Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tarnimatul Ummah
"ABSTRAK
Ketidakberdayaan dapat terjadi pada individu yang menderita gagal jantung akibat tanda gejala yang dirasakan, dan menjadi permasalahan psikososial yang berpengaruh pada fungsi fisik individu dengan gagal jantung. Karya ilmiah akhir ners ini memaparkan asuhan keperawatan psikososial ketidakberdayaan selama empat hari pada pasien dengan gagal jantung di Ruang Antasena RS dr H Marzoeki Mahdi Bogor. Implementasi keperawatan yang dilakukan berupa menggali perasaan, melatih berpikir positif, mengidentifikasi aspek positif diri yang masih dapat dilakukan sesuai kemampuan, dan memilih target realistis yang dapat dicapai. Karya ilmiah ini menunjukkan bahwa intervensi keperawatan ketidakberdayaan yang optimal melibatkan keluarga menunjukkan penerimaan terhadap penyakit pada pasien dan menumbuhkan rasa berdaya, sehingga klien mampu menumbuhkan harapan diri dan tujuan realistis dalam hidupnya. Oleh karena itu, hubungan timbal balik antara fungsi fisik dan psikososial pasien gagal jantung perlu menjadi perhatian yang menjadi dasar pemberian asuhan keperawatan yang holistik

ABSTRACT
Powerlessness may occur in heart failure patient due to its symptoms, and may become psychosocial problem affect the physical function. This work describes psychosocial nursing care plan of powerlessness given to heart failure patient in Antasena Room Dr H Marzoeki Mahdi Hospital Bogor for four days. The nursing implementation are include letting the patient to express her feelings, building positive thinking, identifying positive aspects of herself according to her physical ability, and choosing the realistic goals. This scientific work demonstrates that optimal nursing intervention of powerlessness involving the family show acceptance of the disease in the patient and foster a sense of empowerment, so that the client is able to foster self expectations and realistic goals in his life. Therefore, the interrelationships between physical and psychosocial aspect of the heart failure patient should be noted as the basis of holistic care nursing"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rinawati
"Gagal jantung merupakan istilah yang menunjukkan karakteristik gejala klinis yang dimanifestasikan dengan kelebihan volume cairan, tidak adekuatnya perfusi jaringan dan intoleransi aktifitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kepatuhan pasien gagal jantung dalam manajemen perawatan diri. Penelitian ini menggunakan metode cross sectionaldengan melibatkan 43 responden.
Hasil analisis univariat berdasarkan karakteristik menunjukkan ketidakpatuhan dalam manajemen perawatan diri pada sebagian besar responden. Pada program pengobatan, sebagian besar responden menunjukkan kepatuhan, yaitu sebesar 74,4%. Sedangkan untuk manajemen cairan, aktifitas, diet, dan psikososialmayoritas responden menunjukkan ketidakpatuhan. Perbaikan dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan bagi pasien gagal jantung yang dirawat diharapkan dapat membantu mengurangi angka kekambuhan pasien.

Heart failure is a term that indicates the characteristic clinical symptoms manifested by excess fluid volume, inadequate tissue perfusion and activity intolerance. This study aims to describe the level of compliance in heart failure patient’s self-care management. This study used cross-sectional method by involving 43 respondents.
The results of univariate analysis according to characteristics indicated most of the respondents had non-compliance in self-care management. In term of medical treatment, the majority of respondents (74.4%) indicated compliance.However in term of fluids restriction, activity, diet, and psychosocial managements majority of respondents were non-compliance. The improvement of health education for heart failure patients will be expected to reduce the recurrence rate of heart failure patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47595
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meisinta Florentina
"Latar belakang: Penyakit jantung menjadi salah satu penyakit kronik yang menjadi masalah utama. Gagal jantung merupakan satu masalah penting di antara penyakit jantung. Rehospitalisasi orang gagal jantung berdampak terhadap bertambahnya beban biaya perawatan kesehatan, serta menyebabkan peningkatan risiko kematian.
Tujuan: Meneliti pengaruh komorbiditas terhadap rehospitalisasi dini orang dengan gagal jantung dalam 30 hari setelah keluar rawat inap pertama.
Desain: Kohort retrospektif berbasis Heart Failure Registry di klinik khusus gagal jantung Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta periode Oktober 2009-Oktober 2010, dengan total sampel 147 orang.
Hasil: Rehospitalisasi dini atau rehospitalisasi dalam 30 hari pertama setelah keluar rawat inap pertama sebesar 18,7%. Komorbiditas berpengaruh terhadap rehospitalisasi dini. Ada perbedaan efek antara laki-laki dan perempuan dengan gagal jantung. Odds rasio laki-laki tanpa atau dengan satu komorbiditas sebesar 3,1 (95% CI:0,8-11,6) lebih tinggi daripada odds rasio perempuan tanpa atau dengan satu komorbiditas dan juga yang lebih dari satu komorbiditas 2,6 (95%CI:0,4-17,9). Ketika laki-laki disertai lebih dari satu komorbiditas odds rasio meningkat menjadi 4,1 (95% CI:0,97-16,96).
Kesimpulan: Pengaruh komorbiditas terhadap rehospitalisasi dini berbeda antara laki-laki dan perempuan dengan gagal jantung. Peningkatan risiko rehospitalisasi dini lebih tinggi pada laki-laki dan meningkat seiring jumlah komorbiditas.

Background: Heart disease is one of main problems for chronic disease in Indonesia. Unfortunately, heart failure is the one important problem among heart diseases. Rehospitalized of heart failure patient made additional burden health care costs, and also early rehospitalization lead to increasing mortality risk.
Objectives: To study the comorbidities effect on early rehospitalization of heart failure within 30 days after discharge from first hospitalization.
Methods: Using Heart Failure Registry of Harapan kita Hosiptal, the study select all 147 cohort who first time hopitalized within October 2009-Oktober 2010.
Results: Early rehospitalization or rehospitalization in 30 days after discharge is 18,7%. Comorbidity is associated with early rehospitalization. There are different effect of comorbidies between male and female. Odds ratio of male without or with one comorbidity of 3.1 (95% CI :0.8-11.6) is higher than the odds ratio of female without or with one comorbidity and also that more than one comorbidity 2.6 (95 % CI :0,4-17, 9). When a male with more than one comorbidity increased the odds ratio to 4.1 (95% CI :0,97-16, 96).
Conlusion: Comorbidity effect on early rehospitalization is different among gender differences The increasing of early rehospitalization risk among male is higher and concomitant with the number of comorbidities.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T38432
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Asyrofi
"Pasien heart failure sering mengalami masalah intoleransi aktifitas dan keletihan yang membutuhkan intervensi manajemen energi untuk menghasilkan toleransi aktifitas, ketahanan, konservasi energi, dan self-care activity daily living. Penelitian bertujuan menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan manajemen energi pasien heart failure. Desain cross sectional, sampel 132 responden, teknik consecutive sampling.
Hasil menunjukkan hubungan signifikan antara pengetahuan, ansietas, dan dukungan sosial dengan manajemen energi, dan ansietas menjadi faktor dominan. Penelitian ini merekomendasikan untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan ansietas, dan meningkatkan dukungan sosial pasien heart failure, sehingga diharapkan dapat meningkatkan manajemen energi pasien heart failure.

Patients with heart failure often experienced activity intolerance and fatique which need energy management intervention in order to gain activity tolerance, endurance, energy conservation, and self-care; activity daily living. This research aims was analyzing the factors dealing with energy management of the patients with heart failure. This research was using cross-sectional design and consecutive sampling technique with 132 respondents.
The finding of this research showed a significant association between knowlege, anxiety, and social support factors with energy management, among these variables anxiety becomes the dominant factor. This study recommends to improve knowledge, reduce anxiety and improve social support of the heart failure patients, which is expected to improve energy management of the heart failure patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T34868
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlin Ifadah
"ABSTRAK
Gagal jantung adalah kerusakan pompa jantung yang dimanifestasikan dengan pernafasan yang
cepat, sesak pada saat beraktivitas, paroxysmal nocturnal dyspnea, orthopnea dan adanya edema
perifer atau edema paru. Hal ini menyebabkan tingginya mortalitas dan morbiditas serta
seringnya klien gagal jantung berulangkali keluar masuk rumah sakit. Pemenuhan kebutuhan
pada klien gagal jantung bukan hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan fisik atau
psikologik, tetapi juga pemenuhan kebutuhan spiritualnya. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan spiritual klien gagal
jantung di rawat inap yang meliputi faktor fungsi keluarga, kegiatan keagamaan, derajat gagal
jantung, kecemasan dan depresi. Desain penelitian Cross Sectional dengan uji statistik Chi
Square dilakukan untuk melihat hubungan tersebut. Pemodelan regresi logistik ganda
digunakan untuk menentukan faktor yang paling berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
spiritual. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara fungsi keluarga (OR=5,700 dan
nilai p =0,001), kegiatan keagamaan (OR=5,750 dan nilai p=0,001), derajat gagal jantung (OR
4,167 dan nilai p= 0,016) dan depresi (OR=3,692 dan nilai p= 0,011) dengan pemenuhan
kebutuhan spiritual klien gagal jantung. Fungsi keluarga merupakan faktor dominan yang paling
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan spiritual (OR=0,229). Hasil penelitian
menunjukkan fungsi keluarga mempunyai peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan
spiritual klien gagal jantung, oleh sebab itu keluarga harus dilibatkan pada setiap asuhan
keperawatan yang akan diberikan pada klien gagal jantung.
ABSTRACT
Heart failure is a heart pump damage manifested by rapid breathing, shortness on exertion,
paroxysmal nocturnal dyspnea, orthopnea and peripheral edema or pulmonary edema. This leads
to high mortality and morbidity of heart failure and frequent client repeatedly in and out of the
hospital. Meeting the needs of the clients of heart failure is not only oriented to the physical or
psychological needs, but also their spiritual needs. This study aims to analyze the factors related
to the spiritual needs of clients in heart failure hospitalization factors include family functions,
religious activities, the class of heart failure, anxiety and depression. Design Cross-sectional
study with Chi Square statistical test conducted to see the relationship. Multiple logistic
regression modeling used to determine the factors most related to spiritual fulfillment. The
results showed an association between family functioning (OR = 5.700 and p = 0.001), religious
activities (OR = 5.750 and p = 0.001), the class of heart failure (OR 4.167 and p = 0.016) and
depression (OR = 3.692 and p-value = 0.011) with the spiritual needs of heart failure clients.
Family function is the most dominant factor related to spiritual fulfillment (OR = 0.229). The
results showed a family function has an important role in meeting the spiritual needs of the client
with heart failure, therefore the family should be involved in any nursing care that will be given
to clients of heart failure."
2013
T35852
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wati Jumaiyah
"ABSTRAK
Heart Failure merupakan penyakit jantung kronik yang menimbulkan gangguan pada
semua sistem tubuh. Akibatnya kemampuan untuk self care berkurang termasuk
pemenuhan kebutuhan spiritual. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan dimensi religi dengan self care pada penderita Heart Failure. Metode
penelitian menggunakan analisis korelasi dengan pendekatan cross sectional. Jumlah
sempel 75 responden. Metode pengambilan sampel dengan tehnik purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukan rata-rata usia 61 tahun, berjenis kelamin wanita 53,3%,
berpendidikan rendah 54,5%, berpenghasilan diatas UMR 56%, status kesehatan dengan
klasifikasi kelas II 60%. Analisis penelitian menunjukan ada hubungan yang bermakna
antara dimensi religi dengan self care (p value= 0,001; α = 0,05). Analisis lebih lanjut
menunjukan bahwa dimensi religi merupakan faktor yang dominan yang berhubungan
dengan self care. Rekomendasi peneliti adalah peningkatan peran perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan spiritual pada penederita Heart Failure dan
dikembangkan strategi self care practice.

ABSTRACT
Heart failure is a chronic heart disease causing disturbances in all systems of the body.
As a result, the ability to self care is diminished including fulfilling spiritual needs. The
purpose of this research is to find out the relationship between religious dimension and
self care in people with heart failure. The Research used correlative analytical methods
with cross sectional approach. The total sample of 75 respondents. The sample
collection method used a purposive technique sampling. Research results showed the
average age of 61 years; 53,3 % the female sex; 54,5 % educated low; 56 % earns
higher than regional minimum wage and health status with the classification class II 60
%. The finding showed that there is a relationship between religious dimension with
meaningful self care (p value=0,001; α=0,05). Further analyses showed that religious
dimension is a dominant factor associated with self care. Recommendations of the
research is improving role of nurses in providing spiritual care to patients with heart
failure and developing strategy of self care practice."
2013
T35504
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Usia harapan hidup yang meningkat mempunyai dampak dalam peningkatan insideu penyakit gagal jantung. Jenis gagal jantung yang paling tinggi prevalensinya adalah gagal jantung kongestif (CHF). Kasus ini seringkali mengalami perawatan ulang, dengan salah satu penyebab ketidakpatuhan klien dalam pengobatan. Tujuan penelitian ini ingin mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan ketaatan klien dalam minum obat, dan mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan dengan ketaatan minum obat pada klien gagal jantung kongestif di RS Jantung Harapan Kita, Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi dengan instrumen berupa kuesioner pada 44 responden yang pemah dirawat dan mendapat pengobatan gagal jantung. Analisa data menggunakan metode tendensi sentral pada tingkat pengetahuan dan ketaatan. Uji chi square dilakukan pada data kategorik tingkat pengetahuan dan ketaatan dengan menggunakan tingkat kemaknaan a 5 % atau 0,05. Hasil penelitian yang diproleh tingkat pengetahuan klien gagal jantung kongestif tentang penyakit dan obat adalah sama antara tingkat pengetahuan tinggi dan rendah yaitu 50 %. Tingkat ketaatan diperoleh hasil 52,3 % responden taat terhadap perilaku minum obat, Sedangkan pada hubungan tingkat pengetahuan dan ketaatan klien dalam minum obat Ho gagal ditolak. Penelitian ini rnenyimpulkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan ketaatan rninum obat pada klien gagal janumg kongestif di RS Jantung Harapan Kita. Pengetahuan bukanlah satu-satunya faktor yang berpengaruh terhadap tingkat ketaatan minum obat, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk melihat faktor lainnya yang berhubungan dengan ketaatan minum obat klien gagal jantung kongestif dengan sampel yang lebih homogen."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5537
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mandey, Neila Mona Anita Grace
"Gagal jantung telah menjadi masalah yang terus berkembang diseluruh dunia dan menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi untuk penyakit kardiovaskular. Klasifikasi New York Heart Association (NYHA) digunakan sebagai pembagian fungsional untuk menentukan progresifisitas gagal jantung berdasarkan derajat keterbatasan gejala. Interleukin 1 (IL-1) memiliki anggota reseptor yaitu reseptor interleukin-1 (IL-1R) atau yang biasanya dikenal dengan nama interleukin-1 receptor like 1 (IL-1RL1) dan reseptor interleukin-18 (IL-18R). Tahun 1989 beberapa peneliti berhasil mengidentifikasi salah satu reseptor dari IL-1 yaitu ST2. Kadar ST2 yang tinggi di jantung menandakan bahwa pada pasien tersebut sedang berlangsung proses kerusakan jantung atau sedang terjadi proses remodeling. Pada pasien gagal jantung, kadar ST2 berkorelasi kuat dengan memberatnya penyakit dan mortalitas. Peningkatan kadar ST2 sesuai keadaan hipertrofi jantung, fibrosis dan disfungsi ventrikel. Penelitian longitudinal pre post tes ini terdiri dari 23 orang pasien gagal jantung klasifikasi NYHA III 70% dan IV 30%. Penderita laki-laki lebih banyak dari perempuan (51.4% vs 48.6%). Median usia NYHA III 52 tahun dan rerata usia NYHA IV 58 tahun. Penyebab gagal jantung terbanyak adalah CAD 52% dan non CAD 48%. Kadar ST2 pada awal hari perawatan lebih tinggi bermakna dibandingkan pada akhir hari perawatan 31.4 (14 – 129.2) ng/mL vs 18.4 (7.6 - 77.8) ng/mL, dengan p=0.001. Hasil ini menunjukkan dengan adanya perbaikan klinis penderita, terjadi penurunan kadar ST2 yang bermakna. Kadar ST2 berkorelasi dengan usia dan lama perawatan, namun tidak berkorelasi dengan jenis kelamin dan faktor penyebab gagal jantung. Disimpulkan bahwa ST2 dapat digunakan sebagai petanda untuk menentukan perbaikan klinis gagal jantung NYHA III & IV.

Heart failure has become a problem that continues to grow around theworld and causing high morbidity and mortality rate for cardiovascular disease Classification of New York Heart Association NYHA functional division isused to determine progressivity of heart failure based on the degree of symptomslimitation Interleukin 1 IL 1 has family of receptors that are interleukin 1 receptor IL 1R or commonly known as interleukin 1 receptor like 1 IL 1RL1 andinterleukin 18 receptor IL 18R In 1989 some researchers had identified thatone of the IL 1 receptor was ST2 ST2 levels were high in patient that haveongoing process of cardiac damage or remodelling process In heart failurepatients ST2 levels correlate strongly with disease and mortality Increased ST2levels was observed in circumstances such as cardiac hypertrophy fibrosis andventricular dysfunction This longitudinal pre post test study consists of 23 heart failure patientsNYHA classification III 70 and IV 30 was conducted There were moremale patients compare to female 51 4 vs 48 6 Median age of NYHA IIIwas 52 years and mean age of NYHA IV was 58 years The main cause of heartfailure was CAD 52 and non CAD 48 ST2 levels in the early days oftreatment was significantly higher than at the end of treatment 31 4 14 ndash 129 2 ng mL vs 18 4 7 6 ndash 77 8 ng mL p 0 001 These results indicate that patientswith clinical improvement showed significant decrease in ST2 level ST2 levelscorrelated with age and length of care but did not correlated with sex and cause ofheart failure It was conclude that ST2 can be used as a marker for assessment ofclinical improvement NYHA III IV of heart failure
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58619
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shanti Farida Rachmi
"Self-care merupakan bagian penting dalam upaya peningkatan kualitas hidup pasien gagal jantung. Self-care adalah pengambilan keputusan secara natural oleh individu dalam berperilaku untuk mempertahankan kestabilan fisiologis tubuhnya dan sebagai respon terhadap tanda dan gejala yang terjadi pada diri individu. Keadekuatan individu dalam melakukan self-care dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor internal maupun eksternal dari individu. Identifikasi faktor tersebut menjadi bagian penting untuk memberikan asuhan keperawatan mengenai self-care yang efektif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh dari karakteristik responden, status fungsional, komorbiditas, lama diagnosis, tingkat pengetahuan, tingkat depresi, serta dukungan sosial terhadap self-care. Desain penelitian menggunakan cross sectional survey pada 120 responden yang diambil dengan tehnik purposive sampling di Poliklinik Jantung. Penelitian menggunakan kuesioner SCHFI (self-care heart failure index) dalam mengukur self-care responden.
Hasil penelitian menunjukan pekerjaan (p=0,055; CI 95%), pendidikan (p=0,232; CI 95%), dan penghasilan (p=0,027; CI 95%) mempengaruhi self-care individu secara signifikan. Responden yang bekerja, berpendidikan tinggi, dan berpenghasilan lebih dari Rp. 2.000.000 memiliki self-care yang lebih adekuat.

Adherence to self-care is important for heart failure patients to improve their quality of life. Self-care defined as individual naturalistic decision making process that's patients use in the choice of behaviors that maintain physiological stability and as a respons to underlying sign and symptoms. Understanding the factors that enable or inhibit self-care is essential in developing effective health care interventions.
The Aim of study was to analyze and identified factors (characteristic, functional class, comorbidity, time was diagnosed, knowledge, depression, and social support) influencing self-care. Cross sectional design used in this study to measure 120 outpatients using Self-Care Heart Failure Index (SCHFI) Indonesian version questioner.
The result of the study indicated employe/e patients (p=0,055; CI 95%), have education higher than junior high school (p=0,232; CI 95%), and have income higher than Rp. 2.000.000 (p=0,027; CI 95%) showed more adequate in self-care behaviour. Self-care strategies for HF should targeted for patient with lower education, unemployed, and have an income lower than Rp. 2.000.000 to improve their quality of life.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42493
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Jannah
"Urbanisasi yang tidak terkendali menyebabkan peningkatan penyakit degeneratif pada masyarakat perkotaan, salah satunya adalah gagal jantung kongestif. Penyakit gagal jantung kongestif merupakan ketidakmampuan jantung memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen dan nutrisi. Secara global, penyakit kardiovaskular seperti gagal jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Indonesia sendiri menempati urutan Negara nomor 4 (empat) dengan jumlah kematian terbanyak akibat penyakit kardiovaskuler. Penyakit gagal jantung bukan hanya menimbulkan masalah fisik, akan tetapi juga masalah psikososial.
Masalah psikososial yang sering terjadi pada klien dengan gagal jantung kongestif adalah ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan merupakan perasaan yang timbul akibat ketidakmampuan seseorang mengontrol situasi termasuk persepsi bahwa sesuatu tidak akan bermakna. Intervensi keperawatan ketidakberdayaan antara lain latihan berpikir positif dan afirmasi positif. Teknik afirmasi positif terbukti efektif dalam menurunkan rasa ketidakberdayaan pada klien dengan gagal jantung kongestif.

Uncontrolled urbanization causes the increase of degenerative diseases towards urban community. Congestive heart failure is one of the degenerative diseases. Congestive heart failure is inability of the heart to pump blood adequately to meet the need of body metabolism. Cardiovascular disease such as heart failure is the main cause of death in the world. Indonesia is the fourth country with the highest number of deaths due to cardiovascular disease. Heart failure disease not only causes physical problems, but also psychosocial problems.
Psychosocial problem that often occur on the client with congestive heart failure is powerlessness. Powerlessness is a feeling that arises due to the inability to control the situation, including the perception that something will not be meaningful. Nursing intervention's powerlessness among other exercises positive thinking and positive affirmations. Positive affirmation techniques proved effective in reducing the sense of powerlessness on the client with congestive heart failure.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>