Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Novitri
"Pelayanan kesehatan di rumah sakit harus berfokus pada mutu dan keselamatan pasien, termasuk salah satu didalamnya adalah pelayanan operasi. Pada tahun 2022 angka penundaan operasi di RSUP Fatmawati sebesar 2,3%. Dampak dari penundaan operasi berpotensi pada terjadinya inefisiensi keuangan. Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui adanya hubungan penundaan operasi terhadap kecemasan pasien di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Tahun 2023. Penelitian dilakukan dengan pendekatan observasional dan desain case control yang melibatkan 102 Responden pada penelitian kuantitatif dan 14 informan penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukan nilai OR “Estimate” yaitu 0.183, artinya sebagai faktor protective sehingga dapat disimpulkan bahwa kejadian risiko kecemasan pasien yang mengalami penundaan operasi lebih rendah dibandingkan pasien yang tidak mengalami penundaan operasi. Tetapi p value < 0.005 menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara penundaan operasi dengan kecemasan. Ditemukan ada hubungan kondisi pasien, hasil laboratorium dan kesiapan operator dengan penundaan operasi. Simpulan adalah penundaan operasi berisiko menimbulkan kecemasan pasien sehingga saran penelitian ini adalah pengembangan klinik pra bedah.

Health services in hospitals must focus on quality and patient safety, including surgical services. In 2022 the number of postponed operations at Fatmawati General Hospital will be 2.3%. The impact of postponing operations has the potential to result in financial inefficiencies. The aim of the research carried out was to determine the relationship between postponing surgery and patient anxiety at the Fatmawati Central General Hospital in 2023. The research was carried out using an observational approach and case control design involving 102 respondents in quantitative research and 14 qualitative research informants. The research results show that the OR "Estimate" value is 0.183, meaning it is a protective factor so it can be concluded that the incidence of anxiety risk in patients who experience a delay in surgery is lower than in patients who do not experience a delay in surgery. However, p value < 0.005 indicates there is a significant relationship between delaying surgery and anxiety. It was found that there was a relationship between patient condition, laboratory results and operator readiness with surgical delays. The conclusion is that delaying surgery risks causing patient anxiety, so the suggestion for this research is the development of a pre-surgical clinic."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikra Ananda
"Pelaksanaan proyek konstruksi yang menangani paket pekerjaan engineering, procurement, dan construction (EPC) sangat membutuhkan strategi pengelolaan yang cermat dari tahap perencanaan sampai tahap akhir pelaksanaan proyek. Masalah-masalah yang sering dihadapi dalam pelaksanaan proyek EPC pada umumnya adalah masalah koordinasi dan komunikasi diantara bagian-bagian divisi yang saling berkaitan satu sama lain dan bisa mempengaruhi produktivitas kerja. Tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan masukan kepada para kontraktor yang bergerak dalam bidang rekayasa, yang meliputi bidang engineering, procurement, dan construction agar dapat meningkatkan manajemen komunikasi yang telah dimiliki menjadi lebih optimal dan efektif.
Penelitian untuk mengetahui faktor-faktor risiko dilakukan secara kualitatif, dengan menganalisis data persepsi yang didapat dari kuesioner dengan responden manajer proyek dan team inti proyek yang mempunyai pengalaman dalam proyek EPC, analisa risiko dilakukan secara kuantitatif terhadap variabel risiko dari hasil kuesioner, selanjutnya data tersebut diolah dengan Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk mendapatkan prioritas faktor risiko. Dari hasil penelitian terdapat 5 variabel peristiwa risiko yang diidentifikasi menjadi risiko yang utama dalam penerapan manajemen komunikasi pada proyek EPC.

The implementation of construction projects which handles package Engineering, Procurement, and Construction (EPC) in desperate need of careful management strategy from the planning to the final stage of the project. The problems are often encountered in the implementation of EPC projects in general is a problem of coordination and communication between the parts division that are related to each other and can affect work productivity. The objective is to provide input to the contractors engaged in the engineering, covering the fields of Engineering, Procurement, and Construction in order to improve the management of communication that has been held to be more optimal and effective.
Research to determine the risk factors conducted qualitatively, by analyzing data obtained from questionnaires perception by respondents, project managers and project team who have experience in EPC projects, quantitative risk analysis conducted on risk variables from the questionnaire, then the data is processed the Analytic Hierarchy Process (AHP) to get priority risk factors. From the research there are five variables identified risk events into the main risk in the implementation of communication management in EPC project.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44708
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manggala Kusumo Wijayanto
"ABSTRAK
Perkembangan infrastruktur jalan dan jembatan di Indonesia semakin pesat, memiliki risiko yang tinggi. Namun perkembangan di dunia infrastruktur tidak diimbangi dengan percepatan pembebasan lahan sehingga berdampak pada keterlambatan kinerja proyek. Untuk itu diperlukan suatu evaluasi terhadap proses pengadaan lahan di Kementrian Pekerjaan Umum Bina Marga sehingga dapat meningkatkan kinerja proyek. Penelitian ini dilakukan melalui metode analisa risiko berbasis PMBOK 2013 yang selanjutnya diolah menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) untuk mengetahui faktor risiko dominan. Hasil yang didapat berupa tindakan prefentif dan korektif yang tepat dalam menangani risiko yang terjadi serta analisa stakeholder pada proses pengadaan lahan.

ABSTRACT
The development of road and bridge has been increasing in Indonesia which has high risk. However, this development is not mathced by an increase in land acquisition that have an impact on delays in project performance. It requires an evaluation of the process of land acquisition to improve project performance. This research conducted through a risk analysis method based on PMBOK 2013, which processed using the Structural Equation Modelling (SEM) to determine the dominant risk factors. Results are preventive and corrective actions are appropriate in addressing the risk that occur as well as stakeholder analysis in the process of land acquisition."
2016
T47196
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lecya Lalitya
"Perkembangan komunikasi pada anak menjadi indikator keberfungsian perkembangan anak secara keseluruhan. Komunikasi juga menjadi gerbang bagi anak untuk mengembangkan diri, sehingga berperan penting dalam mengoptimalkan fungsi anak, terutama pada anak usia dini. Akan tetapi, cukup banyak anak yang memiliki masalah keterlambatan komunikasi. Masalah yang dialami anak dengan keterlambatan komunikasi adalah kesulitan melakukan komunikasi dua arah. Penelitian terdahalu menyebutkan bahwa intervensi untuk masalah komunikasi perlu melibatkan orangtua dan mematangkan kemampuan prelinguistic communication Developmental Individual Differences and Relationship (DIR)/Floortime adalah salah satu intervensi yang mampu mengakomodasi hal tersebut. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas penerapan untuk meningkatkan komunikasi dua arah pada anak usia dini dengan keterlambatan komunikasi. Penelitian dilakukan dengan desain dan multiple baseline across situation. Dilakukan perbandingan pre dan post pada kemampuan komunikasi dua arah anak setelah menjalani intervensi. Partisipan penelitian adalah anak berusia 2 tahun dan ibu yang berusia 37 tahun. Dua alat ukur utama yang digunakan adalah lembar observasi circle of communication (CoC) dan inventori functional-emotional assessment scale (FEAS). Hasil penelitian menunjukkan, penerapan floortime efektif meningkatkan komunikasi dua arah dan functional emotional developmental pada anak dengan keterlambatan komunikasi. Meningkatnya kemampuan komunikasi ditunjukkan dengan adanya penguasaan kosa kata baru dan peningkatan functional emotional developmental dari tahap dua menjadi tahap lima.

The development of communication in children is an indicator of overall childrens development. Communication is also a gateway for children to develop themselves and to function optimally, especially in early childhood. Studies indicated that there a large number of children with communication challenges. Children with communication delays challenges are having difficulty engaging in two-way communication. The latest studies
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T53405
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Sugiarsih
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh kompetisi politik, dalam hal ini konsentrasi partai politik dan fragmentasi pemerintahan, terhadap peluang keterlambatan penetapan APBD. Penelitian ini menggunakan data panel tahunan dari 509 pemerintah daerah dalam kurun waktu tahun 2009-2017 yang kemudian dianalisa dengan regresi logistik biner dan OLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetisi politik, dalam hal ini fragmentasi pemerintahan, secara signifikan meningkatkan peluang keterlambatan penetapan APBD. Sedangkan pengujian tambahan atas pengaruh kompetisi politik terhadap lamanya hari keterlambatan APBD menunjukkan bahwa kompetisi politik memiliki pengaruh yang tidak konsisten terhadap lamanya hari keterlambatan APBD. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi lamanya keterlambatan penetapan APBD dibawah 120 hari adalah konsentrasi partai politik, opini BPK, anggaran belanja dan kemandirian keuangan daerah. Sedangkan keterlambatan penetapan APBD yang lebih dari 120 hari dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar variabel yang ada. Penelitian ini merekomendasikan pemerintah untuk membentuk perundang-undangan secara khusus mengenai keterlambatan penetapan APBD, yang mengatur mekanisme check and balances dalam proses penganggaran di daerah, serta menetapkan reward and punishment yang lebih tegas terkait ketepatan waktu penetapan APBD.

This study aims to find out how the effect of political competition, in this case the concentration of political parties and government fragmentation, on the probability of regional budget delays. This study uses annual panel data from 509 local governments for the period 2009-2017 which is then analyzed with binary logistic regression. The results show that political competition, in this case the fragmentation of government, significantly increases the opportunity of regional budget delays. An additional examination held on the effect of political competition on the duration of regional budget delays shows that political competition has an inconsistent effect on duration of delays. Factors predicted to influence the duration of regional budget delays that is less than 120 days are the concentration of political parties, BPK opinion, budgetary expenditures and regional independence. Meanwhile, the regional budget delays that is more than 120 days is influenced by factors other than the existing variables. This study recommends the government to establish specific regulation about regional budget delays, which regulates the check and balance mechanism in the regional budgeting process, as well as implements reward and punishment regarding the timeliness of regional budget. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurma Hidayati
"Diagnosa dini TB dan memulai pengobatan secepat mungkin merupakan hal yang sangat esensial dalam program pemberantasan TB, dimana hal ini sangat tergantung dari upaya temuan kasus (case finding). Keterlambatan diagnosis dapat menyebabkan keterlambatan pengobatan sehingga memperburuk penyakit, meningkatkan risiko kematian dan memperpanjang transmisi infeksi di komunitas. Program pemberantasan TB yang baik akan meminimalkan keterlambatan diagnosis dan meningkatkan kepatuhan berobat pasien. Informasi dasar tentang besarnya masalah dan faktor risiko terjadinya keterlambatan diagnosis dan pengobatan TB paru akan sangat berguna untuk mengestimasi dampak strategi DOTS dimasa datang dan juga untuk mengembangkan strategi yang sesuai untuk mengurangi keterlambatan diagnosa TB para.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui waktu terjadinya keterlambatan diagnosis TB dan faktor risiko yang berhubungan dengan keterlambatan diagnosis pada tingkat penderita (patient delay) dan pada tingkat sistem kesehatan (health system delay) serta keterlambatan total (total delay).
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ciracas Jakarta Timur dengan menggunakan metode potong lintang (cross sectional) dengan jumlah sampel 162 orang. Subyek penelitian adalah seseorang yang didiagnosa menderita TB para dari bulan Juli 2002 sampai dengan bulan Juni tahun 2003 baik dalam status masih aktif, sudah sembuh maupun yang putus berobat berusia < l5 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan waktu keterlambatan pasien (median) 2 minggu, pelayanan kesehatan 1 minggu dan keterlambatan total 6,05 minggu. Hasil analisis multivariat menunjukkan faktor risiko yang berhubungan dengan keterlambatan pasien mencari pengobatan < 4 minggu adalah faktor umur > 33 tahun (OR 2.44; 95% CI 1.02-5.83), gejala pertama batuk (OR 5.12; 95% CI 1.68-15.6), persepsi gejala serius (OR 2.57; 95% CI 1.206 - 5.48), jarak tempuh > 30 menit berkendaraan (OR 3.17; 95% CI 1.34-7.52), dan status perkawinan belum menikah (OR 7.03; 95% Cl 1.61-30.54).
Faktor risiko yang berhubungan dengan keterlambatan pelayanan kesehatan > 1 minggu adalah UPK I yang dikunjungi milik swasta (OR 2.41; 95% CI 1.108-5.243). Lamanya gejala sebelum diagnosa TB ditegakkan (OR 0.27; 95% CI 0.127-0.574) dan jarak tempuh ke UPK I tersebut (OR 0.364; 95% CI 0.136-0.973) merupakan faktor pencegah keterlambatan pelayanan kesehatan > 1 minggu. Faktor risiko yang berhubungan dengan keterlambatan total > 5 minggu lamanya gejala sebelum diagnosa TB ditegakkan (OR 5.41; 95% CI 2.55-11.46).
Untuk mengurangi keterlambatan diagnosis TB para, perlu dilakukan pendidikan ke masyarakat dengan mempertimbangkan aspek sosial dan budaya, terutama dalam hal pengenalan gejala TB paru dan mendorong motivasi untuk mencari pengobatan secepat mungkin. Perlu pengembangan cakupan program penanggulangan TB ke fasilitas pelayanan kesehatan non-pemerintah. Perlu ditingkatkan kewaspadaan petugas kesehatan di fasilitas kesehatan swasta dan pemerintah untuk mengenali gejala TB sedini mungkin,

Early diagnosis of the disease and prompt initiation of treatment is essential for an effective tuberculosis control program. Delays in diagnosis may affects the eradication of the TB patients, increase the risk of death and enhance tuberculosis transmission in the community. Good control programs will reduce duration of illness average by minimizing diagnostic delay and ensuring the patients adherence to short-course treatment. Baseline information on the magnitude and risk factors of delays in diagnosis of tuberculosis will be useful in estimating the impact of DOTS strategy over time, as well as for developing appropriate strategies to reduce diagnostic delays.
The aims of this study is to determined the risk factors associated with delays in health care seeking (patient delay) and delays in diagnosis by health providers (health system delay) among tuberculosis patients diagnosed at health facilities. The cross-sectional study was conducted in Kecamatan Ciracas Jakarta Timur. A total 162 TB patients > 15 years old diagnosed at health facilities during July 2002-Juni 2003 were interviewed using a structured questionnaire.
This study found that the median of patient, health system and total delay were 2 weeks, I weeks and 6.05 weeks respectively. In multivariate analysis, age > 33 years old (OR 2.44; 95% CI 1.02-5.83), first symptoms was cough (OR 5.12; 95% CI 1.68-15.6), felt serious symptoms (OR 1,6; 95% CI 1.09-234), time to reach the first health facilities > 30 minute (OR 3.17; 95% CI 1.34-7.52), and not married (OR 7.03; 95% CI 1.61-30.54) were associated with patient delays 4 weeks.
Longer patient delays (OR 0.27; 95% CI 0.127-0,574), first consultation to private provider (OR 2.41; 95% CI 1.108-5.243) and time to reach the first health facilities > 30 minute (OR 0.364; 95% Cl 0.136-0.973) were associated with health system delay > l weeks. Longer patient delays (OR 5.41; 95% CI 2.55-11.46) was associated with total delay > 5 weeks.
To reduce diagnostic delays, there must be a public educated and information to be aware about sign and symptom of TB and to motivate to seeks care more quickly. Social and culture approached should be taken into account in design of TB information campaigns and in prioritizing public health interventions about TB. It is urgency that TB programs should be expanded to private sectors as well as public sectors. Government and private physician should maintain and enhance a high index of suspicion for TB.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12954
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emilla Melati
"ABSTRAK
Dewasa ini penyelenggaraan transmigrasi dilakukan dengan penataan wilayah
melalui program Kota Terpadu Mandiri (KTM). KTM diharapkan mampu
membentuk pusat pertumbuhan ekonomi baru kurang dari 15 tahun. Dalam
pelaksanaannya, perkembangan beberapa KTM tidak sesuai dengan yang
diharapkan sehingga mengalami keterlambatan dalam mencapai tahapannya.
Penelitian ini mengidentifikasi faktor- faktor yang menyebabkan keterlambatan
menggunakan software structural equation modelling. Beberapa faktor dominan
yang berpengaruh dalam kinerja KTM adalah peran pemerintah daerah, peran
masyarakat dan swasta, kelembagaan ekonomi, perkembangan pertanian, serta
sarana dan prasarana perkotaan. Dengan diketahuinya faktor dominan diharapkan
dapat digunakan untuk menyusun strategi yang tepat untuk mengurangi terjadinya
deviasi dalam tahap perkembangan KTM.

ABSTRACT
Today the organization of transmigration is done by structuring the region through
the Integrated City program Mandiri (KTM). KTM is expected to form a new
economic growth center is less than 15 years. In practice, the development of
some of the KTM is not as expected so experienced delays in reaching its stages.
This study identifies the factors that cause delays using structural equation
modeling software. Some of the dominant factors that affect the performance of
KTM is the role of local governments, the role of public and private, institutional
economics, agricultural development, as well as city infrastructure. By knowing
the dominant factor is expected to be used to develop appropriate strategies to
reduce the occurrence of the deviation in the developmental stages KTM."
2016
T46645
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Herdian
"Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali, merupakan bandara dengan single-runway configuration, yang memiliki keterbatasan dalam hal penggunaan runway. Hal ini sangat mungkin mengakibatkan antrian pesawat pada taxiway, yang dapat mengakibatkan terjadinya delay pada pesawat yang mengalami antrian. Penelitian ini melihat hubungan antara waktu pergerakan pesawat pada taxiway bandara tersebut dengan keterlambatan atau delay yang dialami oleh bandara tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data waktu pergerakan pesawat pada taxiway yang diolah dengan analisa regressi, sehingga didapatkan hubungan antara waktu pergerakan dengan delay. Lalu dengan menggunakan analisa statistik deskriptif untuk mendapatkan standar deviasi dari delay yang terjadi selama 3 bulan. Sehingga didapatkan nilai utilitas dari performa taxiway bandara tersebut, dan berdasarkan penelitian ini nilai utilitas yang didapatkan menunjukkan taxiway dari bandara ini masih layak untuk dipergunakan dengan nilai utilitas sebesar 0,56733.

Bali's Ngurah Rai International Airport, is an airport with single - runway configuration which has limitations in runway usage. It is very likely to cause aircraft queue in the taxiway , which may result in form delay for the aircrafts in the queue. This study focused on the relation between the aircraft movement on the taxiway with the delay experienced by the airport. The research was conducted by collecting data of the aircraft movement on the taxiways and then processed by regression analysis, in order to get the relationship between the movement of aircraft and the delay occurred in the airport. After that by using descriptive statistic analysis to obtain the standard deviation of the delay that occurred during the 3 months. So we get the utility value of the performance of the airport taxiways, and based on the utility value of the airport taxiway in this research, the taxiway is still feasible to be used with the utility value of 0.56733."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S69284
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abidzar Basaib
"Beberapa waktu terakhir, pembangunan infrastruktur menjadi perhatian dan prioritas utama pemerintah Indonesia. Anggaran infrastruktur tumbuh pesat, salah satu proyek besar adalah revitalisasi infrastruktur olahraga penunjang Asian Games 2018. Pembangunan ini melibatkan kontraktor besar, dibawah pengawasan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. PT. ABCD merupakan salah satu subkontraktor yang terlibat di berbagai proyek tersebut. Dikarenakan tingkat kompleksitas dan keterbatasan waktu serta sumber daya, mayoritas proyek yang dikelola kontraktor mengalami keterlambatan. Penelitian ini ingin mencari faktor utama penyebab keterlambatan proyek konstruksi olahraga, variabel apa yang mempengaruhi dan bagaimana cara mengatasinya. Penulis menggunakan PT. ABCD sebagai studi kasus, dan menyebar kuesioner pada 35 karyawan aktif yang terlibat pada manajemen proyek infrastruktu, dengan pengujian pada 32 variabel penyebab keterlambatan dari penelitian terdahulu. Setelah data terkumpul analisa dilakukan dengan kombinasi kuantitatif dan kualitatif serta melihat implikasi manajerial dengan acuan PMBOK Guideline. Penulis menemukan bahwa faktor yang menjadi penyebab adalah keterbatasan sumber daya yang dimiliki, serta variabel ketidakakuratan Bill of Quantity menjadi penyebab keterlambatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan PT. ABCD dan pelaku usaha di industri yang serupa dapat memiliki rekomendasi untuk pencegahan terjadinya keterlambatan.

Infrastructure development is the governments main objective in recent years in Indonesia. The budget is growing significantly, and one of the biggest project is the infrastructure of Asian Games 2018. The development is involving a lot of contractors under the Ministry of Public Works, and PT. ABCD is one of the subcontractors that involved in certain numbers of projects. Because of the complexity and limitation of time and resources, most of the projects that managed by contractors are delayed, including the subcontractors projects. This paper wants to find out the main factor that causing delay in sports construction and what the variables are and how to deal with it. The author using PT. ABCD as a case study, and conduct a survey to 35 employees that involved in the project management at PT. ABCD, then testing 30 variables that causing delay from previous study. Then we analyzed the data collected, and combined the quantitative analysis with the qualitative analysis to see the managerial implication by analyzing literature and PMBOK. Author found out that the main factor that causing a delay is because of inaccurate Bill of Quantity, and followed by other factors, such as limited resources. The purpose of this paper is to give PT. ABCD and other company in common, a preventive action and recommendation."
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T54632
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Delmart Hudson
"Pada saat pelaksanaan pengadaan dan pemasangan elevator di PT. X sering terjadi permasalahan yang mengakibatkan keterlambatan waktu pemasangan elevator. Hal ini dapat dilihat dari beberapa fenomena proyek – proyek pemasangan elevator yang dikerjakan oleh PT. X. Keterlambatan tersebut terjadi karena kurangnya antisipasi dari pihak PT. X untuk menangani permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan pengadaan dan pemasangan elevator. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan pedoman pelaksanaan pengadaan dan pemasangan elevator berbasis risiko untuk meningkatkan kinerja waktu pemasangan elevator. Proses penelitian ini dibagi menjadi 4 tahap yaitu tahap pertama mengidentifikasi pelaksanaan pengadaan dan pemasangan elevator, tahap kedua mengindentifikasi faktor – faktot risiko pada pelaksanaan pengadaan dan pemasangan elevator yang berdampak pada kinerja waktu, tahap ketiga mengidentifikasi respon risiko untuk mengantisipasi setiap faktor risiko yang terdapat pada pelaksanaan pengadaan dan pemasangan elevator dan tahap keempat mengembangkan pedoman pelaksanaan pengadaan dan pemasangan elevator berbasis risiko untuk meningkatkan kinerja waktu. Analisa risiko yang digunakan pada penelitian ini menggunakan PMBOK 2017 dengan konsep matriks probabilitas dan dampak. Dari hasil penelitian diperoleh 4 tahapan dan 9 kegiatan hasil validasi pakar, pada pelaksanaan pemasangan elevator dengan metode false car diperoleh 6 tahapan dengan 26 kegiatan dan pada pelaksanaan pemasanganelevator dengan metode stegger/scaffolding diperoleh 6 tahapan dan 26 kegiatan. Dari hasil penelitian diperoleh 4 faktor risiko doominan pada pelaksanaan pengadaan elevator, 20 faktor risiko dominan pada pelaksanaan pemasangan elevator dengan metode false car, dan 11 faktor risiko dominan pada pelaksanaan pemasangan elevator dengan metode stegger/scaffolding.

During the implementation of the procurement and installation of elevators, problems often occur which result in time delays in the completion of elevator installation. This study aims to analyze the dominant risk factors that influence the process of procurement and installation of elevators at PT. X which affects the performance of elevator installation time. Risk analysis is carried out based on PMBOK 2017, namely by using the concept of probability and impact matrix.. The results showed that there were 9 activity variables in the procurement of elevators, 26 activity variables in the installation of elevators using the falsecar method and 26 activity variables in the installation of elevators using the stegger/scaffolding method. From the research results obtained 4 dominant risk factors in the elevator procurement process with a moderate risk level, 19 dominant risk factors in the elevator installation process using the false car method with a moderate risk level."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>