Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anitta Florences Stans Paulus
"TUJUAN : untuk mendapatkan nilai keandalan, kesahihan, sensitivitas dan spesifisitas skala Receptive Expressive Emergent Language (REEL) modifikasi sebagai alat penyaring keterlambatan bahasa anak usia 18 sampai 36 bulan, serta mendapatkan gambaran nilai kemampuan bahasa anak. METODE: 96 subyek untuk tiap kelompok jenis kelarnin dipilih deogan randomisasi bertahap dengan probability proportional to size. Lokasi penelitian adalah wilayah urban di Jakarta Pusat juga dipilih dengan metode yang sarna. Subyek adalah anak yang diperika dengan Milestone in Child Development (MCD), dan pelaku rawat yang meogisi kuesioner REEL- 3 pada saat yang sarna. Nilai mentah dikonversi menjadi nilai kemampuan bahasa dan dikategorikan sebagai perkembangan normal atau terlambat. Keandalan internal dinilai dngan alfa Cronbach. Hasil REEL-3 dibandingkan hasil MCD untuk meoilai kesahihan ekstemaJ, seositivitas dan spesifisitas REEL- 3 modifikasi. HASn.. : REEL-3 modifikasi mempunyai nilai keandalan tertinggi (a = 0,95 receptif laki-Iaki, a = 0,97 receptif perempuan, a = 0,93 ekspresif laki-Iaki, a = 0,96 ekspresif perempuan, a= 0,95 kemampuan bahasa total (KBT) laki-Iaki, and a = 0,96 KBT perempuan). Nilai kesahihan yang didapat juga tinggi (kesahihan internal r = 0,94, p=0,05 n=I92, kesahihan ekstemal r= 0,92, p=0,05 0=192). Sensitivitas sebagai instrument penyaring adalah 92% dan spesifisitas 76%. Nilai titik potoog 101 untuk receptive laki-Iaki, 114 reseptif perempuan, 96 untuk ekspresif laki-laki, 108 ekspresif perempuan, 97 KBT laki-laki dan III KBT perempuan. Rerata receptif laki-laki I04±14, l05±13 perempuan, ekspresif laki-laki lOO±12, 102±12 ekspresif perempuan, KBT laki-laki l02±14, KBT perempuan 104±14."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T59006
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiur Farida I.S.
"Tujuan : Mengetahui pengaruh LASER tenaga rendah, latihan isometrik tangan dan that rutin pada pasien artritis rematoid (AR) tangan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan lingkup gerak sendi metacarpofalangeal.
Desain : Pra dan parka perlakuan.
Tempat : Polildinik Rehabilitasi Medik Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Perjan RS dr Ciptomangunkusumo Jakarta
Subyek : Dua puluh lima pasien wanita yang menderita artritis rematoid tangan di RS dr Cipto Mangunkusumo.Enam orang tidak termasuk dalam kriteria inklusi,dua orang mengundurkan diri dari penelitian.
Intervensi : Antara bulan Juli-November 2004, tujuhbelas wanita dengan artritis reumatoid tangan yang masuk dalam kriteria inklusi dilakukan terapi LASER tenaga rendah, latihan penguatan isometrik pads otot tangan dan obat rutin selama empat minggu.
Hasil : Hasil penelitian selama empat minggu adanya penurunan nyeri sendi MCP diukur dengan Visual Analog Seale ( VAS) yang bermakna (p<0,001 )dan peningkatan lingkup gerak sendi metacarpofalangeal yang bermakna (p< 0,00 I)
Kesimpulan : Terapi LASER tenaga rendah dengan latihan penguatan isometrik otot tangan dan obat rutin dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan lingkup gerak sendi metacarpofalangeal pads pasien dengan artritis rematoid tangan.

Objective : To evaluate the influence of low level LASER therapy,isomertric hand strengthening and routine medications in patient with hand rheumatoid arthritis (RA) to reduce pain and increase the range of motion of the metacarpophalanges ( MCP ).
Design : Pre and post treatment.
Setting : Medical Rehabilitation policlinic, Physical Medicine and Rehabilitation Departement Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta.
Participants : Twenty five female patients with hand rheumatoid arthritis in Cipto Mangunkusumo Hospital. Six subjects did not meet the inclusion criteria, two subjects dropped out from the study.
Intervention : Between July and November 2004, seventeen female patients with hand rheumatoid arthritis, who were classified in the inclusion criteria were given low laser LASER therapy, isometric hand srengthening exercise and routine medications for four weeks.
Results : After four weeks of intervention there was significant decrease on MCP joint pain, marked by decrease in Visual Analog Scale ( VAS ) (p<0,001) and significant increase of MCP range of motions (p< 0,001 )
Conclusion : Low level LASER therapy combine with isometric hand strenghthening exercise can reduce pain and increase the MCP range of motions in patients with hand rheumatoid arthritis.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58453
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Alamsyah
"Tujuan : Mengetahui pengaruh latihan pernapasan diafragma diikuti atau tanpa latihan sepeda statik terhadap tingkat kebugaran pasien asma persisten sedang.
Disain : Uji klinis paralel membandingkan dua perlakuan kelompok kasus diberikan latihan pernapasan diafragma (LPD) diikuti latihan sepeda statik, sedangkan kelompok kontrol hanya diberikan LPD saja.
Tempat : Departemen Rehabilitasi Medik FKUI Perjan RSCM Jakarta.
Subyek : 57 pasien asrija persisten sedang dari Poli AIergi-Imunologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI - Perjan RSCM
Intervensi : Antara bulan Januari 2005 sampai dengan Maret 2005. Empat puluh dua pasien asma persisten sedang yang masuk dalam !criteria inkiusi dibagi dalam dua kelompok (kasus dan kontrol). Melakukan LPD tiga kali seminggu dengan latihan atau tanpa latihan erobik disertai pengawasan selama enam minggu. Hasil peningkatan VO2maks antara kedua kelompok dibandingkan pada akhir penelitian.
Hasil : Hasil penelitian selama enam minggu menemukan adanya peningkatan VO2maks yang bermakna (p <0,01) baik pada kelompok kasus dan kelompok kontrol. Demikian juga dijumpai perbedaan yang bermakna (0,0218) pada selisih kenaikan VO2maks pada kedua kelompok.
Kesimpulan : Latihan pernapasan diafragma diikuti latihan erobik meningkatkan kebugaran fisik pasien asma persisten sedang lebih baik dibandingkan hanya diberikan LPD saja.

Objective : To know the influence diaphragm breathing exercise with or without ergometer cycle exercise toward level of physical fitness of moderate asthma persistent patient.
Design : Paralel clinical test compare two interventions. Case group is given diaphragm breathing exercise with ergometer while control group is given diaphragm breathing exercise only.
Setting : Department of Medical Rehabilitation FMITI Jakarta.
Subject : 57 patient of moderate asthma persistent from Allergic-Immunologic Department of Internist FMUI - Cipto Mangunkusumo Hospital.
Intervention : Between January 2005 up to March 2005. 42 moderate asthma persistent patients which fulfill the condition are divided into two groups (case and control). Perform diaphragm breathing exercise with or without ergometer cycle exercise with supervision for six weeks. The result of V02max increment is compare at the end of the research.
Result : In the result of research for six weeks we find V02max significant increment (p <0.01) in two groups. We also find V02max significant (p <0.0218) increment in different increment in two groups.
Conclusion : Diaphragm breathing exercise with ergometer cycle exercise increase the level of physical of fitness moderate asthma persistent patient is better than diaphragm breathing exercise only.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58468
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Setianing
"Latar belakang & tujuan: Paniang otot hamstring pada anak usia sekolah belum pernah diperiksa di Indonesia. Sit & reach test (SRT) seringkali dipakai untuk ini mengukur fleksibilitas punggung bawah dan otot hamstring. Tujuan penelitian adalah untuk (1) mengukur panjang otot hamstring dengan SRT dan mengukur hip joint angle (HJA) pada anak sekolah. (2) mengetahui hubungan antara SRT dan HJA (3) mengetahui perbedaan hasil kedua pengukuran diantara jenis kelamin. Subyek. Terdiri dari 136 anak sekolah dasar ( 71 laki-laki, 65 perempuan). Metode: Tiap anak diperiksa SRT, dan pada posisi akhir SRT dicatat nilai HJA menggunakan inklinometer yang diletakkan di atas tulang sakrum. Hasil Penelitian: Nilai rerata SRT adalah 22 cm dan nilai rerata HJA adalah 77 derajat. Terdapat korelasi negatif antara SRT dan HJA (-0.105). Tidak ada perbedaan yang bermakna pada nilai SRT dan HJA antara anak laki-laki dan perempuan. Kesimpulan & Diskusi: Terdapat pemendekan otot hamstring pada rerata subyek penelitian. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara SRT dan HJA karena pada penelitian ini tidak ada batas minimal nilai SRT subyek. Perbedaan ras antara subyek penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, juga mengakibatkan perbedaan proporsi antropometrik. Sedangkan pada anak laki-laki dan perempuan tidak didapatkan perbedaan panjang otot hamstring yang bermakna, karena memiliki faktor antropometrik yang hampir sama. Untuk mengukur panjang otot hamstring, lebih dianjurkan untuk mengukur HJA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58447
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meliana Sudirgo
"JuduJ : Mengetahui ketelitian dan ketepatan alat EN Tree dibandingkan dengan alat NK
Table dalam menilai kekuatan otot kuadriseps dengan metoda 10 RM
Tujuao : Membuktikan alat EN Tree dan alat NK Table memiliki kemampuan yang sarna
dalam menilai kekuatan otot kuadriseps.
Disain : Uji diagnostik
Tempat Penelitiao : IRM-RSUPN eM
Peserta : 30 mahasiswi D3 Rehabilitasi Medik FKUI.
Perlakuao : Masing-masing peserta dilakukan penilaian kekuatan otot kuadrisers dengan
metoda 10 RM pada alat EN Tree tiga kali dan alat NK Table tiga kali.
Hasil Penelitian : Dilakukan uji statistik independent samples t test dengan membandingkan
luas di bawah kurva yang mewakili total gaya yang dikeluarkan otot kuadrisep pada alat EN
Tree dengan NK table, dan diperoleh basil significant (2-tailed) = 0,106 (p> 0,05).Nilai ini
menyatakan luas di bawah kurva yang mewakili total gaya yang dikeluarkan otot kuadrisep
pada alat EN Tree tidak berbeda bennakna dibandingkan dengan NK table.
Kesimpulan : alat EN Tree dan alat NK Table memiliki kemarnpuan yang sarna dalam
menilai kekuatan otot kuadriseps."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T58776
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Risma
"Tujuan: Untuk mengetahui nilai torque konsentrik otot invertor/evertor dan nilai vertical jump, agility, cooper test sebagai hasil latiban isokinetik dengan kecepatan 60/detik dibandingkan dengan kecepatan 120/detik. Disain : Uji klinik eksperimental paralel membandingkan latihan isokinetik otot invertor/evetor antara kecepatan 60%detik dengan kecepatan 120°/detik pada atlit sepak bola dengan ankle sprain kronis. Tempat Penelitian : Instalasi Rehabilitasi Medik, ruang Cybex, lantai III RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan Universitas Negeri Jakarta. Peserta: 28 orang atlit sepak bola dengan ankle sprain kronis. Perlakuan : Penelitian ini membagi dua kelompok dengan cara randomisasi sederhana, dimana kelompok I terdiri dari 14 orang (kecepatan 60°/detik) dan kelompok II terdiri dari 14 orang (kecepatan 120/detik) melakukan program latihan isokinetik menggunakan alat Cybex dinamometer tiga kali seminggu selama empat minggu. Hasil Penelitian : Didapatkan nilai torque untuk kelompok I (kecepatan 60°/detik) lebih besar dibandingkan dengan nilai torque pada kelompok II (kecepatan 120%detik). Sedangkan untuk penilaian kondisi fisik atlit didapatkan peningkatan yang bermakna nilai vertical jump dan peningkatan yang tidak bermakna pada agility dan cooper test untuk masing-masing kelompok. Kesimpulan : Terdapat peningkatan kekuatan otot (A) invertor dan evertor yang lebih besar pada latihan isokinetik dengan kecepatan 60°/detik dibandingkan latihan isokinetik dengan kecepatan 120°/detik. Didapatkan peningkatan nilai vertical jump yang bermakna (p <0,05) untuk masing-masing kelompok. Tidak terdapat peningkatan yang bermakna (p >0,05) untuk nilai agility dan cooper test untuk masing-masing kelompok."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58464
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Lekonardo Rantung
"TUJUAN: Tujuan penelitian ini adalah menyatakan panjang jarak tempuh uji jalan 6 menit penderita gagal jantung klasifikasi NYHA I dan NYHA II, serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap panjangjarak tempuh uji jalan 6 menit tersebut.
METODE: Subyek penelitian adalah penderita gagal jantung klasifikasi NYHA I dan II.
Dilakukan pemeriksaan awal berupa indeks massa tubuh, tekanan darah, denyut nadi,
saturasi 02 dan skala Borg (modifikasi) pra uji jalan 6 menit. Saat berjalan subyek menggunakan pulse oxymetri Wltuk memantau denyut nadi dan saturasi 02 nya. Tekanan darah, denyut nadi, saturai 02 dan skala Borg (modifikasi) diukur kembali setelah uji jalan 6 menit. Pengukuran terhadap hasil jarak tempuh uji jalan 6 menit.
HASIL: Terdapat 50 subyek penelitian terdiri dari 26 perempuan dan 24Iaki-Iaki. Rerata panjang jarak tempuh uji jalan 6 menit penderita gagal jantWlg NYHA I adalah 318,08 ± 55,54 meter dan NYHA II 224,68 ± 33,82 meter. Terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok NYHA I dan II (P=O,OOO). Pada kelompok perempuan rerata panjang jarak tempuh uji jalan 6 menit adalah 249,39 ± 57,33 meter dan laki-laki 295,21 ± 66,65 meter. Terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok perempuan dan laki-Iaki(p=O,012). Pada kelompok umur dan lMT tidak terdapat perbedaan rerata panjang jarak tempuh ujijalan 6 menit yang bermakna.
SIMPULAN: Rerata panjang jarak tempuh uji jalan 6 menit penderita gagal jantung
NYHA I sebesar 318,08 meter dan NYHA II sebesar 224,68 meter, serta faktor yang
berpengaruh terhadap panjang jarak tempuhnya adalah jenis kelamin."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T58783
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Tresia Fransiska U
"Objektif : Untuk menilai efikasi latihan pemapasan menggunakan incentive spirometry
terhadap kemampuan inspirasi maksimal, skala derajat sesak (skala BORG), kapasitas
fungsi paru dan kualitas bidup (SGRQ) pada penderita penyakit paru obstruksi kronik
(PPOK).
Desain : Studi intervensi pre dan post eksperimental pada grup kasus dan kontrol.
Tempat : Departemen Rehabilitasi Medik dan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
subdivisi Pulmonologi FKUI, RSUPNCM. Instalasi Rehabilitasi Medik RS Persahabatan,
Jakarta.
Metode : Total 20 pasien PPOK derajat sedang dibagi menjadi 2 grup : grup kontrol ( 10
orang ) dan grup kasus ( 10 orang ). Semua subjek dilakukan pemeriksaan data dasar
berupa kemampuan inspirasi maksimal, skala derajat sesak, kapasitas fungsi paru dan
kualitas bidup. Pada grup kasus diberikan kombinasi latihan kontrol pemapasan dengan
menggunakan incentive spirometry sedangkan pada grup kontrol hanya diberikan latihan
kontrol pemapasan saja. Setelah 8 minggu kembali dilakukan pemeriksaan data dasar.
Semua subjek tetap mengkonsumsi obat-obatan.
Hasil : Kemampuan inspirasi maksimal (KIM) pasca perlakuan meningkat secara
bermakna pada kedua kelompok. Skala derajat sesak (BORG) dan nilai komponen SGRQ
untuk gejala, aktivitas, dampak dan total pada kelompok kasus pasca perlakuan
mengalami penurunan yang secara statistik bermakna (p<0,05) dibandingkan kelompok
kontrol. Selisih rerata nilai SGRQ pada awal dan akhir perlakuan menunjukkan
perbedaan bermakna pada komponen aktivitas, dampak dan total (P<0,05), sedangkan
pada komponen gejala tidak didapat perbedaan bermakna (P>0,05). Tidak didapatkan
perbedaan bermakna untuk kapasitas fungsi paru (FEV I %) yang ditemukan pada kedua
kelompok.
Simpulan : Kombinasi latihan kontrol pemapasan dengan incentive spirometry dapat memperbaiki kemampuan inspirasi maksimal, skala derajat sesak dan kualitas bidup pada penderita PPOK sedang dalam 8 minggu."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darmadi J. Gunawan
"Tujuan: Mengetahui efektivitas terapi gabungan hot pack dan kompresi iskemik dibandingkan dengan hot pack saja terhadap penurunan nyeri penderita miofasial otot upper trapezius. Desain: Randomized controlled trial Tempat: Poliklinik Rehabilitasi Medik, Rumah Sakit Vmum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta Subjek: Enam puluh satu pasien yang terdiri dari 51 pasien wanita dan 10 pasien pria yang menderita nyeri miofasial otot upper trapezius di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Satu orangdikeluarkan karena tidak mengikuti penelitian sampai selesai. Intervensi: Antara bulan Maret-Mei 2008. Enam puluh pasien dengan nyeri miofasial otot upper trapezius yang masuk dalam kriteria penerimaan dilakukan randomisasi sederhana, didapat hasil: 30 pasien diberikan terapi hot pack 5 kali berturut -turut dan 30 pasien diberikan terapi kompresi iskemik dan hot pack 5 kali berturut-turut, kemudian dievaluasi penurunan VAS( Visual Analog Scale) harian. Hasil Penelitian: Setelah lima hari terapi berturut-turut didapatkan penurunan VAS yang bermakna pada kedua kelompok terapi kombinasi hot pack + kompresi iskemik dan terapi hot pack saja, masing-masing (p<0,001), namun demikian persentase (%) penurunan V AS kedua kelompok tidak berbeda bermakna (p=O, 151) akan tetapi terdapat peningkatan persentase PTM yang berbeda bennakna (P=0,019) dengan peningkatan PTM lebih besar pada kelompok terapi kombinasi hot pack + kompresi iskemik (71,53 ± 27,50), dibandingkan terapi hot pack saja (55,17 ± 24,79). Kesimpulan: Penurunan nyeri bermakna setelah terapi kompresi iskemik + hot pack maupun terapi hot pack selama lima hari. Terapi kompresi iskemik dan hot pack lebih efektif dibanding dengan terapi hot pack dalam hal penurunan nyeri secara klinis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T59095
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwien Heru Wiyono
"Untuk menilai efikasi latihan pernapasan menggunakan incentive spirometry terhadap kemampuan inspirasi maksimal, skala derajat sesak (skala BORG), kapasitas fungsi paru dan kualitas hidup (SGRQ) pada penderita penyakit paru obstruksi kronik (PPOK). Studi intervensi pre dan post eksperimental pada grup kasus dan kontrol. Departemen Rehabilitasi Medik dan Departemen Ilmu Penyakit Dalam subdivisi Pulmonologi FKUI, RSUPNCM. Instalasi Rehabilitasi Medik RS Persahabatan, Jakarta. Total 20 pasien PPOK derajat sedang dibagi menjadi 2 grup: grup kontrol (10 orang) dan grup kasus (10 orang). Semua subjek dilakukan pemeriksaan data dasar berupa kemampuan inspirasi maksimal, skala derajat sesak, kapasitas fungsi paru dan kualitas hidup. Pada grup kasus diberikan kombinasi latihan kontrol pernapasan dengan menggunakan incentive spirometry sedangkan pada grup kontrol hanya diberikan latihan kontrol pemapasan saja. Setelah 8 minggu kembali dilakukan pemeriksaan data dasar. Semua subjek tetap mengkonsumsi obat-obatan. Hasil Kemampuan inspirasi maksimal (KIM) pasca perlakuan meningkat secara bermakna pada kedua kelompok. Skala derajat sesak (BORG) dan nilai komponen SGRQ untuk gejala, aktivitas, dampak dan total pada kelompok kasus pasca perlakuan mengalami penurunan yang secara statistik bermakna (p<0,05) dibandingkan kelompok kontrol. Selisih rerata nilai SGRQ pada awal dan akhir perlakuan menunjukkan perbedaan bermakna pada komponen aktivitas, dampak dan total (p<0,05), sedangkan pada komponen gejala tidak didapat perbedaan bermakna (p>0,05). Tidak didapatkan perbedaan bermakna untuk kapasitas fungsi paru (FEV,%) yang ditemukan pada kedua kelompok. Simpulan Kombinasi latihan kontrol pernapasan dengan incentive spirometry dapat memperbaiki kemampuan inspirasi maksimal, skala derajat sesak dan kualitas hidup pada penderita PPOK sedang dalam 8 minggu.

To determine whether the incentive spirometry respiratory muscle training can increase the maximum inspiration capacity, decrease difficulty of breathing (BORG scale), functional lung capacity and quality of life according to St. George's Respiratory Questionnaire (SGRQ) on Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) patients. An intervention pre-post case-control group. Department of Physical Medicine & Rehabilitation and Department of Internal Medicine sub department Pulmonology Medical Faculty University of Indonesia, National General Hospital dr. Ciptomangunkusumo. Physical Medicine & Rehabilitation Instalation, Persahabatan General Hospital, Jakarta. A total of 20 COPD subject with the second GOLD criteria were divided into 2 groups, control (10 subjects) and study group (10 subjects). All subjects underwent pre interventional test which are maximum inspiration capacity, dyspneu rating scale, functional lung capacity and quality of life (SGRQ). The study group were given respiratory muscle training with incentive spirometry and breathing control exercise while the control group only given the breathing control exercise. After 8 weeks, all participants underwent post interventional test. Every subject still using the basic medication. There are statistically improvement of maximum inspiration capacity, dyspneu rating scale and quality of life in study group compare with the control group (p<0,05). Mean difference of SGRQ between pre and post intervention shows significant results on activity, impact and total component (p<0,05) and there is no significant results on symptoms components (p>0,05). No changes were found in FEV1% value within the study or control group (p>0,05). Conclusions Combination of incentive spirometry respiratory muscle training and breathing control can improve maximum inspiration capacity, dyspneu rating scale and quality of life in COPD patients within 8 weeks."
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library