Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Karin Carolina
Abstrak :
Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk melihat bagaimana kontribusi dari father attachment dan self esteem terhadap peer victimization pada remaja. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis multiple regression pada program microsoft excel dan program SPSS 25. Sampel pada penelitian total berjumlah 129 remaja laki-laki dan perempuan yang berusia antara 12 sampai 14 tahun di kota Depok dan Jakarta. Sampel penelitian ini diperoleh dengan cara menyebarkan tautan kuesioner secara daring. Data diperoleh melalui kuesioner Multidimensional Peer Victimization Scale (MPVS) untuk mengukur variabel peer victimization, Inventory Parent and Peer Attachment (IPPA) untuk mengukur variabel father attachment dan Rosenberg Self Esteem Scale (RSES) untuk mengukur self esteem. Hasil penelitian menunjukkan adanya kontribusi dari variabel father attachment dan variabel self esteem secara bersama-sama sebesar 22.4% terhadap variasi variabel peer victimization pada remaja yang menjadi partisipan dalam penelitian ini. Evaluasi teknik pengumpulan data dan uji variabel lain dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya. ......The aim of this study is to examine the contribution of variables father attachment and self esteem on peer victimization. Data were collected online using Multidimensional Peer Victimization Scale (MPVS) to measure peer victimization on adolescent, Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA) to measure father attachment, and Rosenberg Self Esteem Scale (RSES) to measure self esteem. The sample of this research consisted of 129 participants, age ranged from 12 to 14 years old in Depok and Jakarta. Data were analyzed using multiple regression with Microsoft Excel and SPSS 25 program by IBM. The result of this study indicate that there was moderate contribution of father attachment and self esteem on peer victimization with the degree of determination at 0.224, whih are means that 22.4% of variation in peer victimization were contribute by father attachment and self esteem. Data collection technique, and additionally variables to examine are considered for future research
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doni Dwi Anjasmara
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara family functioning dan self esteem pada mahasiswa dengan obesitas di Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan variabel family functioning yang memiliki enam dimensi, yaitu problem solving, communication, roles, affective responsiveness, affective involvement, dan behavioral control, dan variabel self esteem. Responden penelitian adalah Mahasiswa Universitas Indonesia sebanyak 108 orang berusia 17-19 tahun dan masuk dalam kategori obesitas. Kategori obesitas diukur menggunakan Body Mass Index BMI dan 80,5 tergolong tipe obesitas kelas I. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi problem solving r = 0,376. ......This research is conducted to examine the correlation between family functioning and self esteem among obese students in University of Indonesia UI . This research used family functioning variable and has 6 dimensions which are problem solving, communication, roles, affective responsiveness, affective involvement, and behavioral control, and also self esteem variable. Participants of this research are 108 students of UI in 17 19 year olds and included in category of obesity. Category of obesity measured by Body Mass Index and 80,5 percent included tipe of obesity class I. The results showed that problem solving r 0,376.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Barus, Ezra Andhika Pratama
Abstrak :
ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk melihat body image sebagai prediktor self-esteem pada dewasa muda usia 18-25 tahun yang berolahraga.. Penelitian ini dilakukan di lingkungan ruang terbuka publik pada dewasa muda yang berolahraga, di kawasan Jabodetabeka. Kuesioner yang digunakan dengan mengadaptasi 2 alat ukur, yaitu multidimensional body self relations questionare Cash, 1990 dan rosenberg self-esteem scale Rosenberg, 1965 . Kedua alat ukur yang digunakan ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Hasil penelitian N=130 menunjukkan body image signifikan memprediksi self-esteem pada dewasa muda dengan t = 9,312, p < 0.01 dan hasil lain didapatkan bahwa frekuensi olahraga tidak signifikan memprediksi body image t = -.938, p > 05.
ABSTRACT
The purpose of this research is to see Body Image as a Predictor of Self Esteem among Young Adults age 18 to 25 years old who Exercise. The study was conducted in a public open space environment among young adolescents who exercise. The questionnaire is used by adapting 2 measuring instruments, namely multidimensional body self relations questionare Cash, 1990 and rosenberg self esteem scale Rosenberg, 1965. Both of these measuring instruments are translated into Indonesian languange. The results of the study N 130 showed that body image is significant predicting self esteem among young adults in Jabodetabeka with t 9.312, p .05.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Ajeng Nuurizqia Utami Prawiro
Abstrak :
Perkembangan teknologi semakin memudahkan masyarakat dalam mengakses media sosial. Penggunaan media sosial memiliki efek terhadap harga diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik penggunaan media sosial dengan tingkat harga diri pada kelompok pemuda. Penelitian dilakukan menggunakan desain korelasi dengan metode kuantitatif dan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 479 pemuda usia 15-24 tahun di Jakarta Timur yang menggunakan media sosial Instagram, Facebook, TikTok, dan Twitter. Pengumpulan data dilakukan secara online menggunakan Google Formulir. Hasil penelitian menunjukkan 68,3% responden memiliki harga diri tinggi. Jenis media sosial yang paling banyak digunakan adalah Instagram dengan frekuensi dan durasi kategori tinggi (>6x/hari dan >4 jam/hari). Jenis media sosial dan frekuensi penggunaan media sosial memiliki hubungan dengan harga diri, sedangkan alasan dan durasi penggunaan media sosial serta aktivitas dalam media sosial tidak memiliki hubungan dengan harga diri. Dari hasil penelitian, pemuda diharapkan menggunakan media sosial dengan bijak, orang tua diharapkan meningkatkan pengawasan terhadap pemuda, dan penelitian selanjutnya diharapkan meneliti tentang adiksi media sosial/gadget pada pemuda.  ......Technological developments facilitate people to access social media. Social media use has an effect on self-esteem. This study aims to identify the relationship between characteristics of social media use and level of self-esteem in youth. The study was conducted using a correlation design with a quantitative method and a cross sectional approach. The sample in this study was 479 youth (15-24 years old) in East Jakarta who use social media Instagram, Facebook, TikTok and Twitter. Data collection was carried out online using Google Forms. The results showed that 68.3% of respondents had high self-esteem. The most used type of social media is Instagram with high category frequency and duration (>6x/day and >4 hours/day). The type of social media and frequency of social media use had a relationship with self-esteem, while the reason for social media use, activities in social media, and duration of social media use had no relationship with self-esteem. From the results of the study, youth are expected to use social media wisely, parents are expected to increase supervision of youth, and further research is expected to examine social media/gadget addiction in youth. 
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nirmala Ika Kusumaningrum
Abstrak :
ABSTRAK Masa dewasa muda merupakan suatu masa yang cukup sulit, karena masa itu merupakan masa persiapan dimana seseorang mulai memikirkan perkawinan dan persiapan membentuk sebuah keluarga. Namun disisi lain masa tersebut juga merupakan suatu masa isolasi, dengan masuknya seseorang ke dunia keija dan makin berkurangnya ketergantungan dengan keluarga. Pada masa ini kehadiran teman, sahabat dan khususnya kekasih sangat berarti bagi seseorang, ketidak hadiran orang-orang tersebut dapat menimbulkan perasaan kesepian. Perasaan kesepian itu dapat dipengaruhi oleh rendahnya harga diri yang dimiliki seseorang. Dalam usaha mempertahankan hubungan yang sudah dimiliki dengan pasangannya, orang sering dituntut untuk melakukan pengorbanan. Namun bentuk pengorbanan yang diberikan itu bisa bermacam-macam, salah satunya adalah dengan mau melakukan hubungan seksual pranikah. Dari penelitian sebelumnya diperoleh hasil bahwa orang yang memiliki harga diri rendah cenderung lebih permisif terhadap perilaku seksual pranikah. Untuk itu dibuat penelitian ini untuk melihat apakah perasaan kesepian dengan kontrol dari harga diri berpengaruh terhadap kesiapan seseorang untuk mau berkorban dengan melakukan hubungan seksual pranikah. Dan juga akan dilihat apakah kesepian akan berpengaruh terhadap kesiapan seseorang untuk berkorban dengan melakukan hubungan seksual pranikah atau malah harga diri seseorang yang akan berpengaruh terhadap hal tersebut.

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan seksual pranikah dari lingkup usia dewasa muda, karena selama ini penelitian mengenai hal tersebut lebih banyak dilakukan dikalangan remaja. Selain itu juga untuk mencoba mengangkat masalah pengorbanan sebagai salah satu alasan dari tujuan melakukan hubungan seksual pranikah.

Teori yang digunakan sebagai landasan meliputi kesepian, harga diri, hubungan seksual pranikah dan pengorbanan serta batasan tentang usia dewasa muda.

Dalam penelitian ini ada 3 buah kuesioner yang digunakan yaitu UCLA Loneliness Scale, Sel/ Esteem Inventory dan vignet yang berisi 3 macan cerita yang masing-masing memberikan stimulasi yang berbeda-beda terutama pada alasan mengapa seorang wanita mau berkorban. Perbedaan alasan pengorbanan yang diberikan adalah karena ketakutan akan munculnya perasaan kesepian sosial, perasaan kesepian emosional dan karena cinta terhadap pasangannya. Perhitungan yang digunakan adalah dengan menghitung coefficient contingency dengan menggunakan chi-square sebagai dasar perhitungannya. Sehingga hasil yang di dapat bisa dianalisa secara lebih mendalam.

Data yang diperoleh dari dari hasil perhitungan terhadap 109 subyek, menunjukkan bahwa subyek sudah memenuhi karakteristik sampel yang dibutuhkan dan penyebaran subyek sudah terbagi cukup merata. Namun ternyata sebagian besar subyek memiliki tingkat kesepian yang rendah dan harga diri yang cukup tinggi.

Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa perasaan kesepian tidak berhubungan dengan kesiapan seseorang untuk berkorban berupa melakukan hubungan seksual pranikah. Sedangkan harga diri berhubungan dengan kesepian seseorang untuk berkorban berupa melakukan hubungan seksual pranikah hanya jika pengorbanan itu dilakukan karena ketakutan akan munculnya perasaan kesepian emosional. Dan harga diri sebagai variabel kontrol juga tidak berpengaruh terhadap hubungan antara perasaan kesepian yang dirasakan seseorang dengan kesiapannya untuk berkorban berupa melakukan hubungan seksual pranikah.

Saran yang diajukan untuk penelitian ini adalah memperbesar jumlah sampel sehingga dapat diperoleh orang-orang yang memang memiliki tingkat kesepian yang tinggi dan harga diri yang rendah. Selain itu ada baiknya jika dilakukan penelitian lain yang juga berkaitan dengan masalah pengorbanan. Karena dari penelitian ini muncul kenyataan bahwa sebagian besar subyek menerima bahwa dalam suatu hubungan memang memerlukan pengorbanan namun saat ini mereka belum dapat menerima hubungan seksual pranikah sebagai suatu bentuk pengorbanan.
2000
S2876
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariadne Dwiyanri Putri
Abstrak :
ABSTRAK
Contingent self esteem mengacu pada sejauh mana seseorang menilai dirinya berdasarkan pada standar dan ekspektasi tertentu dan hal tersebut terkait dengan citra tubuh seseorang. Keterkaitan tersebut terjadi ketika individu mengalami kekhawatiran akan citra tubuh dikarenakan ketidakmampuan individu dalam memenuhi standar atau ekspektasi tertentu yang dipersepsi oleh dirinya. Ketidakmampuan tersebut dapat dirasakan pada individu yang memiliki ketidaksempurnaan pada penampilan dan dapat mempengaruhi interaksinya dengan orang lain, hal tersebut dapat disebut dengan visible disfigurement. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan untuk melihat hubungan antara contingent self esteem dan citra tubuh pada dewasa muda dengan visible disfigurement. Penelitian ini melibatkan partisipan sebanyak 52 orang pada tahap perkembangan dewasa muda yaitu dengan usia 18 ? 40 tahun yang memiliki visible disfigurement. Contingent self esteem diukur dengan skala Contingencies of Self Worth (CSW) dan citra tubuh diukur dengan menggunakan skala Cutaneous Body Image (CBI). Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan negatif dan signifikan antara contingent self esteem dan citra tubuh (r= -0,423, p<0,01) yang berarti bahwa peningkatan skor dari contingent self esteem diikuti dengan penurunan skor citra tubuh, begitu pula sebaliknya.
ABSTRACT
Contingent self esteem refers to the degree to which a person evaluate him/herself based on certain standards and expectations and it is closely associated with a person?s body image. The association between contingent self esteem and body image occurs as a person experience body image concern due to the inability of a person meets certain standards or expectation perceived by him/herself. The inability of a person meets certain standards or expectations, often perceived by those who has disfigurement on his/her appearance and could affect their interaction with others. This study is a quantitative research aims to investigate the correlation between contingent self esteem and body image in young adult with visible disfigurement. Contingent self esteem is measured by Contingencies of Self Worth (CSW) Scale and body image is measured by Cutaneous Body Image (CBI) Scale. The result shows that contingent self esteem and body image negatively related (r= -0,423, p<0,01) which means that the increase of the contingent self esteem score follows by the decrease of the body image score, so as in reverse.
2016
S63263
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Rania Wiraatmadja
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kecemburuan dan harga diri pada emerging adults usia 18 hingga 25 tahun. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif kepada 1451 emerging adults. Instrumen yang digunakan adalah Multidimensional Jealousy Scale dan Rosenberg Self-Esteem Scale. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dimensi kognitif kecemburuan dan harga diri r=-.161; p ...... This study was conducted to determine the relationship between jealousy and self esteem among emerging adults ages 18 to 25 years. This research uses quantitative method to 1451 emerging adults. The instrument used are Multidimensional Jealousy Scale and Rosenberg Self Esteem Scale. The results showed that there was a significant negative relationship between the cognitive dimension of jealousy and self esteem r .161 p
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67017
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatia Rahma Sari
Abstrak :
Perubahan, tuntutan, dan tantangan yang terjadi merupakan ciri khas yang akan dihadapi oleh individu ketika memasuki usia dewasa muda. Memiliki harga diri yang tinggi sangat diperlukan bagi individu untuk mampu menghadapi segala perubahan yang terjadi dengan baik. Salah satu faktor yang berperan pada keberlangsungan harga diri adalah bahasa cinta yang ditunjukkan oleh orang tua. Pada penelitian ini, peneliti ingin melihat keterkaitan antara masing-masing dimensi bahasa cinta orang tua dengan harga diri pada dewasa muda. Partisipan merupakan 241 dewasa muda yang berusia 18-25 tahun dan berdomisili di Indonesia. Variabel harga diri diukur menggunakan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) dan variabel bahasa cinta orang tua diukur menggunakan Parental Love Languages Scale (PLLS). Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara bahasa cinta orang tua words of affirmation (r = .30, p < .001), quality time (r = .32, p < .001), acts of service (r = .29, p < .001), giving gift (r = .24, p < .001), dan physical touch (r = .18, p < .01) dengan tingkat harga diri. Penelitian ini merupakan eksplorasi lebih lanjut terkait teori Lima Bahasa Cinta dan dapat dijadikan sebagai dasar intervensi terkait peningkatan harga diri pada dewasa muda. ......The emergence of changes, demands, and challenges is a characteristic that will be faced by someone when entering the phase of emerging adulthood. Having high self-esteem is necessary for individuals to be able to deal with the changes that occur. One of the factors that play a role in the continuity of self-esteem is the love languages shown by parents. In this study, researcher investigated the relationship between each dimension of parental love language and self-esteem in emerging adulthood. Participants were 241 emerging adults aged 18-25 years. The variable of self-esteem was measured using Rosenberg Self- Esteem Scale (RSES) and the parental love language was measured using the Parental Love Languages Scale (PLLS). The results showed that there was a positive and significant relationship between words of affirmation (r = .30, p < .001), quality time (r = .32, p < .001), acts of service (r = .29, p < .001), giving gift (r = .24, p < .001), and physical touch (r = .18, p < .01) with self-esteem. This research is a further exploration of the theory of the Five Love Languages and can be used as a basis for interventions related to self-esteem in emerging adulthood.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library