Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yunita Wulandari
Abstrak :
ABSTRACT
Dalam organisasi pelayanan kemanusiaan terdapat kecenderungan bahwa pelibatan relawan dalam pelayanan hanya ditujukan untuk kegiatan yang sifatnya insidental saja, dan belum mensinergikan relawan dalam struktur organisasi secara berkelanjutan. Selain itu, terdapat juga suatu kondisi dimana terjadi ketimpangan antara jumlah staf dan relawan. Sehingga jumlah staf yang sedikit harus dibebani dengan peran pengelolaan relawan, beriringan dengan berbagai pekerjaan yang biasa mereka lakukan. Berdasarkan permasalahan tersebut, skripsi ini membahas mengenai proses pelaksanaan manajemen relawan yang diterapkan dalam organisasi pelayanan kemanusiaan Sekolah Relawan, beserta dengan faktor pendukung dan penghambat proses pengelolaan tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Sekolah Relawan melakukan pengelolaan relawan secara langsung, dan memiliki enam tahapan utama, yaitu 1 persiapan internal, 2 rekrutmen, 3 orientasi dan pelatihan, 4 penugasan atau aksi, 5 penguatan dan pemberian dukungan, dan 6 pengawasan. Adapun faktor yang mendukung proses pengelolaan relawan adalah keberadaan visi dan misi yang mengarah pada relawan, motivasi pribadi relawan, suasana kekeluargaan dan pengaruh pimpinan organisasi. Sedangkan faktor penghambat yang dialami, antara lain belum adanya bagian khusus yang menangani relawan, kesibukan lain yang dimiliki relawan, dan hambatan komunikasi.
ABSTRACT
In the human service organization there is a tendency that volunteer involvement in services is only aimed at incidental activities only, and has not synergized them in the organizational structure. In addition, there is also a condition where there is an imbalance between the number of staff and volunteers. So the small number of staff should be burdened with the role of volunteer management, along with the various jobs that they usually do. Based on these problems, this study discuses about volunteer management process conducted by Sekolah Relawan with the supports and obstacles. This study used qualitative method and descriptive design approach. The result of study show that Sekolah Relawan performs direct volunteer management, and has six main stages 1 internal preparation, 2 recruitment, 3 orientation and training, 4 assignment or action, 5 strengthening and support, and 6 supervision This volunteer management process are supported by the existence of vision and mission that leads to volunteer, personal motivation of volunteers, family atmosphere in organization and influence of board of directors. Whereas, the obstacles are the absence of volunteer manager, other activities owned by volunteers, and communication barriers.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifki
Abstrak :
Tulisan ini membahas tentang gangguan (disrupsi) yang terjadi pada Partai Golkar di Pemilu 2019 sejak dibentuknya relawan Golkar-Jokowi (Gojo). Pengaruh relawan Gojo terhadap rekrutmen politik tidak berdampak langsung karena Gojo dibentuk tidak berdasarkan perintah partai. Gojo mempengaruhi rekrutmen Partai Golkar sebelum Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan caleg. Relawan Gojo memanfaatkan media sosial untuk memperkenalkan bakal caleg Golkar dengan instrumen relawan. Sedangkan terhadap perubahan kampanye Partai Golkar, relawan Gojo memberikan dampak karena Golkar lebih kreatif memanfaatkan media sosial dengan memanfaatkan dukungan terhadap Jokowi. Dengan adanya Relawan Gojo maka kampanye-kampanye Partai Golkar lebih cepat dan dinamis, karena tidak lagi melalui jenjang organisasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep disrupsi Francis Fukuyama dan konsep pelembagaan Samuel P. Huntington. Temuan dari tulisan ini, lahirnya Gojo di Partai Golkar awalnya mendapatkan respon negatif dari beberapa kader karena menjadi hal baru di internal partai. Namun, pergerakan Gojo mampu memperkenalkan Golkar lebih cepat dan lebih baik dari infrastruktur kekuasaan yang sudah ada. Dari perubahan yang dibuat oleh Gojo terhadap rekrutmen dan kampanye Partai Golkar. Perubahan terhadap pola kampanye lebih terlihat dibandingkan rekrutmen politik. ...... This paper discusses the disturbances that have occurred to the Golkar Party in the 2019 Election since the formation of the Golkar-Jokowi (Gojo) volunteers. The influence of Gojo volunteers on political recruitment did not have a direct impact because Gojo was formed not based on party orders. Gojo influenced the recruitment of the Golkar Party before the General Elections Commission (KPU) determined the candidates. Gojo volunteers use social media to introduce prospective Golkar candidates with volunteer instruments. As for the changes to the Golkar Party's campaign, Gojo volunteers had an impact because Golkar was more creative in using social media by taking advantage of support for Jokowi. With the Gojo Volunteers, the Golkar Party's campaigns are faster and more dynamic, because they no longer pass through the organizational level. This study uses a qualitative method with a case study approach. The concepts used in this research are the disruption concept of Francis Fukuyama and the institutionalization concept of Samuel P. Huntington. The findings from this paper, the birth of Gojo in the Golkar Party initially received a negative response from several cadres because it was a new thing within the party's internal structure. However, the Gojo movement was able to introduce Golkar faster and better than the existing power infrastructure. From the changes made by Gojo to the recruitment and campaign of the Golkar Party. Changes to campaign patterns are more visible than political recruitment.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bianda Retno Widyani
Abstrak :
Menemukan tujuan hidup merupakan salah satu tugas perkembangan emerging adult usia 18-29 tahun. Salah satu cara untuk menemukannya adalah dengan mengikuti kegiatan relawan. Akan tetapi, manfaat yang dirasakan dari kegiatan relawan bergantung pada motivasi yang mereka miliki. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara motivasi kerelawanan dan tujuan hidup pada relawan Indonesia usia 18-29 tahun emerging adulthood. Sebanyak 2007 relawan mengisi alat ukur Volunteer Function Inventory VFI untuk mengukur motivasi relawan dan Brief Purpose Measure BPM untuk mengukur tujuan hidup. Keduanya telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. Hasil analisis menggunakan partial correlation menunjukkan bahwa hanya empat dari enam dimensi motivasi yang berhubungan signifikan dengan penetapan tujuan hidup. Motivasi nilai, motivasi pemahaman dan motivasi sosial berhubungan signifikan secara positif dengan tujuan hidup. ......Finding a life purpose is a task of emerging adult. One of the ways to find it is through volunteering. However, a person 39s reasons for volunteering vary. This research aims to determine the relationship between volunteering motivations with life purpose in Indonesian volunteers aged 18 29 emerging adulthood . As many as 2007 volunteers filled out the Volunteer Function Inventory VFI to measure volunteer motivations and Brief Purpose Measure BPM to measure life purpose. Both instruments had ben adapted into Indonesian. The analysis results, conducted using partial correlation, shows that only four out of five motivation dimensions correlate significantly with life purpose. Value motivation, understanding motivation, and social motivation all have significant positive correlations with life purpose.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adisya
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara motivasi kerelawanan dan kepribadian narsisistik pada relawan di Indonesia yang berusia 18-29 tahun emerging adulthood. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan responden relawan yang berjumlah 2002 responden. Motivasi kerelawanan diukur dengan menggunakan Volunteer Function Inventory VFI, dan kepribadian narsisistik diukur dengan menggunakan Narcissism Personality Inventory NPI-13, kedua instrumen tersebut telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. Pada motivasi kerelawanan, terdapat enam dimensi motivasi kerelawanan, yaitu nilai, karir, sosial, pemahaman, peningkatan harga diri, dan protektif. Pada kepribadian narsisistik, terdapat tiga dimensi kepribadian narsisistik, yaitu leadership/authority, grandiose exhibitionism, dan entitlement/exploitativeness. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara motivasi nilai dengan kepribadian narsisistik grandiose exhibitionism, 2 terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi karir dengan ketiga kepribadian narsisistik leadership/authority, grandiose exhibitionism, dan entitlement/exploitativeness, 3 terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara motivasi sosial dengan kepribadian narsisistik entitlement/exploitativeness, 4 terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara motivasi pemahaman dengan kepribadian narsisistik leadership/authority dan entitlement/exploitativeness, 5 terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi kerelawanan peningkatan harga diri dengan kepribadian narsisistik leadership/authority dan entitlement/exploitativeness, 6 terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi protektif dengan kepribadian narsisistik entitlement/exploitativeness. ......The purpose of this research is to examine the correlation between volunteering motivation and narcissistic personality among volunteer in Indonesia within age of 18 29 years old emerging adulthood. This research uses correlational method with 2002. Volunteering motivation was measured by Volunteer Function Inventory VFI and narcissistic personality was measured by Narcissism Personality Inventory NPI 13, both have been adapted to Bahasa Indonesia. Volunteering motivation consist of six dimensions which are values, career, social, understanding, enhancement, and protective. Narcissistic personality consists of three dimensions which are Leadership Authority, Grandiose Exhibitionism, and Entitlement Exploitativeness. The result indicated 1 there was significant negative correlation between value motivation and grandiose exhibitionism personality, 2 there was significant positive correlation between career motivation and three of the narcissistic personality leadership authority, grandiose exhibitionism, and entitlement exploitativeness, 3 there was significant negative correlation between social motivation and entitlement exploitativeness personality, 4 there was significant negative correlation between understanding motivation and two of the narcissistic personality, which are leadership authority and entitlement exploitativeness, 5 there was significant positive correlation between enhancement motivation and two of the narcissism personality, which are leadership authority and entitlement exploitativeness, 6 there was significant positive correlation between protective motivation and entitlement exploitativeness personality.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Maulana Syarif
Abstrak :
Beragam survei menyatakan Indonesia merupakan negara paling dermawan, seperti survei dari CAF (2021) dan Gallup (2018) yang selalu menjadikan prestasi tersendiri bagi banyak orang di Indonesia. Data yang ditampilkan berupa kumpulan angka dengan beberapa unsur-unsur yang menunjang dalam pencapaian hasil peringkat, di antaranya jumlah donasi, jumlah relawan, dan jumlah aksi membantu orang yang tidak dikenal atau asing. Etnografi relawan komunitas Turun Tangan ini memberikan temuan lapangan beserta penjelasan secara emik atas kegiatan kerelawanan yang telah dimulai sejak 2013 dengan anggota yang tersebar di Indonesia. Etnografi ini menjelaskan dinamika dan kompleksitas atas keragaman motif, aktor, imajinasi sosial, arena, waktu di dalam aktivitas kedermawanan dan kerelawanan dengan analogi permainan untuk melihat empati, eksistensi, dan kontestasi yang berlangsung. Metode pengumpulan data menggunakan etnografi dengan terlibat aktif dalam aktivitas komunitas, melakukan observasi dan wawancara, serta data sekunder. ......Various surveys state that Indonesia is the most generous country, such as surveys from CAF (2021) and Gallup (2018) which always make it a special achievement for many people in Indonesia. The data displayed is a collection of numbers with several elements that support the achievement of ranking results, including the number of donations, the number of volunteers, and the number of actions to help people who are unknown or foreign. This ethnography of the volunteer community of Turun Tangan provides field findings along with an emic explanation of the volunteer activities that have been initiated since 2013 with members spread across Indonesia. This ethnography explains the dynamics and complexity of the diversity of motives, actors, social imagination, time, and arenas in philanthropy and volunteerism activities with the analogy of a game to see empathy, existence, and contestation. Methods of data collection using ethnography by being actively involved in community activities, conducting observations and interviews, as well as secondary data.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariza Bima Putra
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fenomena keterlibatan pemuda dalam aktivitas kerelawanan sosial pada bidang pendidikan yang di tiga wilayah tertinggal Provinsi Banten. Lingkup pemuda yang diambil dalam penelitian ini adalah mereka yang berada pada organisasi Istana Belajar Anak Banten (ISBANBAN), serta mereka yang pernah, atau sedang mengikuti kegiatan sosial kerelawanan yang diselenggarakan oleh ISBANBAN Foundation. Beberapa teori yang penulis gunakan sebagai acuan dalam penelitian ini antara lain teroi relawan yang dikemukakan oleh Schroeder, teori gerakan sosial oleh Anthony Giddens, teori Tindakan sosial oleh Max Webber teori kepemudaan, teori pendidikan serta Ketahanan Nasional. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Diketahui bahwa alasan yang melatarbelakangi pemuda untuk terlibat dalam aktivisme sosial di Isbanban adalah karena keprihatinan terhadap kondisi Pendidikan di Banten dan juga motivasi pribadi untuk mendapatkan kepuasan atau kebahagiaan secara batin. Sementara itu aktivitas yang dilakukan pemuda melalui aktivisme sosial merupakan bentuk kontribusi masyarakat terhadap Ketahanan Nasional melalui Pendidikan, dimana memperbaiki generasi melalui ilmu akan meningkatkan sumberdaya manusia yang unggul dalam segala aspek ketahanan nasional. ......This study aims to analyze the phenomenon of youth involvement in social volunteer activities especially in the field of education in three regions of Banten Province. The scope of youth taken in this study are those in the Istana Belajar Anak Banten (ISBANBAN) organization, as well as those who have participated in, or are currently participating in voluntary social activities organized by the ISBANBAN Foundation. Some of the theories that the author uses as a reference in this research include volunteer work proposed by Schroeder, social movement theory by Anthony Giddens, social action theory by Max Webber, youth theory, education theory and National Resilience. In this study, researchers used qualitative research methods with a phenomenological approach. It is known that the reason behind youth to engage in social activism in Isbanban is due to concern for the condition of education in Banten and also personal motivation to gain inner satisfaction or happiness. Meanwhile, the activities carried out by youth through social activism are a form of society's contribution to National Resilience through Education, where improving generations through science will increase superior human resources in all aspects of national resilience.
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Sukanto
Abstrak :
Penelitian ini berfokus pada pengamh kepemimpinan dan karakteristik relawan terhadap upaya Relawan dalam meningkatkan kualitas Pelayamm Bulan Sabit Merah Indonesia Cabang Jakarta Ttmur. Penelitian ini tennasuk penelitian kuantitatif dengan disain deskriptif. Model operasional penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif statistika regresi linear I sederhana dan regresi linear ganda. Responden dalam penelitlan ini terdiri dari 45 orang relawan Bulan Merah Indonesia Cabang Jakarta Timur pada tahun 2007-2008. Pengumpulan data Uilakukan dengan kuesioner, sedangkan anailsis dilakukan dengan merujuk pada standar dan teori kepemimpinan, karakteristik pekeija ( relawan ) dan kualitas pelayanan. Dari analisis terhadap basil kuesioner, disimpulkan bahwa : 1) Kepemimpinan BSMI Cabang Jakarta Timur berpengaruh secara signifikan dan mempunyai hubungan yang cukup kuat terhadap upaya reiawan dalam meningkatkan kua!itas pelayanan. HasH analisis regresi linear, besarnya pcngamll ( R Square ) sebesar 22,5 % ( sisanya ditentukan oleh variabei lain ) dan kuatnya hubungan ( R ) sebesar 0,474 ( cukup kuat ). 2) Karakteristik relawan BSMI Cabang Jakarta Timur berpengaruh secara signifikan dan mempunyai hubungan yang cukup kuat terhadap upaya relawan dalam meningkatkan kualitas pelayanan, Hasil analisis regresi yaitu besarnya pengaruh ( R Square) sebesar 25 % ( sisanya ditentukan oleh variabel lain ) dan kuatnya hubungan { R ) sebesar 0,500 ( cukup kuat ). 3) Kepemimpinan dan karakteristik relawan BSMI Cabang Jakarta Timur secara simuJtan berpengamh secara signifikan dan mempunyal hubungan yang cukup kuat terhadap upaya relawan dalam meningkatkan kualitas pelayanan. Hasil analisis regresi linear berganda yaitu antara kepemimpinan dan karakteristik relawan secara simultan terhadap upaya relawan da1am rneningkatkan kualitas pelayanan, yaitu besarnya pengaruh kedua variabel independen variabel terhadap variabel dependen (R Square) sebesar 29,1% (sisanya ditentukan oleh variabel lain) dan kuatnya hubungan (R) sebesar 0,539% (cukup kuat). Hasil penelitian menyarankan bahwa walaupun dari hasil penelitian sudah baik, namun perlu adanya usaha yang konsisten dan pengembangan secara kontinyu dalam kepemimpinan, perlu adanya pelatihan rutin dan upaya relawan peningkatan kualitas dalam kehandalan dan penampilan fisik pelayanan perlu ditingkatkan.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T11526
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ince Siti Nurmala
Abstrak :
Ketika berbagai krisis dan bencana alam melanda negeri, masyarakat saling bahu-membahu mencoba meringankan beban secara bersama-sama. Sosok dokter yang tampil di tengah-tengah krisis, memberikan bantuan melalui keahlian yang dimiliki secara cuma-cuma, merupakan suatu fenomena tingkah laku prososial yang terjadi di masyarakat kita. Hal ini menjadi menarik, manakala seorang dokter dapat memperoleh keuntungan yang cukup lumayan dari pelayanan yang diberikannya, dengan menjadi relawan ia justru tidak hanya tidak mendapatkan bayaran, tetapi juga mengorbankan waktu dan tenaga. Bahkan tidak jarang, resiko keselamatan pun menjadi taruhan ketika ia harus memberikan bantuannya di tengahtengah kondisi perang maupun bencana alam di berbagai wilayah. Berkaitan dengan fenomena tersebut, penelitian berikut berusaha memperoleh gambaran mengenai orientasi nilai sosial-suatu cara untuk menjelaskan kecenderungan individu terhadap pendistribusian hasil dalam suatu situasi yang secara sosial saling tergantung- dan orientasi religiussuatu arah atau cara mengenai bagaimana individu menjalani keyakinan dan nilai-nilai religius yang dianut-dari para relawan dokter. Dengan pendekatan kuantitatif, peneliti menggunakan kuesioner orientasi nilai sosial dan skala orientasi religius Allport-Ross sebagai alat ukur untuk subyek relawan dokter. Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar subyek memiliki orientasi nilai sosial yang proself (kategori individualistik dan kompetitif) dan termasuk ke dalam tipe indiscrimimtely proreligious. Adapun dimensi orientasi religius intrinsik dan ekstrinsik pada subyek yang prososial maupun proself berada pada rentang yang tidak berbeda jauh, dimana orientasi religius intrinsiknya termasuk sangat tinggi dan orientasi religius ekstrinsiknya termasuk tinggi.
Depok: Fakultas Psikologi Unversitas Indonesia, 2003
S3233
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mugi Silih Mulyadi
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana hubungan antara motivasi kerelawanan dan distres psikologis pada relawan usia 18-29 tahun emerging adulthood. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan responden relawan yang berjumlah 909 orang dengan jenis kegiatan kerelawanan yang berbeda-beda. Motivasi kerelawanan diukur dengan menggunakan Volunteer Functions Inventory VFI, dan distres psikologis diukur dengan menggunakan Hopkins Symptom Checklist-25 HSCL-25, kedua instrumen tersebut telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia. Terdapat enam dimensi motivasi kerelawanan yaitu perlindungan, nilai, karir, sosial, pemahaman, dan pengembangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan dan positif antara motivasi kerelawanan dimensi perlindungan dan distres psikologis. Sementara itu, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dimensi nilai, sosial, karir, pemahaman, dan pengembangan dengan distres psikologis. ......The purpose of this research is to examine the correlation between volunteering motivation and psychological distress among volunteer with age 18 29 years old emerging adulthood. This research uses correlational method with 909 respondents that have participated in various volunteering activity. Volunteering motivation was measured by Volunteer Functions Inventory VFI, and psychological distress was measured by Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL 25, both have been adapted into Indonesian. Volunteering motivation consist of six dimensions, protective, values, career, social, understanding, and enhancement. Result shows that there was significant positive correlation between one dimensions of volunteering motivation protective with psychological distress. There was not significant correlation between five dimension of volunteering motivation values, social, career, understanding, enhancement and psychological distress.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daeng Azizah Rahmatia
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai hubungan trait kepribadian dengan motivasi kerelawanan yang dimiliki oleh para relawan yang berada pada rentang usia tahap perkembangan emerging adulthood di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Volunteer Functions Inventory VFI untuk mengukur motivasi kerelawanan dan Big Five Inventory 2 Extra Short Form untuk mengukur trait kepribadian. Dimensi motivasi kerelawanan yang diukur yaitu dimensi protective, values, career, social, understanding, dan enhancement. Trait kepribadian yang dikur mencakup extraversion, agreeableness, conscientiousness, negative emotionality, dan open-mindedness. Hasil penelitian menunjukkan bahwa trait kepribadian extraversion memiliki hubungan positif secara signifikan dengan dimensi motivasi values, social, understanding, dan enhancement. Trait kepribadian agreeableness dan conscientiousness memiliki hubungan positif secara signifikan dengan dimensi motivasi values, social, dan understanding. Trait kepribadian negative emotionality memiliki hubungan positif yang signifikan dengan dimensi motivasi protective, namun memiliki hubungan negatif signifikan dengan dimensi motivasi social dan understanding. Trait kepribadian open-mindedness memiliki hubungan positif secara signifikan dengan dimensi motivasi values dan understanding, serta memiliki hubungan negatif signifikan dengan dimensi motivasi enhancement. ...... This research discusses about the correlation between personality traits and volunteer motivation among volunteers who are in emerging adulthood developmental stage in Indonesia. This is a quantitative research. Volunteer Functions Inventory VFI was used to measure volunteer motivation and Big Five Inventory 2 Extra Short Form was used to measure personality traits. There are six dimensions of volunteer motivation that are measured by VFI which are protective, values, career, social, understanding, and enhancement dimensions. Personality traits that are measured were extraversion, agreeableness, conscientiousness, negative emotionality, and open mindedness. The results show that there were significant positive correlations between trait extraversion and values, social, understanding, and enhancement dimensions of volunteer motivation. Both traits agreeableness and conscientiousness significantly correlate positively with values, social, and understanding dimensions of volunteer motivation. Trait negative emotionality significantly correlate positively with protective dimension of motivation, but significantly correlate negatively with social and understanding dimensions of volunteer motivation. There were significant positive correlation between trait open mindedness and values and understanding dimensions of volunteer motivation. There was also significant negative correlation between trait open mindedness and enhancement dimension of volunteer motivation.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>