Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Feni Nugraha
Abstrak :
ABSTRAK
Obesitas merupakan masalah global dengan prevalensi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Obesitas merupakan salah satu faktor risiko terjadinya defisiensi vitamin D. Hal ini disebabkan karena meningkatnya simpanan vitamin D di jaringan adiposa, yang dapat diperburuk dengan kurangnya pajanan sinar matahari dan asupan vitamin D inadekuat. Defisiensi vitamin D berhubungan dengan resistensi insulin dan dapat meningkatkan risiko terjadinya sindrom metabolik. Peningkatan lingkar pinggang LP dan peningkatan kadar trigliserida TG serum atau hypertriglyceridemic waist dapat digunakan sebagai kriteria sederhana untuk skrining awal identifikasi sindrom metabolik. Penelitian dengan desain potong lintang ini dilakukan di klinik diabetes Rumah Sakit MRCCC Siloam Semanggi, Jakarta, yang bertujuan untuk mengetahui korelasi antara kadar vitamin D serum dengan LP dan kadar TG serum pada penyandang obesitas berusia >18-
ABSTRACT
Obesity has reached epidemic proportions globally, with increasing prevalence in recent years. Obesity is one of the risk factors in vitamin D deficiency. The low levels of serum vitamin D in obesity has been attributed to multiple factors like excessive storage of vitamin D in the adipose tissue, decreased exposure to sunlight and an inadequate vitamin D intake. Vitamin D deficiency is associated with insulin resistance and increases the risk of developing metabolic syndrome. Increased waist circumference WC and elevated serum triglyceride TG levels or hypertriglyceridemic waist can be used as a simple clinical phenotype for early screening to identify patients with metabolic syndrome. This cross sectional study was conducted at the Diabetes Clinic of MRCCC Siloam Semanggi Hospital, Jakarta, which aims to determine correlation between serum vitamin D levels with WC and serum TG levels in obese individuals aged 18 years to
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Listyandini
Abstrak :
ABSTRAK
Akhir-akhir ini, berbagai studi berfokus pada indeks antropometri untuk obesitas seperti lingkar pinggang (LP), rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul (RLPP), dan rasio lingkar pinggang-tinggi badan (LP-TB) sebagai faktor prediksi sindrom metabolik. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi cut-off points dengan sensitivitas dan spesifistas optimal dari indeks antropometri untuk obesitas dalam mendefinisikan sindrom metabolik menurut kriteria NCEP-ATP III pada pegawai di area Tanjung Priok di Jakarta. Desain penelitian adalah cross sectional. Analisis data menggunakan kurva Receiver Operating Characteristic (ROC) untuk mengindentifikasi cut-off points optimal dari LP, RLPP, dan LP-TB dalam memprediksi sindrom metabolik. Total sampel diperoleh sebanyak 256 responden (174 pria dan 82 wanita) berusia 20- 58 tahun, yang bekerja di instansi pemerintah di area pelabuhan Tanjung Priok. Berdasarkan area under curve (AUC), didapatkan indeks antropomteri dengan angka terbesar hingga terkcecil secara berurutan yaitu LP-TB, LP, dan RLPP. Didapati cutoff point LP ≥88 cm pada pria dan ≥85 cm pada wanita. Cut-off points RLPP pada pria ≥0,9 dengan sensitifitas 63% dan spesifisitas 60%, sedangkan RLPP pada wanita ≥0,83 dengan sensitifitas 73% dan spesifitas 62%. Didapatkan LP-TB dengan cut-off points 0,5, dengan sensitivitas 66% (pria) dan 67% (wanita) serta spesifisitas 65% (pria) dan 62% (wanita). Sebagai faktor prediksi sindrom metabolik, indeks antropometri dapat dipilih dengan pertimbangan kemudahan pengukuran. LP dinilai lebih mudah dipraktikkan karena pengukuran tidak berbentuk rasio dan hanya melibatkan satu pengukuran antropometri saja, sehingga bias pengukuran dapat diminimalisir. Dibutuhkan studi longitudinal untuk memperkuat hasil penelitian ini.
ABSTRACT
Recently, many studies have focused on anthropometric indices for abdominal obesity as waist circumference (WC), waist to hip ratio (WHR), and waist to height ratio (WHtR) to define metabolic syndrome (MetS). This study aimed to compare WC, WHR, and WHtR and define an optimal cut-off values, which is most closely predictive of the components of the NCEP-ATP III MetS definition among employees in Port of Tanjung Priok, Jakarta. This study was cross-sectional study. Receiver Operating Characteristic (ROC) analysis was used to examine discrimination and find optimal cut-off values of WC, WHR, and WHtR to predict components of MetS. It included 256 subjects (174 men and 82 women) aged 20-58 years, who worked in Port of Tanjung Priok. According to area under curve, we found WHtR with the highest score, followed by WC, and followed by WHR with the lowest score. WC cutoff points were ≥88 cm in men dan ≥85 cm in women. WHR cut-off points were ≥0,9 in men (sensitivity 63%; specificity 60%), ≥0,83 in women (sensitivity 73%; specificity 62%). WHtR cut-off points was 0,5, in men and women (sensitivity 66% and specificity 65% in men; sensitivity 67% and specificity 62% in women). Anthropometric indices for metabolic syndrome prediction could be determined by considering measurement complexity. WC was considered as an easy measurement because it`s not in ratio and involved one measurement. Bias of measurement could be minimized. Longitudinal studies is needed to evaluate the consistency of the findings.
2016
T47064
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mursid Tri Susilo
Abstrak :
ABSTRAK
Lingkar perut WC , rasio lingkar perut-tinggi badan WHtR , dan rasio lingkar perut-lingkar panggul WHR berpotensi memberikan informasi status obesitas. Penelitian ini membandingkan indikator tersebut dengan berat badan menurut tinggi badan WHZ dan indeks masa tubuh menurut umur BMI-age . Penelitian belah lintang dilakukan pada balita 24-59 bulan nested dengan penelitian kohort ldquo;Tumbuh Kembang Anak dan Penyakit Tidak Menular rdquo;. Kurva ROC dan sistem klasifikasi z-score digunakan untuk menemukan cut-off yang tepat. Tidak terdapat perbedaan proporsi obesitas antara WHtR dengan WHZ p=0.070 . Tidak terdapat perbedaan WHtR p=0.125 dan WC p=0.070 dibandingkan dengan BMI-age. WC dan WHtR dipertimbangkan sebagai indikator dalam penyaringan obesitas balita.
ABSTRACT
WC, WHtR and WHR were to be concern given information about obesity status. The study obtained those data and also compared to obesity proportion by WHZ BMI for Age. A cross sectional study was conducted among 24 59 months old children nested with the cohort of ldquo Tumbuh Kembang Anak dan Penyakit Tidak Menular rdquo . ROC curved and z score classification system were used to found the appropriate cut offs. There was no difference proportion of obesity between WHtR and WHZ indicators p 0.070 . Meanwhile, WHtR p 0.125 and WC p 0.070 were no difference proportion compare to BMI for age. WC and WHtR considered as screening indicators to detect obesity.
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bennadi Adiandrian
Abstrak :
Latar Belakang: Obesitas merupakan suatu keadaan terdapatnya jaringan lemak dalam tubuh yang berlebihan. Kondisi ini berhubungan dengan penyakit kardiovaskular, salah satunya adalah aterosklerosis. Aterosklerosis pada sistem pembuluh darah karotis hingga saat ini merupakan penyebab terbesar stroke iskemik di dunia dengan jumlah kasus terbanyak pada rentang usia 45-64 tahun. Dengan menggunakan teknik single slice CT-scan dapat dihitung komposisi lemak viseral (VAT) maupun lemak subkutan (SAT) tubuh dengan baik. Sedangkan USG merupakan modalitas radiologi yang baik untuk skrining aterosklerosis pada arteri karotis komunis dengan mengukur ­Intima-Media Thickness (IMT). Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan komposisi lemak yang berhubungan terhadap aterosklerosis karotis komunis dan lingkar pinggang. Metode: Sebanyak 32 subjek penelitian yang melakukan pemeriksaan CT-scan regio abdomen, dilakukan penghitungan luas penampang VAT, SAT dan rasio VAT/SAT dengan menggunakan software volumetri SyngoTM, pengukuran IMT arteri karotis komunis kanan dan kiri menggunakan USG yang dilengkapi dengan software auto-IMT, dan pengukuran lingkar pinggang. Kemudian dilakukan analisa korelasi antara VAT, SAT, dan rasio VAT/SAT terhadap IMT karotis serta lingkar pinggang (WC). Hasil: Terdapat korelasi lemah antara luas penampang VAT terhadap IMT karotis komunis (ρ = 0,21 ; p = 0,248), antara luas penampang SAT terhadap IMT karotis komunis (ρ = 0,37 ; p = 0,036) dan korelasi negatif lemah antara rasio VAT/SAT terhadap IMT karotis komunis (ρ = -0,24 ; p = 0,193). Selain itu didapatkan korelasi kuat antara VAT terhadap lingkar pinggang (ρ = 0,73 ; p < 0,05), korelasi positif sangat kuat antara SAT terhadap lingkar pinggang (ρ = 0,87 ; p < 0,05), dan korelasi negatif lemah antara rasio VAT/SAT terhadap lingkar pinggang (ρ = -0,37 ; p = 0,038). Kesimpulan: Luas penampang VAT dan SAT berkorelasi lemah terhadap IMT karotis komunis. Luas penampang VAT berkorelasi kuat terhadap lingkar pinggang, luas penampang SAT berkorelasi sangat kuat terhadap lingkar pinggang. Rasio VAT/SAT memiliki korelasi negatif lemah terhadap IMT karotis komunis dan lingkar pinggang. Pengukuran lingkar pinggang dapat digunakan unuk memprediksi volume VAT dan SAT. ......Backgorund: Obesity is a condition with high level of fat deposition in the body. This condition is related to cardiovacular diseases including atherosclerosis. Carotid athersclerosis until now is known as the main cause of ischemic stroke in the world with the most cases ranged between 45-64 years old. With single slice CT-scan technique, we can estimate the composition of visceral adipose tissue (VAT) and subcutaneous adipose tissue (SAT) very well. USG is the best modality for carotid atherosclerosis screnning by measuring ­Intima-Media Thickness (IMT) of the common carotid artery. Purpose: of this study is to determine which one of these fat is correlated to carotid atherosclerosis and waist circumference (WC). Methods: Thirty two subjects that underwent an abdominal CT-scanning were calculated for their area of VAT, SAT, dan VAT/SAT ratio using SyngoTM volumetric software. Measurement of the IMT was done by using auto-IMT software in USG. Their waist circumference were also measured. Correlational analysis were done between VAT, SAT, VAT/SAT ratio with carotid IMT and waist circumference (WC). Result: There was a low correlation between VAT and common carotid IMT (ρ = 0,21 ; p = 0,248), SAT and common carotid IMT (ρ = 0,37 ; p = 0,036). Low negative correlation was shown between VAT/SAT ratio and carotid IMT (ρ = -0,24 ; p = 0,193). This study also showed a strong correlation between VAT and waist circumference (ρ = 0,73 ; p < 0,05), very strong correlation between SAT and waist circumference (ρ = 0,87 ; p < 0,05), also low negative correlation between VAT/SAT ratio and waist circumference (ρ = -0,37 ; p = 0,038). Conclusion: There are low correlation between VAT and SAT and common carotid IMT. There is strong correlation between VAT and waist circufmerence, very strong correlation between SAT and waist circumference. There is low inverse correlation between VAT/SAT ratio and waist circumference. Therefore the measurement of waist circumference can be used to predict VAT and SAT volume.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Liza
Abstrak :
PT. GI adalah suatu perusahaan "rubber" yang memproduksi berbagai macam ban. Kegiatan produksi di perusahaan ini sebagian telah menggunakan mekanisasi, namun sebagian lagi masih dilakukan secara manual. Salah satu pekerjaan yang sering dilakukan oleh pekerja adalah mengangkat beban dalam berbagai posisi. Dari data kesehatan kerja terlihat bahwa sakit pinggang merupakan salah satu keluhan yang cukup banyak dirasakan oleh pekerja. Ditambah lagi dengan adanya kasus HNP yang pernah ditemukan pada jenis pekerjaan tertentu. Oleh karena itu dirasakan perlu diketahui perkiraan risiko dari suatu pekerjaan terhadap kemungkinan terjadinya CTD. Untuk mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan, maka dilakukan upaya identifikasi faktor risiko ergonomi dan prioritas masalah ergonomi. Data yang dikumpulkan adalah data survei gejala, survei data medik, SIDFRE dan rangking prioritas dengan metode EASY . Selanjutnya dilakukan pula perhitungan RWL dan LI sesuai rekomendasi NIOSH. Penelitian dilakukan terhadap empat jenis pekerjaan di Business Team PTGL yaitu Pekerjaan I (Booker Extruder), Pekerjaan II (Put-up Rubber di Banbury), Pekerjaan HI (Mengangkat greentire ke sling truck di Radial Builder), dan Pekerjaan IV (Mengangkat greentire ke tempat pemasakan ban di bagian Curing Light Truck). Hasil analisis dengan metode EASY dan juga melalui perhitungan RWL dan LI, didapat kesimpulan bahwa pada jenis pekerjaan I, II, III dan IV ternyata mempunyai risiko tinggi terhadap kemungkinan terjadinya CTD, dan mempunyai skala prioritas tinggi dalam masalah ergonomi pada Pekerjaan I, IL dan IV. Analisis yang dilakukan dengan menggunakan perhitungan RWL dan LI, dapat disimpulkan bahwa dari beberapa jenis pekerjaan dengan tingkat risiko tinggi, pemecahan masalah yang paling baik ternyata melakukan "control engineering" dengan cara melakukan mekanisasi pada pekerjaan tersebut. Bila dalam hal ini belum dapat dilakukan maka alternatif lain adalah dengan cara menyesuaikan postur kerja, mengatur jarak horizontal dan vertikal dari beban mesin dan pekerja, sesuai dengan rekomendasi dari Humantech maupun NIOSH.
PT Goodyear Indonesia is rubber company that produce various type of tire. Some production activity already use mechanization; but any activity in the manual way. One of activity which often doing obtain employee is manual lifting inside various position. From ambulatory care visit record found back pain is one of complaint which sufficient much among employees. HNP cases have found during in 1992 -1998 periods, and some cases have laminectomy operation. Obtain reason that need to know risk assesment for any activity towards possibility that caused Cumulative Trauma Disorders ( CTD ). To be sucessfully must have identification for ergonomic risk factors and ergonomic priority to solve the problems. Applied operation research methodes with symptom survei. medical survey, Baseline Risk Identification of Ergonomic Factors (BRIEF ) Survey, and ranking priority with Ergonomic Assesment Survey ( EASY ). Also RWL equation and Lifting Index from NIOSH recomendation. Survey towards four type of work in Business Team PTGI, there are Work type I (Booker Extruder), Work type H (Put-up Rubber in Banbury). Work type III (Lift greentire to sling truck in Radial Builder), and Work type IV (Lift greentire to place on Curing Light Truck). Analysis with EASY methode and also RWL equation and Lifting Index, had concluding that work type I, II, III and JV high risk to caused CTD, which ergonomic high priority on Work type L, H, and IV. Analysis used RWL equation and Lifting Index, have recommendation to do "engineering control" through mechanization.
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjahjo Harsojo
Abstrak :
Penelitian ini mempelajari hubungan rasia lingkar pinggang-pinggul (RLPP) dengan persen lemak tubuh (PLT) pada orang dewasa. Variabel lain (konfounding) yang diteliti adalah : indeks massa tubuh (IMT), umur, jenis kelamin, suku bangsa, indeks aktivitas, dan kebiasaan merokok. Analisis menggunakan data sekunder hasil Survei Gizi dan Kesehatan Pada orang Dewasa (kerjasama Direktorat BGM Depkes RI dan FKM-Ul, Juni 1996) di 6 kota, yaltu : Medan, Padang, Bandung, Jogyakarta, Denpasar, dan Ujung Pandang. Desain penelitian adalah cross-sectional. Pemilihan responden (sampel) menggunakan rancangan klaster dua tahap, yaitu : (1) probability proportionate to size (PPS) untuk memilih Waster, (2) simple random sampling (SRS) untuk memilih rumah-tangga (responden). Responden yang digunakan sebagai unit analisis sebanyak 713 orang (laki-laki = 230 orang, perempuan = 483 orang), yang merupakan sub-sampel dari penelitian Direktorat BGM Depkes RI. Analisis regresi berganda (multiple regression analysis) digunakan untuk membangun model prediksi PLT dengan RLPP. Proses pemodelan digunakan teknik backward elimination procedure. Untuk mengetahui validitas RLPP dilakukan analisis sensitifitas (Se) dan spesifisitas (Sp). Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi positif antara RLPP dengan PLT, IMT, dan umur (p <0,01). Rata-rata RLPP, umur, dan indeks aktivitas pada laki-laki Iebih tinggi dibanding perempuan (p <0,01). Sebaliknya, PLT dan IMT perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki (p X0,01). Dari proses pemodelan, terpilih model terbaik dengan persamaan regresi: PLT = 25,16 + 8,08 RLPP + 7,03 IMT + 4,48 UMLIR - 12,94 SEX; dimana IMT (0=tidak berisiko dengan IMT <25,0; 1=berisiko dengan IMT 25,0); UMUR (0=tidak berisiko dengan umur s 40 tahun; 1=berisiko dengan umur >40 tahun) dan SEX (0=perempuan, 1=laki-laki). Modes dapat menduga PLT orang dewasa (umur z 18 tahun) dengan kemampuan moderat (R2 = 0,6773) dan kesalahan menduga PLT ± 5,05%. Tampak pada model bahwa variabel suku bangsa, indeks aktivitas, kebiasaan merokok tidak memberi kontribusi terhadap model (p X0,05). Uji validitas model menunjukkan model cukup reliabel, karena penyusutan (shrinkage) dari R2 relatif kecil (0,008). Dengan menggunakan pedoman skrining umum, RLPP dapat dipakai sebagai alat untuk deteksi overweight dan obesitas dengan kemampuan moderat. Pada laki-laki dengan titik potong RLPP 0,90 (Se = 70,6; Sp = 51,2), sedangkan pada perempuan dengan titik potong RLPP 0,88 (Se = 59,4; Sp = 53,0). Mengingat RLPP dapat digunakan untuk deteksi overweight dan obesitas, perlu dilakukan upaya pemasyarakatan ukuran antropometri ini. Sebagai uji coba dapat dipilih daerah sentinal sekaligus untuk melakukan validasi ulang dengan parameter lain (klinik dan biokimia) yang lebih lengkap. Sambil menunggu hasil validasi ulang, RLPP dapat dipakai terintegrasi dengan penggunaan IMT sebagai alai pemantauan status gizi orang dewasa.
Prediction Model of Body Fat Percentage in Adult by Waist Hip RatioThe relationship between waist hip ratio (WHR) and body fat percentage (°/o BF) in adult was explored in this study. Confounding variables learned in this study were : body mass index (BM!), age, sex, ethnic, activity index and smoking habit. Data was obtained from the survey of nutrition and health in adult, which was a collaboration of Nutrition Directorate - Ministry of Health and The Faculty of Public Health - University of Indonesia, June 1996 in 6 cities : Medan, Padang, Bandung, Jogyakarta, Denpasar, and Ujung Pandang. The study design was cross sectional. Respondent was selected by 2 stages cluster method : (1) cluster was chosen by probability proportionate to size, (2) the respondent was selected by simple random sampling. A sub sample of 713 respondent (230 male and 483 female) were used in the analysis. Percentage of body fat prediction model from WHR was built by multiple regression analysis using a backward elimination procedure. Sensitivity (Se) and Specificity (Sp) analysis was performed to test the validity of WHR. There was a correlation between WHR with percentage of body fat, BMI and age (p <0.01). Mean of WHR, age, and activity index of male was higher than female (p <0.01). On the contrary, mean of %BF and BMI in female was higher than male (p <0.01). The best fit model was : %BF = 25.16 + 8.08 WHR + 7.03 BM1 + 4.48 AGE - 12.94 SEX; where BMI (0=low risk with BMI <25.0; 1=risk with BMI z 25.0); AGE (0=low risk with age40 year; 1=risk with age >40 year) and SEX (0=female; 1=male). This model predict adult (~ 18 year) percentage of body fat, with moderate power (R2 = 0.6773) and standard error of estimate %BF ± 5.05%. Activity index, ethnic, and smoking habit didn't contribute to the model (p >0.05). Validity testing showed that the model is reliable since the shrinkage of R2 is very small (0.008). WHR could be used in overweight and obesity detection, has a moderate power. The male cut off point is 0.90 (Se = 70.6; Sp = 61.2), and cut off of female is 0.88 (Se=59.4; Sp=63.0). Since WHR is a new parameter in overweight and obesity detection, so it needs social marketing. A sentinel area could be used in WHR trial and revalidate it by other parameters such as biochemical and clinical examination. It is recommended that in the monitoring of adult nutritional status, WHR is used a long with BMI measurement.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Lanny Christine
Abstrak :
Indeks antropometri merupakan pengukuran yang mudah, cepat, murah, non-invasif, dan cukup akurat dalam memprediksi lemak viseral tubuh yang berkorelasi erat dengan sindrom metabolik. Lingkar pinggang merupakan salah satu indeks antropometri yang dapat digunakan untuk memprediksi sindrom metabolik dan dapat digunakan sebagai pengukuran alternatif atau tambahan di samping body mass index (BMI)/indeks massa tubuh (IMT), karena terdapat hubungan yang jelas antara Iingkar pinggang, deposisi lemak viseral, dan faktor risiko kardiovaskular pada anak. Selain itu, lingkar pinggang merupakan pengukuran yang membutuhkan peralatan yang sederhana, murah, dan pencatatan nilai tunggal atau rata-rata dari dua atau tiga pengukuran. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Inggris, Yunani, dan Spanyol telah membuat nilai batasan lingkar pinggang menurut populasi mereka sendiri untuk memprediksi sindrom metabolik. Sayangnya, Indonesia belum mempunyai nilai batasan lingkar pinggang untuk memperkirakan risiko sindrom metabolik pada anak dan remaja obes dengan menggunakan populasi anak dan remaja Indonesia. RUMUSAN MASALAH ? Berapakah proporsi sindrom metabolik pada kelompok remaja obes yang mempunyai lingkar pinggang di atas atau sama dengan persentil 80, dan di bawah persentil 80 menurut Taylor, dkk? ? Bagaimanakah gambaran tebal lemak viseral berdasarkan USG abdomen pada remaja obes, yang mengalami maupun tidak mengalami sindrom metabolik? Tujuan Umum ? Mengetahui manfaat lingkar pinggang persentil 80 menurut Taylor, dkk dalam memprediksi sindrom metabolik pada remaja obes. ? Mengetahui ketebalan lemak viseral pada remaja obes dengan menggunakan USG abdomen. Tujuan Khusus ? Mengetahui proporsi sindrom metabolik berdasarkan kriteria NCEPATP III yang dimodifikasi khusus untuk penelitian ini pada kelompok remaja obes dengan lingkar pinggang di atas atau sama dengan persentil 80 menurut Taylor, dkk. ? Mengetahui proporsi sindrom metabolik berdasarkan kriteria NCEPATP III yang dimodifikasi khusus untuk penelitian ini pada kelompok remaja obes dengan lingkar pinggang di bawah persentil 80 menurut Taylor, dkk. ? Mengetahui gambaran tebal lemak viseral berdasarkan USG abdomen pada kelompok remaja obes yang mengalami sindrom metabolik, dengan lingkar pinggang di atas atau sama dengan persentil 80, dan di bawah persentil 80 menurut Taylor, dkk. ? Mengetahui gambaran tebal lernak viseral berdasarkan USG abdomen pada kelompok remaja obes yang tidak mengalami sindrom metabolik, dengan lingkar pinggang di atas atau sama dengan persentil 80, dan di bawah persentil 80 menurut Taylor, dkk.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18169
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni'matun Nurlaela
Abstrak :
Saat ini salah satu cara untuk mengetahui individu terkena penyakit kardiovaskular adalah dengan pemeriksaan kadar lemak dalam darah yaitu melalui laboratorium. Pemeriksaan secara laboratorium membutuhkan biaya yang relatif mahal dan memerlukan peralatan yang tidak sederhana. Berbagai penelitian telah membuktikan pengaruh pengukuran antropometri (indeks massa tubuh, lingkar perut dan lainnya) terhadap risiko penyakit kardiovaskular, namun sedikit penelitian yang menggunakan pengukuran tersebut sebagai alat skrining kadar lemak dalam darah. Salah satu pengukuran antropometri yang dianggap mudah dan sederhana adalah mengukur berat badan, tinggi badan dan lingkar perut. Metode penelitian cross sectional dengan menggunakan sampel orang dewasa sejumlah 20.782 jiwa. Hasil penelitian menunjukkan proporsi hiper LDL 16,07%, hipo HDL 18,83%, hiper trigliseridemia 4,23%, hiperkolesterolemia 8,37%, dislipidemia definisi pertama 14,42% dan dislipidemia definisi kedua 33,88%. Hampir semua kelainan lemak darah, proporsi pada perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki kecuali hipo HDL lebih tinggi laki-laki dibandingkan perempuan. Rata- rata indeks massa tubuh dan lingkar perut akan semakin meningkat terhadap kejadian kelainan lemak darah untuk semua kondisi, baik laki-laki maupun perempuan. Jika dibandingkan berdasarkan jenis kelamin, rata-rata indeks massa tubuh dan lingkar perut perempuan lebih besar daripada laki-laki. Dengan menggunakan analisis ROC didapatkan bahwa lingkar perut lebih baik dalam memprediksi dislipidemia dibandingkan dengan IMT dengan nilai AUC 59,56% pada laki-laki dan 60,93% pada perempuan. ......Until now one way to determine the potential of individuals exposed to cardiovascular disease is to check the level of fat in the blood directly through the laboratory. Laboratory examination requires a relatively expensive cost and requires equipment that is not simple. Various studies have proven the effect of anthropometric measurements (body mass index, abdominal and other circumference) on the risk of cardiovascular disease, but few studies have used such measurements as a screening tool for blood lipid levels. Anthropometric measurements can be done in various ways, one of which is considered easy and simple that is by measuring the weight, height and abdominal circumference. Methods of cross sectional study using an adult sample of 20,782 inhabitants. The results showed that the proportion of hyper LDL 16.07%, hypo HDL 18.83%, hyper triglyceridemia 4.23%, hypercholesterolemia 8.37%, dyslipidemia first definition 14.42% and dyslipidemia second definition 33.88%. Almost all blood fat abnormalities, the proportion in women more than men except HDV hypo is higher for men than for women. The average body mass index and abdominal circumference will increase in the incidence of blood lipid abnormalities for all conditions, men or women. When compared by sex, the average body mass index and abdominal circumference of women greater than men. ROC analysis showed that abdominal circumference was better in predicting dyslipidemia compared with BMI with AUC 59.56% in male and 60.93% in female.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusmayanti
Abstrak :
Angka prevalensi diabetes melitus dari tahun ke tahun cendenmg meningkat. Data Departemen Kesehatan menyebutkan jumlah pasien dan kematian diabetes melitus rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan pertama dad selumh penyakit endokrin. Tahun 2004 pasien rawat inap diabetes melitus 42.000 kasus CFR 7,9%; dan tahun 2006 meningkat menjadi 49.364 kasms CFR 8,42%. Dari 4 (cmpat) tipc diabetes melitus, maka diabetes melitus tipe 2 yang paling banyak. Prevalensi diabetes melitus tipc 2, tahun 1992 sebesar 5,69%, tahun 1993 meningkat menjadi 5,'7% dan tahun 2005 mcnjadi l4,7%. Penyakit tersebut merupakan masalah kesehatan yang sangat serius, dimana komplikasinya menimbulkan angka kematian yang cukup tinggi, dan beban biaya kesehatan yang cukup mahal. Untuk itu diperlukan usaha untuk mencegahnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara obesitas sentral dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 setelah dikontrol variabel kovariat. Beberapa faktor kovariat yang diduga meningkatkan jumlah penderita diabetes melitus tipe 2 antara Iain umur, jenis kelamin, pekerjaan, riwayat menderita DM, aktivitas fisik, konsumsi serat, konsumsi lemak, pola makan, konsumsi alkohol, dan merokok. Desain penelitian ini menggunakan rancangan kasus kontrol dengan jumlah responden 300 orang dimana masing-masing kasus dan kontrol sebanyak 150 responden. Analisis dilakukan secara bertahap mulai dan analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Analisis multivariat menggunakan analisis regresi Iogistik ganda. Hasil pcnclitian menunjukkan hubungan yang signiiikan antara obesitas sentral dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 dimana obesitas sentral memiliki resiko untuk tcrkcna diabetes melitus tipe 2 sebesar 3,16 kali dibanding tanpa obesitas sentral, setelah dikcndalikan faktor riwayat DM dalam keluarga, aktiiitas fisik, dan kcbiasaan mcrokok. Disarankan perlunya informasi mengenai faktor resiko diabetes melitus tipc 2 secara luas kepada masyarakat. Jika risiko DM dapat diketahui sedini mungkin, maka upaya pencegahan akan segera dapat dilakukan schingga prevalcnsi DM dapat ditekan. ......Diabetes mellitus prevalence number of year goes to tend to increase. Health Depanmen data describes that the total of patient and diabetes melitus death, inpatient care and also outpatient care at hospital stays in the first range of all endocrine’s disease. On 2004 the diabetes melitus patient of inpatient care are 42,000 cases with CFR 7.9% and on 2006 become increase to 49,364 cases with CFR 8.42%. From 4 (four) diabetes melitus type, therefore diabetes melitus type 2 becomes most transmitted on patients. Diabetes melitus type 2 prevalence on 1992 as 5.69%, on 1993 increase becomes 5.7% and on 2005 becomes l4.7%. That disease was really serious health problem, where its complication caused high mortality and health charge which adequately expensive. For those reason required all effort to prevent it. The purposed of this research to describes relationship among central obesity with diabetes melitus type 2 after controlled by covariate variable. Several preconceived covariate factor increases diabetes melitus type 2 patient for example age, gender, occupation, diabetes mellitus history, physical activity, Ebcr consumption, fat consumption, food habit, alcohol and smoking. This observational design utilize case control design with 300 person respondent where every cases and controls as 150 respondents. Analysis is performing in several phased from univariate analysis, bivariate, and multivariate analysis. Multivariate analysis using a multiple logistics regression. The observational result indicated the significant relationship among central obesity and occurrence of diabetes melitus type 2 where central obesity has a risk and tend to strikes by diabetes mellitus type 2 as 3.16 times compared without central obesity, after controlled by diabetes mellitus history in family, physical activity and Smoking habitual. Sugggested to publicized the sufficient and properly infomation conceming diabetes melitus type 2 to community. If diabetes melitus type 2 risk can be detected and known early, therefore prevention effort will be performed so diabetes melitus type 2 prevalence can be controlled.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34407
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yudha Puspa Handini
Abstrak :
ABSTRAK
Sindrom metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik yang terdiri dari obesitas, resistensi insulin, dislipidemia dan hipertensi. Setiap komponen dari sindrom metabolik sebagai faktor risiko mayor kardiovaskular. Dislipidemia sebagai faktor risiko utama penyakit kardiovaskular. Penanganan sindrom metabolik memerlukan tatalaksana yang menyeluruh baik farmakologik maupun non farmakologik. Penelitian menunjukkan bahwa akupunktur dapat memperbaiki dislipidemia seperti menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida dan LDL serta meningkatkan HDL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas terapi kombinasi elektroakupunktur dan medikamentosa terhadap profil lipid dan lingkar perut penderita sindrom metabolik. Uji klinis acak tersamar tunggal dengan kontrol sham dilakukan pada 50 penderita sindrom metabolik yang dialokasikan secara acak menjadi kelompok terapi kombinasi elektroakupunktur dan medikamentosa kelompok elektroakupunktur atau kelompok terapi kombinasi elektroakupunktur sham dan medikamentosa kelompok kontrol . Kadar kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida dan lingkar perut digunakan untuk mengukur keluaran penelitian. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan bermakna lingkar perut kelompok elektroakupunktur sebesar -4,00 -5,00 ndash; -2 cm dibandingkan kelompok kontrol 0,00 -2 ndash; 3,00 cm
ABSTRACT
Metabolic syndrome is a group of metabolic abnormalities including obesity, insulin resistance, dyslipidemia and hypertension. Each component of the metabolic syndrome is a major cardiovascular risk factor. Dyslipidemia is a major risk factor for cardiovascular disease. Treatment of metabolic syndromes requires a comprehensive management of both pharmacologic and nonpharmacologic. Study showed that acupuncture can improve dyslipidemia such as lowering total cholesterol, triglycerde, LDL and increasing HDL. This study aims to determine the effectiveness of combination therapy of electroacupuncture and medicatian on lipid profile and waist circumference of metabolic syndrome patients. Single blinded randomized clinical trials with sham control were performed on 50 patients with metabolic syndrome that randomized into a combination group of electroacupuncture and medication electroacupuncture group or a combination group of sham electroacpuncture and medication control group . Total cholesterol levels, HDL, LDL, triglycerides and waist circumference used to measure the study outcomes. The results showed that waist circumference in electroacupuncture group decreased significantly 0f 4,00 5,00 ndash 2 cm compared to the control group of 0,00 2 ndash 3,00 cm, p
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>