Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Buku ini memberikan informasi mengenai pentingnya air pada berbagai kondisi, baik kondisi fisiologis pada berbagai kelompok usia, kondisi khusus seperti pada wanita hamil dan menyusui, pekerja dan olahraga, maupun pada kondisi patologis seperti pada kondisi sakit. Pentingnya menjaga hidrasi sehat dari aspek pencegahan dampak akibat kekurangan cairan tubuh
Jakarta: Badan penerbit UI, 2014
612.392 3 STA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nursita Angesti
Abstrak :
Air merupakan zat gizi penting yang dibutuhkan oleh tubuh. Kekurangan cairan tubuh dapat menimbulkan kondisi dehidrasi sehingga menyebabkan penurunan performa fisik, kognitif dan mental termasuk tingkat konsentrasi. Kondisi dehidrasi tidak hanya terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi juga pada remaja. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional untuk mengetahui hubungan status gizi dan faktor lainnya dengan status hidrasi pada remaja di 3 SMA di Kota Bekasi tahun 2013. Data yang dikumpulkan meliputi status hidrasi, status gizi, pengetahuan air dan dehidrasi, asupan air, kebiasaan minum, aktivitas fisik dan karakteristik responden (jenis kelain, usia, jumlah uang saku). Status hidrasi diukur menggunakan grafik warna urin, status gizi dengan antropometri, dan asupan air dengan food recall 2x24 jam. Pengetahuan air dan dehidrasi, kebiasaan minum, aktivitas fisik dan karakteristik responden (jenis kelain, usia, jumlah uang saku) diukur menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan dari 153 total responden terdapat 62,7% remaja yang mengalami dehidrasi. Faktor yang berhubungan secara bermakna adalah status gizi, pengetahuan air dan dehidrasi, asupan air, kebiasaan minum, jenis kelamin, dan usia. Proporsi remaja yang mengalami dehidrasi lebih tinggi pada remaja yang memiliki status gizi lebih, berpengetahuan air dan dehidrasi yang rendah, memiliki asupan air yang rendah, berjenis kelamin laki-laki dan berusia 16 tahun. Diperlukan perhatian atau upaya lebih untuk meningkatkan pengetahuan dan praktik mengenai gizi seimbang termasuk pentingnya memenuhi kebutuhan cairan tubuh. ...... Water is an important nutrient required for the body. Loss of water can lead dehydration and decrased physical, mental, and cognitive performance. Dehydration not only occurs in childresn and elderly, but also in adolescents. The study was a cross sectional design to determine the relation between of nutritional status and other factors to hydration status of 3 senior high school?s student at Bekasi 2013. Data include hydration status, nutritional status, knowledge of water and dehydration, water intake, drinking habits, physical activity, and characteristic of subjects (sex, age and amount of pocket money). Hydration status was measured by urine color graph, nutritional status by anthropometri, and water intake by 2x24 hours food recall. Knowledge of water and dehydration, drinking habits, physical activity, and characteristic of subjects (sex, age and amount of pocket money) was measured by questionnare. With 153 subjects this study showed 62,7% of adolescents are dehydration. Factor associated are nutritional status, knowledge of water and dehydration, water intake, drinking habits, sex and age. However, dehydration higher at overnutrition adolescents, low level of knowledge, low of water intake, bad habit of drinking, male, and 16 years old. Required more attention and effort to improve knowledge and practical about nutrition balanced included the important fluid balance.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52881
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Hafiah Halidha Nilanda
Abstrak :
[ABSTRAK
Status hidrasi dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk usia. Perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia yaitu penurunan sensasi rasa haus, penurunan sekresi aldosteron, dan penurunan fungsi luhur dapat menyebabkan peningkatan risiko dehidrasi pada lansia. Penelitian analitik observasional dengan metode potong lintang telah dilakukan di rumah binaan lansia Atmabrata, Cilincing Jakarta Utara, dengan tujuan untuk menilai status hidrasi pada lansia dan faktor-faktor yang berhubungan yaitu asupan cairan dan aktivitas fisik. Lima puluh sembilan subjek berhasil menyelesaikan protokol penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 27,1% lansia mengalami dehidrasi dengan menggunakan indikator berat jenis urin dan 49,2% lansia tidak terhidrasi dengan baik dengan menggunakan indikator warna urin. Rerata asupan cairan subjek adalah 1327,97 ± 407,75 mL, dan terdapat 72,9% subjek dengan aktivitas fisik rendah. Tidak terdapat hubungan antara status hidrasi dengan asupan cairan (p>0,05), dan sebaliknya terdapat hubungan yang bermakna antara berat jenis urin dengan tingkat aktivitas fisik (p <0,001).
ABSTRACT
Hydration status can be affected among others by age. Dehydration risk is higher in the elderly. Physiological changes such as decreasing sensation of thirst, decreasing secretion of aldosterone and impaired cognitive fuction could be the causes of dehydration among elderly. Analytic observational by using cross sectional study design conducted in Atmabrata nursing home, Cilincing North Jakarta has been done to asses hydration status in the elderly and its related factors, i.e fluid intake and physical activity. Fifty nine subjects accomplished the study protocol. Based on the urine specific gravity measure, it shows that 27.1% elderly was dehydrated and by using urine color chart, it shows that 49.2% elderly was not hydrated properly. The fluid intake average of the subject was 1327.97 ± 407.75 mL, and there was 72.9% subject with low physical activity. There was no significant association between hydration status and fluid intake (p>0.05). There was significant association between urine specific gravity status and level physical activity (p<0.001)., Hydration status can be affected among others by age. Dehydration risk is higher in the elderly. Physiological changes such as decreasing sensation of thirst, decreasing secretion of aldosterone and impaired cognitive fuction could be the causes of dehydration among elderly. Analytic observational by using cross sectional study design conducted in Atmabrata nursing home, Cilincing North Jakarta has been done to asses hydration status in the elderly and its related factors, i.e fluid intake and physical activity. Fifty nine subjects accomplished the study protocol. Based on the urine specific gravity measure, it shows that 27.1% elderly was dehydrated and by using urine color chart, it shows that 49.2% elderly was not hydrated properly. The fluid intake average of the subject was 1327.97 ± 407.75 mL, and there was 72.9% subject with low physical activity. There was no significant association between hydration status and fluid intake (p>0.05). There was significant association between urine specific gravity status and level physical activity (p<0.001).]
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Lusiana
Abstrak :
ABSTRAK Panas merupakan faktor fisik yang sering ditemui di dunia industri. Panas kerap membuat pekerja kehilangan cairan karena berkeringat. Pajanan pestisida dapat membuat seorang pekerja mengeluarkan cairan tubuh berlebih karena keringat. Kedua hal ini yaitu pajanan panas dan pestisida dapat mempengaruhi status hidrasi pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pajanan panas dan pestisida terhadap status hidrasi pekerja di PT.X. Desain penelitian adalah cross sectional dengan jumlah sampel 75 orang. Pengumpulan data dilakukan sebanyak dua kali lewat pengisian kuesioner, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan urin. Status hidrasi dinilai berdasarkan pengukuran berat jenis urin sebelum dan sesudah bekerja. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan antara faktor demografi dan faktor pekerjaan dengan status hidrasi, kecuali faktor umur menunjukkan hubungan yang bermakna dengan status hidrasi (p=0,007) setelah bekerja. Tidak terdapat hubungan antara pajanan panas dan pestisida dengan status hidrasi (p>0,05). Responden yang dehidrasi sebelum bekerja ditemukan 69,3%. Tidak didapatkan hubungan antara faktor demografi dan faktor pekerjaan dengan status hidrasi pekerja, kecuali umur berhubungan secara bermakna dengan status hidrasi setelah bekerja. Tidak didapatkan hubungan pajanan panas dan pestisida dengan status hidrasi. Hal ini dikarenakan karakteristik dari karbamat yang non lipophilic dan cepat dimetabolisme dari tubuh sehingga tidak didapat akumulasi kronik. Sebelum bekerja responden telah mengalami dehidrasi sebesar 69,3%. Hal ini dikarenakan tidak cukupnya asupan air minum selama bekerja akibat terpajan panas (kriteria NIOSH). Pekerja disarankan untuk minum air sebanyak 200 ml setiap 20 menit untuk mencegah terjadinya dehidrasi, dan menggunakan APD selama bekerja.
ABSTRACT Heat stress is a physical hazard that is often to find in industry. It cause a worker loss their body fluid through sweating. Pesticide exposure make a worker produce more sweat. Both heat stress and pesticide exposure influence hydration status. This study is intended to know the association between heat stress and pesticide exposure with hydration status among workers in PT.X. Design of this study is cross sectional with a number of respondent are 75 worker. Data collection was done two times by completing questionnaire, physical examination and urine specific gravity test. Hydration status was determined by measuring urine specific gravity before and after working. The results showed that there is no association between heat stress and pesticide exposure with hydration status before and after working (p>0,05). There is no association between demography and working factor with hydration status, except age (p=0,007). Dehydration before working was found 69,3%. This study gets no association between demography and working factor with hydration status, except age. Heat stress and pesticide exposure did not show association with hydration status. Characteristic of carbamate which is fast metabolized and non lipophilic cause the body has no chronic accumulation. Respondent have had dehydrated before working as many 69,3%. Lack of water consumption is the main reason (NIOSH criteria). It is recommended to take 200 ml water in every 20 minutes to prevent dehydration, and to use PPE while working.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dennti Kurniasih MZ
Abstrak :
Diabetes mellitus menjadi ancaman serius bagi manusia. Kulit xerosis merupakan komplikasi diabetes mellitus yang sering terjadi. Pemberian pelembab pada kulit pasien diabetes mellitus perlu dilakukan untuk mencegah komplikasi lanjutan. Belum ada penelitian yang menelaah manfaat aloe vera terhadap status hidrasi kulit xerosis penyandang diabetes mellitus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelembab mengandung ekstrak aloe vera 5% terhadap status hidrasi kulit xerosis pasien diabetes mellitus. Penelitian ini adalah randomized controlled trial (RCT) double blinding dengan rancangan penelitian menggunakan time series design terhadap 93 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling. Setiap responden diukur status hidrasi stratum corneum sebelum diberikan aplikasi pelembab dan setelah diberikan aplikasi. Pengukuran posttest dilakukan 1 jam, 2 jam, 3 jam, dan 7 hari kemudian. Analisis data menggunakan uji wilcoxon signed rank test, independent t-test, dan Anova. Hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara nilai status hidrasi pretest dan posttest baik pada kelompok kontrol maupun intervensi. Pelembab yang mengandung ekstrak aloe vera 5% secara signifikan meningkatkan status hidrasi kulit lebih tinggi dibandingkan pelembab kontrol. Pengamatan terhadap selisih nilai status hidrasi antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi menunjukkan bahwa mean difference kelompok intervensi lebih besar dibandingkan kelompok kontrol. Pelembab yang mengandung ekstrak aloe vera 5% lebih efektif untuk perawatan kulit xerosis penyandang DM dan dapat menjadi pilihan terapi perawatan masalah kulit tersebut. ......Diabetes mellitus is a serious threat to humans. Xerosis is a skin complication of diabetes mellitus that often occurs. Giving moisturizers to the skin of patients with diabetes mellitus needs to be done to prevent further complications. There are no studies that examine the benefits of aloe vera on the xerosis skin hydration status of people with diabetes mellitus. This study aimed to determine the effect of moisturizers containing 5% aloe vera extract on the skin hydration status of xerosis patients with diabetes mellitus. This study was a double blinding randomized controlled trial (RCT) using time series design on 93 respondents with a sampling technique using consecutive sampling. Each respondent measured the hydration status of the stratum corneum before being given a moisturizing application and after being given the application. Posttest measurements were carried out 1 hour, 2 hours, 3 hours, and 7 days later. Data analysis using Wilcoxon signed rank test, independent t-test, and Anova. There were significant differences between the values of the pretest and posttest hydration status in both the control and intervention groups. Moisturizers containing aloe vera extract 5% significantly improve skin hydration status better than controls. Observations on the difference in the value of hydration status between control group and intervention group showed that the mean difference of the intervention group was greater than control group. Moisturizers containing aloe vera extract 5% are effective for xerosis skin care for patients with diabetes mellitus and can be a therapeutic choice for treating skin disorders.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T53129
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nada Thifali
Abstrak :
Dehidrasi pada atlet dapat menyebabkan penurunan performa fisik dan mental pada atlet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status hidrasi pada atlet berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhinya. Penelitian ini dilakukan pada atlet berusia 10-19 tahun dengan desain studi cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 37,1% responden mengalami dehidrasi. Terdapat perbedaan status hidrasi yang signifikan berdasarkan jenis kelamin (OR = 6,1; 95% CI 1,93-19,08), asupan air (p-value= 0,004), jenis minuman yang dikonsumsi selama latihan (OR = 3,11; 95%CI 1,125-8,604), dan luas permukaan tubuh (p-value= 0,044). Oleh sebab itu, memperhatikan asupan air selama latihan bagi atlet perlu dilakukan terutama bagi atlet laki-laki yang memiliki peluang lebih besar untuk mengalami dehidrasi. ...... Dehydration in athletes led to decrease their physical and mental performance. The aim of this study was to determine differences in hydration status of athletes based on the factors related to dehydration. This study conducted on athletes aged 10-19 with cross sectional study design. The results showed 37% of respondents dehydrated. There was the significant differences in hydration status by sex (OR = 6,1; 95% CI 1,93-19,08), fluid intake (p-value= 0,004), types of beverages that consumed during exercise (OR = 3,11; 95%CI 1,125-8,604), and body surface area (p-value= 0,044). Thus ensuring adequate fluids intake as needed during exercise is important especially for male athletes that have greater probabilities to experience dehydration.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65481
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyvia Mega
Abstrak :
Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang memberikan dampak pada keseimbangan cairan dalam tubuh. Poliuria akibat diuresis osmotik menyebabkan pasien diabetes rentan kekurangan cairan sehingga kebutuhan cairannya pun bertambah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gambaran tingkat pengetahuan kebutuhan cairan dan status hidrasi pada pasien diabetes melitus tipe II di Kota Depok. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan desain penelitian deskriptif. Sampel yang digunakan adalah pasien diabetes melitus tipe II usia dewasa di Kota Depok sebanyak 85 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner pengetahuan kebutuhan cairan dan grafik warna urin untuk menentukan status hidrasi. Hasil penelitian menunjukan 74.1% responden memiliki pengetahuan kebutuhan cairan yang baik dan 54.1% responden memiliki status hidrasi terhidrasi dengan baik. Hasil tersebut menunjukan pasien diabetes melitus tipe II di Kota Depok telah memiliki pengetahuan kebutuhan cairan dan status hidrasi yang baik, namun dengan kondisi diabetes yang fluktuatif maka diperlukan penelitian lanjutan untuk menilai pengetahuan pada tingkat yang lebih tinggi sehingga kebutuhan cairan pasien diabetes terjaga. ......Diabetes mellitus is a chronic disease that has an impact on fluid balance in the body. Polyuria due to osmotic diuresis leaves diabetic patients prone to lack of fluids so that their fluid needs also increase. The purpose of this study was to identify the level of knowledge of fluid needs and hydration status in patients with type II diabetes mellitus in Depok City. The study was conducted with a quantitative approach and descriptive research design. The sample used was adult type II diabetes mellitus patients in Depok as many as 85 people. The instrument used was a fluid needs knowledge questionnaire and urine color chart to determine hydration status. The results showed 74.1% of respondents had good knowledge of fluid needs and 54.1% of respondents had a well hydrated hydration status. These results show that patients with type II diabetes mellitus in Depok City already have good knowledge of fluid needs and good hydration status, but with fluctuating diabetes conditions, further research is needed to assess knowledge at a higher level so that the fluid needs of diabetic patients are maintained.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frans Scorlice Okfadi Mangori
Abstrak :
ABSTRAK Latar Belakang : Bagi para pekerja yang beraktivitas diluar ruangan dan siang hari tentu akan rentan terhadap keadaan yang disebut Heat Stress akibat pajanan panas. Jika kemampuan tubuh berkurang dalam rangka menurunkan suhu inti tubuh, maka akan membuat beberapa gangguan kesehatan bagi para pekerja. Asupan cairan yang cukup akan membuat pekerja lebih tahan terhadap dampak Heat Stress. Salah satu cara melihat kecukupan cairan tubuh adalah dengan melihat Status Hidrasi. Status Hidrasi dapat dilihat dengan mengukur Berat Jenis Urin. Penelitian ini bertujuan untuk melihat Status Hidrasi pada pekerja Land Seismic serta melihat faktor-faktor yang mempengaruhi Status Hidrasi serta ketaatan pekerja terhadap kebijakan perusahaan mengenai konsumsi air selama bekerja. Metode : Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional dengan jumlah sampel sebanyak 68 orang yang dipilih berdasarkan total sampel (1unit pekerja). Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, kuesioner, pemeriksaan fisik (Tinggi dan Berat Badan), pengukuran suhu lingkungan, dan pengukuran Berat Jenis Urin di akhir shift kerja. Pengukuran Berat Jenis Urin dilakukan dengan menggunakan Hand Refractometer. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Chi Square. Hasil : Prevalensi Status Hidrasi yang TIDAK BAIK pada pekerja di akhir shift sebesar 42%. Faktor-faktor yang mempengaruhi status hidrasi (Umur, Indeks Masa Tubuh, Asupan Cairan, Lama Kerja) yang diteliti tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan Status Hidrasi. Selain itu, tingkat kepatuhan pekerja terhadap kebijakan perusahaan sangat rendah yaitu hanya 1,2% pekerja yang patuh terhadap kebijakan perusahaan.
ABSTRACT Background : For workers who work outdoors and during the day would be prone to a condition called Heat stress due to heat exposure. If the ability of the body is reduced in order to lower the body's core temperature, it will create some health problems for workers. Adequate fluid intake will make workers more resistant to the effects of Heat Stress. One way to look at the adequacy of body fluids is to look Hydration Status. Hydration status can be seen by measuring Urine Specific Gravity. This study aims to look at Land seismic workers' hydration status and look at factors that affect the hydration status and also want to see workers adherences against company policy regarding the consumption of water during work. Methode : This research using Cross Sectional design with 68 samples (total samples) . Data collected by interview, quesioners, physical check (body weight and Height), working enviroment temperature measurement, and Urin specific gravity measurement. Measurement of urine specific gravity using Hand- refractometer. Data analysed using Chi Square. Result : The prevalence of hydration status is that classified as NOT GOOD (≥1.020) at end of shift at 42%. Factors that affect the hydration status (age, body mass index, intake of liquids, work time status) studied did not have a significant relation with the hydration status. In addition, the level of compliance of workers against company policy is very low at only 1.2% of workers who adhere to company policies.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Utami Ambarsari
Abstrak :
ABSTRAK
Status hidrasi merupakan komponen yang berperan penting dalam menjaga fungsi sistem tubuh. Memori merupakan salah satu domain fungsi kognitif otak yang dimiliki oleh manusia. Daya ingat memungkinkan manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan optimal. Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 152 siswa yang ditentukan dengan teknik simple random sampling. Pengukuran status hidrasi diperoleh dari penghitungan berat jenis urin menggunakan urinometer. Sedangkan pengukuran memori dilakukan dengan instrumen Everyday Memory Questionnaire (EMQ). Penelitian ini menggunakan uji T tidak berpasangan atau uji T independen untuk mengidentifikasi hubungan antara status hidrasi dan memori. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata skor daya ingat pada kelompok siswa yang tidak mengalami dehidrasi dengan kelompok siswa yang mengalami dehidrasi (p = 0,003; t = 3,040). Oleh karena itu keseimbangan hidrasi harus dijaga agar memori dapat bekerja secara maksimal.
ABSTRACT
Hydration status is a component that plays an important role in maintaining the function of the body's systems. Memory is one of the cognitive function domains of the brain owned by humans. Memory enables humans to be able to perform daily activities optimally. This study used a comparative analytic method with a cross sectional approach. The number of samples in this study were 152 students who were determined by simple random sampling technique. Measurement of hydration status was obtained from calculating the specific gravity of urine using a urinometer. Meanwhile, memory measurements were carried out using the Everyday Memory Questionnaire (EMQ) instrument. This study used an unpaired T test or an independent T test to identify an association between hydration status and memory. The results of the research that have been conducted indicate that there is a significant difference between the mean memory score of the group of students who are not dehydrated and the group of students who are dehydrated (p = 0.003; t = 3.040). Therefore, the balance of hydration must be maintained so that the memory can work optimally.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggun Nurvika Putri
Abstrak :
ABSTRAK
Air mempunyai peranan penting untuk tubuh. Akan tetapi, dehidrasi menjadi salah satu masalah di Indonesia. Pada mahasiswa kesehatan diperkirakan mempunyai pengetahuan, sikap, dan perilaku terkait masalah kesehatan dibandingkan dengan mahsiswa non-kesehatan.

Tujuan: Untuk membandingkan pengetahuan, sikap, dan perilaku asupan cairan dan status hidrasi antara mahasiswa kesehatan dan non-kesehatan di Asrama Universitas Indonesia, Depok.

Metode: Penelitian potong lintang ini mempunyai responden yaitu mahasiswa yang tinggal di Asrama Universitas Indonesia usia 18-21 tahun. Kuesioner pengetahuan dan sikap (kuesioner FIHS) yang tervalidasi digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan dan sikap terkait asupan cairan dan status hidrasi, pengukuran perilaku asupan cairan menggunakan catatan minuman 7 hari, pengukuran status hidrasi menggunakan metode urine color (Ucol) dan Urine specific gravity (Usg), kuesioner aktivitas fisik internasional untuk mengetahui aktivitas fisik, dan sosio-ekonomi demografi menggununakan kuesioner terstruktur.

Hasil: Pada penelitian ini ditemukan pada kedua kelompok, antara mahasiswa kesehatan dan non-kesehatan mempunyai aktivitas fisik yang rendah, yaitu masing-masing 71.2% and 72,4%. Berdasarkan kuesioner FIHS mahasiswa kesehatan mempunyai nilai sikap yang lebih tinggi daripada mahasiswa non-kesehatan (p<0.001), sementara itu pada nilai pengetahuan tidak ada perbedaan antara mahasiswa kesehatan (7.37±1.37) dan non-kesehatan (7.28±1.25). Lebih dari 50% responden di kedua grup ditemukan dehidrasi bedasarkan pengukuran hidrasi status menggunakan Ucol dan Usg. Pada mahasiswa kesehatan dan non-keseehatan yang cukup minum signifikan lebih tinggi tingkat pengetahuan mengenai asupan minum dan status hidrasi daripada mahasiswa yang kurang minum.

Kesimpulan: Maka dari itu, dibutuhkan intervensi untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap sehingga perilaku dan status hidrasi dapat lebih baik berdasarkan jurusan responden.
ABSTRACT
Water has an important role in normal body function. However, dehydration becomes one of the health problems in Indonesia. It is assumed that health science students have greater knowledge, attitude, and practice related to health issues compared to non-health science students.

Objective: To compare the knowledge, attitude, practice of daily fluid intake and hydration status between health and non-health science students in Dormitory of Universitas Indonesia, Depok.

Method: The respondents were the undergraduate students who stayed in the dormitory of Universitas Indonesia aged 18-21 years. Validated questionnaire of knowledge and attitude (FIHS Questionnaire) were used to assess knowledge and attitude regarding fluid intake and hydration status, practice of daily fluid intake was used 7-day fluid record, hydration status measurement was used Urine color (Ucol) and Urine specific gravity (Usg) methods, short international physical activity questionnaire (Short-IPAQ) was used to assess physical activity, and socio-eco demographic characteristics were assessed using structured questionnaire.

Results: In this study found both in two groups, health science and non-health science had low physical activity, 71.2% and 72.4% respectively. Based on FIHS questionnaire, health science students had a higher score of an attitude than non-health science students (p<0.001), meanwhile for their knowledge there was no difference score both in health science students (7.37±1.37) and non-health science students (7.28±1.25). More than 50% of respondents both in the two groups were dehydrated based on hydration measurement used Ucol and Usg. Among health science and non-health science students who had enough drinking significantly higher in knowledge regarding fluid intake and hydration status than the students with less drinking.

Conclusion: Therefore, it was needed to conduct the intervention for increasing knowledge and attitude to make better practice and hydration status based on respondent majority.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>