Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tanjung, Judin Purba
Abstrak :
ABSTRAK
Perkembangan industri sekarang ini cukup pesat, dan jumlah tenaga pekerja tiap tahun mengalami peningkatan yang terus menerus. Diantara pekerja ini terdapat pekerja yang merokok. Jumlah produksi rokok juga tiap tahun mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Telah diketahui pengaruh buruk dan merugikan dari rokok terhadap kesehatan, Kanker paru, penyakit jantung, penyakit pembuluh darah, pengaruh pada wanita hamil, produktivitas kerja, absenteisme pekerja.

Program promosi kesehatan kerja merupakan suatu program yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan pekerja yang terdiri dari 10 program yaitu : 1. Program berolah raga teratur 2. Program Pengendalian Tekanan Darah 3. Program Pengendalian Lemak Darah/Anemi/Gizi 4. Program Penghentian Merokok (Smoking Cessation) 5. Program Berat Badan Ideal 6. Program Pengendalian Stress 7. Program cukup tidur 8. Program Melindungi Diri dari bahaya terhadap keselamatan & Kesehatan kerja 9. Program Menghindari Alkohol/Narkotika 10. Program Pemeriksaan Kesehatan Pekerja berkala untuk mengidentifikasi penyakit/gejala awal penyakit dan memperbaiki kesehatan. Pada program kesehatan pekerja ini faktor dorongan keluarga dan organisasi tempat kerja di ikut sertakan.

Kesimpulan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara program berhenti merokok yang dilaksanakan terhadap pekerja perokok di Rumah Sakit Sint. Carolus Jakarta dapat memberikan penurunan yang bermakna jumlah rokok yang dihisap setelah satu bulan intervensi ada kecenderungan jumlah rokok yang dihisap mengalami kenaikan. Saran perlunya pelaksanaan program berhenti merokok yang terus menerus untuk mencapai hasil yang lebih memuaskan. Pada akhirnya masih diperlukan penelitian lain guna memperoleh gambaran pengaruh program berhenti merokok terhadap pekerja perokok yang lebih jelas.
Abstract
Presently, the development of Industry is sharply increased and the number of workers keep on increasing every year. Among them there were smoking workers. Cigarettes production are also increasing sharply. It is aware that the bad impacts if smoking for our health are lung cancer, heart disease, blood vessels disease, the impact on pregnant woman, work productivity, and the absence form work.

Work health promotion program is a program focuses to improve the workers health which are consisting of ten program such as : 1. Regular exercise program 2. Blood pressure controlling program 3. Fatty acid Controlling Program/anemia/nutrition 4. Smoking cessation program 5. Ideal body weight program 6. Stress controlling program 7. Sufficient sleep program 8. Self protection program from danger to work safety and health 9. Alcoholic/narcotic stood back program 10. Periodicaly health controlling program to indentiticate the desease/early signal of desease and health improvement. In this work health program, family suprot factor and work invironmental were involved.

The conclusion of this study result that there is a linking between smoking cessation program which was performing to smoking workers at Sint. Carolus Hospital, Jakarta It will be able togive a significant decreasion to the number of cigarettes which wew smoked. After a month intervension there was inclined to the number of cigarettes that smoked were increasing. Recommendation the need of smoking cessation program continually is to reach the goal more satisfy. Finally, it is still needed another study to obtain the description of smoking cessation program to smoking workers which is clearer.
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiarra Vashti Nadira
Abstrak :
Tujuan: Mengetahui awareness dan hambatan yang dirasakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia dalam memberikan konseling untuk berhenti merokok bagi pasien beserta variabel yang berkontribusi terhadapnya. Metode: Studi analisis cross-sectional berupa kuesioner pada 1.288 mahasiswa kedokteran gigi se-Indonesia. Hasil: Mahasiswa sudah aware (3,98 dari 5,00) terkait konseling untuk pasien perokok, namun tetap disertai dengan hambatan (3,03 dari 5,00) yang dirasakan. Seluruh variabel tidak berhubungan dengan rerata hambatan mahasiswa. Tidak terdapat hubungan yang bermakna untuk variabel jenis kelamin, status pendidikan, wilayah perguruan tinggi, jenis perguruan tinggi, dan status merokok keluarga mahasiswa terhadap rerata awareness mahasiswa. Namun, terdapat hubungan yang bermakna antara status merokok mahasiswa dengan rerata awareness mahasiswa dimana mahasiswa yang tidak merokok memiliki awareness yang lebih baik terhadap konseling untuk membuat pasien berhenti merokok daripada mahasiswa yang merokok atau pernah merokok (OR: 2,878, 95% CI: 1,473—5,621; p= 0,002). Hambatan yang paling dirasakan mahasiswa adalah banyak pasien yang merokok tidak memiliki motivasi untuk berhenti. Kesimpulan: Mahasiswa sudah aware terkait konseling untuk pasien perokok, namun tetap disertai dengan hambatan yang dirasakan. Hal ini membutuhkan intervensi lebih pada pendidikan mahasiswa sehingga kelak, ketika menjadi dokter gigi, mahasiswa dapat memberikan konseling berhenti merokok dengan baik. ......Objective: To identify awareness and barriers felt by students of the Indonesian Dental Student in providing Tobacco Cessation Counseling and the variables that contribute. Method: An analytic cross-sectional study in the form of questionnaire on 1288 dental students throughout Indonesia. Result: Students were aware (3.98 of 5.00) about Tobacco Cessation Counseling, but still accompanied by perceived barriers (3.03 out of 5.00) they felt. All variables are not related to barriers’ mean. There is no significant relationship for gender, education status, university location, type of university, and family smoking status to the mean of awareness. However, there is a significant relationship between the students’ smoking status and the mean of awareness in which non-smoking students have better awareness of Tobacco Cessation Counseling than students who smoke or have smoked (OR: 2,878, 95% CI: 1,473-5,621 ; p = 0.002). Many patients who smoke do not have the motivation to quit is the barrier that most felt by students. Conclusion: Students are already aware about Tobacco Cessation Counseling, but still accompanied by perceived barriers. This requires more intervention on education so that later, when becoming a dentist, students can provide Tobacco Cessation Counseling properly.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Barus, Henni
Abstrak :
Konsumsi rokok di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Mahasiswa merupakan sekelompok masyarakat yang mengkonsumsi rokok. Penelitian ini dillakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan mahasiswa perokok aktif tentang rokok dengan motivasi berhenti merokok. Penelitian deskriptif korelatif ini mengambil jumlah sampel sebanyak 96 mahasiswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang rokok dengan motivasi berhenti merokok pada mahasiswa FKM dan FISIP Universitas Indonesia (p = 0,054 ;α = 0,05). Penerapan dan sosialisasi kawasan tanpa rokok perlu ditingkatkan di seluruh lingkungan institusi pendidikan, khususnya bagi fakultas nonkesehatan di Universitas Indonesia agar generasi muda dapat termotivasi untuk berhenti merokok. ......Cigarette consumption in Indonesia is increasingly rising. Students are a group of people who consume cigarettes. This research were examined the relation between knowledge of smoke at active smokers student and the motivation to stop smoking cigarettes. The descriptive correlative study took a sample of the 96 students. These results indicate that there is no relationship between knowledge and motivation to stop smoking cigarettes at the Faculty of Public Health and Faculty of Political and Social Science University of Indonesia (p = 0,054 ; α = 0,05). Implementation and dissemination areas without cigarettes should be increased in all spheres of educational institutions, especially for non-medical faculty at the University of Indonesia so that young people can be motivated to quit smoking.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S42843
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Berly Shandika Shihab Wicaksono
Abstrak :
Latar belakang: Menurut SUSENAS tahun 2017, pengguna rokok elektronik di Indonesia terus meningkat hingga mencapai 4 juta pengguna. Peningkatan ini berdasarkan persepsi masyarakat yang menganggap bahwa rokok elektronik bersifat lebih aman dibandingkan rokok konvensional sehingga dapat digunakan sebagai alat berhenti merokok. Padahal, keefektivitas rokok elektronik masih belum terbukti secara komprehensif. Ditambah lagi, studi mengenai pengetahuan pengguna rokok elektronik di Indonesia masih terbatas. Kesenjangan persepsi ini yang menjadi dasar peneliti ingin penelitian terhadap persepsi pengguna vape tentang rokok elektronik sebagai alat berhenti merokok. Metode: Studi ini menggunakan desain quasi eksperimental yang dilakukan dengan pengerjaan pretest dan posttest setelah pemberian video edukasi. Teknik pengambilan jumlah sampel menggunakan non-probability consecutive (n = 75). Data sampel menggunakan Google Form yang disebarkan kepada responden. Distribusi data diuji menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan dianalisis bivariat Uji Wilcoxon karena distribusi tidak normal. Hasil: Dari 75 responden, peneliti mendapatkan rata-rata perbedaan persepsi sebesar 2 poin. Hasil uji normalitas data menunjukkan distribusi data tidak normal dan hasil uji Wilcoxon menunjukkan nilai p = 0.000 (p<0,05). Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna pada persepsi pengguna vape tentang rokok elektronik sebagai alat berhenti merokok melalui skor sebelum dan sesudah pemberian video edukasi. Penelitian in membutuhkan penelitian lanjutan yang dapat menganalisis perilaku terhadap persepsi yang didapat. ......Introduction: According SUSENAS in 2017, electronic cigerrates users continue to increase up to 4 million users. This is due to society perception that e-cigerattes are more safe than conventional cigarettes so that they can be used as a smoking cessation tool. In fact, the effectiveness of e-cigerattes is still not comprehensively proven. In addition, studies on the knowledge of e-cigarette users in Indonesia are still limited. This perception gap is the basis for researchers wanting to study about vaporize user’s perceptions of e- cigerattes as a smoking cessation tool. Method: This study used a quasi-experimental design which was carried out by doing pretest and posttest after giving an educationl video. The sampling technique used was non-probability consecutive (n = 75). Sample data using Google Form shared to respondents. Data distribution was tested using Kolmogorov-Smirnov test and analyzed bivariately using Wilcoxon test due to abnormal distribution. Result: From 75 respondents, researchers got an average difference of 2 points in perception. The results of the data normality test showed that the data distribution was ab normal, and the Wilcoxon test results showed the value of p = 0.000 (p <0.05). Conclusion: There is a significant difference in the perception of vape users about electronic cigarettes as a smoking cessation tool through scores before and after the provision of educational videos. This research requires further research that can analyze the behavior of the perceptions obtained.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kolanda Maria Septauli
Abstrak :
Latar belakang: Sebagian besar penderita TB paru memiliki kebiasaan merokok. Merokok dapat meningkatkan risiko infeksi TB paru, juga mempengaruhi manifestasi klinis, keberhasilan pengobatan, dan mortalitas pada penderita TB paru. Selain itu, diketahui bahwa sebagian besar penderita TB paru akan berhenti merokok saat terdiagnosis TB paru, tetapi akan kembali merokok seiring berjalannya waktu jika keluhan sudah mulai berkurang. Program berhenti merokok untuk penderita TB paru seharusnya mendampingi pengobatan TB paru. Program berhenti merokok yang biasa dilaksanakan di Indonesia adalah dengan pendekatan 4T (Tanya,Telaah,Tolong nasehati, dan Tindak lanjut). Metode penelitian: Uji acak terkontrol pada 43 penderita TB paru berjenis kelamin laki- laki yang merokok. Kelompok perlakuan diberikan pendekatan 4T berupa edukasi, konseling, dan motivasi selama 3 bulan dengan 5 kali pertemuan. Kelompok kontrol hanya diberikan self-help leaflet untuk berhenti merokok saat rekrutmen. Pada awal penelitian, data dasar kedua kelompok dikumpulkan, yakni identitas, status merokok, skala ketergantungan nikotin (fargerstrom), CO ekshalasi, dan Arus Puncak Ekspirasi (APE) dasar. Selanjutnya akan dilakukan follow-up pada bulan ke-1, 2 dan 3 setelah berhenti merokok, dengan pemeriksaan catatan harian berhenti merokok, pengukuran CO ekshalasi, Arus Puncak Ekspirasi (APE), skala motivasi, dan skala Minnesota Withdrawal Scale (MNWS). Hasil: Persentase subjek yang masih berhenti merokok atau Continuous Abstinence Rate (CAR) bulan I, II, dan III lebih baik pada kelompok perlakuan dibandingkan pada kelompok kontrol. Pada kelompok perlakuan, persentase berhenti merokok hingga 1 bulan (CAR I) sebesar 66,7%, hingga 2 bulan (CAR II) sebesar 57,1%, dan hingga 3 bulan (CAR III) sebesar 52,4%. Sedangkan pada kelompok kontrol, persentase berhenti merokok hingga 1 bulan (CAR I) sebesar 54,5%, hingga 2 bulan (CAR II) sebesar 45,5%, dan hingga 3 bulan (CAR III) sebesar 45,5%. Jumlah relapse pada akhir penelitian lebih banyak pada kelompok kontrol yaitu 18,2% dibandingkan 14,3% pada kelompok perlakuan. Subjek yang tetap merokok hingga akhir penelitian lebih banyak pada kelompok kontrol yaitu 18,2% dibandingkan 9,5% pada kelompok perlakuan. Gejala withdrawal yang paling banyak ditemukan adalah peningkatan nafsu makan (44,1%), mengidam rokok (6,9%), gelisah (2,3%), sulit tidur (2,3%) dan tidak sabar (2,3%). Pada akhir penelitian, tidak ada perbedaan terkait skala withdrawal pada kedua kelompok (p=0.788). Skala motivasi untuk berhenti merokok pada CAR II lebih baik pada kelompok perlakuan. (p=0,043). Kesimpulan: Pendekatan 4T yang efektif penting untuk mempertahankan abstinence hingga bulan 1, 2, dan 3 setelah subjek memutuskan berhenti merokok (CAR I, II, III). Sebaiknya program berhenti merokok diberikan bersama dengan pengobatan TB untuk membantu penderita TB berhenti merokok dan mengurangi angka relapse merokok. ......Background: Smoking increases the risk of lung tuberculosis (TB) infection and influences its clinical manifestation, treatment success rate, and mortality. Most of smoking TB patients cease to smoke when they are firstly diagnosed, but clinical symptoms improvement could suggest them to continue smoking. Smoking cessation program in TB patients were applied in Indonesia, dubbed as the 4T approach (Tanya (Ask), Telaah (Asses), Tolong nasehati (Advise and Advice), and Tindak lanjut (Arrange)) Method: We performed a randomized controlled trial in 43 male and smoking TB patients. Trial group received 4T approach consisting of education, counseling, and motivation to stop smoking for three months consisted in five session of meetings. Control group received a self-help leaflet for smoking cessation. Smoking status, Fagerström nicotine dependence scale, exhaled CO level, and peak expiratory flow rate were collected. Subjects were observed at month 1, 2 and, 3 after quit smoking. Motivation scale and Minnesota Withdrawal Scale (MNWS) were also reported during the follow-ups. Results: Smoking cessation level during month I, II, and III (Continuous Abstinence Rate I, II and III) were higher in trial group than in control group. In trial group, the percentage of smoking cessation until 4 weeks (CAR I) was 66.7%, until 8 weeks (CAR II) was 57.1%, and until 12 weeks (CAR III) was 52.4%. In control group, the percentage of smoking cessation until 4 weeks (CAR I) was 54.5%, until 8 weeks (CAR II) was 45.5%, and until 12 weeks (CAR III) was 45.5%. The number of smoking relapses after the end of the research was higher in control group than trial group that was 18.2% compared to the trial group 14.3%. The number of still smoking also higher in control group that was 18.2% compared to trial group 9.5%. Withdrawal symptoms were increase of appetite (44.1%), cigarette cravings (6.9%), agitation (2.3%), insomnia (2.3%) and irritability (2.3%). At the end of the trial, there were no differences of withdrawal scale between groups (p=0.788). Motivation scale to stop smoking of CAR II in trial group was better than control group (p=0.043). Conclusion: The 4T approach is effective to maintain the abstinence rate in lung TB patients until month 1, 2, and 3 (CAR I, II, and III) after quit smoking. It is advisable to employ smoking cessation program during TB treatment to help TB patients quit smoking and reduce the rate of smoking relapse.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Joseph Himawan Asiku
Abstrak :
Merokok merupakan kebiasaan tidak sehat yang umum ditemukan di kalangan pemuda Indonesia karena produk-produk tembakau masih bebas diiklankan di mana-mana dengan sedikit peraturan regulasi dari pemerintah di Indonesia. Untungnya, pada tahun 2014, pemerintah Indonesia mengamanatkan bahwa semua bungkus rokok harus diberi label dengan Label Peringatan Kesehatan Bergambar (PHWL) untuk mengurangi jumlah perokok di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas PHWLs dalam mengubah persepsi anak dan orang muda Indonesia tentang merokok. Penelitian menggunakan metode kajian pustaka sistematik untuk mengumpulkan data penelitian-penelitian masa lalu tentang efektivitas PHWLs. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PHWLs itu cukup efektif dalam mengubah persepsi anak dan orang muda Indonesia tentang merokok, terutama jika dibandingkan dengan peringatan kesehatan yang hanya berupa teks. Selain itu, penelitian menemukan bahwa jenis PHWLs yang paling efektif untuk mempengaruhi persepsi anak dan orang muda Indonesia adalah PHWLs yang menggunakan citra grafis dan teks didaktik. Namun, penelitian juga menemukan bahwa PHWLs kurang efektif mempengaruhi persepsi anak dan orang muda Indonesia dengan identitas merokok yang kuat karena pengalaman pribadi mereka sebagai perokok yang tidak seburuk gambaran merokok dari PHWLs. Meskipun PHWLs masih membutuhkan sedikit perbaikan, PHWLs yang diterapkan di Indonesia saat ini cukup efektif dalam mengubah persepsi pemuda Indonesia tentang merokok. ......Smoking is an unhealthy habit commonly found among Indonesian youths because tobacco products are still freely advertised everywhere with little government regulations in Indonesia. Fortunately, back in 2014, the Indonesian government mandated that all cigarettes’ packs need to be labeled with Pictorial Health Warning Labels (PHWLs) to reduce the amount of smokers in Indonesia. This research aims to assess the effectiveness of PHWLs in changing Indonesian youths’ perception of smoking. This research uses systematic literature review method to collect the data from past studies about the effectiveness of PHWLs. The research results show that PHWLs are quite effective in changing the perception of Indonesian youths regarding smoking, especially when compared to text-only warnings. On top of that, this research find that the most effective type of PHWLs among Indonesian youths is PHWLs that use graphic imagery and didactic text. However, this research also find that PHWLs are less effective on influencing the perception of Indonesian youths with strong smoking identity because their personal experience as smokers is not as bad as the PHWLs’ depiction. Although PHWLs still need some minor improvements, the PHWLs currently implemented in Indonesia are quite effective in changing Indonesian youths’ perception of smoking.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Nikotin adalah senyawa utama di dalam tembakau yang menimbulkan ketergantungan pada rokok. Nikotin diinaktivasi oleh tubuh menjadi kotinin melalui kerja enzim CYP2A6. Polimorfisme genetik CYP2A6 memegang peranan penting pada kebiasaan merokok dan ketergantungan pada nikotin. Telah diketahui terdapat alel gen CYP2A6*1A (wild type) yang berhubungan dengan metabolisme nikotin normal/cepat, dan beberapa variasi genetik seperti alel CYP2A6*4, CYP2A6*7, CYP2A6*9, CYP2A6*10, yang berkaitan dengan penurunan aktivitas metabolisme nikotin. Variasi aktivitas metabolisme nikotin ini berpengaruh pada kadar nikotin plasma. Perokok memerlukan kadar nikotin tertentu pada otaknya, sehingga pada individu dengan metabolisme nikotin yang cepat diperlukan jumlah rokok yang lebih banyak. Sebaliknya, pada individu dengan metabolisme nikotin yang lambat, nikotin plasma lambat diinaktivasi dan akan mengakibatkan gejala toksik, sehingga ketergantungan pada rokok menjadi lebih rendah.
Abstract
Nicotine is a major addictive compound in tobacco cigarette smoke. After being absorbed by the lung nicotine is rapidly metabolized and mainly inactivated to cotinine by hepatic cytochrome P450 2A6 (CYP2A6) enzyme. Genetic polymorphisms in CYP2A6 may play a role in smoking behavior and nicotine dependence. CYP2A6*1A is the wild type of the CYP2A6 gene which is associated with normal or extensive nicotine metabolism. In the CYP2A6 gene, several polymorphic alleles have been reported such as CYP2A6*4, CYP2A6*7, CYP2A6*9, and CYP2A6*10 which are related to decreasing nicotine metabolism activity. The variation of nicotine metabolism activity could alter nicotine plasma levels. Smokers need a certain level of nicotine in their brain and must smoke regularly because of nicotine?s short half-life; this increases the number of smoked cigarettes in extensive metabolizers. Meanwhile, in slow metabolizers, nicotine plasma level may increase and results in nicotine toxicity. This will eventually lower the risk of dependence.
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Universitas Hasanuddin. Fakultas Kedokteran], 2010
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Tujuan: mengevaluasi efektiftasi konseling kelompok untuk menghentikan merokok di antara murid sekolah menengah. Metode: Penelittian dilakukan diatara murid sekolah menegah di dua kabupaten Negeri Selangor Malaysia pada bulan Juli 2005 sampai Agustus 2006. Setelah dilakukan skrining, 346 murid dibagi secara acak menjadi dua grup. Grup pertama yang diberi konseling (IG) sebanyak 158 orang dan grup ke dua yang tidak diberi konseling (NIG) sebanyak 188 orang. Konseling teratur terstruktur dilakukan selama empat bulan, sedangkan grup yang tidak diberikan konseling hanya mendapatkan program penghentian merokok sesuai program di sekolah yang berangkutan. Pada kedua grup, pengetahuan, sikap terhadap merokok, dan kadar berhenti merokok diukur sebelum intervensi, pada bulan intervensi ke 4, 8, dan 12. Hasil: Murid pada IG secara signifi kan mempunyai pengetahuan dibandingkan dengan NIG selama intervensi masing-masing: 24,29+7,97 vs 23.58+8,44 (pada kunjngan pertama); 29,10+8,52 vs 24.09+8.69 pada kunjungan ke dua; 26,59+8,26 vs 22.08+8.04 pada kunjungan ke tiga; dan 25,54+8,34 vs 21,26+9,60 pada kunjungan ke empat. Sedangkangkan skor sikap tidak berbeda signifi kan antara kedua grup. Setelah intervensi, kadar berhenti merokok secara signifi kan lebih tinggi di antara grup IF dibandingkan grup NIG (45% vs 32%; P=0.013). Kesimpulan: Konseling berkelompok sangat efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan penghentian merokok, akan tetapi tidak terhadap sikap merokok.
Abstract
Aim: To assess the effectiveness of groups counseling for smoking cessation among secondary school students. Methods: This study was conducted among secondary school students in two districts in Selangor Malaysia, during July 2005 until August 2006. Upon screening, 346 students were randomly assigned into intervention group (IG) (n=158) and non intervention group (NIG) (n=188). IG underwent structured group counseling regularly for four months, while no group counseling was given to the NIG but subjected to the regular smoking cessation activities organized by their respective schools. Knowledge and attitude towards smoking and quit rate were measured in both groups before intervention, and at 4, 8, and 12 months after intervention. Results: Revealed that students in IG had signifi cantly higher knowledge scores than those in NIG during follow-up visits (24.29+7.97 vs 23.58+8.44 on the fi rst visit), (29.10+8.52 vs 24.09+8.69 on the second visit) (26.59+8.26 vs 22.08+8.04 on the third visit) and (25.54+8.34 vs 21.26+9.60 on the fourth visit). Attitude scores were not signifi cantly different in both groups. Quit rate at four months after intervention was signifi cantly higher in IG as compared to the NIG (45%; 71/158 vs 32%; 60/188) (P=0.013). Conclusion: Group counseling is very effective in improving the respondents? knowledge and quite rate, but not their attitudes toward smoking.
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, University Science of Malaysia. School of Health Sciences], 2010
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Widyasari Rina Putri
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini akan membahas evaluasi dari penerapan Peraturan Gubernur Nomor 75 Tahun 2005 tentang Kawasan Dilarang Merokok di Mall Kuningan City DKI Jakarta menurut persepsi perokok. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana evaluasi dari Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 75 Tahun 2005 tentang Kawasan Dilarang Merokok di Mall Kuningan City DKI Jakarta dilihat dari persepsi perokok. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan mix method. Peneliti menggunakan teori evaluasi kebijakan dari William N. Dunn yang terdiri dari 6 enam dimensi yaitu efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas, dan ketepatan. Peneliti menggunakan kuesioner dan wawancara untuk mengumpulkan data. Pada penelitian ini terdapat 52 lima puluh dua responden dan 4 empat narasumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi efektivitas, dimensi efisiensi, dimensi kecukupan, dimensi perataan, dan dimensi responsivitas masih perlu ditingkatkan
ABSTRACT
This study will describe the evaluation of the Governor Regulation number 75 year 2005 regarding to Non Smoking Area in Kuningan City Mall DKI Jakarta according to the smokers perception. The purpose of this study was to determine the extent to which the evaluation of Jakarta Governor Regulation number 75 Year 2005 about Non Smoking Area in Kuningan City Mall DKI Jakarta through the smokers perception. The method of research approach used in this study was mix method approach. The theory of program implementation from William N. Dunn used as a basis to measure the implementation that consists of 6 six dimensions including effectiveness efficiency adequacy equity responsiveness and appropriateness. There were 52 fifty two respondents and 4 four interviewees in this study. The results of this study showed that several dimensions which consist of effectiveness, efficiency, adequacy, equity, and responsiveness need to be improved.
2016
S66257
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Andriani Zahra
Abstrak :
Latar Belakang: Merokok telah menjadi ancaman serius bagi kesehatan selama empat abad terakhir, menyebabkan lebih dari 8 juta kematian dini setiap tahun. Di Indonesia, 28,96% penduduk usia 15 tahun ke atas adalah perokok. Meskipun banyak yang menyadari dampak buruknya, praktik ini masih tinggi. Penelitian di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut (RSKGM) FKG UI mengeksplorasi hubungan antara pengetahuan pasien tentang dampak merokok terhadap kesehatan mulut dengan sikap mereka terhadap berhenti merokok. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan pasien tentang dampak merokok terhadap kesehatan mulut dengan sikap pasien terhadap upaya berhenti merokok. Metode: Studi analitik potong lintang menggunakan kuesioner pada pasien RSKGM FKG UI. Data dianalisis menggunakan perangkat lunak statistik SPSS. Hasil: Sebanyak 75 pasien RSKGM FKG UI berpartisipasi. Responden (>50%) merokok setiap hari, dengan dominasi responden laki-laki dan kelompok usia remaja akhir. Responden (60%) menyatakan menggunakan rokok filter. Responden (42,7%) menggunakan rokok konvensional kurang dari 12 batang/hari. Jenis kelamin, frekuensi merokok, dan tipe rokok yang diugnakan berhubungan dengan pengetahuan pasien terhadap efek merokok. Berhenti merokok dalam jangka waktu tertentu dan frekuensi merokok berhubungan dengan sikap pasien terhadap berhenti merokok. Terdapat korelasi positif yang lemah antara pengetahuan pasien tentang dampak merokok dan sikap mereka untuk berhenti merokok, yang berarti bahwa semakin baik pengetahuan pasien tentang dampak merokok, semakin besar pengaruhnya terhadap sikap pasien untuk berhenti merokok. Kesimpulan: Sebagian besar responden penelitian sudah menyadari dampak berbahaya dari merokok. Mayoritas responden penelitian berkeinginan untuk berhenti merokok namun tidak ingin berpartisipasi dalam program berhenti merokok. ......Background: Smoking poses a significant health threat, causing over 8 million premature deaths annually globally. In Indonesia, where 28.96% of the population aged 15 and above are smokers, the prevalence remains high despite widespread awareness of its detrimental effects. Research at the Dental Hospital of Faculty of Dentistry Universitas Indonesia (FDUIDH) investigated the correlation between patient knowledge regarding smoking's impact on oral health and their willingness to quit. Aim: To know the association between patients’ knowledge on the effects of smoking on oral health with their attitude towards its cessation. Methods: Cross-sectional analytical study using questionnaires on FDUIDH patients. Data were analysed using SPSS statistical software. Results: A total of 75 FDUIDH patients participated. Respondents (>50%) smoke every day, with a predominance of male respondents and the late teens age group. Respondents (60%) stated that they used filter cigarettes. Respondents (42.7%) used conventional cigarettes less than 12 cigarettes/day. Gender, frequency of smoking, and the types of cigarettes are related to patients' knowledge of the effects of smoking. Stopped smoking within a certain period and frequency of smoking are related to patients' attitudes towards smoking cessation. There is a weak positive correlation between patients' knowledge about the effects of smoking and their attitude of smoking cessation, implying that the better the patient's knowledge of the effects of smoking, the greater the influence it has on the patient's attitude towards quitting. Conclusion: Most research participants are already aware of the harmful effects of smoking. The majority of research respondents desire to quit smoking but do not want to participate in a smoking cessation programme.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>