Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159699 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kenny Tiaksa
"Tulisan ini merupakan penjabaran tentang metodologi yang mengkombinasikan antara Lean dan Six Sigma, metodologi ini digunakan untuk merampingkan proses dan meningkatkan kualitas dalam jasa pembuatan polis asuransi pada bagian underwriting di sebuah organisasi asuransi XYZ. Penulisan ini berdasarkan sebuah project yang dilakukan di suatu organisasi asuransi.
Penulisan ini mengulas bagaimana cara untuk meningkatkan nilai sigma, dalam tulisan ini dibahas bagaimana cara untuk meningkatkan nilai sigma dari 1,60 menjadi 4,00 dengan metode Lean Six Sigma Penulisan ini diulas secara bertahap dengan langkah Six Sigma, DMAIC. Tools-tools yang digunakan merupakan kombinasi antara Lean dan Six Sigma yang digunakan sesuai kebutuhan, di mana tools-tools yang digunakan disesuaikan dengan setiap fasenya. Tulisan ini mengulas setiap langkahnya dengan jelas, mulai dari pemilihan project dilanjutkan pendefinisian dalam pelaksanaan project kemudian bagaimana cara untuk mengumpulkan dan mengolah data yang dibutuhkan untuk dilakukan analisa mencari akar permasalahan dan mencari proses yang tidak memberi nilai tambah untuk konsumen sehingga bisa didapat solusi alternatif untuk diimplementasikan dan bagian terakhir adalah cara untuk mengontrol perbaikan yang telah dilakukan Analisa dibuat dengan menggunakan kombinasi tools antara Lean dan Six Sigma untuk mendapat hasil alternatif solusi yang terbaik untuk memperbaiki akar pemasalahan yang berhasil diidentifikasi pada tahap analisa tersebut.

This research is to illuminate about methodology that combining between Lean and Six Sigma, these methodologies used to shape the process and quality improvement on creating insurance policy in XYZ insurance at underwriting division. This research based on a project that held in insurance organization. This research explain how to raise sigma value, from the project is about to increase sigma value from 1,60 to 4,00 using Lean Six Sigma method.
This research describes into some phase which each phase using Six Sigma step, DMAIC. Tools that used are combination between Lean and Six Sigma that used appropriate, where the tools that used suited to each phase. This research explain each phase clearly, start from selecting the project continue with defining the project then how to collect and calculate the data which are needed as a based for analyze to find the root causes and find the process that non-value-added for customer so that the result is alternative solution for implementing and the last phase is how to control the improvement that have been made. Analyze created using combination tools between Lean and Six Sigma to get the best alternative solution to improve from the root causes that had been identified in analyze phase.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S50278
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jaka Utama
"Peningkatan kualitas secara berkesinambungan adalah hal yang mutlak diperlukan untuk memenangkan persaingan industri. Asuransi sebagai industri jasa harus memberikan kualitas pelayanan yang baik dalam proses klaim kepada klien. Dengan menggunakan metode Lean Six Sigma yang merupakan kombinasi antara metodologi Lean Management dan Six Sigma, proses yang tidak menambah nilai di mata konsumen dapat teridentifikasi, serta variasi dari proses dapat diminimalisasi sehingga mengurangi cacat yang terdapat pada produk yang sampai kepada konsumen, dan biaya karena kualitas yang buruk dapat dikurangi.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode Lean Six Sigma untuk meningkatkan kualitas proses klaim pada Perusahaan Asuransi PT.X. Sesuai dengan Customer Critical To Quality (CTQ), kecepatan proses merupakan kebutuhan yang paling penting dari proses klaim. Dari data yang telah dikumpulkan atas indikator kinerja proses, penulis beserta tim Six Sigma menganalisa atas akar permasalahan dengan menggunakan alat-alat statistik.
Akar permasalahan yang teridentifikasi sebagai permasalahan yang paling signifikan adalah jumlah staf klaim yang kurang, tidak adanya pihak yang mengingatkan bengkel untuk segera menerbitkan invoice atas jasa perbaikan, serta staf klaim yang tidak mudah untuk memantau status klaim. Usulan perbaikan yang diajukan berdasarkan analisa tersebut antara lain: penambahan jumlah staf klaim, pembuatan aplikasi berbasis web yang dapat memungkinkan staf klaim memantau status klaim secara rinci, serta monitor secara berkala terhadap proses yang dilakukan oleh bengkel rekanan.

Continuous quality improvement is absolutely required to win in the recent industry competition. Insurance industry as a service industry has to deliver good service quality in claim processing to the insured customers. Using Lean Six Sigma Methodology, which came from the combination of Lean Management and Six Sigma method, Non-Value Adding process can be identified, and the variation of process can be minimized. Therefore, the defect delivered to the customer can be minimized and the cost of poor quality could be reduced.
In this research, the author uses the Lean Six Sigma method to improve the claim process quality in PT X insurance company. Based on Customer Critical To Quality (CTQ), the short duration of processing is the most important need required. And by the data gathered based on the performance indicator, the author and Six Sigma team analyzed the root causes using statistical tools.
The root causes identified as significant causes of long time claim processing are inadequate claim staff quantity, no reminder function for invoice issuance, and the difficulty of claim staff to view the claim?s status. The recommendations proposed based on the analysis are the addition of claim staff, building an web-based application which enables claim department to view the detail of all claims status easily, and the last is monitoring and control periodically to the process done by the repairing shop partner.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S50321
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iffa Nurafiati Hardiono
"Seiring dengan semakin menjamurnya klinik mata dan jasa kesehatan mata sejenis, marketing Klinik Mata XYZ harus meningkatkan performanya untuk dapat memenuhi target peraihan pasien yang ditetapkan manajemen. Oleh karena itu pengukuran pada aktivitas marketing perlu dilakukan untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas sebuah program marketing. Selain itu, proses marketing yang ada sekarang juga perlu ditelaah sehingga dapat diketahui akar masalah-masalah, serta diajukan usulan-usulan solusi yang akan membuat performa marketing menjadi lebih baik lagi.
Penelitian ini menggunakan metode Lean Six Sigma dalam menelaah penyelenggaraan sebuah aktivitas marketing Klinik Mata XYZ, yaitu rangkaian seminar LASIK. Penerapan Lean Six Sigma diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan seminar, atau dengan kata lain menghilangkan aktivitas-aktivitas Non Value Added di rangkaian kegiatan seminar dengan tetap mencapai jumlah peserta dan conversion rate yang diinginkan. Seminar LASIK dianggap baik apabila berpeserta lebih dari 120 orang dan setidaknya 35% dari total peserta tersebut terkonversi menjadi pasien LASIK.
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan, ternyata rangkaian seminar LASIK pada tahun 2006 baru mencapai tingkat 1.36 sigma; atau 555.555,55 DPMO. Dari data-data yang ada dilakukanlah analisis dan didapatkan beberapa akar masalah dari kurang efisien dan efektifnya sebuah penyelenggaraan seminar. Lalu diajukan usulan-usulan solusi yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas seminar LASIK.

Along with the greater presence of eye clinics and eye health services of a kind, marketing division of XYZ Eye Clinic must improve its performance in order to be able to accomplish the specified management target of patients. Therefore measurement in marketing activities requires to be done to know the efficiency and effectiveness of a marketing program. Moreover, current marketing process also needs to be analyzed with the aim of finding the root causes and recommend solution ideas that will make marketing performance better.
At this research, Lean Six Sigma method is used in improving implementation of LASIK seminar which is expected that LASIK seminar will be more efficient and effective, or in other words reducing non value added activities but still accomplishing the target of audience and conversion rate. LASIK seminar considered as good seminar when it has more than 120 audiences and at least 35% from them converted into LASIK patients.
Based on the measurement, the baseline performance of 2006 LASIK seminar only positioned at 1.36 sigma; or 555.555,55 DPMO. From the existing data, analysis is conducted then the root causes of less efficient and effective seminar found. Next, the solution recommendations are proposed to improve the efficiency and effectiveness of LASIK Seminar.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S50370
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Santoso
"Unit farmasi rawat jalan RS XYZ mengalami masalah kekosongan obat, inventory makin besar, kesalahan obat, dan waktu tunggu yang lama. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan metode lean six sigma, melalui tahapan mendefinisi, mengukur, menganalisa, memperbaiki, dan mengendalikan. Pada penelitian ditemukan defect berupa obat kosong. Disamping itu, teridentifikasi berbagai aktifitas yang merupakan pemborosan (waste) yang mengakibatkan inefisiensi. Faktor-faktor penyebabnya adalah personal, komunikasi, kebijakan / prosedur, pendidikan dan pelatihan, dan peralatan / sarana. Usulan perbaikannya berupa penerapan kanban inventory, mempersingkat proses, heijunka, mistake proofing, efisiensi SDM, dan 5S. Pada simulasi perbaikan cepat dengan menerapkan Kanban inventory untuk obat fast moving, alat dan bahan habis pakai dijadikan floor stock, serta pemberlakuan formularium, didapatkan perbaikan berupa penurunan kejadian obat kosong dan peningkatan nilai Sigma dari 3.3 ? 3.7 menjadi 3.7 - 4.3. Usulan perbaikan yang dibuat diharapkan dapat meningkatkan mutu dan efisiensi farmasi rawat jalan RS XYZ.

Outpatient hospital pharmacy units XYZ having problems emptiness drug, increase in inventories, medication errors, and long waiting times. This study is a qualitative study using lean six sigma, through the stages define, measure, analyze, improve, and control. In the study, found defects in the form of empty medicine. Alongside it, identified various activities that constitute waste which resulted in inefficiencies. Contributing factors are personal, communication, policies / procedures, education and training, and equipment / facilities. Proposed improvement is the implementation of kanban inventory, shorten the process, heijunka, mistake proofing, HR efficiency, and 5S. In the simulation using rapid improvement event by applying Kanban inventory for fast moving drugs, devices and consumables moved into floor stock, and implementation of formulary, improvement obtained in the form of decreased incidence of empty medicine and increase the value of Sigma from 3.3 - 3.7 to 3.7 - 4.3. Proposed improvements being made is expected to improve the quality and efficiency of outpatient pharmacy XYZ hospital."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46629
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukito Rini
"Peningkatan Indeks Kualitas Produk Pada Tahap Pengembangan Produk di PT. XYZ Dengan Metode Six Sigma. Tesis ini membahas penggunaan metode six sigma (DMAIC) untuk memperbaiki indeks kualitas pertama pada tahap pengembangan produk Final Engineering Piloting (FEP). Pada fase define diketahui bahwa rata-rata indeks kualitas pertama pada tahap FEP sebesar -336, 27. Pada fase measure ditemukan bahwa rendahnya indeks kualitas diakibatkan oleh permasalahan pada torso dimana gaya untuk melepas dan memasang tangan dari dan ke lower arm berada di luar spesifikasi.
Analisis menggunakan FMEA merekomendasikan agar material lower arm diganti dari PVC 85 menjadi PVC 65. Pergantian ini bisa membawa perubahan lebih baik, dan setelah perbaikan pada fase improvement didapatkan peningkatan indeks kualitas menjadi 5,46.

This paper discuss about the use of six sigma method (DMAIC) to improve first quality index during development product phase called Final Engineering Piloting. During define phase, found that average first QI FEP is -336,27. Measure phase shows that those index mostly contributed by torso problem, in which poundage to attach and detach hands to and from lower arm are out of product specification.
Analysis phase using FMEA, recommends to change material for lower arm from PVC 85 to PVC 65. This changes can improve product and after all the improvement implemented, average first quality index improve to 5,46.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T38883
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desti Setyaningrum
"Proses pemulangan pasien melibatkan peran dari berbagai bagian yang saling berkoordinasi untuk memberikan pelayanan yang terintegrasi dan aman bagi pasien. Proses yang melibatkan peran dari berbagai bagian ini menyebabkan proses pemulangan pasien menjadi rentan mengalami penundaan. Data pencatatan Unit Administrasi Rawat Inap menunjukkan lamanya waktu proses administrasi pasien pulang pada pasien asuransi dan jaminan perusahaan adalah 3 jam 39 menit. Waktu ini tidak sesuai dengan standar Kepmenkes No. 129 Tahun 2008.
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan hasil analisis dari aktivitas NVA untuk mengurangi waktu proses pemulangan pasien asuransi dan jaminan perusahaan di RS Hermina Bekasi dari perspektif provider. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif dengan melakukan observasi, wawancara mendalam, telaah dokumen serta perhitungan waktu proses pemulangan pasien.
Hasil dari penelitian ini yaitu lamanya proses pemulangan pasien asuransi dan jaminan perusahaan 4 jam 5 menit 39 detik, dengan aktivitas VA sebanyak 1 jam 19 menit 18 detik 32,3 dan aktivitas NVA 2 jam 46 menit 20 detik 67,7. Proses pemulangan pasien paling lama terjadi di Unit Administrasi Rawat Inap dengan aktivitas waste terbanyak adalah menunggu semua tindakan terinput serta menunggu persetujuan asuransi. Usulan perbaikan yang diberikan di antaranya penerapan standardize work, visual management dan penerapan Electronic Health Record.

Patients discharge process involved the role of the various parts coordinating each other to provide an integrated and safe service for the patient. The process that involved the role of these various parts caused the discharge process became susceptible to delay. Time response record data in the Inpatient Administration Unit indicated the length of time the patient 39s administration process returned to the insurance patient and the company 39 s guarantee is 3 hours 39 minutes. This time is not in accordance with Kepmenkes. 129 Year 2008 which states that the speed of time giving information about the patient billing is less than 2 hours.
The purpose of this research was to get the result of analysis from activity or process of non value added to decrease the time of discharge process of patient insurance and company guarantee at RS Hermina Bekasi. This research used qualitative and quantitative method by observation, in depth interview, document review and time calculation at 30 cycle of patient's discharge processes.
The results of this study was the length of the process of returning insurance patients and corporate guarantees 4 hours 5 minutes 39 seconds, with value added activities of 1 hour 19 minutes 18 seconds 32.3 and non value added activities 2 hours 46 minutes 20 seconds 67, 7. The longest discharge process time occured in the Inpatient Administration Unit with the most waste activity was waiting for all actions inputed and wait for insurance approval. Proposed improvements include the implementation of standardize work, visual management and application of Electronic Health Record EHR.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pinem, Matias Bremenda
"Keinginan meningkatkan kinerja proses pembuatan Weight A Steering Handle menjadi dasar yang didukung oleh data yang menunjukan besarnya tingkat defect yang dihasilkan proses. Mayoritas jenis defect yang ditimbulkan dari proses berupa defect yang bersifat visual. Tujuan dari penulisan skripsi ini tiada lain untuk mencari solusi yang tepat dalam mengurangi defect.
Skripsi ini menjelaskan bagaimana metoda Six Sigma digunakan dalam memperbaiki proses dalam pembuatan Weight A Steering Handle yang diproduk oleh PT.XYZ. Penerapan metoda DMAIC sebagai inti dari Six Sigma diharapkan akan memberi dampak positif berupa berkurangnya defect yang secara tidak langsung akan menekan biaya kerugian yang ditimbulkan akibat defect.

A longing for a better process performance in producing Weight A Streering Handle become a basic thinking beside data that show how significant the defect rate that the process have. The most defect that the process have is defect in visual area. The aim of this report is explain how to find the right solution in decreasing the defects.
This report will explain how the Six Sigma method implement in reducing defect in producing Weight A Steering Handle by PT.XYZ. Implementation of the DMAIC method as a core of the Six Sigma hopefully will bring a positive effect to the process performance shown by decreasing in defect which will effect in reducing the cost of quality.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52129
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiyana Puji Lestari
"Pada perusahaan yang telekomunikasi bergerak di bidang jasa kualitas layanan dan kepuasan pelanggan menjadi faktor penting. Untuk mencapai kualitas layanan yang lebih baik dan meningkatkan kepuasan pelanggan, perusahaan harus mengacu pada nilai harapan pelanggan. Suatu perbaikan untuk peningkatan kualitas layanan dan kepuasan pelanggan dapat dilakukan dengan mengimplementasikan metode lean six sigma dan metode quality function deployment (QFD) yang penerapannya dilakukan secara sistematis dan terstruktur yang dapat digunakan untuk memproses dan menerjemahkan suara pelanggan menjadi dimensi kualitas layanan dan dimensi penilaian kualitas pelayanan menurut pelanggan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dimensi yang paling berpengaruh terhadap penilaian kualitas layanan dan penilaian kualitas pelayanan menurut pelanggan berdasarkan nilai suara pelanggan adalah dimensi kualitas jaringan, dimensi kualitas layanan dari penilaian pelanggan, dimensi responsif, dimensi keandalan dan dimensi empati. Pada perbaikan dengan pendekatan menurut nilai gap internal perusahaan didapatkan skenario 1 dapat dipilih menjadi alternatif perbaikan dengan peningkatan kepuasan pelanggan menjadi 80% karena perbaikan tersebut sesuai dengan kebutuhan pelanggan berdasarkan suara pelanggan. Untuk perbaikan dengan pendekatan berdasarkan gap terhadap nilai kompetitor didapatkan perbaikan skenario 1 dapat dipilih menjadi alternatif perbaikan karena nilai kepuasan pelanggan meningkat menjadi 86% dan perbaikan sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

In service companies such as telecommunication providers, service quality and customer satisfaction are important factors. To achieve better service quality and increase customer satisfaction, service companies must refer to the nilai of customer expectations. An improvement for service quality and customer satisfaction can be done by implementing the lean six sigma method and the quality function deployment (QFD) method which is implemented in a systematic and structured manner that can be used to process and translate the voice of customer (VOC) into a dimension of service quality and dimensions of service quality assessment according to customers. The results of this study will indicate the most influential dimensions on service quality assessment and service quality assessment according to customers based on VOC nilais. These nilais are network quality, service quality from customer assessments, responsive, reliability and empathy dimensions. In the improvement approach based on the nilai of the companys internal gap, scenario 1 can be chosen as an alternative improvement which increases customer satisfaction to 80% because the improvement is in accordance with customer needs based on the voice of the customer. To improve the approach based on the gap to the competitors score, the improvement in scenario 1 can be chosen as an alternative improvement because the nilai of customer satisfaction increases to 86% and the improvement is in accordance with customer needs."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renaldhi Dwidinda Suharno
"Produksi kemasan plastik yang kualitas sangat penting bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan jika produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang sudah ditentukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi kerugian yang terjadi karena adanya produk cacat pada produk kemasan Agar-agar. Metode Six Sigma melalui tahapan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control) dipakai untuk mencari solusi dan memperbaiki kualitas produk. Berdasarkan perhitungan terhadap data produk cacat, diketahui bahwa cacat Tonjolan Pinggir, cacat Keriput, dan cacat Pitch Unstd merupakan tiga jenis cacat dengan jumlah dan persentase tertinggi. Pada tahap measure didapatkan nilai DPMO (Defects Per Million Opportunities) sebesar 32707,271 unit defect dengan nilai sigma sebesar 3,34. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) digunakan untuk mengetahui risiko potensi kegagalan dari faktor yang mendapat bobot nilai tinggi.
Setelah dilakukan perbaikan, nilai DPMO turun menjadi 7272,111 unit defect dan nilai sigma naik menjadi 3,94 sigma. Perubahan nilai sigma yang terjadi sebesar 0,60. Tahap control dapat dilaksanakan dengan adanya rancangan perbaikan serta sebuah pemeriksaan setiap prosesnya agar jumlah cacat produk terus berkurang. Rancangan perbaikan pendekatan 5S berupa standar kerja check sheet maintenance pada Mesin Tandem Laminasi dan standar kerja work station di proses laminasi. Setelah dilakukan perbaikan, hasil menunjukan penurunan jumlah dan pesentase defect, dimana sebelumnya mencapai angka sebesar 5,89% menuju 1,31%.

The production of quality plastic packaging is very important for companies to gain benefits that can be obtained if the quality of the product complies with the prescribed standards. This study aims to reduce losses that occur due to the presence of defective products in Jelly packaging products. Six Sigma methods through DMAIC stages (Define, Measure, Analyze, Improve, and Control) are used to find solutions and improve product quality. Based on the calculation of defective product data, it is known that Uneven surface defects, wrinkled defects, and Pitch Unstd defects are the highest number of defects. In the measure phase, the DPMO (Defects Per Million Opportunities) value were 32707.271 defect units with a sigma value of 3.34. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) is used to determine the potential risk of failure from a factor that gets a high value.
After repairs, the DPMO value drops to 7272.111 defect units and the sigma value rises to 3.94 sigma. Changes in sigma values that occur amounted to 0.60. Control can be done with the inspection and checks in each process so that the number of defects can continue to decrease. Improvements use the 5S approach in the form of a work standards check sheet maintenance on the Tandem Lamination Machine and work standard of work station in the lamination process. After improvement, the results show a decrease in the number and percentage of defects, which previously reached a number of 5.89% towards 1.31%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Turnip, P.G. Raymond
"Tesis ini membahas perbaikan level kualitas proses pembelian di PT. XYZ dengan menggunakan metode Six Sigma. Pada penelitian ini pendekatan Six Sigma diaplikasikan menggunakan lima fase dalam DMAIC yaitu Define, Measure, Analyze, Improve dan Control untuk mengontrol dan meningkatkan level kualitas pembelian. Dari fase Define diketahui bahwa permasalahan adalah tingginya pembelian barang utama yang spesifikasi (specification), jadwal kedatangan (time), jumlah barang, dokumen dan kemasan yang tidak sesuai dengan ekspektasi pelanggan. Dari fase Measure diketahui bahwa kondisi awal level kualitas pembelian adalah 6002 DPMO atau 4.01 Sigma.
Dari hasil pareto pada fase Analyze diketahui bahwa cacat yang paling dominan adalah cacat specification dan time, sehingga kedua cacat tersebut menjadi prioritas untuk melakukan perbaikan mengurangi cacat pada proses perbaikan level kualitas pembelian. Dari diagram fishbone diketahui bahwa akar permasalahan adalah spesifikasi material grindstones kurang tinggi, spesifikasi material wire kurang tepat dan permintaan pembelian (UR) terlambat masuk ke bagian Purchasing.
Dari analisis FMEA pada fase Improve, diketahui bahwa permasalahan spesifikasi material grindstones dengan nilai RPN sebesar 576, menjadi prioritas tertinggi pertama, permasalahan spesifikasi wire dengan nilai RPN sebesar 432 menjadi prioritas kedua dan permasalahan keterlambatan Oks paint dengan RPN sebesar 280 menjadi prioritas ketiga untuk melakukan perbaikan.
Tindakan perbaikan yang direkomendasikan adalah melakukan proses pengadaan grindstones dan wire yang spesifikasinya lebih tinggi dari current condition dan pembuatan berikut sosialisasi lead time standard pembelian Oks paint.

The focus of this research is to improve the quality level of purchasing at PT. XYZ based on Six Sigma. In this method, Six Sigma approach is applied using five steps, called DMAIC defined in Six Sigma, to define, measure, analyze, improve and control the quality of the purchasing process aiming at enhance the quality level of the purchasing process. In the Define phase, the main problems is the high purchase items which specification, time arrival, quantity mistakes, document mistakes and packaging that do not match customer expectations. In the Measure phase, data obtained that current quality level of purchasing is 6002 DPMO or 4.01 Sigma.
From pareto diagram in the Analyze phase, data obtained that the most dominant defect are specification and time so that both the flaw to be a priority to make improvements to reduce defects in the process of the improvement of the quality level of purchasing. By using Fishbone diagram is known that the root cause is the lack of high-specification material grindstones, wire less precise material specifications and user request (UR) late entry into the Purchasing.
By using FMEA analysis of the Improve phase, the data obtained that the problem of material specifications grindstones with RPN score of 576, the highest priority first need immediate improvement. The wire specification problem with RPN score of 432, the second priority for improvement, and Oks paint time problem with RPN score of 280 is the third priority for improvement.
Recommended corrective action is to conduct the procurement process grindstones and wire whose specification is higher than the current condition, and calculate and socialization lead time standard of Oks paint.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>