Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 229 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dimas Budi Prasetyo
"Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat perbedaan forgiveness pada mahasiswa yang mengikuti Aikido dengan yang tidak mengikuti Aikido di enam kampus dan dojo kampus yang ada di Jakarta. Responden dalam penelitian ini berjumlah 124 dengan rentang usia antara 18-24 tahun yang berada di beberapa kampus di Jakarta. Peneliti menggunakan alat ukur TRIM-18 (Transgression-Related Interpersonal Motivations) yang memiliki jumlah item sebanyak 18, yang diberikan penambahan beberapa item oleh peneliti. Berdasarkan hasil perhitungan t-test, didapat didapatkan nilai t yang signifikan. Artinya adalah terdapat perbedaan forgiveness yang signifikan antara mahasiswa yang mengikuti Aikido dengan mahasiswa yang tidak mengikuti Aikido. Perbedaan ini dilihat dari jumlah mean skor yang menunjukkan bahwa skor TRIM pada kelompok mahasiswa yang mengikuti Aikido lebih kecil daripada kelompok mahasiswa yang tidak mengikuti Aikido. Artinya adalah kelompok mahasiswa yang mengikuti Aikido memiliki forgiveness yang lebih tinggi daripada kelompok mahasiswa yang tidak mengikuti Aikido.

This study has the goal to find the difference of forgiveness between college students who take part in Aikido and those who don?t in six college and dojo in Jakarta. The participants are 124, within 18-24 years old in age ranging. The researcher uses TRIM-18 (Transgression-Related Interpersonal Motivations) which has 18 items with some adding. Based on the result of t-test, the coefficient of t is significant. This means that there is a significant difference of forgiveness between the two groups. The difference is seen from the score mean of the aikido group that less than the non-aikido group. It means that Aikido group is more forgive than non Aikido group."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
158.2 DIM f
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Titis Ciptaningtyas
2010
S3626
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Stevanus Senjaya Halim
"Skripsi ini membahas mengenai kehidupan transgender di Jakarta. Para transgender mengalami pengalaman yang berbeda pada dari masyarakat pada umumnya karena adanya stigma dan diskriminasi pada kelompok mereka. Penellitian ini ingin melihat komitmen religius para transgender yang hidup di Jakarta, dimana konteks agama sangat erat dalam kehidupan sehari-hari, evaluasi mereka dalam menghadapi kehidupan (subjective well-being) serta pembukaan diri (coming out) para transgender. Sampel pada penelitian ini berjumlah 60 orang transgender yang berlokasi di daerah Jakarta, dimana rentang usia sampel dari 16-60 tahun.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode gaabungan kualitatif dan kuantitatif agar dapat melihat kehidupan para transgender. Hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara ketiga variabel. Penelitian ini menunjukkan bahwa subjective well-being para transgender berhubungan dengan coming out dan tidak berhubungan dengan komitmen religius mereka.

The study discussed about the life of transgender community in Jakarta. The community faced different experiences from the general society, where they faced stigmas and discriminations in their everyday living. The purpose of the study is to see the religious commitment, subjective well-being, and coming out on transgender community. Samples of this research are 60 transgender who live in Jakarta with age range around 16-60 years old.
In this study, we used mix methods of qualitative and quantitative to overview the life of the transgender community. Hypothesis of the research is that there is a significant correlation between the three variables. The study suggest that subjective well being is significantly correlated to coming out, "while none have correlation with religious commitment".
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52806
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Quryyah Arinal Khaq
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivitas menulis dan membayangkan pernikahan terbaik terhadap rasa syukur dan kepuasan pernikahan. Penelitian ini dilakukan untuk melanjutkan penelitian sebelumnya, dimana belum ada yang berfokus meneliti kegiatan diri terbaik pada hubungan pernikahan. Partisipan yang memiliki usia pernikahan 1-13 tahun dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen n=30 dan kelompok kontrol n=30 . Kelompok eksperimen diberikan aktivitas menulis dan membayangkan pernikahan terbaik, sementara kelompok kontrol tidak melakukan kegiatan apapun. Aktivitas dilakukan selama empat kali dalam waktu satu minggu dengan menuliskan dan membayangkan pernikahan yang dianggap ideal di masa depan. Aktivitas menulis dan membayangkan pernikahan terbaik terbukti secara signifikan negatif dalam meningkatkan rasa syukur p>0,05 0,00 dan tidak terbukti secara signifikan mampu meningkatkan kepuasan pernikahan p>0,05 0,286.

This study aims to determine the effect of writing and visualizing best possible marriage on gratitude and marital satisfaction. This study was conducted to continue the previous research, where no one has focused on researching best possible self in marriage relationship. Participants who had 1 13 years of marriage were divided into two groups, namely the experimental group n 30 and the control group n 30. The experimental group was given the activity of writing and visualizing the best possible marriage, while the control group did not carry out any activities. Activities are carried out four times a week by writing and visualizing the ideal marriage in the future. The best writing and visualizing marriage activity proved to be significantly negative in increasing gratitude p 0.05 0.00 and was not proven to significantly increase marital satisfaction p 0.05 0.286."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S66908
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ristia Angesti
"Penggunaan internet bermasalah dapat dipengaruhi oleh kepribadian individu. Fenomena fear of missing out yang baru muncul beberapa tahun terakhir diduga dapat menjadi mediator antara kepribadian dengan penggunaan internet bermasalah. Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh fear of missing out (FOMO) yang berperan sebagai mediator antara kepribadian dan penggunaan internet bermasalah. Sebanyak 182 partisipan telah mengisi secara lengkap skala kepribadian, FOMO, dan penggunaan internet bermasalah. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu terdapat mediasi parsial antara trait neurotis dengan penggunaan internet bermasalah yang dimediasi oleh FOMO. Kemudian, terdapat mediasi yang sempurna antara trait conscientiousness dengan penggunaan internet bermasalah yang dimediasi oleh FOMO.

Problematic internet use can be influenced by individual personality. Recently, there has been a phenomena that we called fear of missing out (FOMO). The internet user who tend to be FOMO may lead to problematic internet use (Przybylski, Murayama, DeHaan, & Gladwell, 2013). The phenomena of fear of missing out (FOMO) was presumed to be a mediator between personality and problematic internet use. The purpose of this study was to examine the  influence of fear of missing out as a mediator between personality and problematic internet use. One hundred eighty two emerging adulthoods participated in the study by completing personality scale, FOMO scale, and problematic internet use scale. As a result, the effects of neuroticism on problematic internet use scale can be parsial mediated through FOMO. The second result, the effects of conscientiousness on problematic internet use scale can be mediated through FOMO."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T52145
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Fawzia Ahmad
"Masa remaja merupakan salah satu tahapan perkembangan dengan berbagai tantangan yang menyebabkan adanya risiko untuk mengalami stress dan menjadi faktor risiko suicidal behavior. Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa salah satu faktor risiko suicidal behavior pada remaja adalah kerusakan hubungan interpersonal. Pada remaja, keluarga merupakan ikatan sosial terpenting dimana remaja dengan persepsi pola komunikasi keluarganya bermasalah lebih rentan untuk menunjukkan suicidal behavior. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan intervensi psikologis untuk meningkatkan kemampuan yang menunjang hubungan interpersonal dengan orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas Interpersonal Psychotherapy (IPT) untuk menurunkan intensitas suicidal behavior pada remaja dengan permasalahan pola komunikasi keluarga. IPT dilaksanakan selama empat sesi dengan jeda satu minggu antar sesi serta terdapat sesi follow-up. Pengukuran pola komunikasi keluarga dilakukan melalui alat ukur Revised Family Communication Pattern (RFCP) sedangkan pengukuran intensitas perilaku bunuh diri dilakukan menggunakan alat ukur Youth Risk Behavior (YRB) kluster perilaku bunuh diri. Pengukuran dilakukan sebelum intervensi, setelah intervensi (post-test), serta follow-up. Terdapat tiga partisipan yang terlibat hingga follow-up. Ketiga partisipan tersebut berjenis kelamin perempuan dengan rata-rata usia 18 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa IPT dapat menurunkan intensitas suicidal behavior pada ketiga partisipan. Hal ini terlihat dari penurunan skor intensitas perilaku bunuh diri dan wawancara kualitatif yang dilakukan.

Adolescence is one of the developmental stages with various challenges that can induce the risk of experiencing stress. It then can lead to be a risk factor for suicidal behavior. Previous research revealed that one of the risk factors for suicidal behavior in adolescents is damage in interpersonal relationships. In adolescents, family is the most important social bond. Adolescents who perceive their family communication patterns as problematic are more prone to conduct suicidal behavior. Psychological intervention is needed to improve the abilities that support interpersonal relationships with parents in order to overcome suicidal behavior. This study aims to determine the effectiveness of Interpersonal Psychotherapy (IPT) to reduce the intensity of suicidal behavior in adolescents with family communication pattern problems. IPT was carried out for four sessions with a one-week interval between sessions and a follow-up session. Family communication pattern is measured through the Revised Family Communication Pattern (RFCP) while the intensity of suicide behavior is measured by Youth Risk Behavior (YRB) cluster of suicidal behavior. Measurements were taken before (pre-test), after the intervention (post-test), and follow-up (two weeks after post-test). Three participants are involved in this research until the follow-up. The three participants are female with an average age of 18 years. The result shows the IPT can reduce the intensity of suicidal behavior. This can be seen from the decrease in the intensity of suicidal behavior and qualitative interviews conducted."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khusnul Khatimah
"ABSTRAK
Penelitian ini berusaha mengetahui peran faktor keluarga, melalui tingkat family functioning dan family hardiness terhadap keterkaitan antara paparan kejadian traumatik (traumatic exposure) dengan posttraumatic growth melalui analisis moderated-mediation pada penyintas bencana alam gempa bumi dan likuifaksi di PASIGALA. Partisipan yang didapatkan adalah 122 orang penyintas berusia 17-35 tahun (M = 21.541, SD = 4.936) yang merupakan penyintas likuifaksi PASIGALA secara primer atau langsung. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa tingkat family hardiness sedang hingga tinggi memberikan efek positif terhadap keberfungsian keluarga sehingga menjadi fungsional meskipun mengalami beberapa paparan kejadian traumatik. Namun, keberfungsian keluarga yang diperkuat oleh family hardiness tidak menjadikan individu dapat mencapai posttraumatic growth yang lebih tinggi meskipun family hardiness berperan penting dalam menjadikan keluarga berfungsi dengan baik. Secara praktis, hasil mengarahkan agar program trauma healing yang mendukung tercapainya posttraumatic growth sebaiknya berfokus pada aspek personal penyintas, seperti perbedaan paparan kejadian yang dialami. Tetapi, program untuk membantu keluarga dapat berfungsi dengan baik kembali (healthy) setelah melalui krisis kebencanaan dapat dilakukan dengan berfokus pada membantu keluarga membentuk karakter yang hardy.

ABSTRACT
This study discusses the role of the family, through family functioning and family hardiness on the relationship between the reporting of traumatic events (traumatic exposure) with posttraumatic growth through moderated-mediation analysis in survivors of Earthquake and Liquefaction disaster in PASIGALA. Participants obtained were 122 individuals (17-35 years old, M = 21.541, SD = 4.936) who were primary survivors of PASIGALA liquefaction. The results obtained indicate that the mean and higher level of family hardiness have a positive effect on moderating the negative effect of traumatic exposure to the family functioning. However, family functioning supported by family hardiness does not make individuals able to achieve higher post-traumatic growth indirectly although it is an important factor for helping family to function well. These lead to encouraging social workers in helping survivors, to focus on their personal aspect, such as degree of traumatic exposures. However, helping family as a whole to be well-functioning after disaster also could be conducted, by focusing on building characteristics of hardy family."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yenny Astria
"Penelitian ini bertujuan untuk mengimplementasi cognitive behaviour therapy (CBT) yang dibuat dalam bentuk brief untuk meningkatkan academic self efficacy pada mahasiswa dengan prestasi akademik yang rendah. Subjek penelitian berjumlah dua orang, mahasiswa strata satu yang sedang aktif berkuliah semester 4, memiliki indeks prestasi dibawah 2,25, dan memiliki academic self efficacy yang rendah berdasarkan skor College academic self efficacy (CASES).
Hasil penelitian menunjukkan intervensi cognitive behaviour therapy terbukti dapat meningkatkan academic self efficacy pada mahasiswa dengan prestasi akademik yang rendah pada kedua partisipan. Kedua partisipan menunjukkan peningkatan skor CASES pada post test. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa partisipan merasakan manfaat yang positif setelah mengikuti intervensi ini.

The objective of this research is to see implementation cognitive behaviour therapy (CBT) are made in the form of brief to increase academic self efficacy on college student with low academic self efficacy. The subjects of this research are two person, undergraduate college students who is actively enrolled 4th semesters, has GPA under 2,25, and having low academic self efficacy based on CASES score.
Result of this research shows that cognitive behavior therapy intervention proved to increase academic self efficacy college student with low academic self efficacy in both participans. Both of participants show improvement CASES score on post test. Interview result also shows that participants feel positive benefit after following this intervention.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T34936
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haya Serena
"Skizofrenia merupakan gangguan yang menimbulkan gangguan proses kognitif, disintegrasi kepribadian, gangguan afek, dan munculnya perilaku menarik diri dari lingkungan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kekambuhan adalah dengan memberikan pelatihan asertif. Keasertifan merupakan kunci dari keterampilan sosial yang jika dapat dikuasai oleh penderita skizofrenia, maka kecemasan sosial mereka akan menurun sehingga kemungkinan kambuh juga semakin kecil. Asertif merupakan kemampuan untuk mengekspresikan perasaan dan kemampuan untuk membela hak pribadi dengan tetap menghormati perasaan serta hak dari orang lain.
Peneliti kemudian memberikan pelatihan asertif kepada tiga penderita skizofrenia paranoid yang dirawat di RSMM yang sudah melewati fase akut. Pelatihan diberikan dalam bentuk terapi kelompok yang diharapkan dapat mempersingkat waktu dan biaya serta memfasilitasi partisipan untuk dapat berlatih berinteraksi dengan orang lain. Pelatihan ini dilakukan dengan menggunakan teknik behavioral dan restrukturisasi kognitif untuk menunjang teknik behavioral yang dilakukan. Pelatihan diberikan melalui edukasi dengan metode ceramah, diskusi, role play, dan menonton film. Pelatihan ini berhasil menurunkan kecemasan sosial pada ketiga penderita, dilihat dari penurunan skor pada Social Interaction Anxiety Scale.

Schizophrenia is a group of disorder characterized by severely impaired cognitive processes, personality disintergration, affective disturbances, and social withdrawal. Assertiveness training is one of the intervention that can be given to the patient to prevent relaps. Assertiveness is a key ability to be mastered in order to reduce social anxiety. Thus, their possibility to relaps will also decreased. Assertiveness is the ability to express one?s feeling and assert one?s rights while respecting the feelings and rights of others.
The researcher conducted an assertiveness training for three non acute schizophrenic paranoid patients in RSMM. The training was running in a group therapy form in order to cut time and cost, and also to facilitate the participants to be able to interact with each other. The researcher is using behavioral techniques and also cognitive restructurization to support the behavioral techniques. The subjects is given through education by lectures, group discussion, role play, and movie watching. This training is succeed to reduce social anxiety of all three participants, proven by the decrease of Social Interaction Anxiety Scale."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T35734
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Savitri
"Penyandang tuna daksa dapatan memiliki reaksi yang lebih negatif akibat disabilitas fisik mereka dibandingkan tuna daksa dari lahir karena mereka pernah mengalami hidup normal dan telah menyusun suatu rencana masa depan dengan keadaan normal. Reaksi tersebut adalah simtom Posttraumatic Stress Disorder (PTSD) dan dampak-dampak psikologis lainnya. Untuk mengatasi dampak tersebut, penyandang tuna daksa dapatan disarankan untuk menjalani serangkaian program rehabilitasi, yaitu rehabilitasi medis, vokasional dan sosial. Akan tetapi, ketiga rehabilitasi ini dipandang tetap perlu mengikutsertakan rehabilitasi psikis dalam program rehabilitasi tersebut. Hal ini dikarenakan sesuai dengan model biopsikososial yaitu semua yang terjadi pada tubuh manusia, akan berdampak pada aspek psikologis dan sosial dari manusia tersebut, dan akan berpengaruh terhadap keseluruhan tingkah laku dari manusia itu. Saat ini, rehabilitasi psikis berupa pemberian intervensi psikologis makin berkembang ke arah peningkatan keberfungsian diri para penyandang tuna daksa, salah satunya adalah Posttraumatic Growth Path (PTGP). PTGP bermanfaat untuk meningkatkan Posttraumatic Growth (PTG) atau pertumbuhan pasca trauma. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas Posttraumatic Growth Path (PTGP) dalam meningkatkan Posttraumatic Growth (PTG) pada penyandang tuna daksa dapatan di usia dewasa muda. Pengukuran terhadap PTG menggunakan Posttraumatic Growth Inventory (PTGI) dan metode wawancara dan observasi terhadap partisipan. Setelah menjalankan intervensi dengan menggunakan PTGP, ketiga partisipan mengalami peningkatan PTG, diketahui dari peningkatan skor Posttraumatic Growth Inventory (PTGI) dan evaluasi kualitatif, seperti tahapan penyesuaian diri dari kecacatan permanen, simtom-simtom PTSD, dan dampak psikologis lainnya. PTGP dapat meningkatkan PTG pada penyandang tuna daksa dapatan di usia dewasa muda melalui intervensi dalam 4 sesi dan memunculkan perubahan yang lebih baik dalam kelima domain PTG pada ketiga partisipan.

People with acquired physical disability have more negative reactions due to their physical disability than people with physical disability from their birth because they had experienced a normal life and have devised a plan the future with a normal state. The reaction is a symptom of Posttraumatic Stress Disorder (PTSD) and other psychological impacts. To address these impacts, People with acquired physical disability are advised to undergo a series of rehabilitation programs, namely medical rehabilitation, vocational and social. However, three rehabilitation programs are considered permanent rehabilitation need to include psychological rehabilitation in the rehabilitation program. This is because according to the biopsychosocial model that is all that happens in the human body, will have an impact on the psychological and social aspects of the human being, and will affect the overall behavior of the human being. Currently, psychological rehabilitation is growing toward selfimprovement of the functioning of people with physical disability, one of which is the Posttraumatic Growth Path (PTGP). PTGP useful to improve Posttraumatic Growth (PTG). Posttraumatic Growth Path (PTGP) in improving the Posttraumatic Growth (PTG) in people with acquired physical disability in early adulthood. Measurement of PTG using Posttraumatic Growth Inventory (PTGI) and methods of interviews and observation. After running the intervention by using PTGP, three participants experienced an increase in PTG, known from an increase in score Posttraumatic Growth Inventory (PTGI) and a qualitative evaluation, such as the adjustment state of permanent disability, the symptoms of PTSD and other psychological effects. PTGP can increase PTG in people with acquired physical disability in early adulthood through intervention in 4 sessions and bring change for the better in the fifth domain of PTG in the all participants."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35439
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>