis bivariat bahwa variabel pilihan ruang rawat (kelas I, II dan III) dan keadaan penyakit (berat, sedang, ringan) mempunyai hubungan yang bcrmakna dengan kepuasan klien terhadap hubungan terapeutik perawat klien, dan masing-masing dengan p value 0,035 dan 0,050. Kedua variabel yang bermakna pada analisis bivariat dilakukan analisis multivariat secara bersama dengan hasil tidak ada satu pun yang paling berhubungan dengan kepuasan klien terhadap hubungan terapeutik perawat klien. Analisis diagram kartesius menunjukkan bahwa pelaksanaan hubungan terapeutik perawat klien pada fase kerja dinilai sangat penting oleh klien, sedangkan pelaksanaannya belum memuaskan klien (12,6%), fase terminasi sudah dilaksanakan sesuai dengan kepentingan dan harapan klien sehingga dapat memuaskan klien (46,3%), fase perkenalan/orientasi masih dianggap kurang penting bagi klien dan kualitas pelaksanaannya belum memuaskan (32,6%).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hubungan terapeutik perawat klien di ruang rawat inap RSU FK-UKI Jakarta adalah sebagai berikut: sebanyak 25 orang klien (26,3%) menyatakan puas terhadap hubungan terapeutik perawat klien, artinya ada sebagian klien mempunyai nilai 100%, faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan klien terhadap hubungan terapeutik perawat klien adalah: pilihan ruang rawat (kelas I, II, dan III) dan keadaan penyakit (berat, sedang, ringan) namun keduanya tidak ada yang paling berhubungan dengan kepuasan klien terhadap hubungan terapeutik perawat klien. Fase terminasi sudah dilaksanakan dan dipertahankan, dan fase kerja belum memuaskan klien, fase perkenalan/orientasi dianggap kurang penting dilaksanakan.
Untuk meningkatkan kepuasan klien maka pimpinan RSU FK-UKI Jakarta disarankan melaksanakan sosialisasi tentang hasil penelitian kepada seluruh tenaga staf keperawatan, peningkatan program pengembangan sumber daya keperawatan melalui pendidikan dan pelatihan tentang komunikasi khususnya hubungan terapeutik perawat klien, agar perawat pelaksana memahami tentang pentingnya pelaksanaan hubungan terapeutik sehingga perawat pelaksana mampu menerapkan komunikasi khususnya hubungan terapeutik perawat klien terutama pada saat melaksanakan pelayanan keperawatan. Bagi peneliti lain dapat dilakukan penelitian dengan metode kuasi eksperimen sehingga tergali lebih dalam tentang faktor apa yang berhubungan dengan kepuasan klien terhadap hubungan terapeutik perawat klien.
Daftar bacaan 56 (1983 - 2001)

Analysis Factor's Related To Client's Satisfaction Toward Nurse - Client Therapeutic Relationship in Patient Care at RSU FK - UKI Jakarta.As an institution that gives services in treatment, a hospital should be able to satisfy the client, as the customer service. Satisfaction is a comparison between client's hope and reality obtained.
BOR in 2001 at RSU FK-UKI Jakarta (51%) is still lower than those in 2000 (52%), the target of BOR is 60%. Enriched BOR target and unsatisfied result of therapeutic communication training (47%) is an indicator of client unsatisfied. There has not been done research in this hospital. Then, the writer wants to know about factors that related to client's satisfaction toward nurse - client therapeutic relationship. The purpose of this research is to identify factors related to client's satisfaction toward nurse - client therapeutic relationship in patient care at RSU FK-UKI Jakarta.
The research method is correlation descriptive with cross sectional design, and using two questioners: questioner A to measure demographic data, and personal: family, social economic, culture and condition of client's illness with filler. Questioner B measures hope and reality of client toward nurse-client therapeutic relationship in introduction/orientation phase, working phase and termination phase with Likert scale filler. The questioner B test was done to 30 clients in overnight patient care at RSU FK-UKI Jakarta who do not include as respondent in this research. To test validity is used moment product correlation technique with the result of hope r 0,368 - 0,791 and reality obtained r 0,383 - 0,725 toward nurse - client therapeutic relationship, meanwhile re ability test is used Alpha Cronbach with the result of hope a 0,9460 - 0,9430; and reality a 0,9411 - 0,9385 toward nurse client therapeutic relationship. It means that the questioner B has a high validity and re ability rate.
The population in this research is 109 clients and total sample is 95 clients, with inclusion criteria: client, who is adult, permitted to go home, compos mentis consciousness, can verbal communication. Sample, which is taken from three classes: class I, class II, and class III, is randomly taken.
Analysis data of research consists of univariate, bivariate, multivariate and Cartesian diagram analysis. The result is that most of client's aged are between 20-40 years old, women, high school graduates, entrepreneurs, between 500 thousands-1 million rupiahs earnings, Javanese, taken care in class III, more than 5 days taken care, never ill, and medium illnesses. The highest average score of hope is 3,35 in the termination phase and the lowest average score of hope is 3,26 in the working phase. The highest average score of reality is 2,99 in the termination phase and lowest average score of reality is 2,85 in the working phase. Total average of hope is 3,31 and total average of reality is 2,92 toward nurse - client therapeutic relationship. Satisfaction toward therapeutic relationship has an average score 88,37 and 25 clients (26,3%) satisfied toward nurse-client therapeutic relationship, it means that there is a half clients reaching grade ? 100 for satisfaction. Based on bivariate analysis, variable of choice of patient care (class I, II, and III) and condition of illness (heavy, medium, and light) have a meaningful relationship with client's satisfaction toward nurse-client therapeutic relationship, and p values of each are 0,035 and 0,050. Both of meaningful variables in the bivariate analysis were done multivariate analysis together with result that no one is the most related to client's satisfaction toward nurse - client therapeutic relationship. Cartesian diagram analysis shows that nurse-client therapeutic relationship in the working phase is evaluated important by clients, meanwhile the implementation of it has not satisfied clients (12,6%), those in the termination phase has been done as suitable as client's importance and hope so it can satisfy clients (46,3%) and those in the introduction /orientation phase is still evaluated unimportant for client and having an unsatisfied implementation quality.
From the result of research, it can be concluded that toward nurse-client therapeutic relationship in overnight patient care at RSU FK-UKI Jakarta: client's satisfaction toward nurse-client therapeutic relationship are 25 clients (26,3%) satisfied, it means that there is client who has 100% grade, factors that related satisfaction toward nurse - client therapeutic relationship are: choice of patient care room (class I, II, and III) and condition of illness (heavy, medium, and light) but no one of them is the most related to nurse - client therapeutic relationship. Termination phase has been done and maintained but the working phase has not satisfied clients, and the introduction/orientation phase is still evaluated unimportant to be done.
To increase client's satisfaction, the chief of RSU FK-UKI Jakarta is suggested to socialize the result of research to all nursing care staff, to raise the nursing care resources development program through education and training about communication especially nurse - client therapeutic relationship, to make nurse manager understands the importance of doing therapeutic relationship so the nurse manager is able to communicate especially nurse - client therapeutic relationship specially in doing nursing care services. Another researcher can do research by using experiment question method so it can be known more what factors related to client's satisfaction toward nurse client therapeutic relationship.
Bibliography list 56 (1983 -2001)
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
T5885
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supriyantoro
"ABSTRAK
Pelayanan kesehatan bagi peserta asuransi kesehatan (Askes) wajib, merupakan bagian dari pelayanan rumah sakit khususnya rumah sakit pemerintah (Departemen Kesehatan, Pemerintah Daerah, ABRI). Namun dalam pelaksanaannya sering terjadi perbedaan kepentingan yaitu pihak rumah sakit menganggap tarif yang diterapkan bagi peserta Askes wajib terlalu rendah sehingga menjadi beban biaya operasional, sedangkan pihak PT (Persero) Askes kemampuannya terbatas , karena premium yang diterima hanya sebesar 2% dari gaji pokok peserta. Supaya ada titik temu antara pihak manajemen rumah sakit sebagai penyedia pengelola dana Askes wajib, maka perlu dilakukan analisis terhadap biaya pelayanan sebagai pedoman dalam penentuan kebijakan tarif.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan melakukan analisis biaya terhadap salah satu bentuk pelayanan bagi peserta Askes wajib yaitu paket rawat inap harian yang terdiri atas kamar perawatan, paket ronsen, paket laboratorium, paket obat (sesuai DPHO / Daftar dan Plafon Harga Obat), jasa medik dan paket fisioterapi.
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pasien Askes wajib di ruang Perawatan Umum RSPAD Gatot Soebroto pada Tahun Anggaran 1997/1998, menunjukkan bahwa tarif yang berlaku untuk paket rawat inap harian bagi pasien Askes wajib (Rp 35.000,00) masih lebih rendah sebesar Rp 11.200,55 dibanding biaya satuan aktual (Rp 46.200,55). Disamping itu bagi RSPAD Gatot Soebroto juga harus melaksanakan kebijakan MENHANKAM yaitu bagi peserta Askes wajib yang berasal dari pumawirawan ABRI dan pensiunan PNS Hankam / ABRI serta keluarganya, harus mendapatkan fasilitas rawat inap sesuai pangkat / golongan terakhir (kelas VIP, I, II, atau III), padahal hak semua pasien Askes wajib hanya di kelas Kebijakan tersebut tanpa disertai dengan dukungan dana / anggaran untuk subsidi biaya pelayanannya. Dengan demikian dalam memberikan pelayanan bagi peserta Askes wajib, RSPAD Gatot Soebroto harus menanggung beban subsidi ganda yaitu tarif Askes wajib yang lebih rendah dan biaya satuan dan beban dan pasien yang dirawat melebihi haknya sebagai peserta Askes wajib (lebih tinggi dari kelas III ).
Untuk memecahkan masalah tersebut, perlu pengkajian ulang terhadap komponen paket dan nilai tarif Askes, serta kebijakan MENHANKAM terutama yang terkait dengan penambahan beban biaya.
Kepustakaan : 36 (1982 - 1998)

ABSTRACT
Every privileged health insured (ASKES) member is entitled to health care and services of government hospitals (Department of Health, Provincial Government, the Armed Forces). However, a conflict of interest arises between hospitals and the health insurance company (PT. ASKES). There former considers the tariff imposed on health insured members too low and a burdensome operational cost while the latter seems to have very limited funds out of the 2% premium levied on the basic salary of every health insured (ASKES) member. Hence, an analysis of medical service cost is necessary in formulating a good tariff policy agreeable to both parties.
This research is an analytical descriptive research taking into consideration the cost analysis of medical services such as daily hospitalization package cost comprising wardroom, X-Ray package, laboratorium package, medicine package (According to Price List of Drugs) medical service fee and physiotherapy package for privileged health insured (ASKES) member.
The research carried out on privileged health insured (ASKES) member hospitalized in the General Care Ward of the Central Army Hospital Gatot Soebroto (RSPAD Gatot Soebroto) for the Fiscal Year 1997/1998, shows that the tariff for daily hospitalization package for privileged health insured (ASKES) by Rp. 11.200,55 compared to an actual cost of (Rp. 46.200,55).
The Central Army Hospital Gatot Soebroto (RSPAD Gatot Soebroto) is obliged to obey the policy of the Minister of Defense and Security (MENHANKAM) concerning medical care for privileged health insured (ASKES) members who are retired Armed Forces members and retired civilians of the Defense and Security Department / Armed Forces together with their family members. These people are entitled to hospitalization according to their ranks / last position (VIP Class, First Class, Second Class or Third Class).
This instruction is contrary to the fact that all privileged health insured (ASKES) patients are only entitled to third class. Furthermore, no extra funds / budget / subsidy is provided for it Thus, the Central Army Hospital Gatot Soebroto (RSPAD Gatot Soebroto) must bear the burden of double subsidy that is lower cost for privileged health insured (ASKES) members and the "Special Ones".
"
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Corry Artha Stevani
"Rumah sakit awal Bros Bekasi merupakan rumah sakit swasta yang ada di bekasi yang memiliki standar ISO 9001-2000 untuk sistem manajemen mutu dan telah mendapatkan akreditasi penuh di 16 bidang pelayanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis beban kerja perawat dalam menentukan jumlah kebutuhan perawat di ruang rawat inap Chrysant. Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi dengan mempergunakan pendekatan kuantitatif dan metode work sampling. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa beban kerja perawat sebesar 85.64%.
Awal bros hospital is a private hospital in Bekasi with an ISO 9001-2000 for quality management system and has earned full accreditation in 16 fields of services. The Purposes of this study is to analyze the workload of nurses to determine the needs of nurses in the inpatient Chrysant. This study uses a quantitative approach and observation by using the work sampling methods. Based on research results obtained that the workload of nurses are 85.64%."
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>