ABSTRAKPrestasi belajar yang tinggi adalah harapan bagi semua pihak, yaitu pendidik, orangtua, maupun bagi siswa itu sendiri. Bagi pendidik, prestasi belajar yang tinggi mengindikasikan keberhasilan dalan proses belajar mengajar. Bagi orangtua, prestasi belajar yang tinggi sebagai indikator keberhasilan membimbing proses belajar di rumah. Bagi siswa, prestasi belajar yang tinggi akan memberikan pengaruh yang signifikan bagi perkembangan psikologisnya. Dalam mencapai harapan tersebut harus
didukung oleh beberapa faktor. Dalam penelitian ini dibatasi pada faktor pola asuh sebagai faktor eksternal, konsep din dan motivasi berprestasi sebagai faktor internal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1)kontribusi kebervariasian pola asuh, konsep diri dan motivasi berprestasi terhadap kebervariasian prestasi belajar santri mukim dan santri non mukim ; 2)perbedaan dari kontribusi keberhasilan pola asuh, konsep diri dan motivasi berprestasi terhadap kebervariasian prestasi belajar santri mukim dan santri nonmukim.
Secara garis besar ada dua hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu: 1) Ada kontribusi dari kebervariasian pola asuh, konsep diri, dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kebervariasian prestasi belajar santri mukim dan santri nonmukim; 2) ada perbedaan kontribusi dari kebervariasian pola asuh, konsep diri, dan motivasi berprestasi terhadap kebervariasian prestasi belajar santri mukim dan santri nonmukim. masing-masing hipotesis dibagi ke dalam 18 sub hipotesis.
Sehubungan dengan tujuan penelitian, dibahas dasar perikiran penelitian yang meliputi pola asuh, konsep diri, motivasi berprestasi, prestasi belajar, pesantren, dan masa remaja. Konsep pola asuh yang digunakan sebagaimana diungkapkan oleh Baumrind (dikutip Matlin, 1999), konsep diri menggunakan konsep Burns (dikutip Pudjijogyanti, 1988), motivasi berprestasi menggunakan konsep McClelland (dikutip Larsen dan Buss, 2002), prestasi belajar menggunakan konsep Stroud (1960), konsep pesantren menggunakan teori Abdullah (1983), dan konsep masa remaja menggunakan teori Cameron (dikutip Powell, 1963).
Penelitian ini terdiri dari empat variabel, yaitu: pola asuh, konsep diri, dan santri, serta satu variabel terkait, yaitu prestasi belajar. Penelitian ini dilakukan pada 111 santri, terdiri dari 62 orang santri mukim dan 49 orang santri nonmukim di empat pesantren. Penelitian ini menggunakan kuesioner tentang pola asuh, konsep diri, dan motivasi berprestasi. Kuesioner tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Prestasi belajar santri mukim dan santri nonmukim dilihat berdasarkan nilai raport mereka ketika mereka duduk di kelas I dan kelas II MTs.
Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) ada kontribusi yang bermakna dari kebervariasian dan pola asuh, konsep diri dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kebervariasian prestasi belajar santri mukim dan santri nonmukim, 2)ada perbedaan kontribusi yang signifikan dari kebervariasian pola asuh, konsep diri dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kebervariasian prestasi belajar santri mukim dan santri non mukim.
Saran yang diajukan adalah: 1) Saran untuk pemerintah terdiri dari lima saran; 2) saran untuk pesantren terdiri dari enam saran; 3) saran untuk orangtua santri terdiri dari empat saran; dan 5) saran untuk para peneliti
terdiri dari satu saran.