Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gusti Anggara Permana
Abstrak :
Perusahaan perlu membangun dan mempertahankan keunggulan kompetitif dalam bersaing dalam kompetisi. Dalam industri ritel, lanskap persaingan akan berubah ketika merek global memasuki pasar, termasuk yang terjadi pada Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Indonesia. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi positioning merek menurut persepsi konsumen, dibandingkan dengan merek pesaing. Studi ini meneliti posisi SPBU dari major brands berdasarkan beberapa atribut yang merujuk pada studi sebelumnya dan wawancara mendalam. Target responden penelitian pada pengguna bahan bakar kelas atas yang dikelola oleh tiga merek besar yaitu Pertamina, Shell, dan British Petroleum (BP). Menggunakan purposive dan snowball sampling, serta online survey, data dikumpulkan dari 256 responden Pertamina, Shell, dan BP, dianalisis lebih lanjut dengan Multi-Dimensional Scaling dalam mengembangkan peta persepsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertamina dipersepsikan lebih dekat dengan aspek personil di SPBU, sementara Shell dipersepsikan lebih dekat dengan aspek tangible, dan BP dianggap terkait dengan aspek layanan. Meskipun produknya mirip, penelitian ini mengklarifikasi, ada perbedaan dalam cara konsumen memandang merek-merek ini. ......Companies need to build and maintain competitive advantage. In retail industry, competition landscape will change when global brands enter the market, i.e. gas stations in Indonesia. Hence, it is important to identify brand positioning in consumer's minds, compared to competitor brands. This study examines the positioning of major gas stations based on some attributes that refer to previous studies and in-depth interview. The objects are high-tier fuel that managed by three major brands namely Pertamina, Shell, and British Petroleum (BP). Using purposive and snowball sampling, and also online surveys, data were collected from 256 respondents of Pertamina, Shell, and BP, further analyzed by Multi-Dimensional Scaling in developing perceptual map. The findings indicate that Pertamina is perceived more related to personnel aspects of station, while Shell and BP were perceived related to tangible aspects and services. Even though the products are similar, this study clarifies, there are differences in how consumers perceived these brands.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boby Kristanto Chandra
Abstrak :
Tujuan penulisan laporan magang ini adalah mengevaluasi kerangka model keuangan PT ABC pada industri perbankan dan ritel serta mengevaluasi kesesuaian praktik PT ABC dengan CFA Standards of Professional Conduct selama periode 15 Juli 2019-6 September 2019. Dalam mengevaluasi kerangka model keuangan, penulis menilai alasan pemilihan metode, kelengkapan fitur model, dan keakuratan hasil perhitungan model keuangan. Metode yang digunakan PT ABC dan dievaluasi penulis untuk industri perbankan dan ritel secara berturut-turut adalah dividend discount model dan enterprise discounted cash flow model. Dalam mengevaluasi kesesuaian praktik PT ABC, penulis hanya membandingkan pengalaman dan pengamatan penulis dengan lima dari 7 standar yang ada atau dua belas dari duapuluh dua butir keseluruhan standar-hanya standar yang relevan dan dapat diamati. Berdasarkan hasil evaluasi penulis, PT ABC telah memiliki kerangka model keuangan yang baik tetapi masih memiliki ruang untuk diperbaiki agar praktik yang dilakukan sesuai dengan standar CFA. ......The purposes of writing this internship report are to evaluate the framework of PT ABCs financial model in the banking and retail industry and to evaluate the conformity of PT ABC's practices with the CFA Standards of Professional Conduct during the period started from 15 July 2019-6 September 2019. In evaluating the financial model framework, the authors assess the reasons for choosing the method, completeness of those models features, and accuracy of the results of the financial model calculations. The method used by PT ABC and evaluated by the authors for the banking and retail industries are dividend discount model and enterprise discounted cash flow model, respectively. In evaluating the appropriateness of PT ABC practices, the author only compares the experience and observations of the author with five of the 7 existing standards or twelve of the twenty-two items of the overall standard - only standards that are relevant and observable. Based on the results of the authors evaluation, PT ABC has a good financial model framework but still has room for improvement so that the practices carried out in accordance with CFA standards of professional conduct.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abhirama Budiawan
Abstrak :
PT XYZ merupakan salah satu perusahaan financial technology atau dapat disebut dengan fintech dengan kategori P2P Lending. Salah satu bidang yang dicakup oleh PT XYZ ini adalah bidang retail yang memiliki limit pinjaman yang kecil dan jumlah borrower yang banyak. Masalah timbul karena sistem pada PT XYZ ini masih membutuhkan proses pengecekkan secara manual oleh user. Hal ini tentunya memperlambat processing time dari pengajuan pinjaman. Dalam penelitian ini menggunakan konsep business process reengineering atau BPR dengan UML activity diagram dalam melakukan analisis serta perancangan perbaikan proses pengajuan pinjaman saat ini, metodologi agile scrum dalam perancangan pengembangan hasil perbaikan process flow serta menggunakan skenario uji coba untuk melakukan uji coba dari hasil perbaikan process flow yang baru. Penelitian ini menggunakan metode mixed method antara kualitatif dengan kuantitatif. Data-data yang digunakan berupa hasil wawancara dengan Product Manager dan Relationship Manager, data processing time pengajuan pinjaman, dokumen process flow saat ini, serta visi, misi dan target pengembangan pada tahun 2022. Hasil penelitian ini berupa hasil rekomendasi process flow baru yang memperbaiki process flow yang lama. Ditemukan bahwa terdapat tahap-tahap yang masih manual dan beberapa tahap yang memiliki sifat redundansi. Tahap tersebut diperbaiki dengan harapan untuk mempercepat processing time. ......PT XYZ is one of financial technology or we can call it fintech with P2P Lending category. The area covered is the retail sector which have small limits but large number of borrowers. With a large numbers of borrowers and loan applications, it will affect the processing time of existing business processes. The problem arises because the system still requires manual checking by users. This will slow down the processing time. This research will use the concept of business process reengineering or BPR with UML activity diagram in doing the analyzing and redesigning the current loan application process, agile scrum methodology in designing the development of the new and redesigned process flow. This research will use mixed method methodology using qualitative and quantitative. The data are interviews with Product Manager and Relationship manager, processing time data of loan application, current process flow document, and also vision, mission and target of development in year 2022. The result of this research will include recommendation of a new process flow that fixes the current process flow. It was found out that there are steps that are still manual and redundant steps. That step is redesigned in hope to fasten the processing time.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Both the act of investment and limited corporation have motivated foreign modern retailer not only to open its outlet every where in Indonesia but also have promoted the foreign retailer seizing domestic retailer aggressity....
JHB 27:1 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yudith Dyah Hapsari
Abstrak :
ABSTRAK
Sektor Ritel adalah sektor yang sangat terkena dampak kerusuhan sosial yang terjadi pada tahun 1998, namun sektor ini cepat sekali bangkit dari kerugian besar yang diderita, bahkan salah satu pelaku di sektor ini yang menderita kerugian sangat besar yaitu PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk bahkan tetap mampu menghasilkan laba pada tahun tersebut.

Tantangan yang dihdapi pelaku sektor ritel terus berkembang Sejak 1998, pemerintah Indonesia telah mencabut Iarangan bagi investor asing untuk memasuki bisnis ritel khususnya supermarket dan hypermarket. Hal ini tidak disia-siakan oleh Carrefour yang terus melebarkan jaringan operasinya. Bukan hal yang mustahil jika AFTA diterapkan, pelaku ritel lokal akan kewalahan menghadapi persaingan dari para peritel asing. Untuk itu peritel lokal dituntut untuk mampu menerapkan strategi yang tepat agar mampu bersaing.

Pada Karya Akhir ini, Penulis mencoba menganalisa kinerja keuangan dari dua pelaku sektor ritel yang yang perdagangan sahamnya di Bursa Efek Jakarta termasuk yang aktif diperdagangkan, yaitu PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk ( RALS) dan PT Matahari Putra Prima, Tbk (MPPA) dengan tujuan untuk melihat perusahaan mana yang memiliki kinerja lebih baik dan strategi apa yang ternyata dilakukan perusahaan tersebut. Berdasarkan analisa Laporan Keuangan 3 tahun terakhir, penulis mencoba membuat proyeksi dari Laporan Laba Rugi.

Dalam menganalisa untuk menghubungkan rasio-rasio keuangan dan untuk mempermudah perbandingan kinerja kedua perusahaan tersebut, pendekatan Return On Equity dipilih.

Dalam analisa ini untuk memudhan analisa perbandingan, Penulis juga mengubah bentuk Laporan Arus Kas RALS untuk tahun yang berakhír pada 31 Desember 2998, karena format yang ada dalam bentuk indirect Cash Flow padahal untuk Laporan Arus Kas tahun berikutnya sudah dalam bentuk Direct cash Flow.

Berdasarkan analisa yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa PT Ramayana lestari Sentosa, Tbk memiliki kinerja keuangan yang lebih baik daripada pesaingnya yaitu PT Matahari Putra Prima, karena : Return On Assets RALS (15,88%) Iebih tinggi dan ROA MPPA (10,01%) ; Finnçil Leverage RALS (Total Assets/Total Equities) 1,83 kali sedangkan MPPA 1,74 kali dan Return On Equity RALS pun menjadi Iebih tinggi dan MPPA (RALS 29,66% dan MPPA 17,64%).

Selanjutnya ketika membuat asumsi dalam proyeksi Laporan Laba Rugi, Penulis mengubah data asumsi yang diberikan oleh investor Relation Manager kedua perusahaan tersebut. Hal ini dilakukan karena Penulis menganggap kedua perusahaan terlalu optimis terhadap angka pertumbuhan yang selalu didasarkan path angka pertumbuhan penjualan pada tahun 2000, padahal di tahun tersebut Hari Raya Idul Fithri dilaksanakan dua kali dalam setahun sehingga tidaklah mengherankan jika pertumbuhan angka penjualan kedua Perusahaan sangat tinggi. Pertimbangan lain bagi asumsi angka pertumbuhan yang tidak terlalu optimis adalah makin gencarnya peritel asing mengembangkan usaha. Dengan skala usaha yang besar, peritel asing seperti Carrefour maimpu menekan biaya operasi dan berdampak pada penawaran harga jual yang bisa lebih bersaing dan menarik konsumen.
2002
T2364
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Kesula Dewi
Abstrak :
ABSTRAK
Dewasa ini banyak bermunculan ritel-ritel baru di kawasan Jakarta. Di suatu lokasi tertentu baik itu perkantoran atau perumahan bias ada lebih dari satu ritel. Jika ada banyak alternatif ritel yang didatangi, tentu ada pertimbangan khusus yang membuat konsumen memilih suatu ritel untuk dijadikan tempat berbelanja.

Dalam berbelanja konsumen melalui beberapa tahap, yaitu : pertama membuat daftar belanja. Kedua menentukan alternatif ritel mana saja yang dapat didatangi. Ketiga menghitung total perceived cost dari masing-masing alternatif ritel yang telah dipilih. Terakhir menentukan ritel mana yang akan didatangi berdasarkan total perceived cost yang telah dihitung.

Model Bell, Ho, Tang mengatakan bahwa konsumen akan memiih ritel yang mempunyai total perceived cost yang terendah. Total perceived cost dibagi kedalam 2 komponen, yaitu : fIxed cost dan variable cost. Dimana masing-masing komponen cost tersebut mempunyai cost driver yang mempengaruhi nilai total perceived cost.

Model Bell, Ho, Tang juga mengatakan bahwa konsumen akan lebih sering mengunjungi ritel yang memiliki fixed cost yang terendah.
2001
T1373
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Warma Dewa
Abstrak :
Ce rapport cherche à analyser la politique de prix de Carrefour Indonésie en observant le processus de la fixation et l'ajustement des prix chez Carrefour Indonésie. A partir des observations aux ces deux éléments principales d'une politique de prix, L'auteur procède au raisonnement inductif concernant la politique de prix de Carrefour Indonésie. Le processus de raisonnement est base sur la comparaison entre les aspects théoriques et réels de la politique de prix, en ces cas la politique de prix du secteur de grande distribution et celle de Carrefour Indonésie La politique de prix est un concept qui combine les aspects de comptabilité et marketing, de manière que le prix d'un produit doive satisfaire l'objectif den consommateurs, qui est d'acheter un produit duquel ils reçoivent certaine qualité d'utilité au prix raisonnable. Ces aspects sont couverts par le processus de fixation des prix de vente à partir des couts et demande. Pendant la période du stage qui dure trois mois, l'auteur a observé et participe aux activités journalières de département de priming, de la division de marchandise de Carrefour Indonésie, notamment concernant la maintenance des prix de vente et marges commerciales de marchandise. Dans la réalisation de ces taches, l'auteur a développé une compréhension à fond sur le processus de la fixation des prix et la maintenance des marges. Ce type de compréhension aide l'auteur d'établir une perspicace de tous les aspects de politique des prix de Carrefour Indonésie. La politique de prix de Carrefour Indonésie, comme celle de I ?industrie, couvre les deux aspects de la politique de prix. La fixation des prix de vente initiaux se procède de la méthode a partir des couts, cependant l'ajustement des prix de vente se procède de la méthode a partir des couts et demande. Afin de suivre la demande de consommateur, Carrefour Indonésie a développé une classification de marchandise orientée à la demande. Cette classification est basée sur la comparabilité des produits et la sensibilité des consommateurs à la variation des prix. Ca rapport est conclu par quelques conclusions concernant la politique de prix de Carrefour Indonésie, particulièrement sur le processus d'ajustement des prix. A l'égard de ce facteur, Carrefour Indonésie doit clairement définir sa classification de marchandise orientée a la demande et réaliser plus d'études liées a la demande sur les produits auxquels l'entreprise peut maximiser son profit sans réduisant les ventes.
This report is an attempt to analyze the pricing policy of Carrefour Indonesia by observing the process of price setting and adjustment in Carrefour Indonesia. From the observations on these principal elements of pricing policy of Carrefour Indonesia. The analysis is based on the concerning the pricing policy of Carrefour Indonesia. The analysis is based on the asessment of theoretical and factual aspects of pricing policy, in this case, the pricing policy of the retail industry and the pricing policy of Carrefour Indonesia. Pricing policy is a concept that combines the aspects of accounting and marketing, in a sense that the price of a product must satisfy the objective of the company, which is to sell a product more than the cost of producing it, and the objective of the consumers, which is to buy a product that gives them a certain kind of utility reasonables price. These aspects are covered by the process of price setting that based on cost and on demand. During the internship program that last for three months, the writer has observed and participated in day-to-day activities of the pricing department in the merchandise division of Carrefour Indonesia, especially in the tasks of maintaining retail price and commercial margin of the merchandise. In performing these tasks, the writer has developed a profound comprehension on the process of price setting and margin maintenance. This kind of comprehension helps the writer to establish an insight of all the aspects of pricing policy of Carrefour Indonesia. The pricing policy of Carrefour Indonesia, as that of the industry, covers the two aspects of pricing policy. THe initial price setting proceeds in a cost and demand oriented method. In order to follow the consumer's demand, Carrefour Indonesia has developed a demand-oriented method of merchandise classification. This classification is based on comparability of the products and consumer's price sensitiveness. This report is concluded by several findings concerning the pricing policy of Carrefour Indonesia, particularly in the process of price adjustment. In this process, Carrefour Indonesia must clearly define its demand oriented product category and perform more demand-related study on the products where the company can maximize its profit without reducing the sales.
2000
T1364
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mastoah
Abstrak :
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari kepuasan konsumen terhadap kesensitifan harga (price sensitivity) pada retail fashion dan accessories di Jabodetabek. Secara spesifik, kepuasan konsumen dibagi menjadi dua yaitu kepuasan secara ekonomi (economic satisfaction) dan kepuasan secara sosial (social satisfaction). Economic Satisfaction diturunkan dari barang yang dibeli konsumen. Kepuasan secara sosial diturunkan dari pelayanan dari pihak ritel. Penelitian ini dilakukan dengan survei terhadap 150 konsumen dan toko ritel dengan menggunakan metode dyadic sampling. Penulisan ini juga membuktikan bahwa economic satisfaction berhubungan negatif dengan price sensitivity sedangkan social satisfactioon berhubungan positif dengan price sensitivity. Adanya hubungan interpersonal antara konsumen dengan pihak ritel mempengaruhi price sensitivity. Hasil penelitian ini memberikan banyak implikasi bagi peneliti dan praktisi khususnya dalam bidang ritel yang bergerak dalam bidang fashion dan accessories. ...... This research shows the effect of customer satisfaction (economic satisfaction and social satisfaction) on price sensitivity in retail fashion and accessories in Jabodetabek. Specifically, satisfaction is divided into economic satisfaction derived from tangible product and social satisfaction provided by service encounter. This survei of 150 retailer-consumer dyads show that economic satisfaction is negatively associated with price sensitivity. However, social satisfaction is positively related with price sensitivity, interpersonal relationship emphasize in the Indonesian societies tend to influence customer’s price sensitivity. These findings have many implication for researchers and practitioners in retail sector.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S55476
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farzani Goernawan
Abstrak :
Sektor eceran merupakan salah satu lahan yang paling banyak diterjuni para pedagang mulai dari kaki lima, koperasi, swasta nasional bermodal besar dan menengah hingga BUMN dan merupakan sektor industri yang tumbuh paling cepat. Bisnis eceran modern mulal berkembang sejak tahun 1980-an ditandai dengan munculnya pasar-pasar swalayan (supermarket dan department store) di Jakarta. Ada indikasi kuat bahwa pola perkembangan tersebut diikuti oleh kota-kota besar utama di Indonesia antara lain di Medan, Bandung, Surabaya dan Ujung Pandang. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang rata-rata sekitar 6% setahun dan populasi yang sedemikian besar merupakan daya tarik tersendiri bagi perusahaan eceran asing untuk membuka usahanya disini. Selain itu tidak adanya peraturan, apalagi undang-undarg, tentang sektor eceran menciptakan peluang bagi masuknya perusahaan eceran asing ke Indonesia. Dituntut kretivitas dan profesionalisme yang tinggi dalam pengelolaannya r.iengingat semain ketatnya persaingan yang ada terutama dengan bermunculannya perusahaan eceran asing yang sudah memiliki pengalaman profesional tidak saja di pasar domestiknya tetapi juga di pasaran internasional. PT Sarinah sebagai suatu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang retail walaupun relatif tua usianya tetapi telah tertinggal jauh dari kompetitor domestik sekelasnya. Dalam pembenahan kembali kegiatan usaha perusahaan, manajemen Sarinah telah menyusun suatu Rencana Kerja Jangka Panjang baik untuk perusahaan maupun unit-unit usahanya yang didasarkan pada suatu analisa Strength, Weakness, Opportunity dan Threat (SWOT) perusahaan untuk mengetahui posisi perusahaan dan strategi apa yang sebaiknya diambil. Strategi perusahaan terbagi menjadi dua peniode yaitu periode stabilisasi untuk kurun waktu tahun 1991-1992 dan periode pertumbuhan untuk kurun waktu tahun 1993-1995. Dalam periode stabilisasi ini strategi yang diterapkan adalah tetap meneruskan pelayanan kepada masyarakat dengan menjual barang dan jasa yang sama di pasar yang sama dan didukung oleh sektor fungsional yang ada dengan memfokuskan keputusan strategisnya pada upaya peningkatan perbaikan prestasi fungsional yang ada. Sedangkan strategi yang dipilih selama periode pertumbuhan adalah menambah bidang usaha untuk memperluas pasar serta memfokuskan keputusan strategisnya kepada upaya peningkatan laju pertumbuhan usaha sesuai misi perusahaan. Pada dasarnya kegiatan retail adalah kegiatan penjualan barang dan jasa kepada konsumen akhir untuk pemakaian pribadi atau rumah tangga. Oleh sebab itu strategi yang ditentukan oleh manajemen PT Sarlnah terfokus pada bauran retail (retail mix) yang terdiri atas aspek merchandise / produk, lokasi, harga, suasana toko, pelayanan dan advertensi sebagal berikut: (a). Strategi merchandise yang diterapkan bertujuan meningkatkan tingkat produk tivitas sales per meter persegi dengan cara: (1) menentukan barang apa saja yang akan dijual dengan mengikut sertakan divisi operasi dan divisi keuangan & akuntansi (2) bekerja sama dengan para supplier untuk menjaga kontinuitas pengadaan barang yang mengarah kepada barang-barang fast movers, (3) membagl pilihan produk yang akan dijual menjadl 2 kelompok yaltu untuk target pasar kelompok masyarakat kelas menengah keatas serta wisatawan manca negara dan untuk target pasar kelas menengah kebawah. (b). Strategi harga yang ditentukan oleh manajemen ditujukan untuk barang-barang diluar Brand Name dengan tujuan untuk menekan cost serendah mungkin. Srategi ini mencakup (1) peningkatan mark up dengan harga jual yang sama atau menurunkan harga jual dengan mark up yang sama, (2) penyesuaian pembayaran dengan turn-over diatas 3 pembayaran dengan kredit 3 bulan dan seterusnya dan (3) menghlndarl supplier yang hit-and-run dan diganti dengan membeli langsung pada distributor atau agen. (c). Strategi pelayanan konsumen dalam hal ini berkaitan erat dengan strategi sumber daya manusia yang bertujuan menlngkatkan ketrampilan manajerial dan profeslonalisme dibidang retail. Strategi ini mencakup: (1) kegiatan recruitment, (2) pendidlkan dan latihan, (3) promosi, (4) penilaian kerja dan (5) imbalan jasa. (d). Strategi lokasi yang dilaksanakan oleh manajemen bertujuan untuk memberikan ciri tersendiri dari gedung sehingga membedakannya dari bangunan perkantoran disekitarnya. Strategi ini dilaksanakan dangan cara: (1) melaksanakan renovasi luar dan dalam bangunan, (2) momperlancar arus kenderaan keluar-masuk areal gedung dan (3) membenahi pelataran parkir yang ada. (e). Strategi promosi bertujuan untuk menjangkau pasar (market) yang Ieblh luas. Untuk jangka pendek dilakukan dengan cara memberikan. hadiah bagi konsumen yang berbelanja sejumlah nilai tertentu. Sedangkan untuk jangka panjang adalah dengan melakukan penjadwalan promosi baik in-store maupun out-store. (f). Strategi suasana toko bortujuan untuk meningkatkan suasana berbelanja yang nyaman bagi konsumen yang dilaksanakan dengan (1) perancangan toko acara Iebih profesional, (2) perbaikan lay-out dan merchandise, (3) pembatasan jumlah persediaan agar tidak jauh melebihi kemampuan toko dan (4) melaksanakan renovasi design Interior. Berdasarkan hasil survey kompetitor yang pernah dilakukan sendiri oleh Sarinah dengan pengamatan terhadap kelangkapan barang dan situasi department store ( tersedianya areal parkir, floor guide, customer service, store design, promosi dan kenyamanan pengunung), maka kedudukan Sarinah adalah satu tingkat dengan Pasaraya-Blok M, Diamond Department Store-Kelapa Gading, Matahari Department Store-Rawamagun dan Cahaya Department Store-Blok M, setingkat dibawah Metro Department Store dan Pondok lndah Mall dan setingkat diatas Ramayana, Rimo dan Robinson serta Department Store Matahari dilokasi lain. Dalam hal ini pesaing terberat adalah Pasaraya-Blok M yang menawarkan jenis barang yang relatif sama dengan Sarinah, memiliki sales floor 2,5 kali lebih besar sehingga memungkinkan menawarkan barang dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan Srinah. Selain itu suasana toko yang dikelola secara profesional serta kegiatan promosi yang dilancarkan dengan gencar mengaklbatkan Pasaraya lebih terkenal dari Sarinah. Masalah yang dihadapi oleh perusahaan berasal dari lingkungan eksternal (lingkungan operasional) yaitu kompetitor perusahaan eceran asing dan lingkungan internal yaitu pengelolaan sumber daya manusia yang belum efektif. Usulan pemecahan masalah kompetitor adalah dengan terus meningkatkan kemampuan bersaing karena membendung masuknya perusahaan eceran asing ke Indonesia adalah sulit. Usulan pemecahan masalah pokok lingkungan internal perusahaan adalah dengan merekrut tenaga-tenaga profesional dari luar apabila kebutuhan itu tidak dapat terpenuhi dan dalam meskipun sudah melalui program pendidikan dan pelatihan. Tldak mudah bagi PT Sarinah sebagai suatu BUMN untuk bersaing dengan perusahaan swasta murni yang bergerak di bidang retail, karena selain mengemban misi mencari untung dalam kegiatan operasionalnya tidak terlepas dari aturan-aturan pemerintah dalam rangka mengemban misi pemerintah. Hal ini harus menjadi cambuk bagi perusahaan untuk lebih profesional dalam pengelolaannya agar keberadaaanya dapat dipentahankan ditengah persaingan bisnis retail yang ketat.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririen Riani Kurnia
Abstrak :
ABSTRAK
Keadaan bisnis ritel di Indonesia semakin berubah dengan adanya krisis mata uang dan kasus kerusuhan Mei 1998 di Jakarta. Peristiwa terakhir mengakibatkan sebanyak 12 supermarket dan perkulakan terbakar, dan 33 buah dijarah dan dirusak massa. Sekitar 14.482 karyawan kehilangan pekerjaan, dan total kerugian sekitar 661,52 milyar rupiah. Deparwrnen store juga mengalami penurunan penjualan sebesar 30 % untuk tahun 1999, sedangkan nilai penjuIannva naik sekitar 10 % akibat kenaikan harga barang.

Keadaan industri ritel ini menyebabkan hanya empat pemain asing masuk ke pasar ritel Indonesia, yang makin terbuka sesuai instruksi IMF. Mereka adalah Carrefour, Continent, Delhaize Le Lion dan Dairy Farm. Hal ini menjadi sinyal positif ritel selama krisis selain keuntungan yang diperoleh Ramayana dan Hero sebagai pemain lokal.

Topik ritel tersebut diangkat sehubungan perubahan kondisi ekonomi dan sosial budaya masyarakat Jakarta saat masa krisis ini. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menentukan bagaimana strategi pemasaran Carrefour, Kuningan dan perilaku konsumen dan manajemen ritel.

Hasil studi menunjukkan bahwa pembelian konsumen masih bersifat selektif pengeluaran responden konsumen di hipermarket masih di bawah pengeluaran di supermarket. dan adanya beberapa keluhan mengenai pelayanan kualitas dan harga serta belum efektifnya iklan Carrefour, Kuningan di media cetak sebagai salait satu stimulus proses pengambilan keputusan konsumen.

Beberapa saran yang dapat diajukan baik untuk pihak perusahaan Carrefour (Contimas khususnya) dan pemerintah adalah sebagai berikut:

. Saran untuk pihak perusahaan adalah perubahan strategi misal dengan aliansi

. Sedangkan saran untuk pemerintah adalah penyelesaian masalah birokrasi dan pembuatan aturan yang lebih jelas.

Adanya kekurangan pada pelayanan, harga dan kualitas barang tertentu seperti yang dikeluhkan konsumen dapat diperbaiki melalui pelatihan kepada karyawan, penjelasan dari pihak manajemen dan penelitian pasar secara untuk memantau perilaku konsumen terutama persepsi sebagai faktor kunci dalam menjaga kepuasan pelanggan.
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T3836
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>