Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
Fitriana
"Anak usia toddler adalah anak yang berusia antara rentang 12 bulan sampai 36 bulan dan periode ini adalah masa transisi dari bayi ke balita. Anak- anak usia toddler cenderung terpapar dengan perangkat elektronik atau screen time di zaman teknologi ini dan hal ini menjadi tantangan bagi orang tua terhadap perkembangan bahasa anak.. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan bahasa anak usia toddler yang terpapar screen time di Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling dan diteliti pada 200 responden. Penelitian ini dilakukan pada anak usia 1-3 tahun yang terpapar screen time setiap hari. Instrumen pada penelitian ini menggunakan CLAMS untuk menilai perkembangan bahasa anak. Uji statistik yang digunakan adalah regresi logistik ordinal. Hasil yang didapatkan adalah terdapat hubungan yang signifikan antar riwayat kelahiran, durasi paparan screen time, pendidikan orang tua dan stimulasi. Variabel yang dominan adalah stimulasi. Kesimpulan: stimulasi memengaruhi perkembangan bahasa anak usia toddler sebesar 14 kali dibandingan anak tanpa diberi stimulasi. Dari hasil penelitian ini, pemeriksaan perkembangan bahasa disarankan untuk dilakukan bersamaan dengan pelayanan posyandu agar dapat mendeteksi dan mengintervensi dini keterlambatan perkembangan bahasa
Toddler are children between the ages of 12 months and 36 months and this period is the transition period from baby to toddler. Toddler tend to be exposed to electronic devices or screen time in this technological era and this is a challenge for parents regarding children's language development. The aim of this research is analyze the factors that influence the language development of toddler who are exposed to screens time in East Jakarta. This research uses a cross sectional design. Sample selection was using cluster random sampling and studied on 200 respondents. This research was conducted on children aged 1-3 years who were exposed to screen time every day. The instrument in this study uses CLAMS to assess language development. The statistical test used is ordinal logistic regression. The results obtained were there was a significant relationship between birth history, duration of screen time exposure, parental education and stimulation. The dominant variable is stimulation. Conclusion: stimulation affects the language development of toddler-aged children 14 times compared to children without stimulation. From the results of this research, it is recommended that language development examinations be carried out simultaneously with posyandu services in order to detect and intervene early in language development delays."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Adinda Aulia Syifa
"Di Indonesia 23-83% anak usia 2-4 tahun mengalami temper tantrum. Penanganan yang tidak tepat dapat mengakibatkan perilaku negatif pada anak di tahap usia selanjutnya. Dalam pengasuhan anak, tidak terlepas dari peran ayah sebagai orangtua. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara keterlibatan ayah dalam pengasuhan menurut perspektif ibu dengan risiko kejadian temper tantrum pada anak usia toddler di Kecamatan Beji Kota Depok. Metode penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik cluster random sampling dan total responden sebanyak 112 orang. Penelitian ini mengukur kedua variabel melalui kuesioner. Hasil penelitian ini ditemukan adanya hubungan signifikan antara keterlibatan ayah dalam pengasuhan dengan risiko kejadian temper tantrum dengan nilai signifikansi p-value menggunakan uji chi square sebesar 0.001 (<0.05). Semakin terlibat ayah dalam pengasuhan anak, maka akan mengurangi risiko kejadian temper tantrum yang dialami anak. Pengasuhan ayah yang maksimal diberikan pada anak usia toddler, akan membentuk perkembangan emosional yang positif pada anak. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan faktor kualitas pernikahan dan motivasi ayah dalam mengasuh anak serta menambahkan durasi temper tantrum yang terjadi.
In Indonesia, 23-83% of children aged 2-4 years’ experience temper tantrums. Improper handling can lead to negative behaviour in children at a later age stage. In the care of children, it is inseparable from the role of fathers as parents. This study aims to look at the relationship between father's involvement in parenting from the mother's perspective and the risk of temper tantrums in toddler-aged children in Beji Sub-district, Depok City. This research method used a cross sectional design with cluster random sampling technique and a total of 112 respondents. This study measured both variables through questionnaires. The results of this study found a significant relationship between father's involvement in parenting and the risk of temper tantrums with a significance value of p-value using chi square test of 0.001 (<0.05). The more involved the father is in the care of the child, it will reduce the risk of temper tantrums experienced by the child. Maximum father's care given to toddler age children will shape positive emotional development in children. Future research can add factors of marriage quality and father's motivation in parenting and add the duration of temper tantrums that occur."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Tiffany Lisa Marsaulina
"Di masa pandemi ini, berbagai macam perubahan dan adaptasi dalam setiap aspek kehidupan memiliki dampak terhadap kesejahteran keluarga (Prime, Wade, & Browne, 2020). Dalam keadaan ini, resiliensi keluarga memiliki peran yang penting dalam membantu keluarga dalam melakukan adaptasi dan menghadapi situasi sulit (Walsh, 2016). Salah satu faktor yang dapat meningkatkan resiliensi keluarga adalah mindful parenting. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kontribusi mindful parenting terhadap resiliensi keluarga pada ibu dengan anak usia toddler selama masa pandemi COVID-19. Sebanyak 120 ibu yang memiliki anak pertama berusia toddler dan berdomisili di Indonesia menjadi pastisipan dalam penelitian ini dengan mengisi kuesioner mindful parenting dan resiliensi keluarga secara daring. Mindful parenting diukur melalui Interpersonal Mindful Parenting Scale dari Duncan, et al. (2009) sedangkan resiliensi keluarga diukur menggunkaan Walsh Family Resilience Questionnaire dari Walsh (2016). Data dalam penelitian ini dianalisis regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kontribusi mindful parenting yang signifikan terhadap resiliensi keluarga. Sebanyak 19,3% variasi skor resiliensi keluarga dapat dijelaskan oleh skor mindful parenting.
During this COVID-19 pandemic, various changes and adaptations that occur in every aspect of life have an impact on family’s wellbeing (Prime, Wade, & Browne, 2020). In this situation, family resilience has an important role in helping families to adapt and overcome adverse situations (Walsh, 2016). One of the factors that can increase family resilience is mindful parenting. The aim of this research is to examine the contribution of mindful parenting toward family resilience among Toddler’s Mothers during COVID-19 Pandemic. Total of 120 mothers who have first child aged toddler and live in Indonesia were completed all questionnaires of mindful parenting and family resilience by online. Mindful parenting was measured by Interpersonal Mindful Parenting Scale (IM-P) (Duncan et al., 2009) while family resilience was measured by Walsh Family Resilience Questionnaire (Walsh, 2016). Data were analyzed with simple linear regression analysis. Results show that there is a significant contribution of mindful parenting on family resilience, where 19,3 % of family resilience’s variation score can be explained by mindful parenting’s variation score."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Aulya Diesa Maretha
"Pada masa pandemi COVID-19, berbagai perubahan dan tantangan yang terjadi dalam berbagai aspek kehidupan dapat berdampak terhadap kesejahteraan keluarga, termasuk di dalamnya adalah kepuasan pernikahan (Prime, Wade, & Browne, 2020). Di Indonesia, terdapat peningkatan angka konsultasi mengenai permasalahan dalam hubungan keluarga yang diterima oleh Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (2020). Kontribusi kepuasan pernikahan terhadap resiliensi keluarga menjadi hal yang penting untuk diteliti karena keluarga merupakan gabungan dari subsistem dan fungsi yang saling memengaruhi satu sama lain (Korja et al., 2016). Penelitian ini melibatkan 120 ibu menikah yang memiliki anak pertama berusia toddler. Variabel resiliensi keluarga diukur dengan menggunakan Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) dan variabel kepuasan pernikahan diukur dengan ENRICH Marital Satisfaction Scale (EMS Scale). Hasil analisis menggunakan regresi linear sederhana menunjukkan adanya kontribusi positif yang signifikan dari kepuasan pernikahan terhadap resiliensi keluarga. Selain itu, hasil analisis menggunakan Pearson Correlation juga menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara tingkat pendapatan keluarga dengan resiliensi keluarga dan kepuasan pernikahan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu ibu dan keluarga memahami pentingnya peran kepuasan pernikahan pada ibu dengan anak usia toddler terhadap resiliensi keluarga
During the COVID-19 pandemic, there are several changes and challenges in different aspects of life that could impact the family’s wellbeing, including marital satisfaction (Prime, Wade, & Browne, 2020). In Indonesia, Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (2020) found an increase in the amount of consultation that was related to family problem. The contribution of marital satisfaction to family resilience becomes a very important topic as a family consists of subsystems and functions that are mutually influencing (Korja et al., 2016). This study involves 120 married mothers whose first children are of toddlers-age. Family resilience is measured using Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) and marital satisfaction is measured using ENRICH Marital Satisfaction Scale (EMS Scale). Simple linear regression analysis shows a positive and significant contribution of marital satisfaction on family resilience. In addition to that, Pearson Correlation analysis also shows a positive and significant correlation between family and family resilience as well as marital satisfaction. These findings hopefully could bring awareness to mothers and their families regarding the importance of mothers’ marital satisfaction on family resilience."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Firyal Fahirah Fadilah
"Pandemi COVID-19 menimbulkan berbagai tantangan bagi individu maupun keluarga. Dalam menghadapi tantangan ataupun situasi sulit saat ini, resiliensi keluarga menjadi penting karena dapat membantu keluarga untuk beradaptasi dan mengatasi tantangan yang dihadapi (Walsh, 2020). Parenting self-efficacy, sebagai faktor kognitif yang kerap memengaruhi pengasuhan dan kontrol orang tua terhadap anak, dapat memfasilitasi resiliensi keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kontribusi parenting self-efficacy terhadap resiliensi keluarga selama masa pandemi COVID-19. Penelitian ini melibatkan 120 partisipan yang merupakan ibu dengan anak pertama usia toddler, berstatus menikah, dan tinggal di Indonesia. Hasil analisis regresi linear sederhana menunjukkan bahwa parenting self-efficacy memiliki kontribusi yang signifikan terhadap resiliensi keluarga. Dengan temuan ini, dapat diketahui bahwa intervensi terhadap parenting self-efficacy dapat menjadi salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan resiliensi keluarga.
The COVID-19 pandemic poses various challenges for both individuals and families. In facing challenges or difficulties, family resilience becomes important as they can help families to adapt and overcome those challenges (Walsh, 2020). Parenting self-efficacy, as a cognitive factor that affects parenting and parents’ control over children, can facilitate family resilience. This study aims to examine the contribution of parenting self-efficacy to family resilience during the COVID-19 pandemic. This study involves 120 toddler’s mothers who are married and live in Indonesia. The results of simple linear regression analysis shows that parenting self-efficacy has a significant contribution to family resilience. With this finding, it can be known that intervention on parenting self-efficacy can be one of the ways to increase family resilience."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library