Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Both the act of investment and limited corporation have motivated foreign modern retailer not only to open its outlet every where in Indonesia but also have promoted the foreign retailer seizing domestic retailer aggressity...."
JHB 27:1 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gusti Anggara Permana
"Perusahaan perlu membangun dan mempertahankan keunggulan kompetitif dalam bersaing dalam kompetisi. Dalam industri ritel, lanskap persaingan akan berubah ketika merek global memasuki pasar, termasuk yang terjadi pada Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Indonesia. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi positioning merek menurut persepsi konsumen, dibandingkan dengan merek pesaing. Studi ini meneliti posisi SPBU dari major brands berdasarkan beberapa atribut yang merujuk pada studi sebelumnya dan wawancara mendalam. Target responden penelitian pada pengguna bahan bakar kelas atas yang dikelola oleh tiga merek besar yaitu Pertamina, Shell, dan British Petroleum (BP). Menggunakan purposive dan snowball sampling, serta online survey, data dikumpulkan dari 256 responden Pertamina, Shell, dan BP, dianalisis lebih lanjut dengan Multi-Dimensional Scaling dalam mengembangkan peta persepsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertamina dipersepsikan lebih dekat dengan aspek personil di SPBU, sementara Shell dipersepsikan lebih dekat dengan aspek tangible, dan BP dianggap terkait dengan aspek layanan. Meskipun produknya mirip, penelitian ini mengklarifikasi, ada perbedaan dalam cara konsumen memandang merek-merek ini.

Companies need to build and maintain competitive advantage. In retail industry, competition landscape will change when global brands enter the market, i.e. gas stations in Indonesia. Hence, it is important to identify brand positioning in consumer's minds, compared to competitor brands. This study examines the positioning of major gas stations based on some attributes that refer to previous studies and in-depth interview. The objects are high-tier fuel that managed by three major brands namely Pertamina, Shell, and British Petroleum (BP). Using purposive and snowball sampling, and also online surveys, data were collected from 256 respondents of Pertamina, Shell, and BP, further analyzed by Multi-Dimensional Scaling in developing perceptual map. The findings indicate that Pertamina is perceived more related to personnel aspects of station, while Shell and BP were perceived related to tangible aspects and services. Even though the products are similar, this study clarifies, there are differences in how consumers perceived these brands."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boby Kristanto Chandra
"Tujuan penulisan laporan magang ini adalah mengevaluasi kerangka model keuangan PT ABC pada industri perbankan dan ritel serta mengevaluasi kesesuaian praktik PT ABC dengan CFA Standards of Professional Conduct selama periode 15 Juli 2019-6 September 2019. Dalam mengevaluasi kerangka model keuangan, penulis menilai alasan pemilihan metode, kelengkapan fitur model, dan keakuratan hasil perhitungan model keuangan. Metode yang digunakan PT ABC dan dievaluasi penulis untuk industri perbankan dan ritel secara berturut-turut adalah dividend discount model dan enterprise discounted cash flow model. Dalam mengevaluasi kesesuaian praktik PT ABC, penulis hanya membandingkan pengalaman dan pengamatan penulis dengan lima dari 7 standar yang ada atau dua belas dari duapuluh dua butir keseluruhan standar-hanya standar yang relevan dan dapat diamati. Berdasarkan hasil evaluasi penulis, PT ABC telah memiliki kerangka model keuangan yang baik tetapi masih memiliki ruang untuk diperbaiki agar praktik yang dilakukan sesuai dengan standar CFA.

The purposes of writing this internship report are to evaluate the framework of PT ABCs financial model in the banking and retail industry and to evaluate the conformity of PT ABC's practices with the CFA Standards of Professional Conduct during the period started from 15 July 2019-6 September 2019. In evaluating the financial model framework, the authors assess the reasons for choosing the method, completeness of those models features, and accuracy of the results of the financial model calculations. The method used by PT ABC and evaluated by the authors for the banking and retail industries are dividend discount model and enterprise discounted cash flow model, respectively. In evaluating the appropriateness of PT ABC practices, the author only compares the experience and observations of the author with five of the 7 existing standards or twelve of the twenty-two items of the overall standard - only standards that are relevant and observable. Based on the results of the authors evaluation, PT ABC has a good financial model framework but still has room for improvement so that the practices carried out in accordance with CFA standards of professional conduct."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abhirama Budiawan
"PT XYZ merupakan salah satu perusahaan financial technology atau dapat disebut dengan fintech dengan kategori P2P Lending. Salah satu bidang yang dicakup oleh PT XYZ ini adalah bidang retail yang memiliki limit pinjaman yang kecil dan jumlah borrower yang banyak. Masalah timbul karena sistem pada PT XYZ ini masih membutuhkan proses pengecekkan secara manual oleh user. Hal ini tentunya memperlambat processing time dari pengajuan pinjaman. Dalam penelitian ini menggunakan konsep business process reengineering atau BPR dengan UML activity diagram dalam melakukan analisis serta perancangan perbaikan proses pengajuan pinjaman saat ini, metodologi agile scrum dalam perancangan pengembangan hasil perbaikan process flow serta menggunakan skenario uji coba untuk melakukan uji coba dari hasil perbaikan process flow yang baru. Penelitian ini menggunakan metode mixed method antara kualitatif dengan kuantitatif. Data-data yang digunakan berupa hasil wawancara dengan Product Manager dan Relationship Manager, data processing time pengajuan pinjaman, dokumen process flow saat ini, serta visi, misi dan target pengembangan pada tahun 2022. Hasil penelitian ini berupa hasil rekomendasi process flow baru yang memperbaiki process flow yang lama. Ditemukan bahwa terdapat tahap-tahap yang masih manual dan beberapa tahap yang memiliki sifat redundansi. Tahap tersebut diperbaiki dengan harapan untuk mempercepat processing time.

PT XYZ is one of financial technology or we can call it fintech with P2P Lending category. The area covered is the retail sector which have small limits but large number of borrowers. With a large numbers of borrowers and loan applications, it will affect the processing time of existing business processes. The problem arises because the system still requires manual checking by users. This will slow down the processing time. This research will use the concept of business process reengineering or BPR with UML activity diagram in doing the analyzing and redesigning the current loan application process, agile scrum methodology in designing the development of the new and redesigned process flow. This research will use mixed method methodology using qualitative and quantitative. The data are interviews with Product Manager and Relationship manager, processing time data of loan application, current process flow document, and also vision, mission and target of development in year 2022. The result of this research will include recommendation of a new process flow that fixes the current process flow. It was found out that there are steps that are still manual and redundant steps. That step is redesigned in hope to fasten the processing time."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Neva Lumeta
"Setiap industri kini didorong untuk memanfaatkan teknologi, tidak terkecuali bisnis ritel terutama minimarket. Meskipun pada dasarnya minimarket bertujuan untuk menjadi fasilitas belanja yang lengkap dan dekat dengan pemukiman, namun ternyata para pelaku bisnis melihat pentingnya bisnis ritel minimarket untuk membuka kanal berbelanja digital menggunakan aplikasi. Salah satu perusahaan minimarket dengan gerai terbanyak di Indonesia pun turut meluncurkan aplikasi belanja online KlikIndomaret. Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka penting bagi akademisi maupun praktisi untuk melakukan penelitian mengenai teknologi. Tentu tidak hanya dalam hal penerimaan dan penggunaannya, tetapi juga dampaknya bagi perusahaan tersebut bahkan bagi industri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh penerimaan dan penggunaan teknologi terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan. Kasus yang digunakan adalah aplikasi KlikIndomaret. UTAUT2 yang diadaptasi dari berbagai model dan teori terkait dengan penerimaan, adopsi, maupun penggunaan teknologi yang terdahulu digunakan dalam penelitian ini sebagai dasar untuk mengerti faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang menggunakan aplikasi KlikIndomaret dan melihat pengaruhnya terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan terhadap Indomaret. Penelitian ini menggunakan paradigma positivis dengan metodologi kuantitatif survey. Kuesioner digital dibagikan secara digital dan terdapat 113 responden pengguna aplikasi KlikIndomaret. Hasil penelitian kemudian dianalisa menggunakan metode SEM PLS dan hasil analisa model structural menunjukkan factor utama yang mendorong penerimaan dan penggunaan Aplikasi KlikIndomaret adalah Social Influence, Habit, dan Facilitating Condition. Di atas itu semua, penelitian ini menunjukkan pengaruh yang signifikan dari penerimaan dan penggunaan aplikasi KlikIndomaret terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan.

Every industry is now expected to take advantage of technology, including the retail business, especially minimarkets. Even though in reality the minimarket aims to be a complete shopping center and near residential areas, it turns out that business people who see the minimarket retail business to open channels using digital applications One of the minimarket companies with the widest outlets in Indonesia also launched the online shopping application KlikIndomaret. With the rapid development of technology, it is important for academics and to conduct research on technology. Of course not only in terms of acceptance and use, but also the impact on the company and even for the industry. This study aims to analyze the acceptance and use of technology on customer Satisfaction and Loyalty. The case used is the KlikIndomaret application. UTAUT2 which was adapted from various models and theories related to the acceptance, adoption, or use of the technology used previously in this study as a basis for understanding the factors that influence a person using the KlikIndomaret application and seeing the effect on customer Satisfaction and Loyalty towards Indomaret. This study uses a positivist paradigm with a quantitative survey methodology. The digital questionnaire was taken digitally and there were 113 respondents who used the KlikIndomaret application. The results of the study were then analyzed using the SEM PLS method and the results of the analysis of the model showed that the main factors driving the acceptance and use of the KlikIndomaret application were Social Influences, Habits, and facilitation conditions. Above all, this study shows a significant effect of acceptance and use of the KlikIndomaret application on customer Satisfaction and Loyalty."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudith Dyah Hapsari
"ABSTRAK
Sektor Ritel adalah sektor yang sangat terkena dampak kerusuhan sosial yang terjadi
pada tahun 1998, namun sektor ini cepat sekali bangkit dari kerugian besar yang diderita,
bahkan salah satu pelaku di sektor ini yang menderita kerugian sangat besar yaitu PT
Ramayana Lestari Sentosa, Tbk bahkan tetap mampu menghasilkan laba pada tahun tersebut.
Tantangan yang dihdapi pelaku sektor ritel terus berkembang Sejak 1998, pemerintah
Indonesia telah mencabut Iarangan bagi investor asing untuk memasuki bisnis ritel khususnya
supermarket dan hypermarket. Hal ini tidak disia-siakan oleh Carrefour yang terus
melebarkan jaringan operasinya. Bukan hal yang mustahil jika AFTA diterapkan, pelaku ritel
lokal akan kewalahan menghadapi persaingan dari para peritel asing. Untuk itu peritel lokal
dituntut untuk mampu menerapkan strategi yang tepat agar mampu bersaing.
Pada Karya Akhir ini, Penulis mencoba menganalisa kinerja keuangan dari dua pelaku
sektor ritel yang yang perdagangan sahamnya di Bursa Efek Jakarta termasuk yang
aktif diperdagangkan, yaitu PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk ( RALS) dan PT Matahari
Putra Prima, Tbk (MPPA) dengan tujuan untuk melihat perusahaan mana yang memiliki
kinerja lebih baik dan strategi apa yang ternyata dilakukan perusahaan tersebut. Berdasarkan
analisa Laporan Keuangan 3 tahun terakhir, penulis mencoba membuat proyeksi dari
Laporan Laba Rugi.
Dalam menganalisa untuk menghubungkan rasio-rasio keuangan dan untuk
mempermudah perbandingan kinerja kedua perusahaan tersebut, pendekatan Return On
Equity dipilih.
Dalam analisa ini untuk memudhan analisa perbandingan, Penulis juga mengubah
bentuk Laporan Arus Kas RALS untuk tahun yang berakhír pada 31 Desember 2998, karena
format yang ada dalam bentuk indirect Cash Flow padahal untuk Laporan Arus Kas tahun
berikutnya sudah dalam bentuk Direct cash Flow.
Berdasarkan analisa yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa PT Ramayana
lestari Sentosa, Tbk memiliki kinerja keuangan yang lebih baik daripada pesaingnya yaitu
PT Matahari Putra Prima, karena : Return On Assets RALS (15,88%) Iebih tinggi dan ROA
MPPA (10,01%) ; Finnçil Leverage RALS (Total Assets/Total Equities) 1,83 kali
sedangkan MPPA 1,74 kali dan Return On Equity RALS pun menjadi Iebih tinggi dan
MPPA (RALS 29,66% dan MPPA 17,64%).
Selanjutnya ketika membuat asumsi dalam proyeksi Laporan Laba Rugi, Penulis
mengubah data asumsi yang diberikan oleh investor Relation Manager kedua perusahaan
tersebut. Hal ini dilakukan karena Penulis menganggap kedua perusahaan terlalu optimis
terhadap angka pertumbuhan yang selalu didasarkan path angka pertumbuhan penjualan pada
tahun 2000, padahal di tahun tersebut Hari Raya Idul Fithri dilaksanakan dua kali dalam
setahun sehingga tidaklah mengherankan jika pertumbuhan angka penjualan kedua
Perusahaan sangat tinggi. Pertimbangan lain bagi asumsi angka pertumbuhan yang tidak
terlalu optimis adalah makin gencarnya peritel asing mengembangkan usaha. Dengan skala
usaha yang besar, peritel asing seperti Carrefour maimpu menekan biaya operasi dan
berdampak pada penawaran harga jual yang bisa lebih bersaing dan menarik konsumen.
"
2002
T2364
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Kesula Dewi
"ABSTRAK
Dewasa ini banyak bermunculan ritel-ritel baru di kawasan Jakarta. Di suatu
lokasi tertentu baik itu perkantoran atau perumahan bias ada lebih dari satu ritel. Jika ada
banyak alternatif ritel yang didatangi, tentu ada pertimbangan khusus yang membuat
konsumen memilih suatu ritel untuk dijadikan tempat berbelanja.
Dalam berbelanja konsumen melalui beberapa tahap, yaitu : pertama membuat
daftar belanja. Kedua menentukan alternatif ritel mana saja yang dapat didatangi. Ketiga
menghitung total perceived cost dari masing-masing alternatif ritel yang telah dipilih.
Terakhir menentukan ritel mana yang akan didatangi berdasarkan total perceived cost
yang telah dihitung.
Model Bell, Ho, Tang mengatakan bahwa konsumen akan memiih ritel yang
mempunyai total perceived cost yang terendah. Total perceived cost dibagi kedalam 2
komponen, yaitu : fIxed cost dan variable cost. Dimana masing-masing komponen cost
tersebut mempunyai cost driver yang mempengaruhi nilai total perceived cost.
Model Bell, Ho, Tang juga mengatakan bahwa konsumen akan lebih sering mengunjungi
ritel yang memiliki fixed cost yang terendah.
"
2001
T1373
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Warma Dewa
"Ce rapport cherche à analyser la politique de prix de Carrefour Indonésie en observant le processus de la fixation et l'ajustement des prix chez Carrefour Indonésie. A partir des observations aux ces deux éléments principales d'une politique de prix, L'auteur procède au raisonnement inductif concernant la politique de prix de Carrefour Indonésie. Le processus de raisonnement est base sur la comparaison entre les aspects théoriques et réels de la politique de prix, en ces cas la politique de prix du secteur de grande distribution et celle de Carrefour Indonésie
La politique de prix est un concept qui combine les aspects de comptabilité et marketing, de manière que le prix d'un produit doive satisfaire l'objectif den consommateurs, qui est d'acheter un produit duquel ils reçoivent certaine qualité d'utilité au prix raisonnable. Ces aspects sont couverts par le processus de fixation des prix de vente à partir des couts et demande.
Pendant la période du stage qui dure trois mois, l'auteur a observé et participe aux activités journalières de département de priming, de la division de marchandise de Carrefour Indonésie, notamment concernant la maintenance des prix de vente et marges commerciales de marchandise. Dans la réalisation de ces taches, l'auteur a développé une compréhension à fond sur le processus de la fixation des prix et la maintenance des marges. Ce type de compréhension aide l'auteur d'établir une perspicace de tous les aspects de politique des prix de Carrefour Indonésie.
La politique de prix de Carrefour Indonésie, comme celle de I ?industrie, couvre les deux aspects de la politique de prix. La fixation des prix de vente initiaux se procède de la méthode a partir des couts, cependant l'ajustement des prix de vente se procède de la méthode a partir des couts et demande. Afin de suivre la demande de consommateur, Carrefour Indonésie a développé une classification de marchandise orientée à la demande. Cette classification est basée sur la comparabilité des produits et la sensibilité des consommateurs à la variation des prix.
Ca rapport est conclu par quelques conclusions concernant la politique de prix de Carrefour Indonésie, particulièrement sur le processus d'ajustement des prix. A l'égard de ce facteur, Carrefour Indonésie doit clairement définir sa classification de marchandise orientée a la demande et réaliser plus d'études liées a la demande sur les produits auxquels l'entreprise peut maximiser son profit sans réduisant les ventes.

This report is an attempt to analyze the pricing policy of Carrefour Indonesia by observing the process of price setting and adjustment in Carrefour Indonesia. From the observations on these principal elements of pricing policy of Carrefour Indonesia. The analysis is based on the concerning the pricing policy of Carrefour Indonesia. The analysis is based on the asessment of theoretical and factual aspects of pricing policy, in this case, the pricing policy of the retail industry and the pricing policy of Carrefour Indonesia.
Pricing policy is a concept that combines the aspects of accounting and marketing, in a sense that the price of a product must satisfy the objective of the company, which is to sell a product more than the cost of producing it, and the objective of the consumers, which is to buy a product that gives them a certain kind of utility reasonables price. These aspects are covered by the process of price setting that based on cost and on demand.
During the internship program that last for three months, the writer has observed and participated in day-to-day activities of the pricing department in the merchandise division of Carrefour Indonesia, especially in the tasks of maintaining retail price and commercial margin of the merchandise. In performing these tasks, the writer has developed a profound comprehension on the process of price setting and margin maintenance. This kind of comprehension helps the writer to establish an insight of all the aspects of pricing policy of Carrefour Indonesia.
The pricing policy of Carrefour Indonesia, as that of the industry, covers the two aspects of pricing policy. THe initial price setting proceeds in a cost and demand oriented method. In order to follow the consumer's demand, Carrefour Indonesia has developed a demand-oriented method of merchandise classification. This classification is based on comparability of the products and consumer's price sensitiveness.
This report is concluded by several findings concerning the pricing policy of Carrefour Indonesia, particularly in the process of price adjustment. In this process, Carrefour Indonesia must clearly define its demand oriented product category and perform more demand-related study on the products where the company can maximize its profit without reducing the sales."
2000
T1364
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mastoah
"Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari kepuasan konsumen terhadap kesensitifan harga (price sensitivity) pada retail fashion dan accessories di Jabodetabek. Secara spesifik, kepuasan konsumen dibagi menjadi dua yaitu kepuasan secara ekonomi (economic satisfaction) dan kepuasan secara sosial (social satisfaction). Economic Satisfaction diturunkan dari barang yang dibeli konsumen. Kepuasan secara sosial diturunkan dari pelayanan dari pihak ritel. Penelitian ini dilakukan dengan survei terhadap 150 konsumen dan toko ritel dengan menggunakan metode dyadic sampling. Penulisan ini juga membuktikan bahwa economic satisfaction berhubungan negatif dengan price sensitivity sedangkan social satisfactioon berhubungan positif dengan price sensitivity. Adanya hubungan interpersonal antara konsumen dengan pihak ritel mempengaruhi price sensitivity. Hasil penelitian ini memberikan banyak implikasi bagi peneliti dan praktisi khususnya dalam bidang ritel yang bergerak dalam bidang fashion dan accessories.

This research shows the effect of customer satisfaction (economic satisfaction and social satisfaction) on price sensitivity in retail fashion and accessories in Jabodetabek. Specifically, satisfaction is divided into economic satisfaction derived from tangible product and social satisfaction provided by service encounter. This survei of 150 retailer-consumer dyads show that economic satisfaction is negatively associated with price sensitivity. However, social satisfaction is positively related with price sensitivity, interpersonal relationship emphasize in the Indonesian societies tend to influence customer’s price sensitivity. These findings have many implication for researchers and practitioners in retail sector.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S55476
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eleonora Anggi Ardhaninggar
"Adanya upaya memberikan layanan yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan mengadopsi berbagai macam teknologi pendukung, secara tidak langsung memberikan kesempatan untuk kejahatan siber menyerang, termasuk di Industri Ritel. Adanya perbedaan sudut pandang prioritas antara manajemen dan IT internal, jadi salah satu penyebab sulitnya upaya peningkatan security level pada suatu perusahaan ritel, sehingga diperlukan suatu hal yang dapat mengakomodir sudut pandang keduanya. Framework menjadi penggerak sederhana untuk meningkatkan security level di suatu perusahaan ritel. Namun sayangnya, peneliti belum menemukan adanya penelitian mengenai kerangka kerja keamanan informasi yang selaras dengan prinsip-prinsip dasar industri ritel. Penelitian dilakukan untuk menganalisa penerapan kerangka kerja keamanan informasi di berbagai sektor industri untuk menentukan kerangka kerja mana atau kombinasi kerangka kerja mana yang paling sesuai dengan nilai-nilai fundamental industri ritel. Penelitian ini menggunakan NIST CSF 2.0, ISO/IEC 27001:2022, dan Essential Eight sebagai kombinasi terbaik dari kerangka kerja keamanan informasi untuk industri ritel. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan perbandingan antara poin-poin dari setiap kerangka kerja keamanan siber dengan core-values yang ada di industri ritel dan analisa strateginya pada tabel SWOT. Kemudian dianalisis dan merekomendasikan Retail Cybersecurity Framework (RCF) sebagai kerangka kerja baru yang cocok untuk diterapkan di industri ritel.

The effort to provide the best service to meet consumer needs by adopting various supporting technologies indirectly gives opportunities for cybercrime to attack, including in the Retail Industry. The difference in priority perspectives between management and internal IT is one of the reasons for the difficulty in improving the security level in a retail company, thus something is needed that can accommodate both perspectives. The framework serves as a simple driver to enhance the security level in a retail company. However, unfortunately, the researchers have not found any studies on information security frameworks that align with the fundamental principles of the retail industry. The research was conducted to analyse the implementation of information security frameworks in various industrial sectors to determine which framework or combination of frameworks is most aligned with the fundamental values of the retail industry. This research uses NIST CSF 2.0, ISO/IEC 27001:2022, and Essential Eight as the best combination of information security frameworks for the retail industry. In this study, the researchers compared the points of each cybersecurity framework with the core values present in the retail industry and analyse its strategy in a SWOT table. Then, it was analyzed and recommended the Retail Cybersecurity Framework (RCF) as a new framework suitable for implementation in the retail industry."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>