Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhtar
"Tesis ini merupakan hasil penelitian tentang Program Raksa Desa di Desa Jayamukti Kecamatan Cikarang Pusat Kabupaten Bekasi, yang bertujuan memahami upaya pemberdayaan masyarakat melalui program, manfaat program, dan kendala dalam implementasi program. Penelitian ini mempunyai arti penting, karena program dimaksud merupakan program baru yang digagas dan diluncurkan oleh pemerintah Propinsi Jawa Barat di era Otonomi Daerah secara luas berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tabun 1999, yang mulai dilaksanakan tahun 2003 dan direncanakan diberlakukan bagi seluruh desa dan kota di Propinsi Jawa Barat hingga tahun 2007. Sebagai program baru, dimungkinkan terjadi kekeliruan khususnya dalam implementasi yang merupakan tahap esensial dalam upaya pemberdayaan.
Untuk itu, hasil penelitan ini dapat berfungsi sebagai input bagi policy maker guna melakukan perbaikan implementasi program berikutnya. Pendekatan dan Janis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, yaitu informasi tentang pemahaman, pandangan, dan tanggapan para informan dilapangan yang menghasilkan data deskriptif, yakni gambaran nyata pelaksanaan program secara sistematis dan faktuaI. Data tersebut diperoleh melalui teknik wawancara mendalam dengan para informan, disamping studi dokumentasi, dan observasi. Penentuan informan di lakukan secara purposive sampling (non probability), yakni atas dasar penilaian bahwa para informan mengetahui secara balk pemasalahan yang sedang diteliti. Untuk itu, informan dalam penelitian ini adalah Ketua dan Anggota Pokmas; Ketua Satuan Pelaksana (Satlak) Desa, Sarjana Pendamping, unsur Pemuka Masyarakat, dari unsur 13adu.i Perwakilan Desa (BPD).
Sebagai alat analisis hasil penelitian lapangan, digunakan kerangka teori pemberdayaan untuk memahami program dalam meningkatkan kemampuan dan kemandirian komunitas sasaran, baik secara individu maupun kelompok dalam upaya memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah yang dihadapi. Konsep pemberdayaan juga digunakan untuk melihat bagaimana kelompok mampu memfasilitasi para anggota untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan, dan bagaimana masyarakat mengorganisir diri melalui kelembagaan Satlak Desa yang dikembangkan. Perhatian juga diarahkan pada keterlibatan masyarakat dalam pembentukan dan kegiatan kelompok serta dalam kelembagaan Satlak Desa untuk mengetahui proses pemberdayaan melalui implementasi program.
Hasil penelitian lapangan menunjukkan tidak terjadinya upaya pemberdayaan melalui Program Raksa Desa, karena tidak ada partisipasi dan kemandirian dari masyarakat khususnya komunitas sasaran yang rnerupakan prasyarat bagi upaya pemberdayaan. Hal itu terlihat dari sejak awal kegiatan (persiapan dan perencanaan), yang antara lain adalah kegiatan sosialisasi program melalui forum musyawarah desa, dimana komunitas sasaran tidak dilibatkan. Forum dimaksud hanya dihadiri oleh alit desa, yaitu unsur pemuka masyarakat, perangkat desa, dan unsur BPD, disamping tentunya pengurus lembaga Satlak Desa. Demikian halnya pada implementasi program, yaitu pelaksanaan pembangunan prasarana desa dan penyaluran modal bergulir kepada komunitas sasaran, serta pemantauan, pengawasan, dan evaluasi, masyarakat khususnya komunitas sasaran tidak terlibat secara aktif, dimana dalam konteks pemberdayaan, keterlibatan masyarakatlkomunitas sasaran merupakan elemen penting.
Hasil program memang telah dirasakan oleh masyarakat khususnya komunitas sasaran, baik pembangunan prasarana yang antara lain menambah kelancaran transportasi dan komunikasi antar warga, serta penyediaan air bersih bagi warga, maupun bantuan pinjaman modal bergulir yang antara lain untuk menambah modal usaha dan juga sebagai Modal awal usaha. Akan tetapi, unsur penting dalam upaya pemberdayaan, yaitu proses belajar sosial dalam rangka memenuhi kebutuhan baik kebutuhan diri, keluarga, kelompok, dan masyarakat, maupun proses belajar memecahkan masalah tidak berlangsung. Kendala dalam implementasi program antara lain adalah kctidaktahuan di kalangan masyarakat sendiri dan kecenderungan prilaku aparat pemerintah yang masih bersifat paternalistik feodalistik (birokrasi tradisional).
Rekomendasi yang diajukan adalah: (a) perlu dilakukan kegiatan pelatihan dan pemantapan secara intensif bagi para pelaksana program mulai tingkat propinsi hingga tingkat lapangan (desa), dalam upaya peningkatan pemanaman mereka balk mengenai teknis operasional dan manajemen penyelenggaraan program maupun perspektif pembangunan berpusat pada manusia; (b) perlu dilakukan kegiatan pengawasan, pemantauan, dan evaluasi oleh para pelaksana program mulai tingkat propinsi sampai tingkat lapangan secara profesional, dan yang tidak kalah penting adalah perlunya melibatkan komunitas sasaran dalam rangkaian kegiatan dimaksud sejak assesment hingga evaluasi; (c) perlu kecermatan penanggungjawab program dalam merancang program pemberdayaan secara profesional, dengan mempertimbangkan berbagai aspeknya, antara lain adalah ketersediaan dana dan kesiapan sumber daya manusia yang cakap, terampil, dan berdedikasi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T14102
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhtar
"Bentonit berpilar MoO3 telah berhasil disintesis dan diaplikasikan untuk mendegradasi Martius Yellow. Bentonit alam diaktivasi pada suhu 105 0C selama 2 jam kemudian dijenuhkan dengan NaCl 1M selama 24 jam pada suhu 70 0C. Selanjutnya, Na-bentonit dipilarisasi dengan MoO3 dalam larutan berair. Mo- bentonit hasil sintesis kemudian dikalsinasi pada suhu 500 0C selama 4 jam. Hasil karakterisasi XRD menunjukkan kehadiran Mo dalam bentonit yang dibuktikan dengan naiknya basal spasing. Pengukuran menggunakan DRS menunjukkan band gap Mo dalam bentonit berpilar sebesar 3,73 eV. Uji AAS menunjukkan bahwa persen leaching Mo dari bentonit berpilar adalah 3,06 %. Uji aplikasi pada degradasi Martius Yellow memberikan informasi bahwa Mo-bentonit mampu bertindak sebagai katalis. Persen degradasi Martius Yellow oleh Mo-bentonit dan sinar UV diperoleh sebesar 50,5 % pada waktu 30 menit.

MoO3 pillared bentonite has been successfully synthesized and applied to remove the Martius Yellow. Natural bentonite activated at 105 0C for 2 hours and then saturated with NaCl 1M for 24 hours at 70 0C. Futhermore, Na-bentonit has been pillared with MoO3 in aqueous solution. The Mo-bentonite synthesized product then calcined at 500 0C for 4 hours. XRD characterization results indicate the presence of Mo in the bentonite as evidenced by the increasing of basal spacing. Measurements using DRS showed that the band gap of Mo in the pillared bentonite is 3.73 eV. AAS test showed that the percent leaching of Mo from the pillared bentonite is 3.06 %. The testing of application on the degradation of the Martius Yellow provide information that Mo-bentonite can act as a catalyst. The percent degradation of Martius Yellow by Mo-bentonite and UV rays obtained by 50.5 % at 30 minutes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhtar
"Fokus penelitian ini adalah bagaimana implementasi kebijakan pembebasan bersyarat bagi narapidana sebagai upaya mengurangi dampak negatif kepadatan atau kelebihan penghuni di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cipinang. Kebijakan ini merupakan kebijakan pembinaan narapidana dalam konsep re-integrasi sosial yang paling baik dalam membebaskan narapidana. Namun pada kenyataannya beberapa orang berpendapat bahwa pembebasan bersyarat dipandang sebagai pemberian maaf atau rasa simpati pemerintah, bertujuan memperpendek hukuman dengan mempercepat waktu pembebasan, bahkan pembebasan bersyarat dianggap sebagai upaya untuk menyenangkan atau memberi kenyamanan pelaku kejahatan.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam (in-dept interview). Analisis terhadap proses dan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan dilakukan dengan cara mengadopsi teori implementasi kebijakan dari George Edward III, Marilee S. Grindle dan Van Meter serta Carl Van Horn (teori yang digunakan disesuaikan dengan kondisi lapangan).
Lapas Kelas I Cipinang berusaha merubah pendapat keliru beberapa orang mengenai kebijakan pemberian pembebasan bersyarat bagi narapidana dengan cara seoptimal mungkin mengimplementasikan kebijakan tersebut, bahwa tujuan pembebasan bersyarat pada narapidana bukan untuk memperkecil hukuman, mempermudah atau memberi kenyamanan pelaku kejahatan, juga bukan merupakan toleransi atau pemaaf. Sebaliknya kebijakan pemberian pembebasan bersyarat pada narapidana sebagai program pembinaan bertujuan untuk mengembalikan narapidana agar dapat hidup kembali di masyarakat dan tidak melakukan kejahatan lagi, dan hal ini harus direkomendasikan sebagai alternatif yang paling banyak mendatangkan manfaat terutama dalam menanggulangi dampak kepadatan atau kelebihan penghuni di dalam Lapas.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa proses implementasi kebijakan Pembebasan Bersyarat bagi narapidana dalam upaya menanggulangi dampak negatif kepadatan atau kelebihan penghuni di Lapas Kelas I Cipinang secara umum dapat dikatakan berjalan cukup baik namun kurang begitu optimal. Proses implementasi kebijakan berjalan cukup baik terbukti dari telah dipahaminya perubahan strategis yang diinginkan dan implikasinya; adanya peraturan pelaksanaan atau peraturan penjelas; dan telah dilaksanakan sosialisasi kebijakan pemberian pembebasan bersyarat tersebut. Namun yang menyebabkan kurang optimalnya implementasi kebijakan tersebut atau dapat dikatakan terjadi implementation gap (kesenjangan/perbedaan antara apa yang dirumuskan dengan apa yang dilaksanakan) yaitu adanya faktor-faktor menjadi hambatan dalam pelaksanaanya. Beberapa faktor yang menjadi hambatan tersebut adalah komunikasi dan koordinasi, sumber daya, dan struktur birokrasi.

The focus of this research is how the Implementation of parole policy for inmates in effort to overcome negative impact of overcapacity at Correctional Institution of Class I Cipinang. This policy is a policy to treatment the inmates in the concept of social re-integration, and it is the best concept to release them. But in fact some people argue that parole is viewed as forgiveness or sympathy from government, aimed to shortening the sentence with speed up their release, parole even considered as an attempt to please or give comfort to criminals.
The research used qualitative research method. Data was collected through in-depth interviews. Analysis of the processes and factors that influence the policy implementation is done by adopting the theory of policy implementation from George Edward III, Marilee S. Grindle, Van Meter and Carl Van Horn (the use of theory adapted with field conditions).
Correctional Institution of Class I Cipinang try to change the wrong opinion of some people about this parole policy by optimize the implementation, that the purpose of parole for inmates is not to minimize the penalties, facilitate or give comfort to criminals, also not as a tolerant or forgiving. Instead the policy of parole for inmates as a treatment program aims to restore inmates so can live back in the community and did not commit a crime again, and it should be recommended as an alternative can bring the most benefits, especially in reducing the impact of overcapacity in the correctional institution.
The research concludes that the process of Implementation of parole policy for inmates in effort to overcome negative impact of overcapacity at Correctional Institution of Class I Cipinang, generally speaking, quite well, but less so optimal. Policy implementation process can be said quite well proven that the strategic change desired and its implications have been understood; available regulatory implementation or regulation explanatory; and socialization of this parole policies have been implemented. But the causes of less than optimal implementation of the policy or it can be said to occur the implementation gap (the difference between what are formulated with what has been done), this is due to several factor which become obstacles in its implementation. Some of these factors are communication and coordination, resources, and bureaucratic structures.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhtar
"Kamar operasi berfungsi sebagai tempat untuk melakukan tindakan pembedahan yang membutuhkan kondisi steril. Mikroorganisme yang terdapat di udara dan area permukaan kamar operasi harus diminimalkan dengan cara sterilisasi dan desinfeksi mingguan. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui keefektifan prosedur desinfeksi mingguan. Desain penelitian menggunakan metode penelitian evaluatif dengan melakukan observasi hasil laboratorium koloni kuman sebelum dan sesudah tindakan desinfeksi mingguan. Sampel dalam penelitian ini adalah kamar operasi di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong dengan metode konvensional dengan menggunakan total plate count (TPC) dan Phosphate Buffer Saline (PBS). Hasil penelitian sebelum desinfeksi didapatkan jumlah koloni kuman udara 1-10 CFU/m³, dinding kamar operasi 1-6 CFU/m³, dan lampu operasi 1-16 CFU/m³ dengan jenis bakteri staphylococcus epidermidis. Hasil penelitian sesudah desinfeksi ditemukan jumlah koloni kuman udara, dinding, dan lampu operasi 0 CFU/m³ serta tidak ada pertumbuhan mikoorganisme. Penurunan jumlah koloni kuman sebelum dan sesudah pemeriksaan laboratorium ini menunjukan keefektivitasan desinfeksi mingguan. Hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan guna menjamin mutu pelayanan kamar operasi

perating room serves as a place to perform surgery that require sterile conditions. Microorganism contained in the air and the surface area of the operating room should be minimized, with sterilization and disinfection weekly. The purpose of the research to determine effectiveness of disinfection procedure weekly. The design of this research using evaluative research method by observed the results of laboratory colonies of bacteria before and after disinfection measured weekly. Sample of this research was the operating room at Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong with a conventional method used the total plate count (TPC) and Phosphate Buffer Saline (PBS). The results obtained amount of research prior to disinfection of air germs koloni 1-10 CFU / m³, operating room wall 1-6 CFU / m³, and the operation lamp 1-16 CFU / m³ with a type of bacteria staphylococcus epidermidis. The results of the research found the number of colonies after disinfection of air germs, walls, and lamp operation 0 CFU / m³ and no growth mikoorganisme. The decrease in the number of colonies of bacteria before and after laboratory tests directed weekly disinfection effectiveness. The results of this research into consideration in order to ensure the quality of operating room services"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhtar
"Padatnya penduduk: dan kemiskinan di daerah perkotaan berpengaruh negatif terhadap area kesehatan lingkungan. Permasalahan di area kesehatan lingkungan ini, jika dilihat dari dimensi sosial dan moral seperti perilaku menyimpang dengan kebiasaan mengkonsumsi alkohol, dapat meningkatkan risiko dan kerentanan seseorang terpajan suatu penyakit gangguan hati yaitu sirosis hepatis. Penulisan ilmiah ini bertujuan ui1tuk menggambarkan asuhan keperawatan pada klien sirosis hepatis.denga,nhipoalbuminemia di ruangrawaliPD Teratai Lantai 5 selatan RSUP Fatmawatidengan. pendekatan Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan. Metode yang dilakukan dengan menggunakan studi kasus. Masalah kepera.watan pada pasien adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Masalah. ini .·dapat memperburuk fungsi hati dan· keadaan umum pasien. Intervensiyang dilakukan dengan menganjurkan pasien diet putih telurdan ikan gabus, hal ini dapat dilihat dari basil albumin <;larah yang stabil, penurunan lingkar perut, dan penurunan berat badan. Diet putih telur dan mengokonsumsi ikan gabus merupakan diet yang dapat mencuk:upi kebutuhan protein dan meningkatkan albumin dalam. darah. Selain itu diet hati dan perawatan dirumah menjadi prinsip yang harus diterapkan untuk: menjaga timbulnya kembali masalah nutrisi pada pasien dengan sirosis hepatis.

The population density and poverty have negative impact for urban environmental health areas. These problem, if we looked into social and morale dimensions were a deviant behaviours such as consumed alcohol habits, that could increase the risk and the vulnerability level of liver disorder diseases like liver cirrhosis. The purpose of this articles is to describe the required nursing care for liver cirrhosis petient with hypoalbuminemia in IPD’s Teratai on south 5 floor at RSUP Fatmawati by using a case-study method. The patient’s nursing care problems were to treat malnutrition or lack of proper nutrition to the body. These could aggravate liver fungtion and patient’s general condition. The applied intervention was done by recommending eggwhite and fish-cork diets, wich could shown the stable albumin level and blood, the reduction in abdominal circumference and weight loss as a results. These diets basically were to supply the required protein and increasing the albumin level on blood. Beside of that’s, the applied liver diets and the home nursing them selves also becoming the essential principles to prevent malnutrition on liver cirrhosis petients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Manendra Muhtar
"Latar Belakang: Sifat mekanis material restorasi resin komposit sangat dipengaruhi komposisi material tersebut. Sifat mekanis tersebut juga dapat mengalami degradasi oleh cairan pada rongga mulut, termasuk makanan dan minuman seperti buah. Oleh sebab itu, pada penelitian ini dilakukan pengujian sifat mekanis kekuatan fleksural dari dua jenis resin komposit microhybrid setelah perendaman akuades dan larutan asam sitrat dengan konsentrasi buah sitrus yang umum dikonsumsi, yaitu jeruk mandarin dan jeruk lemon.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai kekuatan fleksural dua resin komposit microhybrid yaitu komposit tanpa Bis-GMA dan memiliki pre-polymerized filler (G-aenial PosteriorTM), serta komposit dengan Bis-GMA dan tanpa pre-polymerized filler (Filtek Z250TM), setelah penyimpanan kering dan perendaman akuades serta dua konsentrasi asam sitrat.
Metode: Empat puluh spesimen microhybrid G-aenial PosteriorTM dan empat puluh spesimen Filtek Z250TM berbentuk balok berukuran 25 x 2 x 2 mm dibagi menjadi empat kelompok perlakuan, 1 hari penyimpanan kering, 30 hari perendaman akuades, 30 hari perendaman asam sitrat 0,06 mol/L (konsentrasi jeruk mandarin), dan 30 hari perendaman asam sitrat 0,30 mol/L (konsentrasi jeruk lemon). Spesimen di polimerisasi menggunakan LED curing unit irradiansi 700 mW/cm2 (LED Max Hilux) selama 20 detik. Spesimen diuji dengan Universal Testing Machine AGS-X (Shimadzu, Japan) 50 kgF dan 0,5 mm/menit untuk mendapatkan nilai kekuatan fleksural. Data dianalisis dengan uji statistik One-Way ANOVA dan Post-Hoc Tamhane.
Hasil: Hasil uji statistik menunjukkan penurunan bermakna nilai kekuatan fleksural bahan G-aenial PosteriorTM dari nilai 86,32 ± 3,54 MPa pada 1 hari kering menjadi 70,14 ± 4,37 MPa setelah perendaman akuades, 71,58 ± 4,09 MPa setelah perendaman asam sitrat 0,06 mol/L, dan 71,01 ± 3,2 MPa setelah perendaman asam sitrat 0,30 mol/L, serta penurunan bermakna nilai kekuatan fleksural bahan Filtek Z250TM dari nilai 138,72 ± 6,26 MPa pada 1 hari kering menjadi 93,58 ± 7,69 MPa setelah perendaman akuades, 96,39 ± 3,15 MPa setelah perendaman asam sitrat 0,06 mol/L, dan 96,14 ± 5,39 setelah perendaman asam sitrat 0,30 mol/L. Antara kedua bahan microhybrid terdapat perbedaan nilai kekuatan fleksural bermakna pada masing-masing kelompok perlakuan, dengan nilai yang lebih besar bermakna pada Filtek Z250TM, namun Filtek Z250TM mengalami penurunan nilai kekuatan yang lebih besar dibandingkan G-aenial PosteriorTM. Pada masing-masing bahan microhybrid, tidak terdapat perbedaan nilai kekuatan fleksural yang signifikan antara kelompok perlakuan perendaman akuades, asam sitrat 0,06 mol/L dan asam sitrat 0,30 mol/L
Kesimpulan: Disimpulkan bahwa perendaman dalam akuades dan asam sitrat dapat mempengaruhi signifikan kekuatan fleksural kedua bahan komposit microhybrid.

Background: The mechanical properties of a resin composite restoration are affected by its composition. These mechanical properties can also be degraded by liquids in the oral environment, including food and drinks such as fruits. Therefore in this study, the mechanical property flexural strength of two different microhybrid composites are tested after immersion in distilled water, and citric acid solutions with concentrations of commonly consumed citrus fruits: mandarin orange and lemon.
Objective: This study aims to observe the differences in flexural strength between two microhybrid composite resins after dry storage, and immersion in distilled water and citric acid. The first composite is without Bis-GMA and contains pre-polymerized fillers (G-aenial PosteriorTM), while the other one has Bis-GMA and doesn't contain pre-polymerized fillers (Filtek Z250TM).
Methods: Forty G-aenial PosteriorTM and forty Filtek Z250TM 3-point bend test bar specimens are divided into four groups, 1 day dry storage, 30 days immersion in distilled water, 30 days immersion in 0.06 mol/L citric acid (mandarin orange concentration) and 30 days immersion in 0.30 mol/L citric acid (lemon concentration). The specimens are polymerized for 20 seconds using a 700 mW/cm2 irradiance LED curing unit (LED Max Hilux). Afterwards, the flexural strength of the specimens are measured with a Shimadzu, Japan AGS-X Universal Testing Machine (50 kgF, 0,5 mm/minute). Data was analyzed using a One-Way ANOVA statistical test and Tamhane Post Hoc.
Result: Statistical analysis shows a significant reduction in the flexural strength of G-aenial PosteriorTM from a value of 86.32 ± 3.54 MPa after 1 dry storage, to 70.14 ± 4.37 MPa after immersion in distilled water, 71.58 ± 4.09 MPa after immersion in 0.06 mol/L citric acid, and 71.01 ± 3.2 MPa after immersion in 0.30 mol/L citric acid. Filtek Z250TM composite also showed a significant reduction in flexural strength from a value of 138.72 ± 6.26 MPa after 1 dry storage, to 93.58 ± 7.69 MPa after immersion in distilled water, 96.39 ± 3.15 MPa after immersion in 0.06 mol/L citric acid, and 96.14 ± 5.39 MPa after immersion in 0.30 mol/L citric acid. A significant difference of flexural strength is shown between the two microhybrid materials, in each of the treatment groups, with a significantly higher value for Filtek Z250TM, however Filtek Z250TM had a larger reduction in strength compared to G-aenial PosteriorTM. In each of the microhybrid composite types, there isn't a significant difference of flexural strength between the distilled water, 0.06 mol/L citric acid, and 0.30 mol/L citric acid immersion groups.
Conclusion: It is concluded that immersion in water and citric acid has a significant effect on the flexural strength of the microhybrid composites."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Muhtar
"DKI Jakarta merupakan kota metropo!itan yang mengalaml perkembangan yang pesat, khususnya dari sisi kependudukan. Prediksi yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan DKI Jakana menyatakan bahwajumlah penduduk DKI Jakarta pada tahun 2005 rnencapai 10,3 juta jiwa. dengan prodaksi sarnpah sejumlah 28.000rn thari. Jumlah yang besar ini sebagian besar ditanggulangi dengan metode sanitary landjlfing yang efisiensinya sangat rendah sehingga menimbulkan permasaJahan penimbunan sampah yang memililti berbagai darnpak buruk bagi lingkungan termasuk masyarakat disekitar area landfi.Hing. Hal ini yang mendasari perancangan insinerator curah ini. Inslnerator adalah sistem pembakar sampah dengan pengendalian temperatur sehingga volume sampah dapat dikurangi dan gas buang hasil pembakaran terkendali. Dalam merancang suatu sistem pembakar sampah dipedukan informasi mengenai teknologi insinerator yang sudah ada discsuaikan dengan karakteristik sampah pada daerah yang dikaji. Teknologi insinerator yang ada dapat dibagi rnenjadi dua jenis besar yaitu insinerator curah dan sioambung_ Dengan berbagai pertimbangan. khususnya karakteristik sarnpah yang ada, insinerator yang dapat diterapkan di DK! Jakarta adaJah insinerator curah. Insinerator sendiri banyak jenisnya. Jenis insinerator yang digunakan pada perancangan ini adalah modular combustion unit. Modular.

The DKJ Jakarta is a fasf growing Prediction held by Sanitary Service of DK.!-Jakarta states that the number of DKJ Jakarta'$ inhabitant at year 2005 will reach 10.3 millions of people, in which the 3 productions of waste will approximately reach up to 28.000 m /day. This huge amount of waste is processed by a very-low-efficiency sanitary land:filling method. that causes some waste-dumping problems which then lead into various dangerous effects on environment, including its society around this area. Instead of this method. burning seems like a very effective way out (especially: hazardous) combustible waste. That's why this incinerator-design paper is herewith composed Incinerator is a waste-burner system with temperature control, resulting the reduced waste volume and the controlled flue gas discharge. In designing the waste­ burner system. we need some already available technology, associated with appropriate waste characteristics on researched area. Incinerator technology is divided into two general Jypes: discrete and continuous incinerator. With various certain considerations especially based on the local waste characteristic. the type of incinerator technology that can properly be applied in DKI Jakarta is the discrete incinerator. This lype itself has some various kinds."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37464
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Muhtar
"ABSTRAK
Prestasi belajar yang tinggi adalah harapan bagi semua pihak, yaitu pendidik, orangtua, maupun bagi siswa itu sendiri. Bagi pendidik, prestasi belajar yang tinggi mengindikasikan keberhasilan dalan proses belajar mengajar. Bagi orangtua, prestasi belajar yang tinggi sebagai indikator keberhasilan membimbing proses belajar di rumah. Bagi siswa, prestasi belajar yang tinggi akan memberikan pengaruh yang signifikan bagi perkembangan psikologisnya. Dalam mencapai harapan tersebut harus
didukung oleh beberapa faktor. Dalam penelitian ini dibatasi pada faktor pola asuh sebagai faktor eksternal, konsep din dan motivasi berprestasi sebagai faktor internal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1)kontribusi kebervariasian pola asuh, konsep diri dan motivasi berprestasi terhadap kebervariasian prestasi belajar santri mukim dan santri non mukim ; 2)perbedaan dari kontribusi keberhasilan pola asuh, konsep diri dan motivasi berprestasi terhadap kebervariasian prestasi belajar santri mukim dan santri nonmukim.
Secara garis besar ada dua hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu: 1) Ada kontribusi dari kebervariasian pola asuh, konsep diri, dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kebervariasian prestasi belajar santri mukim dan santri nonmukim; 2) ada perbedaan kontribusi dari kebervariasian pola asuh, konsep diri, dan motivasi berprestasi terhadap kebervariasian prestasi belajar santri mukim dan santri nonmukim. masing-masing hipotesis dibagi ke dalam 18 sub hipotesis.
Sehubungan dengan tujuan penelitian, dibahas dasar perikiran penelitian yang meliputi pola asuh, konsep diri, motivasi berprestasi, prestasi belajar, pesantren, dan masa remaja. Konsep pola asuh yang digunakan sebagaimana diungkapkan oleh Baumrind (dikutip Matlin, 1999), konsep diri menggunakan konsep Burns (dikutip Pudjijogyanti, 1988), motivasi berprestasi menggunakan konsep McClelland (dikutip Larsen dan Buss, 2002), prestasi belajar menggunakan konsep Stroud (1960), konsep pesantren menggunakan teori Abdullah (1983), dan konsep masa remaja menggunakan teori Cameron (dikutip Powell, 1963).
Penelitian ini terdiri dari empat variabel, yaitu: pola asuh, konsep diri, dan santri, serta satu variabel terkait, yaitu prestasi belajar. Penelitian ini dilakukan pada 111 santri, terdiri dari 62 orang santri mukim dan 49 orang santri nonmukim di empat pesantren. Penelitian ini menggunakan kuesioner tentang pola asuh, konsep diri, dan motivasi berprestasi. Kuesioner tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Prestasi belajar santri mukim dan santri nonmukim dilihat berdasarkan nilai raport mereka ketika mereka duduk di kelas I dan kelas II MTs.
Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) ada kontribusi yang bermakna dari kebervariasian dan pola asuh, konsep diri dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kebervariasian prestasi belajar santri mukim dan santri nonmukim, 2)ada perbedaan kontribusi yang signifikan dari kebervariasian pola asuh, konsep diri dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kebervariasian prestasi belajar santri mukim dan santri non mukim.
Saran yang diajukan adalah: 1) Saran untuk pemerintah terdiri dari lima saran; 2) saran untuk pesantren terdiri dari enam saran; 3) saran untuk orangtua santri terdiri dari empat saran; dan 5) saran untuk para peneliti
terdiri dari satu saran."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T38794
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghinia Anastasia Muhtar
"ABSTRAK
Kabupaten Bulukumba mengadakan program pengembangan agroindustri secara mandiri pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah tahun 2005-2025 untuk mewujudkan predikat Provinsi Sulawesi Selatan sebagai lumbung padi di kawasan timur indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan evaluasi kesesuaian lahan terhadap syarat tumbuh tanaman padi sawah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persebaran kesesuaian lahan aktual dan potensial tanaman padi sawah sebagai pengendali ketersedian pangan beras di Kabupaten Bulukumba. Persebaran kesesuaian lahan aktual kelas S1 kebanyakan terletak di sebelah selatan sepanjang Pantai Laut Flores dengan morfologi dataran dan kemiringan tanah <3%. Persebaran Kelas S2 hampir terdapat di seluruh Kabupaten Bulukumba, (baik itu di sebelah selatan, barat, timur ataupun utara) dengan morfologi dataran-perbukitan dan kemiringan tanah <8%. Persebaran kelas S3 dan kelas N saling berasosiasi, dimana kedua kelas ini terdapat di sebelah timur sepanjang Pantai Teluk Bone (pola memanjang) kemudian menyebar sampai ke utara dengan morfologi perbukitan dan bergelombang serta kemiringan tanah >15%. Kecamatan Bonto Bahari, Bontotiro dan Kecamatan Herlang memiliki status ketersedian pangan yang buruk dikarenakan ketiga kecamatan ini penggunaan lahan sawah aktualnya berada pada kelas S3ch dibandingkan Kecamatan Gantarang pada kelas S1 dan S2. Kecamatan Herlang yang awalnya mengalami ketersedian defisit beras (-1.066ton) berubah menjadi surplus beras (2.855ton) setelah dilakukan penanaman padi pada kelas kesesuaian lahan potensial(S1).

ABSTRACT
Bulukumba Regency implement agro-industry development program independently in the long-term development plan of the area 2005-2025 for create predicate South Sulawesi Province as a granary in Eastern Indonesia. One effort that can be done is by land suitability evaluation to grow rice crops well. This study aimed to analyze the distribution of actual and potential land suitability rice crop as controlling food availability di Bulukumba Regency. Distribution of the actual land suitability for class S1 mostly is found in the South Bulukumba Regency(along Laut Flores Beach) with the morphology of the plain and the slope less from 3%. Distribution of the actual land suitability for class S2 mostly is found almost exist throughout Bulukumba Regency(south, west, east or north) with the morphology of the plain until hill and slope less 8%.Distribution of the actual land suitability for class S3 and class N are associated each other, where class S3 and class N are found in the east Bulukumba Regency (along Teluk Bone Beach) with lengthwise pattern then spread to the north with the morphology surging and hill. They have slope more than 15%. Bontobahari Disctrict, Bontotiro District and Herlang District have low food availability status. The reason is caused that they have an extensive paddy field class S3 is greater than class S1 and class S2. it is different in Gantarang District that has an extensive paddy field class S1 and class S2 is greater than class S3. Herlang District who initially have the availability of rice deficit (-1.066ton) turn into surplus (2.855ton) after planting rice on land suitability class potential(S1)."
2016
T46106
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifky Rinaldi Muhtar
"ABSTRAK
Sistem Pelaksanaan pada pelayanan publik yang dilaksanakan pemerintah harus dibangun dengan baik sesuai dengan peraturan agar menjadi sebuah sistem yang baik dan memenuhi harapan masyarakat, namun apabila tidak dibangun dengan baik maka sistem pelayanan publik akan menjadi buruk dan menjadi kebiasaan bagi setiap aparatur pelayanan publik sehingga merugikan masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan cara deskripsi untuk menggali, fokus pada proses, melihat realita serta melihat makna dibalik suatu tindakan dan fenomena sosial. Pada kenyataannya penulis menemukan pelayanan publik menjadi buruk dan masyarakat selaku konsumen dirugikan disebabkan minimnya pengawasan, kurang taatnya aparatur terhadap aturan dan tupoksi, kurangnya loyalitas dan fasilitas yang tidak memadai.

ABSTRACT
The implementation system on public services carried out by the government must be well established in accordance with the regulations to become a good system and meet the expectations of the community, but if not built properly then the public service system will be bad and become a habit for every public service apparatus to the detriment of society . This research uses qualitative approach. By way of description to dig, focus on process, see reality and see the meaning behind an action and social phenomenon. In fact the authors found public service to be bad and the community as a result of lack of consumer harassment, lack of compliance apparatus against rules and tupoksi, lack of loyalty and facilities that are not adequate. "
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>