Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 37 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Dwi Rachmawati
Abstrak :
Penelitian ini berfokus untuk melihat efektivitas metode coaching dalam mengembangkan keterampilan sosial yang berhubungan dengan relasi interpersonal, yaitu perilaku menyapa, bercakap-cakap dan bermain informal. Penelitian dilakukan kepada seorang subyek yang berada pada periode perkembangan kanak-kanak madya. Desain penelitian yang digunakan adalah desain single-n dengan tipe A-B-A. Metode coaching ini terdiri dari tiga tahap. Tahap instruksi menggunakan diskusi, cerita bergambar untuk analisis perilaku, tahap performa perilaku dengan bermain peran menggunakan media puppet dan bantuan teman (peer initiation), serta tahap generalisasi dilakukan pada berbagai setting. Pengukuran dilakukan sebelum program dimulai dan sesudah program selesai, menggunakan kuesioner bergambar, observasi terhadap target perilaku dan kuesioner rating by others. Disimpulkan bahwa: 1) metode coaching efektif dalam mengembangkan keterampilan interpersonal menyapa; 2) untuk keterampilan bercakap-cakap dan bermain informal, metode coaching terbukti cukup efektif sampai tataran kognitif, namun belum dalam bentuk perilaku; 3) diperkirakan terjadi perubahan persepsi yang lebih positif dalam diri subyek ketika menghadapi interaksi sosial. ......This study is focused on discovering the efectivity of coaching method in developing social skills related to interpersonal relation; greeting others, making conversation and playing informally. The subject of this study is an individual in the middle childhood period. This study using the single-n design with A-B-A type. Coaching method consist of three stages. First, the instruction stage involved discussion and comic strip as a mean of behavior analysis. Second, behavior performance stage using paper puppet and peer initiation. Last, generalization stage done in several different settings. This study using three tools to measure its effectiveness; questionnaire in form of comic illustration, behavior check list of target behavior, and rating by others questionnaire. The measurement is conduct on pre and post program. The following are the results : 1) coaching method is proven to be effective in developing greeting behavior 2) coaching method is proven to be effective on cognitive level but not behavior for making conversation and playing informally behavior, 3) it is estimated that subject has experience a perception changes into a positive state in facing social interaction.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31151
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erynda Trihardja
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara mediasi televisi oleh orang tua dan kompetensi sosial pada anak usia prasekolah (3 – 5 tahun). Mediasi televisi terbagi menjadi tiga tipe, yaitu mediasi aktif, restriktif, dan pendampingan. Di sisi lain, kompetensi sosial dilihat dari adanya keterampilan sosial dan ketiadaan masalah perilaku. Pengukuran mediasi televisi oleh orang tua menggunakan Skala Mediasi Televisi yang dibuat oleh Valkenburg, dkk. pada tahun 1999 dan pengukuran kompetensi sosial menggunakan The Preschool Social Skill Rating System, Parent Form yang dibuat oleh Gresham dan Elliot pada tahun 1990. Responden penelitian berjumlah 185 orang tua yang memiliki anak berusia prasekolah (3 - 5 tahun). Hasil penelitian ini menunjukkan terdapatnya hubungan positif yang signifikan antara ketiga tipe mediasi televisi yang dilakukan orang tua dan keterampilan sosial anak usia prasekolah. Artinya, ketika orang tua melakukan mediasi aktif, restriktif, atau pendampingan, anak menunjukkan keterampilan sosial yang lebih tinggi. Namun penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ketiga tipe mediasi dan masalah perilaku. ......This study was conducted to find the relationship between parental television mediation and social competence among preschool children. Television mediation is divided into three types, which is active, restrictive, and coviewing mediation. On the other hand, social competence concept includes social skills and problem behavior. Parental television mediation was measured using an adaptation instrument of Television Mediation Scale by Valkenburg, etc. in 1999 and social competence was measured using an adaptation instrument of The Preschool Social Skill Rating System, Parent Form, by Gresham and Elliot in 1990. Respondent of this study are 185 parents who have preschool age children. The result of this study show that the three types of parental television mediation trait positively and significantly correlated with preschool children’s social skills. That is, when parents do active, restrictive, or coviewing mediation, preschool children show a higher social skills. Moreover, this study also shows that the three types of parental television mediation have no correlation with preschooler’s problem behavior.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45236
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hariyanto
Abstrak :
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan Pelatihan Keterampilan Sosial Sebagai Persiapan Program Sosialisasi. Tujuan pokok pelatihan keterampilan sosial adalah untuk meningkatkan keterampilan sosial individu dan mengatasi hambatan hubungan sosial mereka. Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) Mengetahui apakah pelatihan Keterampilan Sosial (Social Skill Training) dapat mengatasi hambatan hubungan sosial dalam proses sosialisasi dalam lembaga, (2) Mengetahui perubahan-perubahan yang dicapai dalam hubungan sosial anak dengan ayah, ibu, keluarga pengasuh dan teman sebayanya setelah SST, (3) Mengetahui apakah SST dapat mempersiapkan anak dalam menerima program sosialisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum SST efekfif untuk meningkatkan keterampilan sosial individu, hal ini diperoleh dari informasi catatan harian, catatan observer, catatan pelatih maupun hasil evaluasi tim pelatih setelah selesai pelatian yang pada prinsipnya mengatakan bahwa SST telah memberikan pemahaman lebih baik mengenai diri sendiri maupun dalam hubungannya dengan orang lain. SST juga efekfif untuk mengatasi hambatan hubungan sosial .kelayan, hal ini ditunjukkan oleh perbedaan skor hambatan hubungan sosial dalam semua aspek sebelum dan sesudah pelatihan, dimana skor menunjukkan kecenderungan makin kecil setelah pelatihan dan bertahan sampai periode tindak lanjut. Hubungan sosial anak dengan ayah asuh, ibu asuh, keluarga asuh dan dengan teman sebaya maupun hubungan sosial orang tua asuh dengan anak asuh, sebelum pelatihan keterampilan sosial sebagian besar mengalami permasalahan. Sesudah pelatihan jumlah tersebut cenderung mengalami penurunan, kondisi ini bertahan sampai periode tindak lanjut. Dengan kata lain setelah dilakukan pengukuran pada periode tindak lanjut hanya sebagian kecil saja responden yang mengalami permasalahan dalam hubungan sosialnya. Pelatihan Keterampilan sosial yang dilaksanakan oleh penulis meliputi : (1) Cara-cara mengemukakan keluhan, (2) Cara-cara menuntut hak, (3) Cara-cara menolak permintaan, (4) Cara-cara menyarankan perubahan perilaku dan (5) Cara-cara meningkatkan hubungan sosial dengan orang yang berbeda status. Evaluasi setelah pelatihan keterampilan sosial menunjukkan bahwa anak-anak menjadi lebih. terbuka, lebih memahami dirinya dan hubungannya dengan orang lain - dengan cara -yang benar. Hal ini ditunjylckan dengan tidak adanya konflik sesama kelayan maupun antara kelayan dan pengasuh pada fase-fase awal anak memasuki asrama dan ini tidak terjadi pada anak-anak angkatan sebelumnya. Disisi lain anak-anak 100% menyatakan siap mengikuti program: dan siap mengembangkan keterampilan sosialnya, informasi ini diperoleh dari lembar evaluasi setelah selesai modul janji suci oleh Dr. Clara.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catharina Mila Yunianti Guritno
Abstrak :
Social withdrawal pada anak merupakan faktor risiko dari gangguan psikologis, seperti kecemasan dan depresi. Anak dengan social withdrawal perlu memelajari cara membina relasi positif dengan orang lain.Tesis ini memiliki desain penelitian single casedan menerapkan bentuk intervensi social skills training (SST) untuk meningkatkan keterampilan sosial yang nantinya dapat berkontribusi terhadap kompetensi sosial anak secara umum. Partisipan penelitian adalah anak perempuan berusia sembilan tahun dengan karakteristik social withdrawal tipe conflicted shyness. Sesi terapi dilakukan sebanyak dua belas kali selama lebih kurang 60 - 90 menit setiap sesinya. Hasil dari terapi ini adalah SST efektif untuk meningkatkan keterampilan sosial anak. Perubahan terlihat dari dua keterampilan sosial yang sudah baik, yaitu keterampilan melakukan percakapan dan bekerja sama. Selain itu, anak juga sudah baik dalam mengenali emosi orang lain, meminta sesuatu, mengatakan tidak, dan menentukan masalah. Anak juga mengalami penurunan, terutama pada skala withdrawn dan social problems dari alat ukur Child Behavior Checklist (CBCL). ......Social withdrawal among children is a risk factor steming from psychological problems such as anxiety and depression. A child that shows social withdrawal must learn to develop positive relationships with others. This thesis uses a single case research design and applies the social skills training (SST) intervention method in order to enhance social skills that will contribute to the general competence of the child. The research participant is an nine-year old girl having social withdrawal of the conflicted shyness type. Therapy is conducted through 12, 60-90 minute sessions. The results of this therapy is an effective SST to increase the child?s social skills. Change can be seen from two improved social skills: conversation and cooperation. Furthermore, the child has shown improvement in recognizing other people?s emotions, requesting something, saying ?no,? and identifying problems. The child also experienced reduced scores, particularly on the withdrawn and social problems scale from the Child Behaviour Checklist (CBCL).
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T32606
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulita Patricia Semet
Abstrak :
Perilaku agresif pada anak merupakan faktor resiko terjadinya penolakan dari teman sebaya yang dapat menurunkan motivasi dan prestasi belajar anak di sekolah. Anak dengan perilaku agresif kurang mampu menyelesaikan masalah dengan orang lain secara positif, sehingga hubungan sosialnya pun terganggu. Tesis ini menerapkan social skills training (SST) dengan single-case design untuk meningkatkan keterampilan emosional dan sosial anak. Partisipan penelitian adalah anak perempuan usia 5 tahun 7 bulan dengan perilaku agresif. Terapi diberikan sebanyak delapan sesi yang masing-masing berlangsung kurang lebih 30-40 menit. Sesi terapi dilaksanakan dua hari sekali. Hasilnya adalah SST tidak efektif untuk meningkatkan keterampilan sosial anak. Setelah diberi SST, perilaku agresif anak masih bertahan dan skornya dalam skala aggressive behavior dari alat ukur Child Behavior Checklist (CBCL) tetap berada dalam rentang yang membutuhkan perhatian klinis. ......Child aggressive behavior is a risk factor in peer rejection that can lower child's motivation and academic achievement at school. Children with aggressive behavior are less capable in solving problem positively, hence disturbed relationship with others. This thesis applies social skills training (SST) with single-case design to increase child’s emotional and social skills. Subject is 5 years 7 months old girl with aggressive behavior. Eight sessions of therapy were conducted with 30-40 minutes in each session, held once in every two days. The result was SST ineffective to increase subject’s social skill. Subject’s aggressive behavior persists after SST and her score in aggressive behavior scale from Child Behavior Checklist (CBCL) remains in clinical range.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T39326
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suyatno
Abstrak :

Latar belakang: Angka Skizofrenia di Jawa Tengah melebihi dari rata-rata di Indonesia yaitu sebesar 0,25%. Gejala skizofrenia digolongkan sebagai gejala positif dan negatif. Gejala positif yaitu halusinasi dan defisit fungsi kognitif. Selain fungsi kognitif, isolasi sosial juga dapat mempengaruhi motivasi. Motivasi merupakan perilaku untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan setelah melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuannya. Hal ini akan berdampak juga pada fungsi sosial klien. Tujuan: untuk mengetahui pengaruh latihan keterampilan sosial terhadap fungsi kognitif, motivasi, dan fungsi sosial pada klien dengan isolasi sosial; penelitian ini juga untuk mengetahui perbedaan fungsi kognitif, motivasi, dan fungsi sosial pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah kelompok intervensi diberikan LKS. Metode: Penelitian kuantitatif dengan kuasi ekperimen menggunakan dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kontrol. Setiap kelompok terdiri atas 36 responden pada kelompok intervensi dan kontrol. Hasil: Ada pengaruh latihan keterampilan sosial terhadap fungsi kognitif, motivasi, dan fungsi sosial pada klien dengan isolasi sosial; fungsi kognitif, motivasi, dan fungsi sosial meningkat secara signifikan pada kelompok intervensi; berdasarkan dari uji statistik menunjukkan motivasi mengalami peningkatan yang paling rendah. Rekomendasi: Perawat spesialis memberikan latihan keterampilan sosial di rumah sakit sehingga perlu ditambahkan jumlah perawat spesialis di rumah sakit. ...... Background: Schizophrenia rates in Central Java exceed the average in Indonesia which is 0.25%. Symptoms of schizophrenia are classified as positive and negative symptoms. Positive symptoms are hallucinations and cognitive function deficits. Besides cognitive function, social isolation can also influence motivation. Motivation is a behavior to obtain pleasure and satisfaction after doing something according to his abilities. This will also have an impact on the client`s social functions. Objective: to determine the effect of social skills training on cognitive functions, motivation, and social functions on clients with social isolation; this study was also to determine differences in cognitive function, motivation, and social function in the intervention group and the control group after the intervention group was given LKS. Method: Quantitative research with quasi-experiment using two groups namely intervention and control groups. Each group consisted of 36 respondents in the intervention and control groups. Results: There is the influence of social skills training on cognitive functions, motivation, and social functions on clients with social isolation; cognitive function, motivation, and social function increased significantly in the intervention group; based on the statistical test shows the motivation experienced the lowest increase. Recommendation: Specialist nurses provide social skills training at the hospital so that the number of specialist nurses in the hospital needs to be added.

Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T53320
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sera Revalina
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang hubungan antara parenting, religiusitas dan social skills pada remaja serta untuk mengetahui apakah religiusitas dapat berperan sebagai variabel mediator (perantara) antara parenting dan social skills. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) menggunakan software LISREL 8.70 untuk mengukur dan menguji hubungan di antara ketiga variabel tersebut. Hasil studi ini menyimpulkan bahwa variabel parenting tidak mempunyai hubungan dengan social skills pada sampel penelitian ini. Variabel Religiusitas, mempunyai hubungan dengan social skills pada sampel ini. Sedangkan variabel parenting mempunyai hubungan signifikan dengan religiusitas remaja. Temuan lain dari hasil penelitian ini adalah religiusitas dapat dijadikan mediator untuk menguatkan hubungan antara parenting dan social skills pada remaja. ......This study is intended to investigate the correlation between parenting, religiousity and social skills in adolescence, also to investigate whether religiousity play a significant role as a mediating variable between parenting and social skills. The research methode that used to investigate that relationship is Structural Equation Modeling (SEM) using LISREL 8.70 software to measure and asses the correlation between the three variables mentioned. The result of the study shows that parenting has no significant correlation with social skills. Religiousity has positive correlation with social skills in this sample. Whereas, parenting has a positive correlation toward the religiousity of adolescence. Another result of this study shows that religiousity can be a mediator to strengthen the correlation between parenting and social skills in adolescence.
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Kresna Noer P.
Abstrak :
ABSTRAK
Setiap organisasi tentunya melakukan aktivitas komunikasi publik yang merupakan peran dari boundary spanning dalam upayanya menyelaraskan pertukaran informasi antara organisasi dengan lingkungan. Salah satu fungsi komunikasi publik menurut Goldhaber (1993) adalah untuk membentuk dan meningkatkan citra. Dalam membentuk dan meningkatkan citra diperlukan pemahaman informasi yang baik dan benar antara sumber dan penerima informasi sehingga aktivitas penciptaan dan penerimaan pesan bisa berjalan seperti yang diharapkan. Penelitian dengan metode kuantitatif ini melihat seberapa besar pengaruh komunikasi publik dalam membentuk citra perusahaan dengan studi pada perusahaan produsen aspal buton PT. Aston Adhi Jaya yang melakukan komunikasi publik berupa iklan, presentasi publik dan pemberitaan di media massa.

Temuan pada penelitian ini menunjukan bahwa ketiga aktivitas komunikasi publik yang dilakukan dapat membentuk citra pada tahapan kognitif, namun hanya presentasi publik saja dan pemberitaan di media massa yang signifikan membentuk citra sampai tahapan afektif. Mengingat besarnya peran presentasi publik maka aktivitas ini perlu ditingkatkan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik atas suatu informasi mengenai PT. Aston Adhi Jaya dan produknya. Selain itu perusahaan juga tidak menutup kemungkingan untuk melakukan aktivitas komunikasi publik lainnya yang disesuaikan dengan publik yang ingin dituju. Dalam penelitian ini juga terlihat bahwa peran media konvensional masih efektif dalam membentuk citra.
ABSTRACT
Every organization certainly performs public communication activity ? role of boundary spanning aiming to coordinate information exchange between the organization and environment. As stated by Goldhaber (1993), one of the public communication functions is to establish and improve image. In establishing and improving the image, it is important to set up good and correct information understanding between the source and receiver of information; thus, the message composition and receipt may work well as expected. This quantitative-based research is focused on how public communication influences the corporate image establishment under the study on Buton Asphalt producing company - PT. Aston Adhi Jaya ? which performs public communications of ads, public presentation and news report in mass media.

The finding of this research shows that the three public communication activities may establish image in cognitive stage, but, only public presentation and news report in mass media can significantly establish image to affective stage. Due to significant role of public presentation, this activity should be improved to provide better understanding on the information regarding PT. Aston Adhi Jaya and its products. In addition, it is also possible for the company to perform different public communication activities adjusted with the targeted public. In this research, it is obvious that the role of conventional media is still effective in establishing the image.
2012
T30640
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus. Friyanka H. D.
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang hubungan antara kekerasan dalam pacaran dan keterampilan sosial pada mahasiswa laki-laki. Subyek penelitian berjumlah 87 mahasiswa laki-laki berusia 19 sampai 25 tahun. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara frekuensi kekerasan yang dilakukan dalam pacaran dan keterampilan sosial, dengan nilai korelasi (r) sebesar 0.290 (p < 0.01). Kemudian, didapati juga hubungan negatif yang signifikan antara frekuensi kekerasan yang dialami dalam pacaran dan keterampilan sosial, dengan nilai korelasi (r) sebesar 0.219 (p < 0.05). Dimensi - dimensi keterampilan sosial yang paling berkontribusi dalam kekerasan adalah emotional control dan social control.
The focus on this study is whether there is correlation between dating violence and social skills in male university students. Subjects were 87 male university students with age ranging from 19 to 25. This is a quantitative study with correlational design. The result of this study suggested that perpetration of dating violence have significantly negative correlation with social skills, in which r = 0.290 (p < 0.01). There is also found significantly negative correlation between victimization of dating violence and social skills, in which r = 0.219 (p < 0.05). Finally, the dimensions of social skills which have the biggest contribution to dating violence are emotional control and social control.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45455
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratiwi Wandansari
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang hubungan antara kekerasan dalam pacaran dan keterampilan sosial pada perempuan yang berada dalam masa dewasa muda, yaitu sekitar 18 – 40 tahun. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan negatif antara frekuensi kekerasan dalam pacaran dan keterampilan sosial, dengan nilai korelasi (r) sebesar -0.235 (p < 0.05). Bentuk kekerasan yang berhubungan secara signifikan adalah kekerasan psikologis dan kekerasan fisik. Dimensi-dimensi dari keterampilan sosial yang memiliki hubungan paling kuat dalam kekerasan adalah social expressivity dan social control. ......The focus on this study is whether there is correlation between dating violence and social skill in young adulthood women, which is 18 – 40 years old. This is a qualitative study with correlational design. The result of this study is there is a significant correlation between dating violence and social skill, in which r = -0.235 (p < 0.05). Psychological aggression and physical assault have significant correlation with social skills. In other hand, social expressivity and social control have the strongest correlation to violence in the dimensions of social skills.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>