Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2027 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Martin, Anthony Dio
Jakarta: Gramedia, 2006
152.4 MAR s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Martin, Anthony Dio
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006
152MARS001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Martin, Anthony Dio
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006
152MARS002
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Martin, Anthony Dio
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006
152MARS003
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
"Pendidikan tingkat menengah mempunyai tanggung jawab untuk mempersiapkan sebagian siswanya memasuki jenjang perguruan tinggi, sedangkan sebagian yang lain untuk langsung terjun ke dunia pekerjaan. Untuk dapat sukses pada kedua ranah tersebut, tidak hanya ilmu pengetahuan dan keterampilan terkait pekerjaan yan dibutuhkan, tetapi juga keterampilan untuk dapat berinteraksi dengan orang lain. Mengasah kecerdasan emosi, adalah salah satu cara untuk membina keterampilan ini. Individu dengan emosi yang cerdas, akan mengenali emosi yang ada pada dirinya dan orang lain, membedakan satu emosi dengan yang lainnya, serta menggunakan informasi tersebut sebagai panduan dalam berpikir dan bertindak. Dengan kata lain, kecerdasan emosi penting untuk menciptakan individu yang sadar akan peran dan fungsinya di dalam masyarakat. Kesadaran ini, diharapkan akan mampu mendorong individu tersebut untuk berkarya bagi dirinya dan orang lain, yang pada akhirnya akan mendongkrak nilai jual dan daya saing Indonesia di mata dunia. Walaupun sebaiknya dimulai sedini mungkin, pembahasan kecerdasan emosi sangat baik untuk difokuskan pada tingkat sekolah menengah. Hal ini karena permasalahan remaja banyak berkaitan dengan emosi dan pengelolaannya. Makalah ini mencoba menyajikan usulan untuk meningkatkan kecerdasan emosi remaja terutama pada tingkat sekolah menengah. "
Lengkap +
330 ASCSM 7 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Eka Putri
"Counterproductive work behavior (CWB) merupakan perilaku secara sengaja untuk membahayakan organisasi dan orang lain di dalamnya yang dapat meningkatkan kerugian organisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kecerdasan emosi memediasi hubungan antara trait mindfulness dengan CWB. Responden penelitian ini terdiri dari 134 pria dan 176 wanita (N = 310) yang bekerja penuh waktu. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mindfulness Attention Awareness Scale (MAAS), Wong and Law Emotional Intelligence Scale (WLEIS), dan CWB-Checklist (CWB-C). Berdasarkan hasil analisis, terdapat indirect effect (ab = -.046, p < .01) dan direct effect (c = -.225, p < .01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan emosi memediasi secara parsial hubungan antara trait mindfulness dengan CWB.

Counterproductive work behavior (CWB) is behavior intends to harm organization and other people inside it that increased organizational loss. The purpose of this study is to find out whether emotional intelligence mediates the relationship between trait mindfulness and CWB. Respondents of this study consist of 134 men and 176 women (N = 310) who work full-time. Instruments used in this study are Mindfulness Attention Awareness Scale (MAAS), Wong and Law Emotional Intelligence Scale (WLEIS), dan CWB-Checklist (CWB-C). Based on the result of analysis, there is significant indirect effect (ab = -.046, p < .01) and direct effect (c = -.225, p < .01). It has shown that emotional intelligence partially mediates the relationship between trait mindfulness and CWB."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauza Qurrotu Aini
"Emosi sebagai salah satu faktor yang menentukan perilaku manusia sudah banyak diketahui dari pengalaman sehari-hari, misalnya dengan bergembira maka segala sesuatu yang dikerjakan akan baik hasilnya, dalam kesedihan maka pekerjaan menjadi kacau (Amold dalam Markam, 1992). Namun apabila seorang remaja akhir mempunyai kecerdasan pada dimensi emosionalnya, maka ia akan mampu mengendalikan reaksi atau perilakunya (Epstein dalam Achir, 1988). Menurut Goleman (1995) kecerdasan emosi yang baik akan mengontrol agresivitas remaja.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai kecerdasan emosi dan agresivitas pada remaja akhir, hubungan antara kecerdasan emosi dengan agresivitas, pengaruh dari dimensi-dimensi kecerdasan emosi terhadap agresivitas, serta perbedaan kecerdasan emosi dan agresivitas pada remaja akhir laki-laki dan perempuan. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan tehnik incidental sampling, jumlah subyek 92 orang siswa-siswi SMA yang berada pada tahapan perkembangan remaja akhir.
Alat ukur yang digunakan adalah Emotional Intelligence Inventory (Eli) dan Aggnession Questionnaire (AQ). Pengujian validitas alat ukur dilakukan dengan expert judgement dap Pearson Product-Moment Correlation, sedangkan uji reliabilitas dilakukan dengan Coefficient Alpha dengan indeks reliabilitas Eli sebesar .9191 dan AQ sebesar .8333.
Hasil penelitian secara umum ada hubungan negatif antara kecerdasan emosi dengan agresivitas pada remaja akhir, artinya semakin tinggi kecerdasan emosi pada remaja akhir maka agresivitasnya akan semakin rendah, serta ditemukan adanya pengaruh dimensi-dimensi kecerdasan emosi terhadap agresivitas. Namun hanya dimensi empati (empathy), kesadaran diri (self awareness) dan kontrol diri (self controf) yang mempunyai pengaruh terbesar dalam mengontrol atau mengurangi agresivitas, dengan kata lain peningkatan pada dimensi empati, kesadaran diri dan kontrol diri, sangat berpengaruh dalam mengontrol agresivitas. Sedangkan dimensi motivasi diri dan keterampilan sosial mempunyai pengaruh kecil terhadap agresivitas. Dari analisa tambahan, ada perbedaan kecerdasan emosi dan agresivitas pada remaja laki-laki dengan perempuan.
Saran yang diajukan perlu adanya suatu program pelatihan untuk siswasiswi yang berusaha mengembangkan keterampilan-keterampilan emosi, disesuaikan dengan situasi sekolah, rumah dan masyarakat."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3449
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kecerdasan emosi (EQ) menyumbang 80% dalam menentukan keberhasilan seseorang. Kecerdasan emosi dikembangkan dalam 3 wadah yaotu: keluarga, sekolah dan masyarakat, dan para ahli sepakat bahwa keluargalah yang sangat berpangaruh terhadap perkembangan anak. Untuk itu, perlu dicari hubungan antara sehattidaknya fungsi di dalam keluarga (APGAR keluarga) dengan kecerdasan emosi remaja di dalam keluarga tersebut, Penlitian dilakukan secara observasional dengan rancangan peneltian cross-sectional. Sampel penelitian dipilih secara simple random sampling dari populasi di SMU Negeri 1 Kasihan Bantul. Instrumen penelitian untuk dinilai kecerdasan emosi menggunakan BarOn Emotional Quotient Inventory Version dan penelaian fungsi keluarga menggunakan instrumen Family APGAR dari Gabriel Smilkstein, yang telah dialibahasakan. Analisi data untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel di atas menggunakan uji Pearson. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa APGAR keluarga mempunyai hubungan kolerasi (r=0.460) yang bermakna (p<0,05) dengan kecerdasan emosi remaja di keluarga tersebut.Disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara APGAR Keluarga dengan Kecerdasan Emosi remaja."
Lengkap +
610 MUM 10:2(2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yanthi Haryati
"Pelanggaran disiplin sekolah menjadi masalah yang kerapkali dilakukan oleh remaja. Bentuk peianggaran disiplin sekolah yang dilakukan dapat berupa: agresi fisik, contohnya pemukulan, perkelahian, dan perusakan; kesibukan berteman saat guru mengajar, mencari perhatian, seperti mengedarkan tulisan, atau gambar-gambar dengan maksud mengalihkan perhatian dari pel^aran; menentang wibawa guru, misalnya tidak mau menurut, memberontak, memprotes dengan kasar, dan mencari perselisihan dengan mengkritik, menertawakan dan mencemooh, merokok, datang terlambat, membolos, kabur dari kelas, mencuri, menipu, berpakaian tidak sesuai dengan ketentuan, memeras, minum minuman keras dan menggunakan obat-obat terlarang (Kooi dan Schutx dalam Sukadji 2000).
Bahkan masalah yang berhubungan dengan sekolah menjadi salah satu masalah besar dalam rentang masa remaja selain obat-obatan terlarang, kehamilan remaja, dan delinkuensi. Banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya peianggaran disiplin sekolah, salah satunya adalah sejauh mana kesesuaian perilakunya dengan keterampilan-keterampilan kecerdasan emosi menurut Goleman. Begitu juga menurut Gunarsa & Gunarsa (2003) dan Sarwono (2003) yang menyatakan bahwa faktor pribadi merupakan salah satu dari penyebab terjadinya permasalahan remaja. Penelitian dilakukan melalui pendekatan kuantitatif terhadap 100 orang siswa SXM yang berada di wilayah Depok, Jawa Barat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signitikan antara kecerdasan emosi dan peianggaran disiplin sekolah. Arah hubungannya negatif, artinya semakin tinggi kecerdasan emosi semakin rendah peianggaran disiplin sekolah. Beberapa ranah dalam kecerdasan emosi yang berhubungan dengan peianggaran disiplin sekolah adalah kemampuan mengenali emosi diri, mengelola emosi dan kemampuan mengenali emosi orang lain. Sedangkan unluk ranah kemampuan memotivasi diri dan membina hubungan dengan orang lain tidak ada hubungan dengan peianggaran disiplin sekolah.
Saran yang diberikan adalah perlu adanya peningkatan keterampilan kecerdasan emosi pada siswa sehingga dengan demikian remaja dapat terbantu dalam mencapai tugas-tug£is perkembangannya dan turut membantu terciptanya kegiatan belajar yang baik. Perlu diperhatikan pula hal-hal lain yang menjadi faktor penyebab terjadinya pelanggaran disiplin sekolah misal faktor keluarga, faktor pengaruh peer-group, faktor sosial ekonomi dan faktor lingkungan, sehingga para remaja sebagai harapan bangsa dapat mencapai identitas diri yang positif dan mereka akan tiba di masa dewasa yang dapat memberi kontribusi yang mulia untuk kesejahteraan bangsanya."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S2878
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hidayat
"Tema penelitian ini berangkat dari ketertarikan peneliti terhadap hasil penelitian sebelumnya oleh Molina (2006) yang menungkapkan bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya pada remaja yang mengikuti program homeschooling ternyata kurang optimal. Berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti memiliki asumsi awal bahwa jika interaksi sosial dengan teman sebaya kurang optimal, maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap kecerdasan emosionalnya. Penelitian ini kemudian dilakukan untuk meneliti perbedaan kecerdasan emosional pada remaja yang mengikuti program homeschooling dengan remaja yang mengikuti sekolah formal biasa. Untuk mengetahui skor kecerdasan emosional dari kedua kelompok yang diteliti maka digunakanlah alat ukur Inventori Kecerdasan Emosional yang dikembangkan oleh Lanawati (1999).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan skor kecerdasan emosional yang signifikan antara remaja yang mengikuti program homeschooling dengan remaja yang mengikuti sekolah formal biasa. Perbedaan skor tersebut jika dilihat dari nilai rata-ratanya, maka diperoleh data bahwa skor kecerdasan emosional remaja yang mengikuti program homeschooling secara umum lebih rendah dibandingkan dengan yang mengikuti sekolah formal biasa. Selanjutnya melalui penelitian ini juga didapatkan hasil berupa tidak adanya perbedaan yang signifikan pada dimensi social skills diantara kedua kelompok yang diteliti.

This theme come from researcher interest to the result of previous research by Molina (2006) that social interaction in adolescent who followed homeschooling programme were not optimal. Based on it, researcher assume that if the social interaction were unoptimal and so the emotional intelligence. The research objective is to find out the difference of emotional intelligence between homeschooled adolescent and formal schooled adolescent. This reseach used Emotional Intelligence Inventory developed by Lanawati (1999) to score.
The result shows that there were significant differentiation between homeschooled adolescent and formal schooled adolescent. According to the average score, the homeschooled adolescent score is lower than formal schooled adolescent score. Another result is that there is no significant differentiation in social skill dimentions between the two groups.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>